Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun oleh :
Anisyah Putri
Nim : 0119005

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIS

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisametabolit (toksikuremik) di dalam darah (Muttaqin dan
Sari, 2011).

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal krooni\s


didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas& Levin,
2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginja lmengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atauazotemia (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia beruparetensi urea dan sampah lain
dalam darah (Brunner &Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah
metabolism lainnya serta ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis
Menurut Muttaqindan Sari (2011) kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dar iginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus):glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman:pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kistadi ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung padag injal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyak itsistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesteroltinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (lukabakar).
3. Patofisiologi dan Pathway
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomenak ehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan
reabsorpsitubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidak
seimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilang nya
kemampuan pemekatanurin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
pasienasimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnyahanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung
dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
disertai dengan nokturia dan polyuria sebagai akibat dari kegagalan
pemekatanurin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhirdimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoo smotikdengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
Pathway CKD / GGK
4.
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik:
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindromuremik (lemah,
latergi,anoreksia,mual,muntah,nokturia,kelebihan volume cairan (volume
overload), neuropatiperifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-
kejang sampaikoma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10
ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
Gejala komplikasi nya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistro
firenal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium,khlorida) (Nurarifdan Kusuma, 2015).
5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai system pelviokalises dan
ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardio megali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan pielografi retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan: hipertropiventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsiginjal
l. Pemeriksaan laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa
meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar
luas, pengobatan steroid, dan obstruk sisaluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfataselindi meninggi akibat gangguan metabolism tulang,
terutama Isoenzim fosfataselin ditulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolism karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolism lemak, disebabkan,
peninggian hiormoninslin, hormone somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan pH
yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2
yang menurun, semuanya disebabkan retensiasam-asam organic
pada gagal ginjal.

7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009)yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah
uremik dandialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah,metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zatlogam dan polamakan yang tidaksehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulonefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruk sisaluran kemih, dan traktusurinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Polanutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,asupannutrisi dan air naik atau turun.
4. Polaeliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
composmentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasiriet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetaliakotor, ejakulasidini, impotensi, terdapatulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan
terjadi perikarditis.

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons


individu,keluarga,atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan
yang aktual atau potensial, diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawabperawat.(Allen, 1998). Setelah dilakukan pengkajian kemungkinan diagnosa
yang akan muncul pada klien dengan penyakit ginjal kronik menurut
Nurarif,2015.

 D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan


ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler
 D.0019 Defisit nutrisi b.d kurang nya asupan makanan
 D.0122 Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium
 0056 Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
 Nyeri kronis b.d agen pencedera fisiologis
 Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan, sindromu remia

D. Intervensi
Tahap intervensi memberikan kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah-masalahk lien. Dalam intervensi terdapat empat
komponen tahap perencanaan, yaitu: membuat prioritas urutan diagnose
keperawatan, membuat kriteria hasil, menulis instruksi keperawatan, dan menulis
rencana asuhan keperawatan (Allen, 1998)

