Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.

Y
UMUR 32 TAHUN G3P2A0 DIKLINIK PRATAMA TANJUNG
TANGGAL 29 JANUARI 2022
DISUSUN DALAM RANGKA PKK II.1 PRODI D3 KEBIDANAN MEDAN
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

DISUSUN OLEH :
1. ANGGI SYAFUTRI
2. KHADIJAH SIREGAR
3. KHOIROTUNNISA
4. PUSPITA ISNAINI
5. PUTRI ARISKA BR GINTING

DOSEN PEMBIMBING : ARIHTA SEMBIRING SST.M.KES

PROGRAM STUDI D – III KEBIDANAN MEDAN


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
T.A.2021/2022

PROGRAM STUDI D – III KEBIDANAN MEDAN


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
T.A.2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukut penulis kami hantarkan kepada Tuhan yang Maha Esa Karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga dengan ijinya penulis dapat
menyelesaikan laporan.
Penyusun laporan ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari
semua pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh Karena itu
penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi untuk perbaikan makalah ini.

Medan, 02 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penyusunan .......................................................................... 4
1.4 Manfaat............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Nifas ....................................................................................... 6
2.2 Personal Hygine ............................................................................... 10
2.3 Penyembuhan Luka .......................................................................... 15
2.4. Hubungan Perawatan Perineum dengan Kesembuhan Luka Perineum 21
BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas .................................................. 22
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 30
4.2 Saran................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.1.1 Pengertian
Proses kehamilan dan persalinan merupakan proses yang fisiologis dialami oleh
hampir semua wanita, begitu pula pada masa post partum. Post Partum adalah masa
yang rentan bagi kelangsungan hidup ibu baru bersalin. Pelayanan post partu
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama periode 6 jam sampai
42 hari setelah melahirkan. Ibu post partum pada saat persalinan seringkali
mengakibatkan robekan jalan lahir, untuk mencegah terjadinya robekan pada perineum
akibat desakan kepala janin, seringkali perlu dilakukan tindakan episiotomi sehingga
memudahkan pengeluaran bayi (Handayani & Prasetyorini, 2017).

Menurut WHO, kematian ibu adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan
lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2017)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat menggambarkan
kesejahteraan masyarakat disuatu negara. Target Sustainable Development
Goals(SDGs) menargetkan pada tahun 2030 mengurangi rasio kematian ibu secara
global menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data Wordl
Health Organization (WHO) tahun 2013 AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa (WHO,
2015). Angka kematian ibu pada tahun 2015 yaitu 303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu
dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang 20 kali lebih tinggi
dibandingkan angka kematian di negara maju yaitu 12 per 100.000 kelahiran hidup
(WHO, 2017).

1
Angka Kematian Ibu di Indonesia yang merupakan indikator keberhasilan upaya
kesejahteraan ibu. Di antaranya dapat dilihat dari indikator AKI selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas.
Penurunan AKI di indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari
390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 AKI meningkat
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu tahun 2015 mengalami
penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup ( Kemenkes RI, 2016)

Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Sumatra Utara tahun 2020
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu di Sumatera
Utara sepanjang 2020 sebanyak 187 kasus dari 299.198 sasaran lahir. Sehingga angka
kematian ibu tahun 2020 sebesar 65,50 per 100.000 kelahiran hidup. Ini berdasarkan
laporan pemantauan wilayah setempat (PWS) kesehatan ibu dan anak (KIA )
Sementara untuk jumlah kasus kematian bayi sepanjang tahun 2020 sebanyak 715
kasus dari 299.198 sasaran lahir hidup.Sehingga angka kematian bayi 2020 sebesar
2,39 per 1.000 kelahiran hidup, Meskipun jumlah kasus kematian ibu dan anak
sepanjang tahun 2020 masih tinggi, lanjut dia, jumlah tersebut mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian pada tahun 2019. Untuk kasus
kematian ibu pada 2019 sebanyak 202 kasus dari 302.555 sasaran lahir hidup.
Sementara kasus kematian bayi sebanyak 790 kasus dari 302.555 sasaran lahir hidup.
(ProfilKesehatanProvinsi sumut )

Faktor yang meyebabkan rendahnya kunjungan nifas antara lain, pendidikan terakhir,
jarak kehamilan, sikap dan presepsi kontrol perilaku. Berdasarkan penelitian Pinarsih,
Tri, dkk (2017) semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi frekuensi
kunjungannya, karena seseorang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon
yang lebih rasional terhadap informasi kesehatan yang diterima dan akan berpikir
sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari informasi tersebut.
Jarak kehamilan juga menjadi salah satu faktor rendahnya kunjungan nifas
dikarenakan ibu primipara atau ibu yang pertama kali melahirkan belum memiliki
pengalaman persalinan sehingga melaksanakan PNC karena merasa khawatir dengan
kesehatan diri dan bayinya. Sikap positif seorang ibu juga berkaitan dengan kunjungan

2
nifas, dalam penelitian didapatkan bahwa responden mempunyai sikap positif terhadap
pelayanan nifas sehingga responden cenderung melakukan kunjungan nifas
dikarenakan merasa perlu mengetahui kondisi ibu maupun bayinya. Dan yang terakhir
adalah presepsi kontrol perilaku, responden dengan jangkauan pelayanan kesehatan
yang mudah kemungkinan melaksanakan PNC 7,388 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan responden yang jangkauan pelayanan kesehatannya sulit, dengan kata lain
responden dengan jangkauan pelayanan kesehatan yang sulit kemungkinan
melaksanakan PNC 0,135 kali lebih rendah dibandingkan dengan responden yang
jangkauan pelayanan kesehatannya mudah. Pada teori TPB persepsi kontrol perilaku
ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan mengantisipasi halangan-halangan yang
ada sehingga semakin menarik sikap dan norma subjektif terhadap 4 perilaku, semakin
besar persepsi kontrol perilaku semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan
perilaku yang sedang dipertimbangkan.
Masalah-masalah yang sering terjadi selama masa nifas antara lai ain, bendungan ASI
dan kaki bengkak. Bendungan ASI sebanyak 12 orang, dikarenakan banyak ibu nifas
di wilayah klinik Andri Thresia Angriani Am.Keb yang bekerja diluar rumah dan
kurangnya kesadaran ibu untuk memeras ASI dan mengosongkan payudara saat
payudara terasa penuh, sedangkan kaki bengkak sebanyak 5 orang setiap bulan, hal
dikarenakan kurangnya penerapan senam nifas oleh ibu nifas, kurangnya mobilisasi
serta adanya budaya untuk tidak keluar rumah atau melakukan aktivitas selama 40 hari.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, perlu adanya pemberian asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dimulai dari 6
jam setelah persalinan. Oleh karena itu, penulis melakukan studi kasus dalam rangka
penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Studi Kasus Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas di Klinik bidan Andri Thresia Angriani,Am.keb“

1.2 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dari studi kasus ini ialah berdasarkan ruang lingkup asuhan yang
diberikan kepada ibu masa nifas dimulai dari 6 jam setelah plasenta lahir

1.3 TUJUAN PENYUSUNAN

3
1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan nifas dengan menggunakan


pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada ibu nifas,


b. Manegakkan diagnosa dan masalah kebidanan pada ibu nifas,
c. Menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu nifas
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas,
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas,
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu nifas,
h. Mendokumentasikan temuan dan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada
ibu nifas
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan pemahaman penulis tentang asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas secara komprehensif guna meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.
1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan selama perkuliahan pada


pelaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Pendidikan untuk menambah sumber informasi dan referensi serta bahan bacaan
mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan D4 Kebidanan Medan. Terkait
persalinan normal

d. Bagi Klien

4
Klien dapat meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan asuhan kebidanan nifas
secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MASA NIFAS
2.1.1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Sutanto,
2018). Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Sutanto, 2018)

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan psikis ataupun fisik baik primipara
maupun multipara. Primipara adalah seorang wanita yang pernah sekali melahirkan
janin yang mencapai viabilitas (Arma et al., 2015). Salah satu perubahan yang terjadi
pada ibu nifas adalah perubahan pada payudara (Sutanto, 2018). Payudara merupakan
kelenjar yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada yang berfungsi untuk menyusui
(Sutanto, 2018).

Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alatalat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.
2.1.2 Tahap Masa Nifas
Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Puerperium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-
8 minggu.
c. Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Anggraeni,
2017).
2.1.3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

6
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post
partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara
lain (Anggraeni, 2017) :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Palpasi Serviks
Uteri Uterus
Plasenta Lahir Setinggi Pusat 1000 gram 12.5 cm Lunak,Lembut

7 Hari Pertengahan
(Minggu 1) antara pusat 500 gram 7,5 cm 2 cm
dan simpisi
14 Hari Tidak Teraba 350 gram 5 cm 1 cm
(Minggu 2)
6 Minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak
sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium. 10
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.

7
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke14.
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila
terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea
purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina 11 secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

c. Perubahan Sistem Perkemihan

8
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil
dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“diuresis”.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang 12 meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga
akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga
volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga
sampai kelima postpartum.

a. Perubahan Tanda-tanda Vital


Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :

1). Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat
dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan
naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.

2) Nadi

9
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post sehabis melahirkan
biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada
kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post
partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum.

5) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
2.2 PERSONAL HYGIENE

2.2.1. Pengertian Personal

Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Jika seseorang sakit, masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele. Personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2016). Pemenuhan personal hygiene
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan
personal hygiene diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik
personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan
garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan
hygiene pasien, atau 14 membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu
maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter dan Perry, 2017).

10
2.2.2 Tujuan perawatan personal hygiene

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan (Tarwoto, 2017)

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Menurut Tarwoto (2017), sikap
seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya.


Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh
individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.

b. Praktik sosial

Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal
hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi
kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti jompo mereka tidak dapat
mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi 15 tersebut akan mereka
dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai kemampuan
fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri.
c. Status sosio ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan

11
diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu
untuk meningkatkan personal hygiene.
e. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda.
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan
seseorang Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.
2.2.4. Macam-macam personal hygiene
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki
personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya
yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki
dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya.
Menurut Potter dan Perry (2017) macam-macam personal hygiene adalah:

a.Perawatan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur
temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa lapisan tipis dari sel yang
mengalami tahapan berbeda dari maturasi, melindungi jaringan yang berada di
bawahnya terhadap kehilangan cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta
mencegah masuknya mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Dermis,
merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan kolagen dan serabut
elastik untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang melalui lapisan dermal. Kelenjar

12
sebasea mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum
meminyaki kulit dan rambut untuk menjaga agar tetap lemas dan liat. Lapisan
Subkutan terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus
yang terisi dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas bagi
tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan
pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan mengeliminasi sel
mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat penting untuk memelihara
kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada kondisi fisik dengan
perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh
dan sehat, fungsi fisiologisnya

b.Mandi

Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan sebagai
pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi
individu dengan ketergantungan total dan memerlukan personal hygiene total.
Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada
kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat hygiene yang diperlukan. Individu
yang bergantung dalam kebutuhan hygienenya sebagian atau individu yang terbaring
di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua bagian
badan memperoleh mandi sebagian di tempat tidur.

c. Perawatan Mulut

Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan
bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan
bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau
dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi
dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan. Hygiene mulut yang
baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.

d. Perawatan mata, hidung dan telinga

Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk membersihkan mata,
hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus

13
yang diperlukan untuk mata karena secara terusmenerus dibersihkan oleh air mata,
kelopa mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata.
Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang
serumen terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh
keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila
benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi
suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan
kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam
sistem pernapasan.

e. Perawatan rambut

Penam pilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara


penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat,
menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut, distribusi
pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal,
stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan
dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang
memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status
kesehatan diri dapat diidentifikasi.

