Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM BETON

JURUSAN TEKNIK SIPIL


`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

JOB 6

6.1 PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA TULANGAN


A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja
2. Untuk mengetahui kekuatan baja melalui kurva hasil uji tarik
3. Untuk mengklasifikasikan mutu baja tulangan berdasarkan nilai-nilai hasil uji
tarik.

B. DASAR TEORI

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan
dalam suatu perancangan konstruksi dan proses manufaktur. Setiap material atau bahan
memiliki sifat (kekerasan, kelenturan, dan lain lain) yang berbeda-beda. Pengujian uji
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang
diberikan secara lambat. Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari
logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan
elastisitas dari logam tersebut. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat
dilihat dari kurva uji tarik.

Gambar 6.1.1. Kurva tegangan-regangan

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Gambar 6.1.2. Kurva tegangan-regangan

E adalah gradient kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan


tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama "Modulus Elastisitas" atau
"Young Modulus". Kurva yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti
ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gambar 6.1.3. Kurva SS (SS curve)

Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam

Untuk keperluan kebanyakan analisa teknik, data yang didapatkan dari uji
tarik dapat digeneralisasi seperti pada Gambar 6.1.4.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Gambar 6.1.4. Kurva hubungan antara Strain dan Stress

Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarik mulai dari titik O sampai D
sesuai dengan arah panah dalam gambar.

Batas elastic σE (elastic limit) yaitu Dalam Gambar 2 dinyatakan dengan titik A.
Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya
dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya
hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol” pada titik O.

Batas proporsional σp (proportional limit) yaitu Titik sampai di mana


penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai
ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.

Deformasi plastis (plastic deformation) yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali
ke keadaan semula. Pada Gambar 2 yaitu bila bahan ditarik sampai melewati batas
proporsional dan mencapai daerah landing.

Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress) yaitu Tegangan maksimum sebelum
bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis.

Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress) yaitu Tegangan rata-rata daerah
landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya
disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.

Regangan luluh εy (yield strain) yaitu Regangan permanen saat bahan akan
memasuki fase deformasi plastis.

Regangan elastis εe (elastic strain) yaitu Regangan yang diakibatkan perubahan


elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi
semula.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress) yaitu Tegangan rata-rata daerah
landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya
disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.

Regangan luluh εy (yield strain) yaitu Regangan permanen saat bahan akan
memasuki fase deformasi plastis.

Regangan elastis εe (elastic strain) yaitu Regangan yang diakibatkan perubahan


elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi
semula.

Regangan plastis εp (plastic strain) yaitu Regangan yang diakibatkan perubahan


plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan
permanen bahan.

Regangan total (total strain) Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan
elastis, εT = εe+εp. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan
yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada
titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.

Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength) yaitu Pada
Gambar 2 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum
yang didapatkan dalam uji tarik.

Kekuatan patah (breaking strength) yaitu Pada Gambar 2 ditunjukkan dengan titik
D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.

Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis dan
plastis yaitu Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang
jelas, tegangan luluh biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan
regangan permanen sebesar 0.2%, regangan ini disebut offset- strain (Gambar
6.1.5).

Gambar 6.1.5. Offset-Strain

Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa (Pascal,
N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

1. Syarat Kualitas Baja Tulangan

Ukuran dan toleransi (SNI 2052-2017)

