TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas
Akhir yang berjudul “REKAYASA EKSPERIMEN BETON DENGAN
PENAMBAHAN ADITIF (Mastersure 1007) UNTUK MENDAPATKAN
BETON SLUMP FLOW YANG STABIL PADA BETON DENGAN MUTU
AWAL TINGGI” ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh
ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
berperan penting yaitu :
1. Bapak Ir. TORANG SITORUS, M.T. selaku pembimbing, yang telah banyak
memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing.Johannes Tarigan, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, ST, MT, Ph.D, selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ing.Johannes Tarigan. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, arahan, dan bimbingan kepada penulis.
5. Ibu Rahmi Karolina, ST.MT. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan, arahan, dan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang memberikan bantuan selama ini kepada saya.
8. Kepada kedua orangtua saya : Bapak Alm. Ir. Eddy Tampubolon dan Ibu
Melfa Simanjuntak yang selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat,
dukungan dan materi yang tiada hentinya sehingga penulis terus termotivasi
untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
9. Kepada saudara penulis, Adik Alm. Rizky Tampubolon, AMD, Kakak Murni
Tampubolon, S.P. yang telah memberikan saran, masukan, dukungan, serta
bantuan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Kepada partner pribadi saya, Helen Priccila, Abdul Zailani, dkk yang
membantu saya dalam membenahi skripsi dan memotivasi saya utuk
mengerjakan Tugas Akhir ini.
11. Kepada Motivator saya Tulang Ir.Martua Simanjuntak yang selalu memberikan
semangat habis-habisan serta bibimbingan dalam mengerjakan Tugas Akhir
ini.
12. Kepada Sponsor Saya Tulang Ir. Togi Simanjuntak, Bg Rengga ST, Bg Tami
ST selaku pihak BASF yang memberikan dukungan, bantuan, serta ilmu dalam
mengerjakan Tugas Akhir ini.
13. Kepada Sponsor saya PT. DESTONINDO PERSADA , Bapak Kamaludin
Lubis, Bapak Wisnu , Bapak Yusri yang memperbolehkan saya untuk Trial
mix beton dan melaksanakan penelitian saya di Lab PT. DEXTONINDO
PERSADA.
14. Seluruh asisten Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton Departemen Teknik
Sipil yang telah banyak membantu selama pelaksanaan Tugas Akhir ini.
15. Kepada teman-teman angkatan 2014 yang selalu membantu dan mendukung
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini ……………………………………. dan
teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
16. Junior angkatan 2017, Endrico, Aldi, ismail, Tuan, Frans, Joshua, Rimpun,
David, Yogi, Bill dan semua junior yang tidak bisa disebutkan satu-persatu,
yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
17. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dari segi apapun,
sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan – rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Tugas Akhir ini.
Penulis
Halaman
2.1 Beton................................................................................................................... 6
2.1.1 Keunggulan Beton ................................................................................... 9
2.1.2 Kelemahan Beton .................................................................................. 10
2.2 Beton SSC......................................................................................................... 11
ii
ii
LAMPIRAN .............................................................................................................. 73
ii
iii
iv
Grafik 4.3 Grafik Nilai Penetrasi Beton Admixture Mastersure® 1007 (Variasi
1%) ..................................................................................................... 59
Grafik 4.4 Grafik Nilai Penetrasi Beton Admixture Mastersure® 1007 (Variasi
1,2%) .................................................................................................. 60
Grafik 4.5 Grafik Nilai Penetrasi Beton Admixture Mastersure® 1007 (Variasi
1,4%) .................................................................................................. 61
Grafik 4.6 Grafik Nilai Penetrasi Beton Admixture Mastersure® 1007 (Variasi
1,6%) .................................................................................................. 62
vi
Pemakaian bahan tambah dalam proses konstruksi sudah berlangsung lama, semakin hari selalu
ada inovasi baru terhadap bahan tambahan kimia yang berguna untuk meningkatkan kualitas beton pada
umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Admixture MasterSure®
1007 terhadap perilaku mekanis beton, bagaimana pengaruhnya terhadap kelecekan (workability), kuat
tekan beton, memperlambat atau mempercepat waktu ikat beton. Admixture MasterSure® 1007 ini
adalah salah satu jenis bahan tambahan kimia yang berfungsi sebagai water reducer, yaitu penggunaan
f.a.s yg rendah tanpa mengurangi kualitas beton. Pada penelitian ini benda uji merupakan silinder beton
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 90 buah, masing – masing 3 buah sampel untuk tiap
variasi, perawatan beton dilakukan pada umur 1, 3, 7, 14, 28 hari. Variasi Admixture MasterSure® 1007
yang digunakan adalah 0,8 %; 1%; 1,2%; 1,4% dan 1,6% dari berat semen yang digunakan. Dengan f.a.s
0,26. Pengujian pada beton segar yaitu slump flow dan penetrasi beton dan pada beton keras yaitu kuat
tekan beton. Analisis data hasil pengujian mengunakan acuan standar EFNARC, SNI ASTM
C403:2012, dan SNI 1974: 2011. Pada penelitian ini penggunaan admixture MasterSure® 1007 pada
pengujian slump flow, dengan variasi penggunaan admixture 0,8% ; 1%; 1,2%; 1,4%; 1,6% dari berat
semen yang digunakan mampu menahan slump dengan menit berturut-turut 180 menit; 300 menit; 360
menit ; 420 menit; 480 menit. Pada pengujian penetrasi beton dengan penggunaan admixture
MasterSure® 1007 dengan variasi penggunaan admixture 0,8% ; 1%; 1,2%; 1,4%; 1,6% dari berat
semen yang digunakan didapat nilai ikat akhir dengan menit berturut-turut 480 menit :4000 Psi ; 720
menit :4000 Psi ; 840 menit :4000 Psi ; 1020 menit : 4000 Psi ; 1760 menit : 4000 Psi. Kuat tekan beton
dengan penggunaan admixture MasterSure® 1007 dengan variasi admixture 0,8% ; 1%; 1,2%; 1,4%;
1,6% dari berat semen yang digunakan pada estimasi 28 hari sebesar berturut-turut 49,93 Mpa , 58,39
Mpa, 77,28 Mpa, 68,62 Mpa, 69,32 Mpa.
Kata kunci : Admixture MasterSure® 1007, Slump flow, Penetrasi beton, Kuat tekan beton
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Beton sebagai bahan konstruksi tidak hanya terdiri sebagai bahan campuran
semen, pasir, kerikil dan air, tapi juga adanya bahan tambahan (admixture) yang
dapat meningkatkan kelecakan (workability), kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur,
memperlambat atau mempercepat waktu ikat awal dan sebagainya, sesuai dengan
kebutuhan.
Bahan tambahan adalah bahan selain unsur pokok beton (air, semen dan
agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera atau selama
pengadukan beton. Tujuan pemberian bahan tambah adalah untuk mengubah satu
atau lebih sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras,
misalnya untuk mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat
tekan, menambah kuat tarik, mengurangi sifat getas, mengurangi retak-retak
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
MasterSure® 1007 adalah suatu cairan zat aditif yang berisi suatu bahan Non-
Air Entraining Plasticiser yang berfungsi untuk mempertinggi mutu beton,
mengurangi pemakaian air, serta menaikkan nilai slump. Dengan kenaikan nilai
slump maka beton dapat dikerjakan dengan mudah (workability meningkat).
Pengurangan kadar air yang digunakan berkurang maka dapat mengurangi pori yang
terdapat pada beton sehingga beton yang dihasilkan lebih mampat. Pemakaian air
terlalu banyak akan menurunkan mutu beton karena semakin banyak air berarti pori
yang terjadi dalam beton akan banyak sehingga beton bersifat porous, kelebihan air
juga akan mengakibatkan bleeding yaitu pengaliran air ke atas permukaan beton
dengan membawa pasta semen sehingga akan membentuk lapisan tipis di permukaan
beton yang dikenal dengan laitance. (Tjokrodimuljo, 1996).
percobaan untuk mengetahui kuat tekan beton dan dampak penambahannya terhadap
slump dengan bahan tambahan MasterSure® 1007 yang mana fungsinya adalah
untuk meningkatkan mutu beton, mengurangi pemakaian air dan menaikkan nilai
slump. Berdasarkan brosur MasterSure® 1007, jumlah penggunaan bahan tambah
yaitu 150 - 2000 ml/100 kg semen.
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan beton slump flow yang stabil pada beton dengan mutu awal
tinggi dan peningkatan workability.
2. Mengetahui penetrasi Beton dengan penambahan variasi zat aditif
MasterSure® 1007 0.8% , 1% , 1.2% , 1.4% , 1.6%.
3. Mengetahui efek peningkatan nilai kuat tekan beton antara beton normal
dengan beton penambahan variasi zat aditif MasterSure® 1007 0.8% , 1% ,
1.2% , 1.4% , 1.6%.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua bagian sebagai berikut:
BULAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1. Studi Literatur
Persiapan
2. Bahan dan
Alat
Pengujian
3. Material dan
Bahan
Pembuatan
4.
Benda Uji
Pengujian di
5.
Laboratorium
Analisis Data
dan
6.
Pengolahan
Data
Pembuatan
7.
Laporan
8. Seminar Hasil
2.1 Beton
Beton merupakan suatu material bahan konstruksi yang tersusun atas
campuran semen, agregat (kasar dan halus), air dan dengan atau tanpa bahan tambah
(admixture) bila diperlukan. Agregat kasar (kerikil atau batu pecah) dan agregat
halus (pasir) berfungsi sebagai bahan pengisi utama beton sekaligus sebagai penguat,
sedangkan campuran semen dengan air berfungsi sebagai pengikat antar material.
Variasi ukuran diameter agregat penyusun beton harus memiliki gradasi yang baik
(heterogen) yang diatur standarnya dalam standar analisis saringan dari ASTM
(America Society of Testing Materials). Pemilihan bahan harus sesuai dengan
perhitungan kebutuhan yang direncanakan karena akan mempengaruhi kualitas,
workability, dan mutu beton itu sendiri. (Nugraha, 2007)
Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh
karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan
baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja
menjadi beton bertulang (reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja
prategang akan menjadi beton pratekan (prestressed concrete). (Nugraha, 2007)
beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh tenaga-tenaga ahli
yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
c. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki berat isi
lebih besar dari beton normal atau lebbih dari 2400 kg/m3. Untuk
menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis
yang besar dan mempunyai kuat tekan diatas 40 Mpa.
d. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar
dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.
e. Ferro-Cement
Ferro Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara
memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai
pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
f. Beton serat (Fibre Concrete)
Beton Serat (Fibre Concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton
dan bahan lainnya berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah
retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.
ketika gradasi sumber agregat yang tersedia tidak dapat dioptimalkan untuk
campuran kohesif atau dengan variasi sumber besar. Sebuah gradasi agregat
didistribusikan dengan baik membantu mencapai SCC dengan mengurangi bahan
semen dan/atau mengurangi dosis campuran. Sementara campuran SCC telah
berhasil diproduksi dengan 1½ inci (38 mm) agregat, lebih mudah untuk
merancang dan kontrol dengan agregat berukuran lebih kecil. Pengendalian kadar
air agregat juga penting untuk menghasilkan campuran yang baik. Campuran SCC
biasanya memiliki volume yang lebih tinggi dari pasta, agregat kurang kasar dan
rasio agregat pasir kasar lebih tinggi daripada campuran beton yang khas.
(http://www.selfconsolidatingconcrete.org/mixdesign.html)
Beton mutu tinggi sendiri dapat didefenisikan sebagai suatu bahan yang
dibuat dari campuran beton (semen, agregat, air) dan pengurangan semen dengan
penambahan zat aditif dan penambahan bahan tambah kimia sesuai dengan
perbandingan sedemikian rupa sehingga bahan itu merupakan satu kesatuan yang
dapat membentuk kekuatan beton yang lebih tinggi. Berdasarkan kuat tekannya (SNI
03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92), beton dikatakan bermutu tinggi (high
strength concrete) jika beton tersebut memiliki nilai kuat tekan yang disyaratkan: f’c
> 41,4 MPa.
2.4.1 Semen
Menurut Standar Industri Indonesia. SII 0013-1981. definisi semen portland
adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang
terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan-
bahan yang biasa digunakan yaitu gypsum.
Menurut Paul Nugraha dan Antoni (2007), semen portland yang dijual di
pasaran pada umumnya berkualitas baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun
untuk memberikan kepastian harus dicatat bahwa kelakuan semen juga tergantung
pada merek, dikarenakan perbedaan baik dalam bahan mentahnya, yaitu kapur dan
tanah liat yang dipakai maupun proses pembuatannya.
Ada 4 kelompok bahan mentah :
1. Kelompok calcareous → Oksida Kapur
2. Kelompok siliceous → Oksida Silika
3. Kelompok argillacous→ Oksida Alumina
4. Kelompok ferriferous → Oksida Besi
Semen Portland dibuat dari 4 bahan di atas, dipilih secara selektif dan proses
dikontrol ketat. Setelah pembakaran ditambah dengan gypsum untuk mengatur waktu
set (setting time) mortar atau beton. Untuk membuat 1 ton semen portland,
diperlukan bahan dasar kurang lebih:
1.3 ton Batu kapur (limestone) : CaCO3
0,3 ton Pasir Silika / tanah liat : SiO2 & Al2O3
0,03 ton Pasir / kerak besi : Fe2O3
0,04 ton Gypsum : CaSO4.H2O
Batu kapur meliputi semua jenis batuan karbonat yang terutama mengandung
kalsium, kadang sedikit magnesium.Marls (campuran dari tanah liat, pasir dan batu
kapur dengan proporsi yang bervariasi, sering terdapat pecahan kulit kerang) dan
batuan yang berasal dari tanaman dan binatang. Tanah liat dan shale harus
ditambahkan bila alumina dan silika yang ada dalam batu kapur masih belum
memadai jumlahnya.
Fungsi utama semen pada beton adalah sebagai bahan pengikat. Mulyono
(2004), mengatakan bahwa semen merupakan campuran dari senyawa CaO (kapur),
SiO3 (silika), Al2O3 (alumina) dan MgO (magnesia) serta sedikit alkali. Untuk
mengatur waktu ikat semen biasanya ditambahkan dengan CaSO4.2H2O (gipsum).
Pemilihan semen yang tepat adalah dengan menentukan syarat yang spesifik sesuai
pada aplikasi campurannya.
Tabel 2.2 Jenis-jenis semen portland dan sifatnya (Nugraha & Antoni, 2007)
2.4.3 Agregat
(a)
(b)
(c)
(d)
1. SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
2. SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Campuran Mortar atau Beton)
3. SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara
Perendaman Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat)
4. SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan
Kekerasan)
5. ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse
Aggregates)
6. ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine
Aggregates for Concrete)
7. ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine
Aggregate)
8. ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of
Sodium Sulfate or Magnesium Sulfate)
9. ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles
in Aggregate)
10. ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm
2.4.3.2 Agregat Kasar (Kerikil, Batu Pecah atau Pecahan dari Blast Furnance)
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75
mm. Ketentuan mengenai agregat kasar antara lain :
1. Harus terdiri dari butir - butir yang keras dan tidak berpori.
2. Butir - butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh - pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat
yang relatif alkali.
4. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%. Apabila kadar lumpur
melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
(a)
(b)
(c)
2.4.4 Air
Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk air adukan beton akan
tetapi air yang dapat digunakan untuk adukan beton tidak berarti dapat diminum.
Ada batasan minimum kandungan zat kimia dalam air adukan yang terdapat
dalam air dengan batasan tingkat konsentrasi tertentu yang dapat digunakan bagi
adukan beton.
admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Bahan tambah kimia (Chemical Admixture) ada bermacam-macam. Menurut
ASTM, bahan tambah kimia itu terbagi menjadi:
1. Tipe A - Water-Reducing Admixtures, adalah bahan tambah yang mengurangi
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertemtu.
2. Tipe B - Retarding Admixtures, adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton.
3. Tipe C - Accelerating Admixtures, adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
4. Tipe D - Water Reducing and Retarding Admixtures, adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
5. Tipe E - Water Reducing and Accelerating Admixtures, adalah bahan tambah
yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan
mempercepat pengikatan awal.
6. Tipe F - Water Reducing, High Range Admixtures, adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumalah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
7. Tipe G - Water Reducing, High Range Retarding Admixtures, adalah bahan
tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak
12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
2.5.1 Superplasticizer
2.5.1.1 Pengertian
Superplasticizer ini juga terbagi atas beberapa jenis, yaitu tipe sulphonate
melamine formaldehyde condensates (SMFC), sulphonate naphthalene formaldehyde
condensates (SNFC), dan yang terbaru adalah tipe polycarboxylate ethers (PCE) dan
modified lignosulphonate.
Tipe SMFC dan SNFC adalah garam yang bermuatan negatif atau anion yang
berukuran colloidal dengan sejumlah besar polar grup dalam mata rantai (N dan O)
sementara anion terdiri dari sekitar 60 SO3 grup. Struktur molekul dari polimer
polycarboxylate ether (PCE) terdiri dari grup carboxyl sebagai batang polimer (main
chain) dan oksida polyethylene sebagai cabang polimer (side chain). Bentuk struktur
molekul dari polimer polycarboxylate ether (PCE) dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Batang utama ini akan melekat pada permukaan semen sementara cabang polimer
berfungsi memberi gaya tolak pada partikel semen lainnya.
Gambar 2.3 Pemisahan partikel semen dengan (a) electrostatic repulsion dan
(b) steric repultion
campuran seluruh seri benda uji harus diselesaikan dalam jumlah hari sesedikit
mungkin, dan satu dari campuran harus diulang masing-masing hari sebagai standar
pembanding.
Pengujian berat isi dilakukan untuk mengetahui berat isi atau berat volume
dari suatu benda uji. Pengukuran berat isi adalah pengukuran berat setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi berat suatu benda maka semakin berat pula berat
setiap volumenya. Semakin besar berat volume suatu benda, maka semakin rendah
porositasnya (Rahman, 2016). Untuk menghitung besarnya berat isi dari suatu benda
uji digunakan persamaan berikut:
Dimana:
BI = Berat Isi (kg/m3)
W = Berat Benda Uji (kg)
V = Volume Benda Uji (m3)
Dimana:
P = Kuat Tekan (kg/cm2)
Fmaks = Gaya Maksimum (kg)
A = Luas permukaan benda uji (cm2)
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas (Tri Mulyono,
2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan
terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan
gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari
pengujian dengan menggunakan alat compression testing machine.
Gambar 2.4 Alat pengujian kuat tekan beton (compression testing machine;
sumber lab beton USU)
2.8.3 Slump
Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk
mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam
pekerjaan pengecoran. Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan
dengan :
1. Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity)
2. Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
3. Kemampuan alir beton segar (flowability)
4. Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika
dipindah dengan alat angkut (mobility)
5. Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi plastis
(plasticity)
Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk menjaga
kelayakan pengerjaan beton segar adalah tampilan visual beton, jenis dan sifat
keruntuhan pada saat pengujian slump dilakukan. Slump beton segar harus
dilakukan sebelum beton dituangkan dan jika terlihat indikasi plastisitas beton
segar telah menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton segar masih layak
dipakai atau tidak. Pengukuran slump dilakukan dengan mengacu pada aturan yang
ditetapkan dalam Standard EFNARC.
Berdasarkan standar EFNARC, pengukuran slump berdasar peraturan ini
dilakukan dengan alat sebagai berikut :
1. Kerucut Abrams :
Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka
Diameter atas 10 cm
Diameter bawah 20 cm
Tinggi 30 cm
2. Batang besi penusuk :
Diameter 16 mm
Panjang 60 cm
Ujung dibulatkan
3. Alas : rata, tidak menyerap air
Ukuran 900mm x 900mm
Gambar 2.6 Penetrasi Test (sumber :foto alat penetrasi beton MBT)
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Semen Portland yang digunakan adalah semen Portland tipe I, merk Semen
Padang dengan kemasan 1 sak 50 kg.
3.4.2 Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pasir alam yang
diambil dari quarry Sei Wampu, Binjai.
3.4.3 Air
3.4.4 Admixture
4. Prosedur Percobaan
a. Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
b. Pasir disediakan sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr
dengan menggunakan sampel splitter;
c. Susun ayakan berturut-turut dari atas ke bawah: 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38
mm; 1,19 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm dan pan;
d. Tempatkan susunan ayakan diatas sieve shaker machine;
e. Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
f. Hidupkan mesin selama 5 (lima) menit;
g. Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan;
h. Percobaan diatas diulang untuk sampel 2.
5. Rumus
FM = (3.1)
Ket.
FM = Fineness Modulus
6. Hasil Percobaan
Pasir dapat dikategorikan sebagai pasir halus (2,20 < FM < 2,60)
2. Peralatan
a. Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
b. Batang perojok
c. Bejana besi
d. Termometer
e. Sekop Kecil
3. Bahan
a. Pasir ≤ Saringan Ø 4,76 mm kering oven suhu 110 ± 5ºC
b. Air
4. Prosedur Percobaan
1. Dengan cara merojok :
a. Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai bagian
tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara merata pada
permukaannya;
b. Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok 25
kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi pasir
sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu permukaannya
diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak boleh menembus
lapisan dibawahnya;
c. Timbang bejana + pasir;
d. Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga
penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana.
2. Cara menyiram:
a. Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dengan cara menyiram
dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai bejana
tersebut penuh, lalu ratakan permukaannya;
b. Timbang bejana + pasir;
c. Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh,
timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam bejana.
3. Percobaan dilakukan untuk 2 sampel
5. Rumus
ρ= (3.2)
Ket.
2. Peralatan
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
b. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
c. Standar warna Gardner
d. Timbangan
e. Mistar
f. Sendok pengaduk
g. Sampel splitter
3. Bahan
4. Prosedur percobaan
a. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga
terbagi seperempat bagian;
b. Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar
botol;
c. Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal
NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga kristal
NaOH larut;
d. Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari permukaan
pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm);
e. Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
f. Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan diguncang-
guncang pada arah mendatar selama 8 menit;
g. Campuran didiamkan selama 24 jam;
h. Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan standar
warna Gardner.
5. Standar/Persyaratan
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
a. Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih
b. Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda
c. Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua
d. Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan
e. Standar warna no. 5 : berwarna coklat
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna Gardner adalah
standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi melebihi standar
warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan organik yang banyak
dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian bersihkan dengan air.
6. Hasil Percobaan
Warna kuning terang (standar warna no. 3), memenuhi persyaratan.
2. Peralatan
a. Ayakan no. 200
b. Oven
c. Timbangan
d. Pan
3. Bahan
a. Pasir kering oven
b. Air
4. Prosedur percobaan
a. Sediakan 2 (dua) sampel pasir masing-masing sebanyak 500 gram dalam
keadaan kering oven;
b. Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui kran;
c. Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar melalui
ayakan terlihat jernih dan bersih;
d. Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24 jam;
e. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya
dicatat.