f. Perawatan kaki dan kuku

Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau,
dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan
kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting
dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan
sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang
terpisah.
g. Perawatan genetalia/Vulva Hygiene
1) Pengertian

14
Vulva hygiene adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antar paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Menjaga
kebersihan pada masa nifas untuk menghindari infeksi,baik pada luka jahitan atau kulit
(Anggraeni, 2017).
2) Tujuan Vulva Hygiene
a) Mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
b) Pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari
setelah kelahiran anak atau aborsi.
3) Perawatan Luka Perineum Menurut APN adalah sebagai berikut :
a) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
b) Menghindari pemberian obat trandisional.
c) Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.
d) Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3 – 4 x sehari.
e) Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan
penyembuhan luka.

2.3. PENYEMBUHAN LUKA

2.3.1. Pengertian
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang
rusak (Boyle, 2017). Pada ibu yang baru melahirkan, banyak komponen fisik normal
pada masa postnatal membutuhkan penyembuhan dengan berbagai tingkat. Pada
umumnya, masa nifas cenderung berkaitan dengan proses pengembalian tubuh ibu ke
kondisi sebelum hamil, dan banyak proses di antaranya yang berkenaan dengan proses
involusi uterus, disertai dengan penyembuhan pada tempat plasenta (luka yang luas)
termasuk iskemia dan autolisis. Keberhasilan resolusi tersebut sangat penting untuk
kesehatan ibu, tetapi selain dari pedoman nutrisi (yang idealnya seharusnya diberikan
selama periode antenatal) dan saran yang mendasar tentang higiene dan gaya hidup,
hanya sedikit yang bisa dilakukan bidan untuk mempengaruhi proses tersebut.
2.3.2. Fisiologi penyembuhan luka

15
Menurut Smeltzer dan Suzanne (2016) beragam proses seluler yang saling tumpang
tindih dan terus menerus memberikan kontribusi terhadap pemulihan luka, regenerasi
sel, proliferasi sel, dan pembentukan kolagen.
Respon jaringan terhadap cidera melewati beberapa fase yaitu :
a. Fase inflamasi
Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cidera.
Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler 21 terbentuk dalam upaya
untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit
dan diikuti oleh vasodilatasi venula.
Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak
oleh enzim intraseluler. Sehingga histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan
permebialitas kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah
seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium
vaskuler selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan
nyeri. Sel-sel basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan selsel anak
yang bermigrasi. Dengan aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan
menghancurkan bagian dasar bekuan darah. Celah antara kedua sisi luka secara
progresif terisi, dan sisinya pada akhirnya saling bertemu dalam 24 sampai 48 jam.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang
bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini
berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi
yang baru. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Banyak
vitamin, terutama vitamin C sangat membantu proses metabolisme yang terlibat dalam
penyembuhan luka.
b. Fase maturasi
Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang mengurangi jaringan parut
tetapi meningkatkan kekuatannya.
2.3.3. Proses penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka menurut Smeltzer dan Suzanne (2017) yaitu :

16
a. Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya
tepi luka biasanya dengan jahitan.
b. Per Sekunden yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan perprimam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap
terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan,
terkontaminasi atau terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan
pembentukan jaringan granulasi.
c. Per Tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama
beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih, tepi luka
dipertautkan (4-7 hari). 4. Faktor Eksternal Penyembuhan Luka
Menurut Smeltzer Smeltzer dan Suzanne (2016) faktor – faktor eksternal yang
mempengaruhi penyembuhan luka yaitu :
a. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa mendapatkan
perlindungan dan dukungan serta nasihat – nasihat khususnya orang tua dalam
merawat kebersihan pasca persalinan.
b. Tradisi
Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan
masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern. Misalnya
untuk perawatan kebersihan genital, masyarakat tradisional menggunakan daun sirih
yang direbus dengan air kemudian dipakai untuk cebok.
c. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan lama
penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang telebih masalah
kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung lama.
d. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyebuhan perineum adalah
keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas seharihari pasca persalinan.
Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka
perineum berlangsung lama karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri.
e. Penanganan petugas

17
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh penangan
petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan
lama penyembuhan luka perineum.
f. Kondisi ibu
Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental, dapat menyebabkan lama
penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat merawat diri dengan baik.
g. Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat
dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka perineum.