Diameter, berat dan ukuran sirip

Tabel 6.1.1. - Ukuran baja tulangan beton sirip/ulir


Dia- Tinggi sirip Jarak sirip Lebar sirip Berat
meter Luas penam- (H) melintang membujur nominal
Pena- nominal pang nominal (P) (T) per
No maan (d) (A) min maks Maks Maks meter

mm mm2 mm mm mm m kg/m

1 S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222


2 S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395

3 S 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617

4 S 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042


5 S 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578

6 S 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226

7 S 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984


8 S 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853

9 S 29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185

10 S 32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313


11 S 36 36 1018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990

12 S 40 40 1257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865

13 S 50 50 1964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413


14 S 54 54 2290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978

15 S 57 57 2552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031

CATATAN:
1. Diameter nominal hanya dipergunakan untuk perhitungan parameter nominal lainnya dan tidak perlu diukur
2. Cara menghitung luas penampang nominal, keliling nominal, berat nominal dan ukuran sirip/ulir adalah sebagai
berikut:
a) Luas penampang nominal
(A) A =0,7854  d2
(mm2)
d = diameter nominal (mm)
2
b) Berat nominal = 0,785 × 0,7854 d 0,7 (kg/m)
100
c) Jarak sirip melintang maksimum = 0,70 d
d) Tinggi sirip minimum = 0,05 d
Tinggi sirip maksimum = 0,10
d
e) Jumlah 2 (dua) sirip membujur maksimum = 0,25 K
Keliling nominal (K)
K = 0,3142 x d (mm)

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

2. Toleransi berat per batang

Toleransi berat per batang baja tulangan beton sirip/ulir ditetapkan seperti tercantum dalam
Tabel 6.2.

Diameter nominal (mm) Toleransi (%)

6≤ d≤8 ±7

10 ≤ d ≤ 14 ±6

16 ≤ d ≤ 29 ±5

d > 29 ±4

CATATAN:
Toleransi berat untuk baja tulangan beton sirip = beratnominal - berataktual x 100%berat
beratnominal

Tabel 6.1.2.- Toleransi berat per batang BjTS

Jenis baja tulangan beton sirip/ulir seperti pada Gambar 1.Sirip/ulir bambu.

a. Sirip ulir/tulang ikan

Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P : jarak sirip/ulir melintang

W : lebar sirip/ulir membujur

T : Gap/rib

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

a. Sirip/ulir bambu

Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P: jarak siri/ ulir melintang

W: lebar sirip/ ulir membujur


b. Sirip/ulir curam

Keterangan gambar:

H : tinggi sirip/ulir

P: jarak siri/ ulir melintang

W: lebar sirip/ ulir membujur

T: gap/rib

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Uji tarik Uji lengkung

Kuat kuat tarik Regangan dalam 200 diameter pelengkung Rasio


luluh/leleh (TS) mm, Min. TS/YS
Kelas baja (YS) sudut
tulangan lengkung (Hasil Uji)
MPa MPa % mm

Min. 280 11 (d ≤ 10 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm)

BjTP 280 Maks. 405 Min. 350 12 (d ≥12 mm) 180° 5d (d ≥ 19 mm) -

Min. 280 11 (d ≤ 10 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm) Min. 1,25

BjTS 280 Maks. 405 Min. 350 12 (d ≥13 mm) 180° 5d (d ≥ 19 mm)

9 (d ≤ 19 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm )

Min. 420 8 (22 ≤ d ≤ 25 mm) 180° 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) Min. 1,25

BjTS 420A Maks. 545 Min. 525 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)

7 (d ≥ 29 mm) 90° 9d (d > 36 mm)

14 (d ≤ 19 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm )

Min. 420 12 (22 ≤ d ≤36 mm) 180° 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm) Min. 1,25

BjTS 420B Maks. 545 Min. 525 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)

10 (d > 36 mm) 90° 9d (d > 36 mm)

7 (d ≤ 25 mm) 180° 5d (d ≤ 25 mm)

BjTS 520 Min. 520 Min. 650 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) Min. 1,25

Maks. 645 6 (d ≥ 29 mm) 90° 9d (d > 36 mm)

7 (d ≤ 25 mm) 180° 5d (d ≤ 25 mm)

BjTS 550 Min. 550 Min. 687,5 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) Min. 1,25

Maks. 675 6 (d ≥ 29 mm) 90° 9d (d > 36 mm)

7 (d ≤ 25 mm) 180° 5d (d ≤ 25 mm)

BjTS 700 Min. 700 Min. 805 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) Min. 1,15

Maks. 825 6 (d ≥ 29 mm) 90° 9d (d > 36 mm)

Keterangan:

1. d adalah diameter nominal baja tulangan beton


2. hasil uji lengkung tidak boleh menunjukan retak pada sisi luar lengkungan benda uji lengkung.