5. Rumus
%KL=
Ket.
6. Hasil Percobaan
Kandungan lumpur : 0,7% < 5% , memenuhi persyaratan.
2. Peralatan
a. Ayakan no. 200
b. Oven
c. Timbangan
d. Pan
3. Bahan
a. Pasir sisa pengujian kadar lumpur
b. Aquades
c. Air
4. Prosedur percobaan
a. Pasir hasil percobaan kadar lumpur sebanyak 2 (dua) sampel dengan berat
kering setelah pencucian lumpur sebagai berat awal direndam dalam
aquades selama 24 jam;
b. Setelah direndam ± 24 jam aquades dibuang dengan hati-hati agar jangan
ada pasir yang ikut terbuang;
c. Tuangkan pasir dalam ayakan no. 200 dan dicuci dibawah kran sambil
diremas-remas selama ± 5 menit;
d. Pasir hasil pencucian dituang ke dalam pan dikeringkan dalam oven
bersuhu 110 ± 5 ºC selama 24 jam;
e. Pasir kering hasil pengovenan kemudian ditimbang beratnya dan dicatat.
5. Rumus
% Kadar Liat =
Ket.
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%
(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus dicuci.
6. Hasil Percobaan
3.5.2.1 Analisis Ayakan Batu Pecah Menurut ASTM C 136-84a dan ASTM D
448-86
1. Tujuan Percobaan
Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai
modulus kehalusan (fineness modulus / FM) kerikil.
2. Hasil Pemeriksaan
FM : 7,16
5.5 < 7,16< 7.5 , memenuhi persyaratan.
3. Pedoman
Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus
kehalusan (FM) antara 5.5 sampai 7.5.
3. Pedoman
3.5.2.4 Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah Menurut ASTM C 29/ C 29M-90
1. Tujuan Percobaan
Untuk memeriksaan berat isi (unit weight) agregat kasar dalam keadaan
padat dan longgar.
2. Hasil Pemeriksaan
Berat isi keadaan rojok / padat : 1527 kg/m3
Berat isi keadaan longgar : 1403,07 kg/m3
3. Pedoman
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara
merojok lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti
bahwa kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan
mengetahui berat isi batu pecah maka kita dapat mengetahui berat batu becah
dengan hanya mengetahui volumenya saja.
3.5.2.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah Menurut ASTM C
127-88
1. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air
(absorbsi) batu pecah.
2. Hasil Pemeriksaan
Berat jenis SSD : 2550 kg/m3
Berat jenis kering : 2530 kg/m3
Berat jenis semu : 2580 kg/m3
Absorbsi : 0,77%
3. Pedoman
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat batu pecah dalam
keadaan SSD dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD
(Saturated Surface Dry) di mana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air,
keadaan batu pecah kering di mana pori batu pecah berisikan udara tanpa air
dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana
pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah
kering, di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu.
2. Prosedur Pengujian :
Basahi “slump cone” dan letakan ditempat yang datar, lembab, tidak
menyerap/ halus permukaan.
Isi “cone” sampai penuh kemudian ratakan permukaan bagian atas dengan
sendok semen, kemudian Tarik kerucut abrams keatas secara perlahan sampai
beton mengalir secara semprna , setelah itu ukur diameter beton dengan alat
meteran dimana yang dihitung adalah diameter terbesar.
3.9.2 Pengujian Penetrasi Beton (Initial Setting dan Final Setting Time)
1. Pengukuran Penetrasi Beton dilakukan untuk mengetahui waktu pengikatan
awal dan pengikatan akhir ditentukan dari grafik hubungan ketahanan
penetrasi terhadap waktu tempuh dengan mengacu pada aturan yang
ditetapkan dalam ASTM C403 yaitu:
a. Sebelum dilakukan pengujian penetrasi beton, mortar beton diambil dan
di saring dari campuran beton.
b. Benda uji di letakan pada wadah yang kaku, kedap air dan tidak menyerap
air, bebas dari minyak dan berpenampang silinder atau bujur sangkar.
e. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka
catat skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban
maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut.
f. Dengan mengetahui besar beban maksimum tersebut di atas, maka nilai
kuat tekan beton dapat ditentukan.
2. Berdasar Standar ASTM C403, pengukuran Penetrasi berdasar peraturan ini
dilakukan dengan alat sebagai berikut :
a. Wadah uji mortar
Wadah harus kaku, kedap air, tidak menyerap air, bebas dari minyak atau
pelumas, berpenampang silinder atau bujur sangkar.
b. Jarum Penetrasi
Jarum harus disediakan dan dapat dipasang pada peralatan pembebanan
dan memiliki luas bidang tumpuan sebagai berikut: 645 mm2, 323 mm2,
161 mm2, 65 mm2, 32 mm2, dan 16 mm2.
c. Alat pembebanan
Suatu alat pengukur harus dapat digunakan untuk mengukur gaya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan penetrasi jarum. Alat tersebut juga harus
mampu mengukur gaya penetrasi dengan tingkat ketelitian + 10 N.
3. Prosedur Pengujian :
a. Benda uji diambil dan disaring dari adoan mortar.
b. Letakan Benda uji pada wadah kedap air dan berbentuk silinder atau
berbentuk bujur sangkar.
c. Pasang alat uji dengan mengunakan jarum : 645 mm2, 323 mm2, 161
mm2, 65 mm2, 32 mm2, dan 16 mm2
d. Lakukan pengujian Penetrasi
e. Secara perlahan letakkan alat penetrasi beton diatas mortar beton yang
telah diletakkan di dalam wadah tersebut pada posisi pertengahan wadah.
f. Perhatikan dial pembaca diatas mortar beton, atur dial pembaca.
g. Secara perlahan-perlahan beban ditekan dan diberikan pada alat dengan
cara menekan jack penetrasi, lakukan penekanan sampai jarum terbenam.
h. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka
ganti mata jarum dengan yang lebih kecil lagi, sampai jarum terkecil dan
tidak mampu di tekan, catat skala beban yang ditunjuk oleh dial pembaca
tersebut yang merupakan beban maksimum yang dapat dipikul benda uji
tersebut.
i. Catat hasil pembacaan dial dari penetrasi mortar beton tersebut tersebut.
j. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
3.9.3 Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai kuat
tekan dari beton tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan acuan SNI 1974:2011,
yaitu :
1. Sebelum dilakukan uji kuat tekan, benda uji dilap dari sisa air perendaman
dan kemudian di jemur selama ± 24 jam.
