Anda di halaman 1dari 30

KOMUNIKASI TERAPIUTIK PADA

PASIEN GANGGUAN JIWA


Ns. Fransiska Erna Damayanti
Pendahuluan
• Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
• Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk
membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran
dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart &
sundeen,1995).
Tujuan Komunikasi terapiutik
• 1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan;

• 2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya;

• 3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

• Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan
memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional
10.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika
perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
Lanjutan
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada
beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan
gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita
gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan
perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit
terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita
penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja
jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Lanjutan
• Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan
sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang
benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus
terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan
mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi
dengan penderita gangguan jiwa :
1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama –
sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi
atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan terapi – terapi lain,
jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.
Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa
komponen, beberapa komponen tersebut adalah:
1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang
bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan
melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang - orang
terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi
stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor menjadi
satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka hasilnya tentu perlaku
positif, jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi sombong,
jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan mengalami Harga Diri
Rendah.
Lanjutan
4. Ideal
Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia seharusnya :
" saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak pengusaha" comment
tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya
sudah maksimal" comment ini adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan
kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan
keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa
dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis
anak.
Lanjutan
7. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara kembar peluang
nya 50 %.
8. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung munculnya gangguan
jiwa.
9. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat, perubahan pada
neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
10. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia maka dia akan
mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini berlangsung lama bisa memicu gangguan
jiwa.
11.Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis, dampak jangka
panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
Lanjutan
1. Kondisi Klien
a) Data Subjektif (DS)
1. Klien Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
Lanjutan
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
• b). Data Objektif (DO)
1. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh)
2. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
3. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)
4. Status perkawinan yang tidak harmonis

Lanjutan
Diagnosa Keperawatan
• Risiko bunuh diri
Tujuan Khusus
1. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
2. Klien dapat melakukan kegiatan sehari- hari
3. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan

Tindakan Keperawatan
• Memberikan manajemen koping
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SP

Prolog:

• Seorang perempuan berusia 32 tahun diantar oleh keluargaya ke UGD RSJ dengan
keluhan, dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih apabila diajak bicara
menjawab “ segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan pernah mencoba
menyayat - nyayat tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga berusaha
menyingkirkan benda- benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien dan
selalu memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.
Lanjutan
• Percakapan

• 1. Fase Perkenalan

• Salam terapeutik

• P : “ Selamat pagi, ibu!”

• K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien


Lanjutan
• b). Perkenalan diri perawat dan klien

• Perawat : “Perkenalkan, nama saya Nur Izza Afi. Ibu bisa panggil saya Izzah. Kalau boleh tahu
nama ibu siapa?”

• K : “D “

• P : “ Oh, dengan Ibu D. Ibu senang dipanggil apa?”

• K : “terserah”

• P : “Baiklah, saya panggil mbk saja boleh ya?”

• K : “hm”
Lanjutan
• c). Menyepakati pertemuan

• P : “ Oke. Baiklah mbk, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya sekitar


… menit, bagaimana?”

• K : “hm”

• P : “ mbk D ingin kita mengobrol dimana?”

• K : “ di sini aja”
Lanjutan
• d). Melengkapi identitas

• P : “ Baiklah mbk D, kami adalah mahasiswa STIKES BWI yang bertugas


diruangan ini. Kami perawat yang akan membantu merawat mbk. Hari ini sampai
2 hari yang akan datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari jam
07.00 sampai jam 14.00 WIB nanti.”

• K : “hm”
LANJUTAN
• e). Menjelaskan peran perawat dan klien
• P : “ Disini saya berperan merawat mbk D, apakah mbk D, berkenan berbagi
cerita agar masalah yang dialami mbk D dapat sedikit terasa ringan. ”
• K : “mbk siapa ? Saya tidak mengenal mbk ?”
• P : “bukan seperti itu maksud kami , mbk D. Kami hanya menyelesaikan tugas
kami dalam membantu meringankan beban pasien termasuk MBK D, jika
berkena”
• K : “ Bukan urusan kamu”
LANJUTAN
f). Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
• P : “Apakah mbk D tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat melakukan aktifitas seperti
biasanya?”

• K : “iya, pengen”

• P : “ Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung jawab kami. Dan kami
harapkan mbk D,juga bertanggung jawab untuk sembuh, supaya mbk D dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya minimal mbk D bisa mereedam rasa emosinya”

• K : “hm”
LANJUTAN
• g). Harapan perawat dan klien

• P : “ mbk D, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang menjadi


harapan mbk D, juga akan menjadi harapan kami. Karena itu, semua
hal yang menjadi keluhan mbk D, bisa mbk D sampaikan kepada
kami.”

• K : “hm”
LANJUTAN
h). Kerahasiaan

• P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mbk tidak keberatan, mbk bisa
sharing dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-
keluhan yang sedang mbk D alami. Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan
jalan keluarnya dan saya tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak
berhak untuk tahu akan hal itu.”

• K : Beneran?

• P : betul mbk kami akan menjaga semua rahasia mbk.


lanjutan
• i). Tujuan Hubungan

• P : “ Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita.
Tujuannya supaya tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal mungkin dan
memberikan hasil terbaik untuk kami dan terutama mbk D. Bagaimana, MBK?”

• K : “Ya”
j). Pengkajian keluhan utama

• P : “ Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mbk saat ini atau apa yang mbk D rasakan
saat ini?”

• K : “saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada gunanya”

• P : “ memangnya yang membuat mbk capek hidup dan ingin mati apa mbk?”

• K : “ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”

• P : “lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mbk D?


Lanjutan
• K : “hilang, ditelan bumi”

• P : “apa mbk D memberhentikan diri dari pekerjaan Mbk D?”

• K : “dipecat”

• P : “Berarti Mbk dulu bekerja?

• K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi ibu dan adik saya uang

• P: Oh, ya saya mengerti. Begini mbk.. Umur,Rejeki, dan jodoh itu Tuhan yang mengatur. Apa
mas percaya akan hal itu? .”

• K: “hm”
Lanjutan
• P: Nah.. bagus kalo mbk D paham, berarti Mbk D tidak perlu untuk merasa capek hidup, atau
mbk D meminum minuman beracun atau berusaha menyayat nyayat tangan sendiri sakit tidak
tidak ?

• K: mmmmmm…. Iya juga sih”

• P: mbk sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?

• K: Sayang lah..

• P: nah.. kalo mbk D sayang, jangan berusaha untuk mengakhiri hidup tidak boleh untuk bunuh
diri, mbk D harus semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mbk D harus yakin
dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa menyahur hutang ya
mas?
Lanjutan
• K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”

• P: nah, makanya mbk D harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mbk D hobinya apa?

• K: Makan kerupuk, masak , bersih bersih ”

• P: “oooh iya iya… naah boleh itu MBK dijadikan sampingan, kalau mbk D sudah merasa
lelah atau stresss mas heksa refresing.. atau mengobrol sama teman teman.

• K : “gitu?”

• P : “iya, supaya fikiran mbk D bisa rileks dan tenang”

• K : “ya”
Kontrak yang akan datang

• P : “ Baiklah mbk D, karena sudah … menit, kami pamit. Besok kita bisa
mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?

• K : “hm”

• Waktu

• P : “ MBK mau sharingnya ini jam berapa?”

• K : “terserah”
LANJUTAN
• P : “baiklah MBK D, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di jam yang sama yaitu jam
09:30 WIB ya?”

• P : “ya”

• Tempat

• P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”

• K : “sini”

• P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “

• Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mbk D. Kami permisi dulu.
Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan di tempat ini ya

• K : “hm”
TERIMA KASIH
• SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai