Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN STATUS EKONOMI ORANG TUA BALITA DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA DI DESA LUBOYO BUMIAYU PATI


PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
ARIANI
NIM. 21.0.TP.002

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

KARANGANYAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kekurangan gizi yang mendapat perhatian akhir-akhir ini adalah masalah

kurang gizi dalam bentuk anak pendek (stunting), kurang gizi akut dalam bentuk anak

kurus (wasting). Masalah gizi tersebut terkait erat dengan masalah gizi dan kesehatan ibu

hamil, dan menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (Mushlih, 2018).

Stunting adalah salah satu masalah utama malnutrisi yang sering ditemukan pada balita.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun)

akibat kondisi kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi

lahir. Kondisi stunting baru akan tampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Pada tahun 2017 (55%) atau setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia

sedangkan sepertiganya (39%) berasal dari Afrika, dari 83,6 juta balita stunting di Asia,

proposi paling banyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di

Asia Tengah (0,9%). Data yang dikumpulkan oleh World Health Organization (WHO),

Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan pravelensi tertinggi di regional Asia

Tenggara yaitu rata-rata balita stunting di Indonesia pada tahun 2015-2017 adalah 36,4%

(Bappenas, 2018).

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi stunting seperti status gizi

ibu, praktek pemberian asi, praktek makan pendamping ASI, dan paparan infeksi serta hal

lain yang terkait seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sistem pangan, kesehatan, air

dan sanitasi infarakstuktur dan layanan kesehatan (Beal et al. 2018).


Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan kedalam 3 tingkatan

yaitu tingkat masyarakat, rumah tangga (keluarga), dan individu. Pada tingkat

masyarakat, sistem ekonomi; sistem pendidikan; sistem kesehatan; dan sistem sanitasi

dan air bersih menjadi faktor penyebab kejadian stunting. Pada tingkat rumah tangga

(keluarga), kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai; tingkat pendapatan;

jumlah dan struktur anggota keluarga; pola asuh makan anak yang tidak memadai;

pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai; dan sanitasi dan air bersih tidak memadai

menjadi faktor penyebab stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada

tingkat masyarakat. Faktor penyebab yang terjadi di tingkat rumah tangga akan

mempengaruhi keadaan individu yaitu anak berumur dibawah 5 tahun dalam hal asupan

makanan menjadi tidak seimbang; berat badan lahir rendah (BBLR); dan status kesehatan

yang buruk (Wiyogowati, 2012).

Efek jangka pendek dari stunting meliputi kerewelan serta frekuensi menangis

yang meningkat, tingkat aktivitas yang lebih rendah, jumlah dan entusiasme untuk

bermain dan mengeksplorasi lingkungan yang lebih kecil, berkomunikasi lebih jarang,

afek (ekspresi) yang tidak begitu gembira, serta cenderung untuk berada dekat ibu serta

menjadi lebih apatis. Sedangkan efek jangka panjang dari stunting menunjukkan

kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif yang beragam dan prestasi sekolah

yang lebih buruk jika dibandingkan dengan anak-anak yang bertubuh normal hingga usia

12 tahun. Mereka juga memiliki permasalahan perilaku, lebih terhambat, dan kurang

perhatian serta lebih menunjukkan gangguan tingkah laku (conduct disorder) (Gibney

MJ., Margetts BM., Kearney JM., 2009).

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2017) menyebutkan

bahwa di Indonesia sekitar 9 juta anak Balita mengalami stunting. Prevalensi Stunting di
Jawa Timur mencapai 447.965 anak balita dengan Kabupaten Jember merupakan

Kabupaten tertinggi kejadian Stunting di Jawa Timur yaitu sebesar 80.359 anak balita.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Agustus 2020 didapatkan data pada

Puskesmas Tembokrejo Periode Maret 2020 menunjukkan bahwasanya di Desa Bagorejo

tercatat sebanyak 402 balita, Desa Tembokrejo sebanyak 530 balita, dan Desa Karangrejo

sebanyak 677 balita sehingga total keseluruhan balita yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Tembokrejo sebanyak 1609 balita. Cakupan balita stunting pada bulan Maret

2020 mencapai 177 balita atau dengan prevalensi mencapai 11,00% dengan sebaran

10,7% di Desa Tembokrejo, 20,89% di Desa Bagorejo dan 5,31% di Desa Karangrejo.

Desa Luboyo Bumiayu adalah salah satu Desa di kota Pati. Data yang diperoleh

dari Desa Luboyo Bumiayu tahun 2019 terdapat 52 balita termasuk dalam balita stunting.

Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya penelitian mengenai pengetahuan dan tingkat

status ekonomi orang tua tentang stunting untuk mencegah sejak dini kejadian stunting,

dikarenakan banyaknya masyarakat khususnya para orang tua yang memiliki balita yang

belum mengerti tentang stunting pada saat dilakukan studi pendahuluan. Melalui

penelitian ini diharapkan masyarakat Desa Luboyo Bumiayu dapat mengetahui informasi

akurat yang dapat digunakan untuk bahan evaluasi mengenai pengetahuan tentang

stunting, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan status ekonomi

orang tua balita dengan kejadian stunting pada balita di Desa Luboyo tahun 2021.”

B. Rumusan masalah

Pengetahuan gizi balita adalah salah satu faktor yang mempunyai pengaruh

signifikan pada kejadian stunting. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “adakah

hubungan antara status ekonomi orang tua balita dengan kejadian stunting pada balita di

desa luboyo?”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi orang tua balita dengan kejadian

stunting pada balita di desa luboyo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status ekonomi orang tua balita yang terkena stunting.

b. Mengetahui angka kejadian stunting pada balita di desa luboyo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Desa Luboyo Bumiayu

Memberikan masukan kepada pihak perangkat kesehatan desa dalam memberikan dan

meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal khususnya dalam perbaikan

menekan angka kejadian stunting.

2. Bagi Orang Tua Balita

Memberikan masukan bagi keluarga agar memperhatikan gizi balita untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam rangka menciptakan sumber

daya manusia berkualitas, cerdas, dan produktif.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh

sewaktu perkuliahan terutama mengenai permasalahan stunting.

Anda mungkin juga menyukai