Anda di halaman 1dari 13

Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Original Research

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN INFEKSI LUKA DISERTAI


DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMORBID GAGAL GINJAL AKUT &
ANEMIA DI RUMAH SAKIT “X” RANGKASBITUNG

MONITORING OF DRUG THERAPY IN PATIENTS WITH WOUND INFECTIONS


WITH TYPE 2 DIABETES MELITUS WITH COMORBID ACUTE KIDNEY
INJURY & ANEMIA AT HE HOSPITAL “X” RANGKASBITUNG.

Renthy Lindah Pratiwi*, Shofy Afrianty, Kharida Zainatus Salamah, Arie Aulia Rahman,
Muhammad Ikhsan Tabrani,Muhammad Fajar Nova Adam, Muhammad Gibran Madani,
Muhammad Galih Prihantoro, Ulvi Nur Rista, Ida Paulina Sormin, Kurnia Putri Pharmahersa,
Dini Permata Sari, Nuzul Fajriani, Tiurnani Barus, Septarina Aji, Ai Yeni,Fitri Qoriawaty
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Indonesia

Diterima : Direvisi : DiSetujui:

Abstrak
Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu masalah yang timbul dalam
penggunaan obat atau terapi obat yang secara potensial maupun aktual dapat mempengaruhi
outcome terapi pasien, meningkatkan biaya perawatan serta dapat menghambat tercapainya
tujuan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil pengobatan pasien dengan
metode PCNE berdasarkan Pemantauan Terapi Obat (PTO) pada pasien. Berdasarkan data
pengobatan pasien terdapat beberapa Drug Related Problems (DRPs) yaitu Efek terapi obat
tidak optimal, durasi pengobatan terlalu singkat, obat tidak diberikan sama sekali dan
pergantian obat antibiotik. Namun dikarenakan kerjasama tim medis yaitu antara Apoteker,
Dokter, Perawat maupun tim medis lainnya yang bekerja di Rumah Sakit, DRPs tersebut
dapat terselesaikan dengan baik dan pengobatan pasien terlaksana dengan baik. Namun
pasien dinyatakan meninggal pada tanggal 28 April 2022.
Kata kunci : DRPs (Drug Related Problems), Infeksi Luka, Diabetes Melitus Tipe 2.

Abstract
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Drug Related Problems (DRPs) is a problem that arises in the use of drugs or drug
therapy that can potentially or actually affect patient therapy outcomes, increase treatment
costs and can hinder the achievement of therapeutic goals. Drug Therapy (PTO) in patients
based on the patient’s treatment data there are several Drug Related Problems (DDRPs),
namely the effect of drug therapy is not optimal, the duration of treatment is too short, the
drug is not given at all and the change of antibiotic drug. However, due to the collaboration
of the medical team, namely between Pharmacist, Doctor, Nurses and other medical teams
who work at the hospital, the DRPs can be resolved properly and the patient’s treatment is
carried out well. However, the patients was declared dead on April, 28, 2022.
Keyword : DRPs (Drug Related Problems), Infections, Type 2 Diabetes Melitus.