2.3. 5. Faktor Internal Penyembuhan Luka


Menurut Smeltzer dan Suzanne (2015) faktor – faktor internal yang mempengaruhi
penyembuhan luka yaitu :
a. Usia
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua. Orang yang
sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti trauma jaringan atau infeksi.
b. Penanganan
jaringan Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.
c. Hemoragi
Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus disingkirkan.
Area menjadi pertumbuhan untuk infeksi.
d. Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan
oksigen dan nutrient yang tersedia untuk penyembuhan luka.
e. Faktor lokal edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada
pembuluh.
f. Defisit nutrisi
Sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat.
Dapat terjadi penipisan protein-kalori.

18
g. Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) yang tidak baik dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.
h. Defisit oksigen
1) Insufisien oksigenasi jaringan : Oksigen yang tidak memadai dapat diakibatkan
tidak adekuatnya fungsi paru dan kardiovaskular juga vasokonstriksi setempat.
2) Penumpukan drainase : Sekresi yang menumpuk menggangu proses penyembuhan.
i. Over aktivitas Menghambat perapatan tepi luka. Mengganggu penyembuhan yang
diinginkan.
2.3. 6. Penyembuhan Luka Perineum
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari
post partum. Kriteria penilaian luka adalah: 1) baik, jika luka kering, perineum
menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa); 2)
sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi (merah,
bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa); 3) buruk, jika luka basah, perineum
menutup/membuka dan ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri,
fungsioleosa) (Mas‟adah, 2015).
a. Penghambat keberhasilan penyembuhan luka menurut Boyle (2016) adalah sebagai
berikut
1) Malnutrisi
Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,
meningkatkan dehisensi luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, dan parut
dengan kualitas yang buruk. Defisien nutrisi (sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat) tertentu dapat berpengaruh pada
penyembuhan.
2) Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat merusak
penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun dapat mengurangi aliran darah
perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C yang sangat penting untuk
penyembuhan.

19
3) Kurang tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur meningkatkan
anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam proses anabolisme.
4) Stres
Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga menghambat
penyembuhan luka.
5) Kondisi
medis dan terapi Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu
seperti AIDS, ginjal atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel proliperatif
untuk perbaikan luka.
6) Apusan kurang optimal
Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan organisme tersebar
kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas ke dalam jaringan granulasi
dan mengganggu jaringan yang baru terbentuk
. 7) Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka
Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka adalah lembab
dan hangat.
8) Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan granulasi serta
pembentukan jaringan parut.
7. Ruang Lingkup Perawatan Perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ – organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada pembalut ( Farrer,
2016 ).
Waktu untuk perawatan perineum yaitu :
a. Saat mandi Pada saat mandi, ibu nifas pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka
terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk
itu diperlukan pembersihan perineum.

20
b. Setelah buang air kencing Pada saat buang air kencing terjadi kontaminasi air seni
pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum
c. Setelah buang air besar Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa – sisa
kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan
perineum secara keseluruhan.

2.4. HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM DENGAN KESEMBUHAN LUKA


PERINEUM
Menurut Suwiyoga (2015) akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea menjadi lembab sehingga
sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya
infeksi pada perineum.
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Pada kenyataan
fase-fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran dan
tempat luka, kondisi fisiologis.

