Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aldina Nur Alvi Hidayah

Kelas : X Mm-2

Perjalanan Menuju Sekolah


Pagi itu, cuaca amat cerah, Sinar Matahari menampar jendela kaca kamarku,
cahayanya menepis pelupuk mata hingga memaksaku untuk membukanya. Kulihat jam
dinding menunjukkan pukul 06.00.

Perlahan berdiri menuju kamar mandi, kulihat ibu sedang menyiapkan perbekalan yang
akan aku bawa ke sekolah.

Selesai mandi dan mempersiapkan diri, tidak lupa berpamitan dengan ibu, bapak dan adik,
sembari meminta do’a agar diberi keselamatan serta kelancaran berangkat ke sekolah hingga
kembali ke rumah. Terakhir ku ucapkan salam setelah mencium kedua tangan mereka.

Aku menuju rumah Lika, seorang teman baikku yang telah berbagi sejuta kisah denganku
sejak kecil. Jarak antara rumahku dan rumahnya hanya puluhan meter, kulihat dia telah siap
dan kamipun berangkat bersama dengan berjalan kaki.

Sedangkan jarak rumahku dengan sekolah hanya sekitar 200 meter, namun karena
beberapa hari terakhir turun hujan yang amat deras, jalanan dan trotoar dipenuhi genangan
air dan becek, sehingga perjalanan sedikit terhambat karena harus berhati-hati.

Benar saja. Di tengah perjalanan, mobil angkutan umum melintas dan berpaspasan dengan
kami. Tiba-tiba mobil tersebut melindas genangan air yang letaknya antara kami dan
mobil. Posisiku yang mengarah ke jalan akhirnya menjadi korban lindasan air dan
membasahi seragamku sebelah kanan.

Sontak aku dan Lika kaget, kulihat jam menunjukkan pukul 06.45, artinya tidak lama lagi
bel masuk kelas akan berbunyi, sehingga tidak memungkinkan kembali ke rumah untuk
mengganti seragam. Aku sedih, begitu juga dengan Lika saat melihatku.

Namun, tiba-tiba saja, Lika mengeluarkan selembar kain dari dalam tasnya,
dan memberikannya kepadaku.

“Nih, kamu pakai kain ini aja buat lap-in baju kamu, gapapa kok, pakai aja, biar baju kamu
kering dan bersih lagi” ujar Lika dengan senyumnya.

Akhirnya kain tersebut aku pakai, hingga bersihlah seragamku, namun kain yang diberikan
tika menjadi kotor. Aku merasa sangat bersalah dan benar-benar memberatkan dia.

Karena kain bersih tersebut akan digunakan untuk menutupi mulutnya karena ternyata
dia juga dalam keadaan batuk dan flu.

“Makasih banyak ya ka, kamu memang teman terbaik yang pernah aku kenal, aku gak
bakal ngelupain semua kebaikanmu. Semoga kita tetap bersahabat sampai kapanpun”
ujarku sambil menatapnya.
“Udahlah Din, kamu sahabat baikku sejak kecil, kita telah melalui semuanya bersamaan,
enggak mungkin dong aku biarin kamu ke sekolah dengan pakaian kotor seperti tadi.
Yuk, berangkat lagi” ujarnya sambil tersenyum.

Setelah selesai mengobrol, aku dan Lika melanjutkan perjalanan dengan lebih hati-hati lagi.

Tiba disekolah kami pun telat,sehingga kami dihukum,Bu Riska menyuruh aku dan
Lika berjongkok mengelilingi lapangan.

Setelah selesai kami diberi peringatan agar tidak kembali telat lagi,setelah itu aku dan
lika disuruh kembali ketempat duduk.

Anda mungkin juga menyukai