PENDAHULUAN
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki [1].
Drug Related Problems (DRPs) merupakan bagian dari suatu medication error yang
dihadapi hampir semua negara di dunia. Identifikasi, pencegahan dan pemecahan terhadap
timbulnya DRPs merupakan aktivitas pertama dalam pharmaceutical care. DRPs merupakan
suatu masalah yang timbul dalam penggunaan obat atau terapi obat yang secara potensial
maupun aktual dapat mempengaruhi outcome terapi pasien, meningkatkan biaya perawatan
serta dapat menghambat tercapainya tujuan terapi [2].
Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana insulin tidak
dapat diproduksi secara maksimal oleh pankreas. Insulin merupakan hormon yang mengatur
glukosa. Insulin yang tidak bekerja dengan adekuat akan membuat kadar glukosa dalam
darah tinggi [3]. Diabetes Melitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, yang
ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat kekurangan insulin relatif, ketidakmampuan
tubuh memproduksi insulin (absolut) atau ketidakmampuan insulin untuk mengontrol kadar
gula darah [4].
Penyebab umum pasien diabetes melitus mendapat perawatan di rumah sakit adalah
masalah pada kaki diabetik seperti infeksi, ulserasi, dan gangren. Penyembuhan luka yang
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi cenderung terjadi. Gangren dapat
berkembang dan terdapat risiko tinggi perlu dilakukannya amputasi tungkai bawah. Hal ini
diakibatkan oleh gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai. Setidaknya ada
tiga faktor yang menunjang timbulnya kaki diabetik yaitu gangguan persarafan (neuropati),
infeksi, dan gangguan aliran darah. Gangguan saraf dapat berupa mati rasa, akibatnya kaki
tidak dapat merasakan nyeri. Karena tidak ada nyeri, penderita tidak akan menyadari gesekan
atau tumbukan kaki dengan benda-benda yang dapat menimbulkan luka. Selain itu, gangguan
saraf otonom menyebabkan tidak adanya produksi keringat, sehingga kulit menjadi kering
dan pecah-pecah, keadaan ini juga dapat memicu timbulnya luka. Rusaknya kulit akibat
perlukaan menyebabkan hilangnya pelindung fisik jaringan terhadap invasi kuman, sehingga
kaki rentan infeksi. Pada penderita diabetes, infeksi pada kaki diabetik relatif sulit diatasi
karena rusaknya pembuluh darah menuju lokasi luka. Akibatnya antibiotik, oksigen, zat
makanan, perangkat kekebalan tubuh (sel darah putih, dan lain-lain) sulit mencapai lokasi
tersebut. Keadaan ini akan menghambat proses penyembuhan, jika luka sudah kronis dan
sulit disembuhkan atau membahayakan jiwa penderitanya, amputasi menjadi salah satu
alternatif jalan keluar [5]. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembetukan sel darah merah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah [6].
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah
metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarin dari tubuh. Ginjal
menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah. Dengan
mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Apabila kedua ginjal ini karena sesuatu
hal gagal menjalankan fungsinya, akan terjadi kematian. Gangguan ginjal akut atau Acute
Kidney Injury (AKI) dapat diartikan sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada
fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin
serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah
cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi
patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin [7].
Hipoalbumuin adalah keadaan tertentu, yaitu terjadi penurunan kadar albumin serum
yang abnormal. Albumin adalah protein, sehingga merupakan bagian hipoproteinemia.
Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, antara lain gejala : kemunduran
fungsi ginjal (nefrotik), sirosis hati, gagal jantung, malgizi dan sebagainya. Albumin
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55 – 60%
dari protein serum yang terukur [8].
METODE
Metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisis profil pengobatan
pasien dengan metode Drug Related Problems (DRPs) menggunakan kategori PCNE
berdasarkan Pemantauan Terapi Obat (PTO) pada pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasien a.n A datang ke RS X pada tanggal 18 April 2022, dengan keluhan luka di kaki
kanan menghitam dan nyeri sudah di alami ± 3-4 bulan dan mengalami ulkus & gangrene
pedis dex ( perubahan kulit pada kaki), intake sulit (sulit makan dan minum) dan mual. Pada
tanggal 25 Maret 2022 pulang dirawat, namun setelahnya luka dikaki
menghitam dan nyeri.
Tabel 1. Data Objektif Pasien
TTV/Tgl 18/04 19/04 20/04 21/04 22/04 23/04 24/04 25/04 26/04 27/04
Tekanan 180/105 160/100 110/70 120/80 90/70 90/70 - - 110/80 110/70
Darag
(mmHg)
Nadi 80 78 80 81 84 84 - - 81 80
(x/menit)
Suhu (oC) 36 36 37 36 36 37 - - 37 36

Tabel 2. Data Klinis Pasien


PEMERIKSAAN Nilai Normal 18/4 19/4 20/4 22/4 25/4 26/4 27/4
Leukosit 3600-11000 ↑29980 - - ↑26540 ↑20970 ↑2398 ↑21290
0
Eritrosit 3,80-5,20 ↓3.24 - - ↓3.26 ↓3.44 ↓2.96 ↓3.28
Hemoglobin 11.70-15.50 ↓9.30 - - ↓9.40 ↓9.90 ↓8.70 ↓8.90
Hematokrit (Ht) 35.0-47.0 ↓27.4 - - ↓28.1 ↓28.1 ↓24.3 ↓25.7
Trombosit 150-440 ↑732 - - ↑474 399 382 423
SGOT (AST) < 35 11 - - - - - -
< 35 21 - - - - - -
SGPT (ALT)
20.00-40.00 ↑76.18 - - - - - -
Ureum
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Kreatinin 0.45-0.75 ↑1.36 - - - - - -


e-GFR ≥ 90 ↓41.2 - - - - - -
Natrium 135-147 ↓121 - 137 137 - - 137
Kalium 3.5-5.0 ↑5,4 - 3.5 3.6 - - 3.0
Klorida 95-105 ↓84 - 100 97 - - 94
Glukosa Sewaktu > 200 659 ↓44 ↑204 172 ↓39 ↓22 ↑252
(Vena)
Keton Darah < 0,6 ↑0,9 - - 0,5 - - -
HbA1C <6,5% 7,5% - - - - - -
Albumin 3.4 -4.8 - ↓2.5 ↓2.5 ↓2.2 - ↓2.2 ↓2.1
Globulin 1.3-2.7 - ↑3.1 - - - - -
Protein total 6.0-8.0 - ↓5.6 - - - - -