3. Sifat mekanis
Tabel 6.1.3.– Sifat mekanis
KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan Uji Tarik Baja ini, yaitu :

Luas Penampang (A) = ¼ x 𝝅 x D2

Keterangan :

D = diameter (mm)

Tegangan Leleh (Fy) =

Keterangan:

ReH = Tegangan setelah lelah (Mpa) Rel = Tegangan sebelum leleh (Mpa)

Tensile Strength (Fu) = Keterangan :

Fm = Kekuatan Maksimum (kN) A = Luas Penampang (mm²)

Lower Yield Strength (ReL) = Keterangan :

P = Beban sebelum leleh (kN) A = Luas Penampang (mm²)

Upper Yield Strength (ReH) = Keterangan :

P = Beban setelah leleh (kN) A = Luas Penampang (mm²)

% Elongasi = x 100% Keterangan :

Lf = Panjang Setelah Pengujian (mm) L0 = Panjang Mula-mula (mm)

% Reduction of Area = Keterangan :

Ao = Luas Penampang Mula-mula (mm²)

Af = Luas Penampang setelah pengujian (mm²)

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Micrometer atau Caliper atau mistake / jangka sorong
b. Mesin uji tarik (Universal Testing Machine) yang harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
- Mempunyai kecepatan tarik yang merata dan dapat diatur sedemikian rupa
sehingga besarnya penambahan tegangan tidak melebihi 10 Mpa untuk
setiap detik.
- Pembacaan gaya, dapat dilakukan dengan ketelitian 10% dari gaya tarik
maksimum.
c. Gurinda
d. Meteran
e. Mistar baja
f. Mesin gambar X-X (X-YP1otter)
2. Bahan
a. Baja tulangan sirip dengan diameter 13 dengan panjang 400 mm.
b. Kapur

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan jumlah dan ukuran sampel tulangan yang akan diuji.
3. Memotong tulangan ø13 mm sesuai dengan ukuran kebutuhan pengujian yaitu 40
cm.
4. Mengukur diameter sampel yang akan diuji tarik dengan menggunakan jangka
sorong dan melakukan pengukuran sebanyak 3 kali untuk setiap sampel kemudian
menghitung rata-ratanya.
5. Memberi tanda pada sampel yang akan diuji tarik 200 mm sebagai panjang mula-
mula (Lo). Dan menandai sepanjang 100 mm di kedua sisi Lo.
6. Menyalakan monitor mesin uji tarik MTS Criterion 64.106 kapasitas 1000 kN. Lalu
menset alat pada pembebanan 0.
7. Memasang benda uji pada penjepit tulangan yang ada di dalam mesin uji tarik.
8. Menginput data-data awal sampel pengujian pada monitor (diameter awal dan
panjang awal).
9. Mulailah melakukan pengujian tarik pada tulangan kemudian menunggu hingga
tulangan tersebut putus.
10. Melepaskan sampel yang diuji tarik dari penjepit tulangan.
11. Menyambung kembali tulangan yang telah diuji tarik kemudian mengukur diameter
dan panjang pada daerah putus.
12. Menginput kembali ke dalam monitor diameter dan panjang setelah uji tarik sebagai
syarat untuk menghasilkan output uji tarik yang sebenarnya.
13. Menyimpan file hasil uji tarik sebagai output dari pengujian.
14. Melaporkan kepada instruktur apabila pengujian telah selesai.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

15. Membersihkan area pengujian, mematikan mesin pengujian dan mengembalikan


alat yang digunakan pada tempatnya.