2. Benda uji ditimbang beratnya.
3. Pengujian kuat tekan silinder dilakukan dengan menggunakan mesin kompres
elektrik berkapasitas 200 ton yang digerakkan secara elektrik.
4. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka catat
skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum
yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5. Dengan mengetahui besar beban maksimum tersebut di atas, maka nilai kuat
tekan beton dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.3) di Bab
II.
3.9.4 Pengujian Penetrasi Beton (Initial Setting dan Final Setting Time)
1. Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tekan:
a. Alat uji Tekan Beton yang digunakan adalah Alat komperes Elektrik.
2. Prosedur Pengujian:
a. Benda uji dilap dari sisa air perendaman dan kemudian di jemur selama ±
24 jam.
b. Capping Beton agar permukaan rata dan dapat ditekan secara maksimal.
c. Pasang pelat besi dibawah silinder beton secara mendatar.
d. Secara perlahan alat lakukan penekanan alat kompress elektrik diatas
silinder beton yang telah diletakkan pelat besi tersebut pada posisi
pertengahan silinder beton.
e. Perhatikan dial pembaca pada alat kompres elektrik, atur dial pembaca.
f. Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada silinder beton
dengan cara memutar jack elektrik agar tekanan meningkat, beban
diberikan sampai benda uji runtuh.
g. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka
catat skala beban yang ditunjuk oleh dial pembaca tersebut yang
merupakan beban maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut.
h. Catat hasil pembacaan dial dari pembebanan silinder tersebut.
i. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
Perumusan Masalah
Perhitungan Bahan
Selesai
Slump Flow beton pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana
untuk mengetahui workability beton segar. Nilai slump dari variasi beton yang telah
dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
1 Beton Non D0 - -
Admixture
1 Beton Non D0 - - - -
Admixture
1 Beton Non D0 - - - -
Admixture
2 Beton D1 - - - -
penambahan
Mastersure 0.8%
3 Beton D2 410 - - -
penambahan
Mastersure 1%
30 492 60 3100
75 4000
4500
3500
2500
2000
45, 1800
1500
1000
Tabel. 4.5 Nilai penetrasi beton admixture MasterSure® 1007 (variasi 0,8%)
180 -
240 -
300 -
360 300
4500
3500
3000
420, 2600
Menit (t)
2500
2000
1500
1000
Tabel. 4.6 Nilai penetrasi beton admixture MasterSure® 1007 (variasi 1%)
180 -
240 -
300 -
600 412
4500
3500
3000
Menit (t)
2500
660, 2250
2000
1500
1000
500 602.87,
600, 412500
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Penetrasi (psi)
Grafik 4.3 Grafik nilai penetrasi beton admixture Mastersure® 1007 (variasi 1%)
Tabel. 4.7 Nilai penetrasi beton admixture MasterSure® 1007 (variasi 1,2%)
300 -
720 340
4500
3500
3000
Menit (t)
2000
1500
1000
Tabel. 4.8 Nilai penetrasi beton admixture MasterSure® 1007 (variasi 1,4%)
300 -
900 440
4500
3500
3000
Menit (t)
2000
1500
1000
500 900.1747,
900, 440 500
0
880 900 920 940 960 980 1000 1020 1040
Penetrasi (psi)
Tabel. 4.9 Nilai penetrasi beton admixture MasterSure® 1007 (variasi 1,6%)
300 -
1620 360
4500
3500
3000
Menit (t)
2000
1500
1000
Dari tabel hasil pengujian kuat tekan, terlihat bahwa dalam 1 hari beton telah
mencapai kekuatan tekan yang tinggi, terus meningkat hingga mencapai kuat tekan
maksimalnya dan setelah umur 28 hari pertumbuhan kuat tekan beton mulai melambat,
dengan catatan Estimasi 28 hari pada pengujian beton 1 hari.
Dari hasil pengujian kuat tekan beton dapat disimpulkan bahwa beton mutu
tinggi dengan curing di dalam bak peredaman selama 1, 3, 7, 14, 28 hari. Dengan kuat
tekan beton f’c 42 Mpa. Beton akan mengalami peningkatan kuat tekan sampai umur
28 hari, kemudian setelah umur 28 hari peningkatan kuat tekannya mulai melambat.
Kuat tekan beton pada umur 28 hari mencapai ≥ f’c 42 Mpa.
Dari hasil pengujian kuat tekan beton , juga diperoleh nilai konversi beton
variasi curing 1 hari, 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Tabel konversi untuk masing-
masing curing dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Dari tabel hasil pengujian kuat tekan beton, terlihat bahwa nilai kuat tekan
beton pada masing – umur selama 1, 3, 7, 14, 28 hari. Penjelasan kuat tekan lebih
detail dipaparkan pada tabel dibawah ini:
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Pada variasi 1,2% di dapat penekanan maksimum atau lebih dari 42 Mpa dari
yang direncanakan sehingga dapat menghemat biaya dari pada menggunakan
variasi 1,4% dan 1,6% yang lebih banyak membutukan biaya .
2. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar menambah variasi dan
menambah waktu pengujian.