Tabel 3. Profil Terapi Pengobatan


Nama Obat Aturan Tanggal & Waktu Pemberian
Pakai 18/ 19/4 20/4 21/4 22/4 23/4 24/4 25/ 26/4 27/4
4 4
Omeprazole 1 x 40 mg ML - - - - - - - - -
injeksi 2 x 40 mg - SI & SI & SI & SI & SI & SI & SI & SI & SI &
SO ML SO SO SO SO SO SO SO
Parasetamol drip 1 x 1 gr ML ML ML ML ML ML - - - -
Metronidazole 3 x 500 mg ML PG, PG, PG, PG, PG, PG, PG, PG, PG,
injeksi SI & SI & SI & SI & SI & SI & SI, SI & SI &
SO SO SO SO SO SO & SO SO
SO
Ceftriaxone 1x2g - SI - - - - - - - -
injeksi
-
Ondansetron 3 x 4 mg SI, PG, PG, PG, PG, PG, PG, PG, PG,
injeksi SO& SI & SI & SI & SI & SI & SI & SI & SI
ML SO SO SO SO SO SO SO
Albumin drip 1 x 1 gr - SO - - - - - - - -
Vicilin injeksi 3 x 1 gr - SO PG, PG, PG, PG, PG, PG& - -
SI & SI, & SI & SI & SI & SI
SO SO SO SO SO
Lasix injeksi 1 x 20 mg - - - - - SO SO SO SO SO
Tramadol injeksi 1 Ampul x - - - - - - PG PG SO SO
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

24jam
Meropenem 3 x 1 gr - - - - - - - SO PG, PG,
injeksi SI & SI &
SO SO
Kalnex injeksi 3x1 - - - - - - - SO PG & PG &
SO SO
Vit K injeksi 3x1 - - - - - - - - SO -
Novorapid (IGD) 3 x 6 IU PG - - - - - - - -
Novorapid 3 x 10 IU - - - PG, - PG, SI, SO PG, -
SI, SI, SO SI,
SO SO SO
Levemir (IGD) 1 x 6 IU PG - - - - - - - - -
Dextrose 40% 2 fls - - - - - - - M M -
Levemir 1 x 4 IU - - - - - M M M M -
Ulsafat 3 x 2 cth - - - - - - - - Puasa PG
Ketocid 3 x 2 tablet - SI PG, PG, PG, PG, PG, PG, PG & PG,
SI & SI, & SI & SI & SI, & SI & Post SI &
SO SO SO SO SO SO OP SO
Albuforce 3 x 1 cth - - - - - SO PG, PG, - PG,
SI, & SI & SI &
SO SO SO

Tabel. 4. Analisis Drug Related Problems (DRPs)


Problem Terapi DRPs Plan
Medis Rekomendasi Monitoring Edukasi Terapi
Diabetes Novorapid PCNE PCNE Kadar Gula -Insulin
Melitus tipe Levemir Classification for Classification for Darah Novorapid
2 Drug Related Drug Related Pasien diberikan secara
Problems V9.1 Problems V9.1 penyuntikan
(2020) (2020) subkutan (lapisan
kulit yang berada
P1.2 Efek terapi AI.1 Intervensi di bawah dermis
obat tidak optimal diterima dan atau kulit yang
diimplementasikan paling berlemak
Pada tanggal 25- sepenuhnya (lengan,paha atau
26 pasien perut) sebelum
mengalami Diberikan atau setelah
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