E. DATA DAN PERHITUNGAN


1. Data Pengamatan
 Besi sirip/ulir ø13

Diameter : ø13

Ukuran Awal : Panjang mula-mula (Lo) = 200 mm

Lebar/diameter mula-mula (Wo) = 12,831 mm

Luas Penampang mula-mula (Ao) = 129,3037 mm²

 Besi sirip/ulir ø16

Diameter : ø16

Ukuran Awal : Panjang mula-mula (Lo) = 200 mm

Lebar/diameter mula-mula (Wo) = 15,690 mm

Luas Penampang mula-mula (Ao) = 193,3463 mm²

 Data Hasil Uji Tarik


Data hasil pengujian tarik baja menggunakan mesin uji tarik:
a. Baja tulanagan sirip 13 mm
Tabel 6.1.4. Data hasil uji tarik baja tulangan Sirip ø13
Uraian Nilai Satuan

Diameter awal, (Do) 12,831 mm

Final Diameter, (Du) 8,490 mm

Final Gage Length (Lu) 237,000 mm

Maximum Force (Fm) 79220,418 N

Load at Lower Yield 59545,772 N

Load at Upper Yield 61252,186 N

Fracture Stress 584,131 N/mm²

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Gr
afik 6.1.1 Kurva tegangan regangan baja tulangan sirip ø13

Diameter : ø13

Ukuran Awal : Panjang mula-mula (Lo) = 200 mm

Lebar/diameter mula-mula (Wo) = 12,831 mm

Luas Penampang mula-mula (Ao) = 129,3037mm²

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

b. Baja tulanagan sirip 16 mm


Tabel 6.1.5. Data hasil uji tarik baja tulangan Sirip ø16
Uraian Nilai Satuan

Diameter awal, (Do) 15,690 mm

Final Diameter, (Du) 12,580 mm

Final Gage Length (Lu) 230,000 mm

Maximum Force (Fm) 124926,861 N

Load at Lower Yield 95616,138 N

Load at Upper Yield 97548,184 N

Fracture Stress 628,619 N/mm²

Grafik 6.1.2 Kurva tegangan regangan baja tulangan sirip ø16

Diameter : ø16

Ukuran Awal : Panjang mula-mula (Lo) = 200 mm

Lebar/diameter mula-mula (Wo) = 15,690 mm

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Luas Penampang mula-mula (Ao) = 193,3463mm²

2. Perhitungan Manual Parameter Uji Tarik Baja


a. Baja tulangan sirip/ulir ø13
Panjang mula-mula (Lo) = 200 mm
Lebar/diameter mula-mula (Wo) = 12,831 mm
Luas Penampang mula-mula (Ao) = 129,3037mm²

A = ¼ π D2

= 1/4 x 3,14 x ( 12,831 )2

= 129,3037 mm2

Ukuran setelah putus


Panjang putus (Lu) = 237,000 mm
Diameter putus (Du) = 8,490 mm
Luas penampang putus (Af) = 56,611mm2