3. Pada penelitian selanjutnya agar mengganti jenis air curing yang berbeda.
Aer AA, Sumajouw MDJ, Pandaleke RE, 2014. Pengaruh Variasi Kadar
Superplasticizer terhadap Nilai Slump Beton Geopolymer. Jurnal Sipil Statik.
vol. 2. no. 6. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/5821
Humaidi M, Hafizh M, 2017. Pengaruh Nilai Slump Terhadap Kuat Tekan. Intekna,
11(2). http://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/intekna/article/view/68
Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, 2012. ASTM
C 403/C 403 M-08, Standard Test Method for Time of Setting of Concrete
Mixtures by Penetration Resistance. Di dalam: Metode Uji Waktu Pengikatan
Campuran Beton dengan Ketahanan Penetrasi (ASTM C403 / C 403 M-08,
IDT). Prosiding Standar Nasional Indonesia; Bandung, 18 Maret 2010.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
http://sni.litbang.pu.go.id/image/sni/isi/sni-astm-c403c403m--2012.pdf
Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, 2011.
AASHTO T 22-03 (ASTM C 39-99), Standard Method of Test for
Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens. Di dalam: Cara Uji
Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder. Prosiding Standar Nasional
Indonesia; Bandung, 21 Mei 2007. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/sni-1974-2011.pdf
Sumajouw MDJ, Dapas SO, Windah RS, 2014. Pengujian Kuat Tekan Beton Mutu
Tinggi. Jurnal Ilmiah Media Engineering. vol.4. no.4.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jime/article/view/7133
LAMPIRAN I
PEMERIKSAAN BAHAN
(ASTM C 136-84a)
Sampel
Sampel I Berat (%) Tertahan Lolos
(No.) II
0.15 (No.
100) 185.0 187.0 372.0 18.60 95.30 4.70
FM = 2,37
Mengetahui
(ASTM C 128-88)
Mengetahui
(ASTM C 117-90)
Mengetahui
(ASTM C 117-90)
Mengetahui
(ASTM C 136-71)
Faktor koreksi :
C =(B/A) 516,73
Berat
Keterangan
Cara Merojok Cara Menyiram
Mengetahui
(ASTM C 136-84a)
Sampel
No Sampel I II Total (%) Tertahan Lolos
FM =7,16
Mengetahui
(ASTM C 127-88)
Mengetahui
(ASTM C 117-90)
Mengetahui
(ASTM C 535-96)
75,0 63,0 - - - -
63,0 50,0 - - - -
50,0 37,5 - - - -
37,5 25,0 - - - -
12,5 9,5 - - - -
9,5 6,3 - - - -
6,3 4,8 - - - -
4,8 2,4 - - - -
2,4 1,7 - - - -
Mengetahui
Universitas
Eka Fadli RasyidSumatera Utara
83
Faktor koreksi :
C =(B/A) 108,345
Berat
Keterangan
Cara Merojok Cara Menyiram
Mengetahui
Agregat Air
Semen Pasir
Kasar PDAM
Keterangan (kg) (kg)
(kg) (ml)
Agregat Air
Semen Pasir MASTERSURE®
Kasar PDAM
1007 (ml)
Keterangan (kg) (kg)
(kg) (ml)
0.8% dari semen
Agregat Air
Semen Pasir MASTERSURE®
Kasar PDAM
1007 (ml)
Keterangan (kg) (kg)
(kg) (ml)
1% dari semen
Agregat Air
Semen Pasir MASTERSURE®
Kasar PDAM
1007 (ml)
Keterangan (kg) (kg)
(kg) (ml)
1.2% dari semen
Agregat Air
Semen Pasir MASTERSURE®
Kasar PDAM
1007 (ml)
Keterangan (kg) (kg)
(kg) (ml)
1.4% dari semen
Agregat Air
Semen Pasir MASTERSURE®
Kasar PDAM
1007 (ml)
Keterangan (kg) (kg)
(kg) (ml)
1.6% dari semen
LEMBAR DATA
Beton Non
1 D0 - - - -
Admixture
Beton
penambahan
2 D1 615 530 47 -
Mastersure
0.8%
Beton
penambahan
3 D2 724 710 695 558
Mastersure
1%
Beton
penambahan
4 D3 715 727 710 690
Mastersure
1.2%
Beton
penambahan
5 D4 698 728 710 684
Mastersure
1.4%
Beton
penambahan
6 D5 745 763 725 698
Mastersure
1.6%
Beton Non
1 D0 - - - -
Admixture
Beton
2 penambahan D1 - - - -
Mastersure 0.8%
Beton
3 penambahan D2 410 - - -
Mastersure 1%
Beton
4 penambahan D3 570 463 - -
Mastersure 1.2%
Beton
5 penambahan D4 605 548 472 -
Mastersure 1.4%
Beton
6 penambahan D5 626 588 551 455
Mastersure 1.6%
Mengetahui
LEMBAR DATA
ASTM C403:2012
Mengetahui
LEMBAR DATA
SNI 03-1974-2011
Kuat Kuat
Kode Benda Berat Beban Tekan Luas
Tekan Tekan
No. Uji Uji Aktual Penampang
Aktual Rata-rata
(1 Hari) (kg) (kN) (cm²) (MPa) (MPa)
1 BV1 0% 11.20 158 176.625 10.83