hipoglikemik Dextrosa 40% makan dengan


untuk gula darah. dosis 3 x 10 IU.
Saran diterima
pada tanggal 25, -Insulin Levemir
Dextrosa 40% diberikan secara
diberikan pada penyuntikan
tanggal 25-26. subkutan (lapisan
kulit yang berada
di bawah dermis
atau kulit yang
paling berlemak
(lengan,paha atau
perut) sebelum
atau setelah
makan dengan
dosis1 x 4 IU
Hipoalbumin Albumin Drip PCNE PCNE Kadar -Cairan Albumin
Albuforce Classification for Classification for Albumin akan disuntikan
sirup Drug Related Drug Related Pasien ke pembuluh
Problems V9.1 Problems V9.1 darah melalui
(2020) (2020) infus dengan
dosis 1 x 1 gr.
C4.1 Durasi A1.2 Intervensi
Pengobatan diterima namun -Albuforce sirup
Terlalu Singkat hanya diberikan 3 x 1
diimplementasikan cth (sendok teh)
Nilai Albumin sebagian
turun ≤ 2,5 namun Seharusnya
pasien hanya Albumin drip
diberikan albumin dilanjutkan hingga
drip pada tanggal nilai Albumin
19 seterusnya normal ≥
pasien diberikan
albuforce 3x1
Cth, namun nilai
albumin tetap
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

rendah ≤ 2,5.
Infeksi Luka Vicillin PCNE PCNE Nilai -Vicillin Injeksi
Injeksi Classification for Classification for Leukosit diberikan 3 x 1 gr
Drug Related Drug Related Pasien secara intra vena
Meropenem Problems V9.1 Problems V9.1
Injeksi (2020) (2020) -Meropenem
Injeksi diberikan
P1.2 Efek terapi AI.1 Intervensi 3 x 1 gr secara
obat tidak optimal diterima dan intra vena
diimplementasikan
I3.1 Obat diubah sepenuhnya
Menjadi
Apoteker
Pasien diberikan menyarankan
Vicillin Injeksi mengubah
pada tanggal 19- antibiotik Vicillin
25 namun nilai Injeksi Ke
Leukosit masih Meropenem
tinggi. Injeksi 3x1 gram,
saran diterima
dokter pada
tanggal 25 pasien
menerima
Meropenem
Injeksi sebagai
Antibiotik
Edema Lasix Injeksi PCNE PCNE - Lasix
(Furosemide) Classification for Classification for (Furosemide)
Drug Related Drug Related Injeksi diberikan
Problems V9.1 Problems V9.1 1 x 20 setiap
(2020) (2020) secara intra vena

C6.4 Obat tidak AI.1 Intervensi


diberikan sama diterima dan
sekali diimplementasikan
sepenuhnya
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Pasien mengeluh
bengkak pada Diberikan Diuretik
kaki pada saat Lasix
masuk IGD pada (Furosemide)
tanggal 18 untuk mengurangi
pembengkakan
pada kaki. Saran
di terima pada
tanggal 23
Nyeri Tramadol PCNE PCNE Monitoring Tramadol Injeksi
Injeksi Classification for Classification for Skala Nyeri diberikan 1
Drug Related Drug Related Ampul x 24 jam
Problems V9.1 Problems V9.1 intra vena
(2020) (2020)

P1.2 Efek terapi AI.1 Intervensi


obat tidak optimal diterima dan
diimplementasikan
Pasien mengeluh sepenuhnya
nyeri pada kaki
pada tanggal 18 Diberikan Pereda
diberikan nyeri lain pada
Paracetamol pasien. Saran
hingga tanggal 23 diterima dokter
namun pasien meresepkan
masih merasa Tramadol Injeksi
nyeri. 1x24 jam