A = ¼ π D2

= 1/4 x 3,14 x ( 8,490 )2

= 56,611 mm2

Tensile Strength (Fu) =

79220,418
=
129,3037

= 612,669 Mpa

P
Lower yield strenght (ReL) =
A

59545,772
=
129,3037

= 460,511 N/mm²

= 460,511 Mpa

P
Uper yield strenght (ReH) =
A

61252,186
=
129,3037

= 473,708 N/mm²

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

= 473,708 Mpa

Tegangan Leleh (Fy) =

473,708+ 460,511
=
2

= 467,109 Mpa

% Elongasi = x 100%

237−200
= x 100%
200

=18,5%

% Reduction of Area = x 100%

129,3037−56.611
= x 100%
129,3037

= 56,218%

Tabel 6.1.6. Data hasil uji tarik baja tulangan Sirip ø13
Uraian Nilai Satuan

Diameter awal, (Do) 12,831 mm

Final Diameter, (Du) 8,490 mm

Final Gage Length (Lu) 237,000 mm

Area 129,3037 mm²

Maximum Force (Fm) 79220,418 N

Tensile Strength (Rm) 612,669 N/mm²

Load at Lower Yield 59545,772 N

Lower Yield Strength (ReL) 460,511 N/mm²

Load at Upper Yield 61252,186 N

Upper Yield Strength (ReH) 473,708 N/mm²

Fracture Stress 584,131 N/mm²

Percentage Elongation After Fracture (A) 18,500 %

Percentage Reduction of Area (Z) 56,218 %

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

b. Baja tulangan sirip/ulir ø16


Panjang mula-mula (Lo) = 200 mm
Lebar/diameter mula-mula (Wo) = 15,690mm
Luas Penampang mula-mula (Ao) = 193,3463 mm²

A = ¼ π D2

= 1/4 x 3,14 x ( 15,690 )2

= 193,3463 mm2

Ukuran setelah putus


Panjang putus (Lu) = 230,000 mm
Diameter putus (Du) = 12,580 mm
Luas penampang putus (Af) = 124,294 mm2

A = ¼ π D2

= 1/4 x 3,14 x ( 12,580 )2

= 124,294 mm2

Tensile Strength (Fu) =

124926,861
=
193,3463

= 646,130 Mpa

P
Lower yield strenght (ReL) =
A

95616,138
=
193,3463

= 494,533 N/mm²

= 494,533 Mpa

P
Uper yield strenght (ReH) =
A

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

97548,184
=
193,3463

= 504,526 N/mm²

= 504,526 Mpa

Tegangan Leleh (Fy) =

504,526+494,533
=
2

= 499,529 Mpa

% Elongasi = x 100%

230−200
= x 100%
200

=15%

% Reduction of Area = x 100%

193,3463−124,294
= x 100%
193,3463

= 35,714%

Uraian Nilai Satuan

Diameter, (Do) 15,690 mm

Final Diameter, (Du) 12,580 mm

Final Gage Length (Lu) 230,000 mm

Area 193,3463 mm²

Maximum Force (Fm) 124926,861 N

Tensile Strength (Rm) 646,130 N/mm²

Load at Lower Yield 95616,138 N

Lower Yield Strength (ReL) 494,533 N/mm²

Load at Upper Yield 97548,184 N

Upper Yield Strength (ReH) 504,526 N/mm²

KELOMPOK 3
Fracture Stress 628,619 N/mm²
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
Percentage Elongation After Fracture (A) 15,000 %

Percentage Reduction of Area (Z) 35,714 %


LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Tabel 6.1.7. Data hasil uji tarik baja tulangan Sirip ø16

F. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum uji tarik baja tulangan maka dapat disimpulkan:

1. Berdasarkan syarat ukuran dan toleransi

Tabel 6.1.8. Berdasarkan Syarat Ukuran dan Toloransi

Diameter Diameter Deviasi Toleransi


Nominal (mm) Aktual (mm)
Uraian (mm) (mm) Keterangan

S13 13 12,831 0,17 ±6 Memenuhi

S16 16 15,690 0.31 ±5 Memenuhi

Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa sampel untuk S13 dan S16 memenuhi syarat
ukuran dan toleransi dengan SNI 2052-2017.

2. Syarat Mekanis

Tabel 6.1.9. Syarat Dan Ukuran Baja Tulangan sirip

Hasil Syarat 2052-2017 Mutu Keterangan

Ε
fy fu ε fyMin fuMin Rasio
Uraian Mi n
fu/fy
(MPa) (MPa) (%) /Max (MPa) Min
(%)

(MPa)

BjTS
S13 467,109 1400,074 18,5 420/ 525 9 1,25 Memenuhi
545 420A
BjTS
S16 499,529 1005,601 15,0 420/ 525 9 1,25 Memenuhi
545 420A
Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa semua sampel memenuhi syarat BjTs 420A untuk
hasil kuat tarik min (Rm), hasil batas ulur min (fy) dan elongation min (𝜀) untuk S13 dan S16
sesuai dengan SNI 2052