21
BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


PADA NY.Y G3P2A0 DI KLINIK PRATAMA TANJUNG
TANGGAL 29 JANUARI 2022

1. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/ BIODATA
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. I
Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun
Suku : Batak Suku : Batak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Diploma III Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Apoteker pekerjaan : Petani
Alamat :Desa Lestari Alamat : Desa Lestari

B. ANAMNESA
DATA SUBYEKTIF
Pada tanggal 29 Januari 2022
Alasan kunjungan ini : ibu nifas 6 jam post partum
Riwayat persalinan : ibu sudah pernah melahirkan
Tempat melahirkan : klinik pratama tanjung
Ditolong oleh : Bidan
A. IBU
BB sebelum hamil :62 kg
BB saat hamil :76 kg
Jenis persalinan : spontan
Melahirkan anak : Ke tiga
Komplikasi dan kelainan dalam persalinan : tidak ada
Plasenta dan selaput ketuban :Lahir lengkap

22
Perenium : 3 jahitan
Perdarahan total : 200 cc
Tindakan lain : tidak ada

B. BAYI

Lahir : tanggal 29 januari 2022 jam :21.51 wib


Berat badan : 3500 gram PB : 51 cm Apgar skor : 8-9
Jenis kelamin : laki
Cacat bawaan : tidak ada
Masa gestasi : 39 minggu
Komplikasi : tidak ada
Keadaan postpartum sekarang : baik
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : Baik
Ambulasi :-
Keluhan : tidak ada
Nafsu makan :bayi sudah dilakukan IMD dan asi baru keluar sedikit
Eliminasi : sudah ada
Ketidak nyamanan / rasa nyeri : tidak ada
Pengalaman menyusui : ibu sudah pernah menyusui

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda – tanda vital
TD : 120/ 80 mmhg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 25 x/i
Suhu : 36°c
Mata : konjungtiva tidak pucat
Sklera : tidak ikterus
Mulut : Bersih

23
Payudara : Asi sudah keluar sedikit
Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol dan besar
Uterus : 2 jari dibawah pusat
Pengeluaran lochia : lochia : Sanguinolenta
Warna : merah kecoklatan
Jumlah : 2x ganti pembalut
Konsistensi : encer
Bau :-
Perenium : ada luka jalan lahir
Kandung kemih : kosong
Ektremitas oedema : tidak ada
Refleks kiri/kanan : baik
Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA
Ny Y G3P2AO umur 32 tahun 6 jam post partum dengan keadaan perut ibu mulas dan bayi
baik
III. DIAGNOSA POTENSIAL
TIDAK ADA
IV. TINDAKAN SEGERA
TIDAK ADA
V. PERENCANAAN
1. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan
2. Beri tahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu
3. Observasi keadaan umum, TTV, kontraksi uterus dan pendarahan
4. Anjurkan Ibu Istirahat yang Cukup Dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
5. Beritahu ibu KIE tentang ASI ekslusif
6. Beritahu ibu tanda tanda bahaya Nifas
7. Beritahu ibu akan dilakukan pemijatan Oksitosin dan totok wajar

24
8. Beritahu ibu akan dilakukan pemijatan pada bayi (masase)
9. Berikan Ibu Terapi Obat
10. Beritahu ibu kunjungan ulang

VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik baik saja
2. Memberitahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal yang fisiologis dialami
ibu nifas. Rasa mules diakibatkan dari kontraksi uter untuk mencegah perdarahan selain
itu selama masa nifas juga akan terjadi peningkatan suhu tubuh sedikit pusing dan lemas
yang diakibatkan karena kelelahan .
3. Mengobservasi KU,TTV,kontraksi Uterus dan Perdarahan
- KU ibu : ibu merasa mulas dikarenakan kontraksi uterus
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36°C
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 25x/i
Perdarahan : 1 Pembalut tidak penuh
Kontraksi Uterus : Baik
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 8/hari dan menganjurkan ibu
makanan yang bergizi seperti nasi , sayuran hijau, buah buahan, kacangan, telur ,
tempe, daging dan ikan ,dan menganjurkan ibu banyak minum minimal8 gelas perhari
untuk membantu memperbanyak produksi asi dan istirahat yang cukup serta makan
makanan yang bergizi dan berfugsi untuk menambah energy ibu selama menyusui
5. Memberikan ibu KIE tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI saja selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan , ASI adalah makanan yang penting bagi bayi karena ASI
mengandung gizi yang cukup yg dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya
6. Memberitahu ibu tentang tanda tanda bahaya masa nifas
- Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang lembek yang
dapat berakibat pada pendarahan
- Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada payudara, putting susu
,dan lecet kemerahan disekitar payudara
- Infeksi pda luka perineum yang ditandai dengan daerah luka kemerahan , bengkak,
nyeri dan keluar cairan atau nanah yang berbau