2 BV2 0% 11.46 164 176.625 11.24 11.42
3 BV3 0% 11.78 178 176.625 12.20
4 BV1 0.8% 11.12 235 176.625 16.00
5 BV2 0.8% 11.28 265 176.625 18.04 17.50
6 BV3 0.8% 11.63 270 176.625 18.45
7 BV1 1% 12.68 458 176.625 31.30
8 BV2 1% 12.50 464 176.625 31.71 31.48
9 BV3 1% 12.43 460 176.625 31.44
10 BV1 1.2% 13.12 607 176.625 41.20
11 BV2 1.2% 13.32 516 176.625 34.90 36.77
12 BV3 1.2% 13.10 500 176.625 34.20
13 BV1 1.4% 12.78 154 176.625 10.55
14 BV2 1.4% 12.90 165 176.625 11.24 11.79
15 BV3 1.4% 12.65 198 176.625 13.57
16 BV1 1.6% 13.16 508 176.625 34.20
17 BV2 1.6% 13.20 402 176.625 27.44 31.95
18 BV3 1.6% 13.10 500 176.625 34.20
Kuat Kuat
Kode Benda Berat Beban Tekan Luas
Tekan Tekan
No. Uji Uji Aktual Penampang
Aktual Rata-rata
(3 Hari) (kg) (kN) (cm²) (MPa) (MPa)
1 BV1 0% 11.08 240 176.625 16.41
2 BV2 0% 11.50 268 176.625 18.31 16.86
3 BV3 0% 11.43 232 176.625 15.87
4 BV1 0.8% 11.08 305 176.625 20.77
5 BV2 0.8% 11.50 332 176.625 22.68 21.77
6 BV3 0.8% 11.43 320 176.625 21.86
7 BV1 1% 12.26 630 176.625 43.27
8 BV2 1% 12.64 624 176.625 42.58 42.12
9 BV3 1% 12.42 590 176.625 40.50
10 BV1 1.2% 13.22 748 176.625 50.85
11 BV2 1.2% 13.04 755 176.625 51.54 50.16
12 BV3 1.2% 13.20 705 176.625 48.09
13 BV1 1.4% 13.00 738 176.625 50.16
14 BV2 1.4% 13.80 607 176.625 41.20 43.72
15 BV3 1.4% 13.55 580 176.625 39.80
16 BV1 1.6% 12.82 749 176.625 50.85
17 BV2 1.6% 13.02 613 176.625 41.89 44.65
18 BV3 1.6% 12.90 600 176.625 41.20
Kuat Kuat
Kode Benda Berat Beban Tekan Luas
Tekan Tekan
No. Uji Uji Aktual Penampang
Aktual Rata-rata
(7 Hari) (kg) (kN) (cm²) (MPa) (MPa)
1 BV1 0% 11.56 396 176.625 27.03
2 BV2 0% 11.50 400 176.625 27.31 27.67
3 BV3 0% 11.43 420 176.625 28.68
4 BV1 0.8% 11.56 492 176.625 33.65
5 BV2 0.8% 11.50 500 176.625 34.20 34.25
6 BV3 0.8% 11.62 510 176.625 34.90
7 BV1 1% 12.58 694 176.625 43.40
8 BV2 1% 12.64 559 176.625 37.70 40.94
9 BV3 1% 12.40 550 176.625 37.70
10 BV1 1.2% 12.80 669 176.625 45.34
11 BV2 1.2% 13.12 766 176.625 52.23 48.55
12 BV3 1.2% 12.90 700 176.625 48.09
13 BV1 1.4% 12.94 596 176.625 40.50 38.87
Kuat Kuat
Kode Benda Berat Beban Tekan Luas
Tekan Tekan
No. Uji Uji Aktual Penampang
Aktual Rata-rata
(14 Hari) (kg) (kN) (cm²) (MPa) (MPa)
1 BV1 0% 11.20 496 176.625 33.93
2 BV2 0% 11.75 530 176.625 36.30 37.14
3 BV3 0% 11.42 600 176.625 41.20
4 BV1 0.8% 11.20 680 176.625 46.71
5 BV2 0.8% 11.75 660 176.625 45.34 44.18
6 BV3 0.8% 11.42 590 176.625 40.50
7 BV1 1% 12.54 980 176.625 67.25
8 BV2 1% 12.32 770 176.625 52.92 56.77
9 BV3 1% 12.53 730 176.625 50.16
10 BV1 1.2% 12.98 1020 176.625 69.98
11 BV2 1.2% 13.02 680 176.625 46.71 59.95
12 BV3 1.2% 13.38 920 176.625 63.16
13 BV1 1.4% 12.81 750 176.625 51.54
14 BV2 1.4% 12.96 1130 176.625 77.51 63.84
15 BV3 1.4% 12.82 910 176.625 62.48
16 BV1 1.6% 12.90 810 176.625 55.66
17 BV2 1.6% 13.03 886 176.625 60.43 57.03
18 BV3 1.6% 12.88 806 176.625 54.98
Kuat Kuat
Kode Benda Berat Beban Tekan Luas
Tekan Tekan
No. Uji Uji Aktual Penampang
Aktual Rata-rata
(28 Hari) (kg) (kN) (cm²) (MPa) (MPa)
1 BV1 0% 11.56 650 176.625 44.65
2 BV2 0% 11.64 600 176.625 41.20 43.27
3 BV3 0% 11.25 640 176.625 41.20
4 BV1 0.8% 11.56 740 176.625 50.85
5 BV2 0.8% 11.64 690 176.625 47.40 49.93
6 BV3 0.8% 11.25 750 176.625 51.54
7 BV1 1% 12.27 830 176.625 57.03
8 BV2 1% 12.60 910 176.625 62.48 58.39
9 BV3 1% 12.43 810 176.625 55.66
10 BV1 1.2% 13.13 1040 176.625 71.35
11 BV2 1.2% 13.20 1130 176.625 77.51 77.28
12 BV3 1.2% 13.20 1210 176.625 82.99
13 BV1 1.4% 12.88 900 176.625 61.80
14 BV2 1.4% 13.18 1005 176.625 68.61 68.62
15 BV3 1.4% 12.95 1100 176.625 75.46
16 BV1 1.6% 12.80 810 176.625 55.66
17 BV2 1.6% 12.90 1050 176.625 72.03 69.32
18 BV3 1.6% 12.97 1170 176.625 80.25
Mengetahui
DOKUMENTASI
Persiapan Material
Proses Pengecoran
Penetrasi Test
Kru Pembantu