Setelah pasien mendapatkan penangganan Dokter di IGD pasien di diagnosa Dead


Limb Ischemik (kematian jaringan) diakibatkan tidak adanya oksigen yang masuk sampai ke
jaringan tubuh, Ulkus Diabetikum dengan Gangguan Vaskular, Diabetes Melitus Tipe 2,
Hipertensi grade 2, Hiponatremia, Hiperkalemia, Gagal Ginjal Akut, Anemia. Namun setelah
pasien di pindah ke ruangan rawat inap dan mendapatkan perawatan di ruang rawat inap dan
melakukan tes laboratorium lagi Dokter mendiagnosa pasien Dead Limb Ischemik, Ulkus
Diabetikum dengan Gangguan Vaskular, Diabetes Melitus Tipe 2, Gagal Ginjal Akut,
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Anemia, Hipoalbuminemia setelah melakukan tes albumin pada tanggal 19 bulan 4, dan akan
melakukan operasi amputasi pada kaki kanannya tetapi akan melakukan transfusi darah agar
hingga nilai Hb mencapai ≥ 10 agar setelah melakukan operasi pasien tidak mengalami
infeksi luka, sedangkan untuk diagnose Hiponatremia, Hiperkalemia dan Hipertensi grade 2
kembali normal dan terkontrol setelah perawatan yang di dapatkan.
Berdasarkan tabel 1. Data Objektif Pasien pada saat masuk ke IGD tanggal 18 April
pagi didapatkan nilai tekanan darahnya 180/105 sehingga Dokter mendiagnosis pasien
Hipertensi Grade 2, tetapi pada saat beberapa hari perawatan di Rumah Sakit tekanan darah
pasien turun secara terkontrol.
Berdasarkan tabel 2. Data Klinis Pasien, pada pasien, di lakukan pemeriksaan leukosit
(sel darah putih) pada pasien didapatkan nilai leukosit yang tinggi, dimana leukosit berfungsi
sebagai sel pertahanan tubuh dari penyakit infeksi atau inflamasi, begitu pula dengan nilai
eritrosit (sel darah merah), hemoglobin dan hematokrit pasien yang rendah sehingga
mengakibat pasien Anemia, dimana Anemia diakibatkan berkurangnya sel darah darah merah
(eritrosit), kualitas hemoglobin, dan volume hematokrit di bawah nilai normal. Pada pasien
juga dilakukan pemeriksaan trombosit dan didapatkan nilai trombosit yang tinggi, dimana
jika nilai trombosit tinggi akan mengakibatkan kerusakan sel darah merah, hingga
terbentuknya gumpalan darah, namun setelah perawatan beberapa hari didapatkan nilai
trombosit normal pada tanggal 25 -27.
Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan SGOT & SGPT untuk mengetahui kondisi
organ hati dan didapatkan nilai normal yaitu untuk SGOT nilai 11 dan dan SGPT 21 dimana
nilai normal yaitu < 35. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan nilai serum kreatinin untuk
mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menyaring darah dan urine sedangkan untuk e-
GFR untuk mengetahui kemampuan ginjal untuk menyaring zat sisa makanan, dimana nilai
serum kreatinin pasien naik yaitu 1,36 dimana nilai normal 0,45 – 0,75 dan nilai e-GFR turun
hinggah 41,2 dimana nilai normal yaitu ≥ 90.
Pada pasien juga di lakukan pemeriksaan glukosa sewaktu (vena), keton darah dan
HbA1C, dimana nilai yang di dapatkan nilai glukosa sewaktu (vena) tidak stabil yaitu pada
tanggal pasien masuk IGD didapatkan nilai glukosa sewaktu 659 kemudian setelah
pemberian insulin Novorapid dan Levemir terjadi penurunan menjadi 44, kemudian di hari
berikut terjadi penaikan dan penurunan glukosa sewaktu sehingga Apoteker menyarankan
untuk memantau kadar gula darah pasien dan penyesuaian dosis insulin dan setelah gula
darah pasien masih terjadi penurunan gula darah pada tanggal 25 sampai 26, sehinggah
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Apoteker menyarankan pemberian Dextrosa 40% dan pasien diberikan Dextrosa pada tanggal
25 dan gula darah pasien pada tanggal 27 menjadi normal. Untuk pemeriksaan keton darah
didapatkan nilai yang tinggi namun selang 3 hari nilai keton darah menjadi normal yaitu 0,5
sedangkan untuk pemeriksaan HbA1C yaitu tinggi 7,5% di mana nilai normalnya 6,5%.
Pasien juga melakukan pemeriksaan Albumin, Globulin dan Protein total, di mana didapatkan
nilai albumin yang rendah, globulin yang tinggi dan protein total yang rendah.
Pada tanggal 25 pasien mendapatkan transfusi darah sehingga nilai Hb yang
didapatkan 9,90 dan menjalankan operasi pengamputasian kaki sebelah kanan pada tanggal
26 pagi hari.
Berdasarkan tabel 3. Pemantauan Terapi Obat, terapi pengobatan yang di dapatkan
pasien selama perawatan yaitu : Omeprazole injeksi, Parasetamol drip, Metronidazole injeksi,
Ceftriaxone injeksi, Ondansetron injeksi, Albumin drip, Vicilin injeksi, Lasix injeksi,
Tramadol injeksi, Meropenem injeksi, Kalnex injeksi, Vit K injeksi, Novorapid, Dextrosa
40%, Levemir, Ulsafat (Sucralfat), Ketocid & Albuforce.
Setelah dilakukan analisis lanjutan pencarian interaksi obat berdasarkan aplikasi
Medscape, ditemukan interaksi obat yang didapatkan pasien yaitu :
1. Ulsafat (Sucralfat) + Lasix (Furosemide), dimana sucralfat menurunkan efek furosemide
dengan menghambat absorpsi GI. Hanya berlaku bagi bentuk oral dari kedua obat,
sedangkan untuk sucralfat dan furosemide injeksi dapat mengurangi efek natriuretik dan
antihipertensi dari furosemide, pasien yang menerima kedua obat harus diamati dengan
cermat untuk menentukan apakah diuretik yang diinginkan dan atau efek antihipertensi
furosemide dicapai, penggunaan furosemide dan sucralfat harus dipisahkan setidaknya 2
jam (Monitor Closely).
2. Omeprazole + Ampisillin , omeprazole akan menurunkan tingkat atau efek dari ampisillin
dengan meningkatkan pH lambung. Hanya berlaku untuk bentuk oral dari kedua obat
(Monitor Closely).
3. Ceftriaxone + Furosemide, Ceftriaxone meningkatkan toksisitas furosemide melalui
farmakodinamik , peningkatan risiko nefrotoksisitas (Minor)
4. Metronidazole + Parasetamol, Metronidazole akan meningkatkan level atau efek dari
parasetamol dengan mempengaruhi metabolism enzim hati (Minor).
Berdasarkan tabel 4. Analisis Drug Related Problems, terdapat beberapa Drug Related
Problems (DRP) terkait pengobatan pasien selama perawatan di Rumah Sakit namun di
karena kerja sama antara tim medis yang berada di Rumah sakit seperti Apoteker, Dokter dan
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Perawat, makan permasalahan terkait pengobatan pasien dapat tertanggani dengan baik,
namun pada tanggal 28 - April - 2022 pasien dinyatakan meninggal dunia.