Tujuan &
No Diagnosa Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
1 D.0003 L.01003 I.01014 Pemantauan Respirasi
Gangguan Pertukaran Gas Observasi
pertukaran gas Ekspektasi: - Monitor frekuensi, irama
berhubungan meningkat kedalaman dan upaya napas
dengan ketidak Kriteria hasil - Monitor pola napas (seperti
- Tingkat bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
seimbangan
kesadaran Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ventilasi-
meningkat ataksik)
perfusi,
- Dispnea - Monitor kemampuan batuk efektif
perubahan - Monitor adanya produksi sputum
membran menurun
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
alveolus-kapiler. - Bunyi
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
napas - Auskultasi bunyi napas
Gejala dan tambahan - Monitor saturasi oksigen
tanda mayor menurun
- Pusing menurun
Subjektif:
1. Dispnea - Penglihatan
kabur
menurun
- Diaforesis
menurun
Tujuan &
No Diagnosa Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
Objektif: - Gelisah - Monitor nilai AGD
1. PCO2 menurun - Monitor hasil x-ray toraks
meningkat/ - Napas Terapeutik
menurun cupinghidung - Atur interval pemantauan
2.
PO2 menurun respirasi sesuai kondisi pasien
menurun - PCO2membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan
3.
Takikardia - PO2membaik Edukasi
4.
pH arteri - Takikard - Jelaskan tujuan dan prosedur
meningkat/ iamemb pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
menurun aik perlu
5.
Bunyi napas - pH
tambahan arteri I.01026 Terapi Oksigen
Gejala dan memba Observasi
tanda minor i - Monitor kecepatan aliran oksigen
Subjektif: - Sianosis - Monitor posisi alat terapi oksigen
1. Pusing membaik - Monitor aliran oksigen secara
2. Penglihat - Pola periodik dan pastikan fraksi yang
an kabur napas diberikan cukup
Objektif: membai - Monitor kemampuan melepaskan
1. Sianosis k oksigen saat makan
2. Diaforesis - Warna - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
3. Gelisah
kulit - Monitor tanda dan gejala toksikasi
4. Napas
membaik oksigen dan atelaktasis
cuping
- Monitor tingkat kecemasan
hidung
5. Pola napas akibat terapi oksigen
Abnormal - Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
(cepat/lamb
oksigen
at,reguler/ir
Terapeutik
eguler,dala
- Bersihkan sekret pada mulut,
m/dangkal)
6. Warna kulit hidung dan trakea, jikaperlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
abnormal
- Siapkan dan atur peralatan
(mis.
pemberian oksigen
pucat,keb - Berikan oksigen tambahan, jikaperlu
iruan) - Tetap berikan oksigen saat
7. Kesadaran
Menurun pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
2 D.0019 Defisit I.03030 Status I.03119 Manajemen Nutrisi
nutrisi Nutrisi Observasi
berhubungan Ekspektasi: - Identifika sistatus nutrisi
dengan kurang membaik Kriteria - Identifikasi alergi dan intoleransi
nya asupan hasil: makanan
makanan. - Porsi makanan - Identifikasi makanan yang disukai
yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
Gejala dan meningkat jenis nutrient
tanda mayor - Kekuatan - Monitor asupan makanan
Subjektif: otot - Monitor berat badan
(tidak tersedia) pengunyah - Monitor hasil pemeriksaan
Objektif: meningkat laboratorium
1. Berat - Kekuatan otot Teraupetik
badan menelan - Lakukaoralhygiene sebelum makan,
menurun meningkat jika perlu
minimal - Serum - Fasilitasi menentukan pedooman diet
10%di albumin (mis.Piramida makanan)
bawah meningkat - Sajikan makanan secara menarik dan
rentang - Verbalisasi suhu yang sesuai
ideal keinginan untuk - Berikan makanan tinggi serat untuk
meningkatkan mencegah konstipasi
Gejala dan nutrisi meningkat - Berikan makanan tinggi kalori dan
tandaminor - Pengetahuan tinggi protein
Subjektif: tentang pilihan - Berikan makanan rendah protein
1. Cepat makanan yang Edukasi
kenyang sehat meningkat - Anjurkan posisi dusuk,jika mampu
setelah - Pengetahuan - Anjurkan diet yang diprogramkan
makan tentang pilihan Kolaborasi
2. Kram/nyeri minuman yang - Kolaborasi pemberian medikasi
abdomen sehat meningkat sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
3. Nafsu - Pengetahuan antiemetic), jika perlu
makan tentang standar - Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun asupan nutrisi menentukan jumlah kalori dan jenis
Objektif: yang tepat nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
1. Bisin gusus
hiperaktif meningkat
- Penyiapan dan I03136 Promosi Berat Badan
2. Otot Observasi
penguny penyimpanan - Identifikasi kemungkinan
ah lemah makanan yang penyebab BB kurang
3. Otot aman meningkat - Monitor adanya mual muntah