7. Ibu sudah mendapatkan pijat oksitoksin dan totok wajah,


Pijat oksitosin adalah pijatan yang dilakukan di punggung, tepatnya di sepanjang
tulang belakang sebagai upaya melancarkan keluarnya ASI dari payudara ibu
menyusui. Pijat oksitosin bisa menjadi semakin efektif jika dilakukan secara rutin dan
dilakukan dengan kelembutan dan rasa penuh kasih sayang.

25
Pijatan ini diyakini mampu memicu peningkatan produksi hormon oksitosin. Hormon
oksitosin adalah hormon yang membantu tubuh dalam proses pengeluaran ASI. Oleh
sebab itu, pijatan ini pun dikenal dengan nama ‘pijat oksitosin’. yg bertujuan untuk:
1. Meredakan nyeyi tubuh
2. Meningkatkan sirkulasi darah
3. Membantu pengencangan bagian perut dan membantu pemulihan tubuh
4. Meningkatkan poduksi asi, dan bayi mendapatkan nutrisi yang optimal
5. Merangsang sirkulasi darah yg akan membuat wajah, terlihat lebih segar dan
bersih
6. Merangsang generasi sel kulit wajah
7. Membuat otot-otot wajah menjadi lebih kenyal
8. Meredakan beberapa keluhan penyakit, seperti sakit kepala, ketegangan dan rasa
lelah.
8. Bayi sudah mendapatkan masase, yg bertujuan untuk:
1. memberikan rasa nyaman dan tenang pada bayi
2. mempelancar pencernaan
3. membuat tidur lebih nyenyak
9. Memberikan ibu terapi Obat
- Amoxilin 3x500mg untuk mencegah terjadi infeksi selama 7 hari
- Asam mefenamat 3x500 mg untuk mengurangi rasa nyeri selama 7hari
- Tablet fe , Vit.B kompleks, dan Vit C dengan dosis 1xsehari selama 7hari
VII . EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa lega
2. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan tentang keluhan ibu
3. Observasi KU , TTV, Kontraksi Uterus , dan perdarahan telah dilakukan dengan hasil
- KU ibu : ibu meras mulas karena kontraksi uterus
- TTV
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 36°C
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 25x/i
- Perdarahan : 1 Pembalut tidak penuh
- Kontraksi uterus baik dan kuat

4. Ibu bersedia untuk beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
sesuai anjuran bidan
5. Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
6. Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali tanda tanda bahaya nifas sesuai
penjelesan bidan
7. Ibu sudah dilakukan pemijatan Oksitosin dan Totok Wajah
8. Bayi sudah dilakukan pemijatan/Masase
9. Ibu sudah mendapatkan teraphy obat dan bersedia minum sesuai anjuran bidan
10. ibu sudah bersedia melakukan kunjungan ulang seminggu lagi

26
SOAP PADA IBU NIFAS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST NATAL NORMAL TERHADAP NY.Y
G3P2A0 POST PARTUM

Tanggal pengkajian :29 Januiari 2022 jam : 21.51 wib


A. DATA SUBJEKTIF
I. INDENTITAS

Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn. I


Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun
Suku : Batak Suku : Batak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Diploma III Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Apotekker pekerjaan : Petani

Alamat :Desa Lestari Alamat : Desa Lestari

II. KELUHAN UTAMA/ALASAN KUNJUNGAN


Ibu mengatakan udah melahirkan dan ingin melakukan pemeriksaan ulang
III. RIWAYAT KEBIDANAN
1. Status perkawinan
Kawin : ya
Perkawinan ke : 1 satu
Lama perkawinan : 7 Tahun
Umur menikah : 24 Tahun
2. RIWAYAT KEHAMILAN
Usia kehamilan :39 minggu
ANC : 4 kali
Mulai merasakan pergerakan janin : 5 bulan
Imunisasi TT : 2 kali
Pemberian FE : 90 tablet
Keluhan selama kehamilan : pusing, mual
Perawatan payudara : usia kehamilan 8 bulan