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

G. DOKUMENTASI ALAT DAN BAHAN


1. Alat

Mistar baja
Satu set alat uji tarik baja tulangan

Jangka sorong Mesin gambar X-Y (X-Yploter)

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Gurinda Meteran

2. Bahan

Baja tulangan sirip Ø13 dan Ø16 Kapur

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

A. DOKUMENTASI

Menandai baja tulangan Memotong baja yang Mengukur diameter baja


sesuai ukuran yang telah ditandai tulangan sirip
ditentukan

M
Mengukur panjang baja enyetel panjang baja Memasukkan data awal
tulangan sirip tulangan pada mesin pada komputer dan
MTS menyalakan mesin MTS

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

H
Mengeluarkan baja asil dari pengujian kuat
tulangan dari mesin tarik baja tulangan sirip.
apabila telah putus

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

6.2 PENGUJIAN KUAT TEKUK BAJA TULANGAN

B. TUJUAN

Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual.

C. DASAR TEORI

Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis. Modulus


Elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah elastis. Modulus Elastis
juga berarti perbandingan tegangan dengan regangan pada daerah elastis. Material yang
lentur (tidak kaku) adalah material yang dapat mengalami regangan bila diberi tegangan
atau beban tertentu. Tegangan atau beban yang diberikan pada spesimen uji haruslah
dibawah harga beban maksimum agar spesimen tidak mengalami deformasi plastis.

Uji lengkung (Bending Test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual . Pada pengujian kekuatan lentur dan
kekerasan dilakukan dengan pemberian beban pada material sehingga secara bersamaan
mulai terbentuk tegangan tarik, tekan, dan geser. Beban tersebut akan maksimum pada
permukaan spesimen, serta bernilai nol pada neutral axis-nya. Saat material diberi beban
pada daerah elastis, maka akan timbul tegangan pada penampang melintang sebagai
akibat dari momen lentur.

Uji lengkung dapat dilakukan pada benda uji yang berpenampang bulat, persegi,
persegi panjang atau poligon hingga terdeformasi plastis dengan melengkungkan tanpa
mengubah arah beban hingga sudut lengkung tertentu tercapai, dan untuk menentukan
apakah ada retak atau cacat-cacat lain pada permukaan luar lengkungan pada benda uji.
Sumbu dari kedua kaki benda uji tetap pada bidang tegak lurus terhadap sumbu
lengkungan tanpa torsi. Untuk lengkungan 180°, dua permukaan lateral bergantung pada
KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

persyaratan standar bahan, letakkan pada posisi datar masing-masing atau paralel di
jarak tertentu, sebuah duri pelengkung (plunger) digunakan untuk mengatur jarak ini.
(Berdasarkan SNI 0410-2017)

Benda uji tipe ini biasanya digunakan untuk uji lengkung pelat logam, batangan, dan
bahan persegi dengan ketebalan 3 mm atau lebih. Bilamana lebar bahan tidak dapat
memenuhi ketentuan benda uji standar maka dapat digunakan lebar bahan yang tersedia.
Bilamana tebal bahan lebih dari 25 mm maka benda uji bisa dilakukan pengurangan
(machining) pada salah satu sisinya sampai tebal benda uji tidak kurang dari 25 mm
dimana dalam pengujiannya bagian yang tidak dikurangi (machining) ditempatkan pada
bagian luar lengkungan. Jika perlu pada bagian permukaan area yang dipotong bisa di-
machining, lihat pada gambar 6.2.1. di bawah.

Gambar 6.2.1 Benda Uji No.1

Benda uji tipe ini biasanya digunakan untuk uji lengkung batangan baja dan
batangan logam bukan besi, lihat gambar 6.2.2.

