Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah anak pendek (stunting) menjadi salah satu permasalahan gizi

yang dihadapi di dunia khususnya di negara-negara miskin dan berkembang

(Unicef, 2013). Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019

difokuskan pada 4 program salah satunya adalah penurunan prevalensi balita

pendek (Stunting), Stunting merupakan kegagalan pertumbuhan, artinya

muncul sebagai akibat dari keadaan kurang gizi / ketidakcukupan nutrisi yang

terakumulasi dalam waktu yang cukup lama.

Anak stunting (bertubuh pendek) merupakan indikasi kurangnya asupan

gizi baik secara kuantitas maupun kualitas. yang tidak terpenuhi sejak 1000

hari pertama kehidupan/ sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan

anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya.

Dampak jangka pendeknya pada masa kanak-kanak antara lain

perkembangan menjadi terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan

fungsi kekebalan tubuh dan gangguan system pembakaran. Sedangkan

dampak pada jangka panjangnya yaitu pada masa dewasa, timbul resiko

penyakit degenerative seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi

dan obesitas. (Kemenkes, 2017)

Diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek pada tahun 2012, jika tren

berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada
2

tahun 2025. Sebanyak 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika

(www.who.int).

Hasil Riset Kesehatan dasar Tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia

mencapai 30,8 % dengan kedudukan peringkat lima terbesar se Asia.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita Stunting

di Indonesia masih tinggi, yakni 29,9% di atas batasan yang ditetapkan WHO

yaitu 20%. Provinsi Lampung berada di atas rerata nasional yaitu 42,64%

untuk balita sangat pendek dan pendek pada Riskesdas 2018 tersebut dan

Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat 40,08%. ( Kemenkes RI, 2018 )

Melihat angka tersebut, maka perlu dipahami faktor apa saja yang

menyebabkan stunting pada balita. Kadinkes Provinsi Lampung dr. Hj.

Reihana, M.Kes menyampaikan bahwa ,”Faktor penyebab Stunting

merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-

kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses

terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi dalam

2 tahun pertama kehidupan“. ( Admin, 22 Januari 2016 )

Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya kejadian stunting pada

balita. Penyebab langsung adalah kurangnya asupan makanan dan adanya

penyakit infeksi. Faktor lainnya adalah pengetahuan ibu yang kurang, pola

asuh yang salah, sanitasi dan hygiene yang buruk dan rendahnya pelayanan

kesehatan. Salah satu hal yang menentukan status gizi anak balita adalah

besarnya asupan makanan dan pola pengasuhan anak. (www.tnp2k.go.id)


3

Peranan ibu sangat berpengaruh dalam keadaan gizi anak. Pola asuh

memegang peranan penting dalam terjadinya gangguan pertumbuhan pada

anak. Prilaku ibu dalam mengasuh balitanya memiliki kaitan erat dengan

kejadian stunting pada balita. Ibu dengan pola asuh baik akan cenderung

memiliki anak dengan status gizi yang baik pula, begitu juga sebaliknya, ibu

dengan pola asuh gizi yang kurang cenderung memiliki anak dengan status

gizi yang kurang pula ( Virdani, 2012).

Menurut penelitian terkait stunting oleh Rahmayana,dkk (2014), di

Kecamatan Tamalate Kota Makassar, Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar sampel (54,8%) memiliki masalah stunting dan selebihnya

(45,2%) memiliki status gizi normal. Untuk pola asuh ibu, terdapat sekitar

72,6% sampel dengan praktik pemberian makan yang baik, terdapat sekitar

71,0% sampel dengan rangsangan psikososial yang baik, sekitar 67,7%

sampel dengan praktik kebersihan/ higyene yang baik, sekitar 53,2% sampel

dengan sanitasi lingkungan yang baik dan terdapatsekitar 66,1% sampel

dengan pemanfaatan pelayanan yang baik.

Berdasarkan hasil survey di Kecamatan Tulang Bawang Tengah terdapat

balita berjumlah 3695 yang berumur 24-36 bulan,dan 31 di antaranya

mengalami stunting. Hasil dokumentasi memperlihatkan bahwa 12 orang

balita berasal dari Puskesmas Panaragan Jaya, 11 orang di Puskesmas Mulya

Asri dan 8 orang di Puskesmas Candra Mukti.

Melihat begitu besar nya pengaruh pola asuh pada balita untuk mendukung

pertumbuhannya yang menunjukkan adanya hubungan maka peneliti tertarik


4

untuk melihat hubungan antara pola asuh dengan kejadian stunting pada balita

yang dilakukan di Kecamatan Tulang Bawang, Tengah Kabupaten Tulang

Bawang Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

“ Apakah ada hubungan antara pola asuh dengan kejadian stunting pada balita

di wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan pola asuh dengan kejadian stunting pada balita di

wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang

Bawang Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan dan

pendidikan.

b. Diketahui distribusi frekuensi pola asuh pada balita di wilayah

Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang

Barat.

c. Diketahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita di wilayah

Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang

Barat.
5

d. Diketahui hubungan pola asuh dengan kejadian stunting pada balita di

wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang

Bawang Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu

Memberikan pengetahuan dan informasi pada ibu tentang pola asuh

yang sangat berhubungan dengan keadian stunting pada balita.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dan refrensi bagi

tenaga kesehatan dan kader posyandu untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan terutama bagi balitanya dalam upaya memantau tumbuh

kembang balita.

3. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan

khususnya mahasiswa tentang bahaya stunting bagi kehidupan di masa

depan dan cara pencegahan nya.

4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan dasar

untuk penelitian selanjutnya dan peneliti lainnya dapat meneliti dengan

menggunakan variable lainnya.


6

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pola

asuh terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah Kecamatan Tulang

Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilakukan

karena untuk menambah pengetahuan dan wawasan pentingnya pola asuh

yang baik untuk balita. Penelitian dilakukan pada saat kunjungan posyandu

balita pada bulan Januari-Febuari 2019. Dalam penelitian ini yang akan

dilakukan penilaian yaitu ibu yang memiliki balita yang berumur 24-36 bulan.

Rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain case control dengan

alat ukur kuisioner dan wawacara pada ibu dan pengukuran antopometri

pada balita.

Anda mungkin juga menyukai