27
Senam hamil : 2 kali
Rencana kb yg akan dating : pil
Alasan : untuk menjarangkan usia kehamilan
3. RIWAYAT PERSALINAN
Tanggal persalinan : 29 Januari 2022
Pukul : 21.51 wib
Tempat persalinan : klinik pratama tanjung
Jenis persalinan : Spontan
IV. DATA FOKUS

SUBJEKTIF
- Ibu mengatakan masih terasa mulas
- Ibu mengatakan asinya sudah keluar tapi sedikit
- Ibu mengatakan merasa senang karna ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

OBJEKTIF
- Keadaan baik dan kesadaran baik
- Tanda vital
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36°c
RR : 25x/menit
Pols : 80x/menit
- Kontraksi uterus baik
- Payudara sudah mengeluarkan kolostrum
- Tidak ada leserasi kandung kemih kosong
- Pengeluaran pervaginam berwarna merah (lochea rubra)

ASSESMENT

Ny Y G3P2AO umur 32 tahun 6 jam post partum dengan keadaan perut ibu mulas
dan bayi baik
PLANNING
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik baik saja
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan merasa lega

2. Memberitahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu


Ibu mengerti dengan penjelasan bidan tentang keluhan ibu

28
3. Mengobservasi KU,TTV,kontraksi Uterus dan Perdarahan
- KU : ibu meras mulas dikarenakan kontraksi uterus
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36°C
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 25x/i
Perdarahan : 1 Pembalut tidak penuh
Kontraksi Uterus : Baik
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Ibu bersedia untuk beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi sesuai anjuran bidan
5. Memberitahu ibu KIE tentang ASI ekslusif
Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
6. Memberitahu ibu tentang tanda tanda bahaya masa nifas
Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali tanda tanda bahaya nifas sesuai
penjelesan bidan
7. Memberitahu ibu dilakukan pemijatan oksitosin dan totok wajah
Ibu sudah dilakukan pemijatan Oksitosin dan Totok Wajah
8. Memberitahu ibu bayi akan dilakukan masase
Bayi sudah dilakukan pemijatan/Masase
9. Memberikan ibu terapi Obat
Ibu sudah mendapatkan teraphy obat dan bersedia minum sesuai anjuran bidan
10.Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang
Ibu sudah bersedia melakukan kunjungan ulang seminggu lagi

29
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali berjalan dengan baik.
Kunjungan dilakukan dengan cara home visit yang dimulai dari kunjungan 6 jam
postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum dengan
tujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah dan mendeteksi, serta
menangani masalah - masalah yang terjadi. Selama memberikan asuhan kebidanan
pada ibu nifas involusi berjalan dengan normal, proses laktasi lancar dan tidak
ditemukan adanya masalah atau komplikasi. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada
Ny. N telah dilakukan sesuai standar pelayanan dan berdasarkan teori yang ada dengan
praktek yang nyata.

4.2. SARAN
4.2.1 Bagi Puskesmas
Diharapkan Puskesmas dapat mempertahankan pelayanan asuhan kebidanan yang
sudah baik.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan, di perpustakaan.
4.2.3 Bagi Pelaksana asuhan Selanjutnya
Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan asuhan kebidanan secara baik dan benar kepada klien

30
DAFTAR PUSTAKA
1. 2.Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC
Jannah, 2017.
2. Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah.2010.Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta:
Nuha Medika.
3. Anggraeny, Olivia dan Ariestiningsih Dian Ayuningtyas.2017.Gizi
Prakonsepsi, Kehamilan, dan Menyusui. Malang: UB Press.

Mengetahui :
Dosen Pembimbing

(Arihta Sembiring , SST ,M.Kes )

31
32

Anda mungkin juga menyukai