KESIMPULAN
Secara garis besar pengobatan Ny. A dengan di diagnosa Dead Limb Ischemik, Ulkus
Diabetikum dengan Gangguan Vaskular, Diabetes Melitus Tipe 2, Gagal Ginjal Akut,
Anemia, Hipoalbuminemia. Berikut beberapa permasalahan dan penyelesaian dalam
pengobatan Ny. A, sebagai berikut :
1. Pada tanggal 25-26 pasien mengalami hipoglikemik, kemudian Apoteker menyarankan
pemberian Dextrosa 40%.
2. Pasien mengalami hipoalbumin kemudian diberikan albumin drip 1 hari lalu dilanjutkan
dengan pemberian albuforce oral, seharusnya pemberian albumin drip bisa dilanjutkan.
3. Pasien mengalami pergantian antibiotik di karena resistensi dapat di lihat dari nilai leukosit
yang masih tinggi, kemudian Apoteker menyarankan untuk mengubah antibiotik pasien.
4. Pasien mengalami Edema kemuadian Apoteker menyarankan penggunaan Furosemide
untuk pengobatan edema pasien
5. Nyeri pasien mengalami nyeri Dokter memberikan Paracetamol injeksi namun pasien
masih merasakan nyeri kemudian pasien diberikan Tramadol Injeksi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departement Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.72. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit : Jakarta.
2016.
2. Pamungkas. Martina. Identifikasi Drug Related Problems Kategori Ketidakpatuhan
Pemilihan Obat, Dosis dan Interaksi Obat Pasien Dewasa Asma Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta Tahun 2007. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. 2009.
3. Siregar. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus. Sekolah Tinggi Kesehatan Indah Medan
: Medan. 2021
4. Nurdiana. Expert Pharmacist : Belajar Obat : Rawamangun. DKI Jakarta. 2022
5. Zahra. Indirani. Asuhan Keperawatan Ulkus Diabetik Pada Ny. R dan Tn. F Dengan
Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan Di Ruanng Melati RSUD dr. Haryoto
Lumajang Tahun 2018. Fakultas Keperawatan Universitas Jember : Jember. 2018.
Template Penulisan Manuskrip Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

6. Alamsyah, Wasfaedy. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Anemia


Pada Ibu Hamil Usia Kehamilan 1-3 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas BontoMarannu
Kabupaten Gowa. Stikes Yapika Makassar : Makassar. 2020
7. Triastuti. 2017. Acute Kidney Injury (AKI). Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Bali
8. Soehartini, 2014. Indonesia Jornal Of Clinical Pathology And Medical Laboratory.
Departement/Instalasi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya
9. Medical Team Mini Notes. Basic Pharmacology & Drug Notes : Makassar. 2019.

Anda mungkin juga menyukai