menelan - Penyiapan dan
- Monitor jumlah kalori yang
lemah penyimpanan
dikonsumsi sehari-hari
4. Membran minuman yang - Monitor berat badan
mukosa aman meningkat - Monitor albumin, limfosit, dan
pucat - Sikap terhadap elektrolitserum
5. Sariawan makanan/minum Teraupetik
6. Serum ansesuai dengan - Berikan perawatan mulut sebelum
albumin tujuan kesehatan pemberian makan, jika perlu.
turun meningkat Sediakan makanan yang tepat sesuai
7. Rambut - Perasaan cepat
kondisi pasien (mis. Makanan dengan
rontok kenyang
tekstur halus, makanan yang
berlebih menurun
diblender, makanan cair yang
8. Diare - Nyeri
diberikan melalui NGT atau
abdomen
gastrostomy, total parenteral nutrition
menurun
- Sariawan menurun sesuai indikasi)
- Rambut rontok - Hidangkan makanan secara menarik
menurun - Berikan suplemen, jikaperlu
- Diaremenurun - Berikan pujian pada pasien/keluarga
- Berat untuk peningkatan yang dicapai
badan Edukasi
membaik - Jelaskan jenis makanan yang bergizi
- Indeks Massa tinggi,namun tetap terjangkau
Tubuh (IMT) - Jelaskan peningkatan asupan kalori
membaik yangd ibutuhkan
- Frekuensi
makan
membaik
- Nafsu
makan
membaik
- Bisingus
us
membaik
- Tebal lipatan
kulit trisep
membaik
- Membran mukosa
membaik
Tujuan &
No Diagnosa Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
4 D.0022 L.03020 I.03114 Manajemen Hipervolemia
Hipervolemiab Keseimbangan Observasi
er hubungan Cairan - Periksa tanda dan gejalahi pervolemia
dengan Ekspektasi: (mis. Ortopnea, dispnea, edema,
JVP/CVP meningkat, reflex hepato
gangguan meningkat Kriteria
jugular positif,suaranpas tambahan)
mekanis hasil: - Identifikasi penyebab hipervolemia
meregulasi, - Asupan - Monitor status hemo dinamik
kelebihan cairan (mis.frekuensi jantung, tekanan
asupan cairan, meningkat darah, MAP, CVP, PAP,PCWP,
kelebihan - Haluara
CO,CI), jika tersedia
asupannatrium nurin - Monitor intake dan output cairan
. meningkat - Monitor tanda hemo konsentrasi
- Kelembaban (mis.kadar natrium,
Gejala dan membrane BUN,hematokrit,berat jenis urine)
tanda mayor mukosa - Monitor tanda peningkatan tekanan
Subjektif: meningkat onkotik plasma (mis. kadar protein
1. Ortopnea - Asupan dan albumin meningkat)
2. Dispnea makanan - Monitor keceptan infus secara ketat
3. Paroxysmal meningkat - Monitor efek samping
nocturn - Edema menurun diuretik(mis. Hipotensi
aldyspn - Dehidrasi ortostatik,hipovolemia,hipoka
ea(PND menurun
lemia,hiponatremia)
- Asites menurun
) Terapeutik
Objektif: - Konfusi menurun
- Timbang berat badan setiap hari
1. Edema - Tekanan
pada waktu yang sama
anasarkada darah
- Batasi asupan cairan dan garam
n atau membaik - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
edemaperif - Denyut nadi Edukasi
er radial - Anjurkan melapor jika haluaran
2. Berat badan membaik urin < 0,5mL/kg/jam dalam 6 jam
meningkat - Tekanan arteri - Anjurkan melapor jika BB
dalam rata-rata bertambah > 1 kg dalam sehari
waktu membaik - Ajarkan cara mengukur dan mencatat
- Membran asupan dan haluaran cairan
singkat
3. Jugular
mukosa - Ajarkan cara membatasi cairan
membaik Kolaborasi
Venous
- Mata - Kolaborasi pemberian diuretik
Pressure
cekung
(JVP) dan/
membaik
Central
- Turgorku
Venous
lit
Pressure membaik
(CVP)
- Berat
badan
membaik
Tujuan &
No. Diagnosa (SDKI) Kriteria Intervensi (SIKI)
Hasil
(SLKI)
4. Refleks - Kolaborasi penggantian
hepatojugular kehilangan kalium akibat diuretik
positif - Kolaborasi pemberian
Gejala dan tanda continous renal replacement
minor therapy(CRRT),jika perlu
Subjektif:
(tidak tersedia) I.03121Pemantauan Cairan
Objektif: Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatas nadi
1. Distensi
- Monitor frekuensi napas
venajugularis - Monitor tekanan darah
2. Terdengar - Monitor berat badan
suara napas - Monitor waktu pengisian kapiler
tambahan - Monitor elastisitas atau turgor kulit
3. Hepatomegali - Monitor jumlah,warna dan berat
4. Kadar jenis urine
Hb/Htturun - Monitor kadar albumin dan protein
5. Oliguria total
6. Intake lebih - Monitor hasil pemeriksaan
banyak dari serum
output (balans (mis.osmolaritasserum,hematok
cairan positif) rit,natrium,kalium, BUN)
7. Kongesti paru - Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis.frekuensi nadi
meningkat,nadi teraba
lemah,tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urin
menurun,hematokrit meningkat,
haus, lemah,konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun
dalam waktus ingkat)
- Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis.dispnea,
edema perifer, edema
anasarka,JVP meningkat, CVP
meningkat, reflex hepatojugular
positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
- Identifikasi faktor risiko ketidak
seimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
aferesis,obstruksi intestinal,
peradangan pankreas,penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
5 D.0056 L.05047 I.05178 Manajemen Energi
Intoleransi Toleransi Observasi
aktivitas Aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
berhubungan Ekspektasi: tubuh yang mengakibatkan
dengan ketidak meningkat kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
seimbangan Kriteria hasil: emosional
antara suplai -Frekuensi - Monitor pola dan jam tidur
Dan kebutuhan nadi
oksigen. - Monitor lokasi dan ketidak
meningkat nyamanan selama melakukan
- Saturasi aktivitas
Gejala dan oksigen Terapeutik
tanda mayor meningkat - Sediakan lingkungan nyaman
Subjektif: - Kemudahan dan rendah stimulus
1. Mengeluh dalam (mis.cahaya,suara,kunjungan)
lelah melakukan - Lakukan latihan rentang
Objektif: aktivitas gerak pasindan/atau aktif
1. Frekuensi sehari-hari - Berikan aktivitas
jantung meningkat distraksi yang
meningkat - Kecep menenangkan
>20% dari atan - Fasilitasi duduk disisi tempat
kondisi berjala tidur, jika tidak dapat berpindah
istirahat n atau berjalan
menin Edukasi
Gejala dan tanda gkat - Anjurkan tirah baring
minor - Jarak - Anjurkan melakukkan
Subjektif: berjalan aktivitas secara bertahap
1. Dispnea meningka - Anjurkan menghubungi perawat
saat / t jika tanda dan gejala kelelahan
setelah - Kekuatan tidak berkurang
aktivitas tubuh - Ajarkan strategi koping untuk
2. Merasa tidak bagian atas mengurangi kelelahan
nyaman meningkat Kolaborasi
setelah - Kekuatan - Kolaborasi dengan ahli gizi
beraktivitas tubuh tentang cara meningkatkan
3. Merasa bagian asupan makanan
bawah
meningkat
- Toleransi
dalam
menaiki
tangga
meningkat
- Keluhan lelah
- Dipsnea saat
aktivitas
menurun
Tujuan &
No. Diagnosa Kriteria Intervensi (SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
Lemah - Dipsnea I. 05186TerapiAktivitas
Objektif: setelah Observasi
1. Tekanan aktivitas - Identifikasi deficit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemampuan
darah menurun
berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
berubah - Perasaan
- Identifikasi sumber daya untuk
>20%dari lemah
aktivitas yang diinginkan
kondisi menurun
- Identifikasi strategi meningkatkan
istirahat - Aritmia
partisipasi dalam aktivitas
2. Gambaran saat
- Identifikasi makna aktivitas
EKG beraktivit rutin (mis.bekerja) dan waktu
menunjukk as luang
an aritmia menurun - Monitor respons emosional, fisik,
saat/setela - Aritmia sosial, dan spiritual terhadap
h aktivitas setelah aktivitas
3. Gambaran beraktivitas Terapeutik
EKG menurun - Fasilitasi focus pada
menunjukk - Sianosis
menurun kemampuan,buka deficit yang
an iskemia dialami
4. Sianosis - Warna
kulit - Sepakati komitmen untuk
membaik meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
- Tekanan
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
darah
tetapkan tujuan aktivitas yang
membaik
konsisten sesuai kemampuan
- Frekuensi
fisik,psikologis,dan sosial
napas
- Koordinasikan pemilihan
membaik aktivitas sesuai usia
- EKG - Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Iskemia - Fasilitasi transportasi untuk
membaik menghadiri aktivitas,jika sesuai
Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
Tujuan &
No. Diagnosa Kriteria Intervensi(SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin
(mis.Ambulasi,mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan
waktu,energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motoric
kasar untuk pasien hiperaktif
- Tingkatan aktivitas fisik untuk
memelihara beratbadan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motoric
untuk merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komonen
memori implisit dan emosional (mis.
Kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia
- Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan
(mis.vocalgroup,bolavoli,tenis meja,
jogging, berenang, tugas
sederhana,permainan sederhana,
tugas rutin,tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga dalam aktivitas,jika
perlu
- Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktvitas dalam rutinitas
sehari-hari
- Berikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisiksehari-
hari,Jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
sosial,spiritual,dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjutkan keluarga untuk
memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas,
jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas,jika perlu
Tujuan &
No Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
. (SLKI)
6 D.0077 L.08066 I.08238 Manajemen Nyeri
Nyeri akut Tingkat Nyeri Observasi
berhubungan Ekspektasi: - Identifikasi lokasi,
dengan agen menurun Kriteria karakteristik,durasi, frekuensi,
hasil: kualitas,intensitas nyeri
pencedera
- Identifikasi skala nyeri
fisiologis. - Kemampua - Identifikasi respons nyeri nonverbal
n - Identifikasi faktor yang
Gejala dan tanda menuntaska memperberat danmemperingan
mayor Subjektif: n aktifitas nyeri
1.Mengeluh meningkat - Identifikasi pengetahuan dan
nyeri - Keluhan keyakinan tentang nyeri
Objektif: nyeri - Identifikasi pengaruh budaya
1. Tampak menurun terhadap respon nyeri
meringis - Meringis - Identifikasi pengaruh nyeri pada
2. Bersikap menurun kualitashidup
protektif - Sikap - Monitor keberhasilan terapi
(missal protektif komplementer yang sudah
waspada,posi menurun diberikan
simeng - Gelisa hmenurun - Monitor efek samping penggunaan
hindari - Kesulitan analgetik
nyeri) tidur Terapeutik
3. Gelisah menurun - Berikan teknik nonfarmakologis
4. Frekuensi nadi - Menarikdiri untuk mengurangi rasa nyeri
meningkat menurun (mis.TENS,hipnosis,akupresur,
5. Sulit tidur - Berfokus pada terapi musik, biofeedback,
diri sendiri terapipijat, aromaterapi, teknik
Gejala dan tanda menurun imajinasiterbimbing, kompres
minor - Diaforeis hangat/dingin, terapi bermain)
Subjektif: menurun - Kontrol lingkungan yang
(tidak tersedia) - Perasaan memperberat rasa nyeri (mis. suhu
Objektif: depresi ruangan, pencahayaan,
1. Tekanan darah (tertekan) kebisingan)
meningkat menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Pola napas - Perasaan takut - Pertimbangkan jenis dan sumber
berubah mengalami nyeri dalam pemilihan strategi
3. Nafsu makan cidera tulang meredakan nyeri
berubah menurun Edukasi
4. Proses - Anoreksi - Jelaskan penyebab,periode,dan
berpikirter a pemicu nyeri
ganggu menurun - Jelaskan strategi meredakan nyeri
5. Menarik diri - Perineum terasa - Anjurkan memonitor nyeri secara
6. Berfokus pada mandiri
tertekan
diri sendiri - Anjurkan menggunakan
menurun
7. Diaforesis analgetik secara tepat
- Uterus - Ajarkan teknik
teraba nonfarmakologis untuk
membulat mengurangi rasa nyeri
menurun Kolaborasi
- Ketegangan
otot menurun - Kolaborasi pemberian analgetik,jika
- Pupil perlu
dilatasi
menurun I.08243 Pemberian Analgesik
- Muntah menurun Observasi
- Mual menurun - Identifikasi karakteristik nyeri
- Frekuensinad (mis.pencetus, pereda, kualitas,
i membaik lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergiobat
- Pola
- Identifikasi kesesuaian jenis
napas
analgesic (mis.narkotika, non-
membaik
narkotik, atau NSAID) dengan
- Tekanan
tingkat keparahan nyeri
darah
membaik
- Proses
berpikir
membaik
- Fokus membaik
- Fungsi
berkemih
membaik
- Perilaku
membaik
Tujuan &
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
- Nafsu - Monitor tanda-tanda vital
makan sebelum dan sesudah pemberian
membaik analgesik
- Pola tidur - Monitor efektifitas analgesik
membaik Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesic
optimal,jika perlu
- Perimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
- Tetapkan target efektifitas
untuk mengoptimalkan
respon spasien
- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesic dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgetik, sesuai
indikasi
7 D.0129 L.14125 Integritas I.11353 Perawatan Integritas Kulit
Gangguan Kulit dan Jaringan Observasi
integritas Ekspektasi: - Identifikasi penyebab gangguan
kulit meningkat Kriteria integritas kulit (mis. perubahan
berhubungan hasil: sirkulasi, perubahan status nutrisi,
dengan - Elastisitas penurunan kelembaban, suhu
meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
kelebihan
- Hidrasi mobilitas)
volume
meningkat Terapeutik
cairan,
- Perfusi - Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah
sindromure baring
mia. jaringan
meningkat - Lakukan pemijatan pada area
- Kerusakan penonjolan tulang,jika perlu
Gejala dan - Bersihkan perineal dengan air
jaringan
tanda hangat,terutama selama
menurun
mayor periode diare
Subjektif: - Kerusakan
lapisan kulit - Gunakan produk berbahan
(tidak tersedia) petrolium atau minyak pada kulit
Objektif: menurun
- Nyeri menurun kering
1.Kerusaka - Gunakan produk berbahan
jaringan - Perdaraha
n menurun ringan/alami dan hipoalergik pada
dan / kulit sensitif
atau - Kemeraha
n menurun - Hindari produk berbahan dasar
lapisan alkohol pada kulit kering