Gambar 6.2.2. Benda Uji No.2

Jika diameter atau jarak tegak penampang melintang batang logam lebih dari
30 mm maka semua permukaan luar benda uji harus di-machining dengan
permukaan halus sampai ukurannya 25 mm atau lebih, lihat Gambar 6.2.3. Uji
lengkung pada benda uji ini, permukaan yang tidak di- machining diletakkan di
bagian luar lengkungan.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Gambar 6.2.3. Permesinan pada benda uji dengan diameter atau jarak tegak
penampang lebih dari 30 mm dan jika pengurangan diperlukan

Benda uji tipe ini biasanya digunakan untuk uji lengkung pelat logam yang
ketebalannya kurang dari 3 mm, lihat gambar 6.2.4. di bawah ini.

Gambar 6.2.4. Benda Uji No.3

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Universal Testing Machine (UTM)
b. Jangka sorong
c. Mistar baja
d. Mesin gambar X-Y (X-YPlotter)
e. Meteran
f. Gurinda

2. Bahan
a. Besi sirip ∅13
b. Kapur
c. Spidol

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

E. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan jumlah dan ukuran sampel tulangan yang akan diuji.
3. Memotong tulangan sesuai dengan ukuran kebutuhan pengujian.
4. Memberi tanda pada sampel yang akan diuji sesuai dengan batas panjang
awal dari setiap sampel.
5. Menyalakan monitor universal testing machine.
6. Memasang benda uji pada penjepit tulangan yang ada di dalam mesin
UTM.
7. Menginput data-data awal sampel pengujian pada monitor (diameter
awal dan panjang awal).
8. Setelah data awal diinput, selanjutnya dilakukan pengujian tekuk pada
tulangan, menunggu tulangan hingga melengkung.
9. Menyalakan mesin UTM, dan mencatat besarnya beban elastis (Q)
pada dial. Ketika benda uji melewati batas elastisnya (pada saat jarum
petunjuk pada dial berhenti untuk sementara).
10. Melepaskan sampel yang diuji dari penjepit tulangan dan
mengusahakan agar penanda tidak bergeser, setelah sampel
melengkung
11. Mengamati secara visual baja tulangan hasil uji tekuk.
12. Menyimpan file hasil uji tarik sebagai output dari pengujian.
13. Melaporkan kepada instruktur apabila pengujian telah selesai dilakukan.
14. Membersihkan area pengujian, mematikan mesin pengujian dan
mengembalikan alat yang digunakan.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

F. DATA DAN ANALISIS PENGUJIAN

Gambar 6.2.5. Hasil Pengujian Tekuk Baja Tulangan

Tabel 6.2.1 Data Hasil Pengujian

No. Sampel Hasil Pengamatan


1. S13 Tidak Retak
(Memenuhi)

G. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian tekuk (Bending Test) yang telah dilakukan, maka
diperoleh hasil bahwa baja tulangan sirip ∅13 (S13) tidak mengalami keretakan pada
bagian baja yang melengkung (tertekuk) sehingga baja tulangan tersebur dapat
digunakan dan sesuai dengan SNI 0410-2017.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

H. DOKUMENTASI ALAT DAN BAHAN


1. Alat

Satu set alat uji tekuk baja tulangan Mistar baja

Jangka sorong Mesin gambar X-Y (X-Yploter)

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

Gurinda Meteran

2. Bahan

Baja tulangan sirip Ø13 Kapur

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
`
POLITEKNIK NEGERI UJUNG
PANDANG

I. DOKUMENTASI

Menandai baja tulangan Memotong baja yang Memasukkan data awal


sesuai ukuran yang telah ditandai pada mesin gambar X-Y
ditentukan

Memasang baja tulangan Menjalankan mesin Hasil dari pengujian


sirip pada mesin UTM pengujian tekuk tekuk (Bending test) pada
baja tulangan sirip
∅13.

KELOMPOK 3
2B D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Anda mungkin juga menyukai