kulit - Hematom
Gejala dan a menurun Edukasi
tanda minor - Pigmentas - Anjurkan menggunakan
Subjektif: i abnormal pelembab (mis.lotion, serum)
(tidak menurun - Anjurkan minum air yang cukup
tersedia) - Jaringan - Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Objektif: parut
1. Nyeri
- Anjurkan meningkatkan asupan
menurun
2. Perdarahan - Nekrosis buah dan sayur
3. Kemerahan menurun - Anjurkan menghindari
4. Hematoma - Abrasi terpapar suhu ekstrem
kornea - Anjurkan menggunakan
menurun tabirsurya SPF minimal 30 saat
- Suhu kulit berada diluar rumah
membaik - Anjurkan mandi dan
- Sensasi membaik menggunakan sabun secukupnya
- Tekstur membaik
- Pertumbuhan
rambut
membaik
Tujuan &
No. Diagnosa Kriteria Intervensi(SIKI)
(SDKI) Hasil (SLKI)
I.4564 Perawatan Luka
Observasi
- Monitork arakteristik luka
(mis.drainase,warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlakah
- Cukur rambut disekitar daerah
luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai
kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dandrainase
- Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuaikondisi
pasien
- Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5g /kgBB
/hari
- Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis.vitamin A, vitami C,
Zinc, asam amino), sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS
(stimulasi sarap
transkutaneus), jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement
(mis.enzimatik,biologis,mekanis,aut
olitik),jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik,
jikaperlu
E. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien
memenuhi criteria hasil. Dalam implementasi terdapat tiga komponen tahap
implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan
kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap
asuhan keperawatan (Allen, 1998)
F. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan criteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya secara umum, evaluasi
ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. Evaluasi terbagi
menjadidua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
berfokuspada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan,
dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis
data (pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan (Asmadi, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Allen, Carol Vestal. (1998). Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan.
Jakarta: EGC
Bagian Perencanaan. (2017). Profil 2017 Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie.
Diunduh pada tanggal 1 Desember 2018
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20A WS%202017.pdf
Baradero, Mary, dkk. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J.
(2009). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC
Hasmi. (2012). Metode Penulisan Epidemiologi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Hidayat Alimul Aziz, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Diunduh pada tanggal 18 November 2018
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin%20ginjal
%202017.pdf
Irwan.(2016). Epidemiologi Penyakit yang Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish
Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Hasil Utama
RISKESDAS 2018. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf
Moeloek, F Nila. (2018). Air Bagi Kesehatan: Upaya Peningkatan Promotif Preventif Bagi
Kesehatan Ginjal Di Indonesia. Diunduh pada tanggal 18 November 2018
https://www.persi.or.id/images/2018/data/materi_menkes.pdf
Nuari, Nian A. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaannya, Ed.1.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish
Nurarif, Huda A, dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Pernefri. (2016). Report Of Indonesian Renal Registry. Diunduh pada tanggal 18 November
2018
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL%20REGISTRY
%202016.pdf
Rajiv, Saran. (2016). The State of Kidney Disease in the US: New Findings & High Impact
Practices Linked to Improved Patient Outcomes. Jurnal USRDS. Vol.2. Diunduh pada tanggal 18
November 2018
https://www.usrds.org/2016/pres/The_State_of_Kidney_Disease_in_US.p df
Smeltzer, C Suzanne & Bare, G Brenda. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner&Suddarth, Ed.8, Vol.2. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Trihono. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh pada tanggal 18 November 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Anda mungkin juga menyukai