PRAKTEK FISIKA
Disusun Oleh:
Disusun Oleh :
Nama : Sarma Ria Sari M
NPM : 218140030
Prodi : Arsitektur
Kelas : A1
Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan judul “Laporan
Praktikum Praktek Fisika” selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah membimbing saya dalam pembuatan tugas ini.
Laporan ini merupakan tugas akhir UAS dari mata kuliah Praktek Fisika, yang
berisikan data hasil pelaksanaan praktikum yang meliputi materi Hukum Archimedes, Nilai
Koefisien Kekentalan Cairan, Nilai Kalor Spesifik Air dengan Metode Joule, Koefisien
Gesekan, Ayunan Bandul Sederhana dan Konstanta Pegas.
Saya sadari bahwa laporan ini masih jauh dari apa yang diharapkan dan masih
banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, saya menerima saran dan kritik apapun dari
para pembaca demi menyempurnakan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
HUKUM ARCHIMEDES..............................................................................................1
KOEFISIEN GESEKAN.............................................................................................14
KONSTANTA PEGAS...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
iii
HUKUM ARCHIMEDES
I. Tujuan
1. Membuktikan keberlakuan hukum Archimedes.
2. Menyelidiki hubungan gaya keatas dengan berat zat cair yang dipindahkan.
3. Membuktikan dan menentukan apakah benda akan terapung, melayang, dan tenggelam
II. Teori
Hukum Archimedes mengatakan bahwa “Jika suatu benda dicelupkan ke dalam
sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat gaya ke atas yang sama besarnya dengan
beratnya zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut”.
Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah berkurang.
Peristiwa ini tentu bukan berarti ada massa benda yang hilang, namun disebabkan oleh
suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan dengan arah berat benda.
Seorang ahli Fisika yang bernama Archimedes mempelajari hal ini dengan cara
memasukkan dirinya pada bak mandi. Ternyata, ia memperoleh hasil, yakni beratnya
menjadi lebih ringan ketika di dalam air. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas
(Fa). gaya apung sama dengan berat benda di udara dikurangi dengan berat benda di dalam
air.
Keterangan:
F = gaya apung atau gaya ke atas (N)
wu = gaya berat benda di udara (N)
wf = gaya berat benda di dalam air (N)
Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang didesak atau
dipindahkan oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka semakin besar pula
gaya apungnya. Hasil penemuannya dikenal dengan Hukum
Archimedes yang menyatakan bahwa apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat
cair, baik sebagian atau seluruhnya, benda akan mendapat gaya apung (gaya ke atas) yang
besarnya sama dengan berat zat cair yang didesaknya (dipindahkan) oleh benda tersebut.
Secara matematis ditulis :
F a = wf Fa = ρf . g . vbf
1
Keterangan:
Dalam konsep hukum Archimedes ada tiga keadaan benda di dalam zat cair :
1. Benda terapung
Benda dikatakan terapung jika berat jenis benda lebih kecil daripada berat jenis zat
cair dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.
2. Benda Melayang
Benda dikatakan melayang jika berat jenis benda sama dengan berat jenis zat cair
dan berat benda sama dengan gaya ke atas zat cair.
Pada peristiwa melayang, volume fluida yang dipindahkan (volume
benda yang tercelup) sama dengan volume total benda yang melayang.
Karena vbf (volume benda yang tercelup) sama dengan vb (volume
benda total), maka syarat benda melayang adalah:
vb = vbf ρb = ρf
Gambar 1.2 Benda melayang
3. Benda Tenggelam
Benda dikatakan tenggelam jika berat jenis benda lebih besar daripada
berat jenis zat cair dan berat benda lebih besar daripada gaya ke atas zat
cair. perbedaan benda terapung tenggelam dan melayang dapat
dibuatkan tabel berikut ini.
2
Pada peristiwa tenggelam, volume benda yang
tercelup di dalam fluida sama dengan volume total benda
yang mengapung, namun benda bertumpu pada dasar bejana
sehingga ada gaya normal dasar bejana pada benda sebesar
N.
vb = vbf ρb> ρf
Gambar 1.4 Bentuk peralatan
percobaan Hukum Archimedes
3
7. Dibuat tabel sebagai berikut:
V. Analisa Data
Percobaan kali ini berjudul Hukum Archimedes, yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara gaya ke atas (Fa) dengan gaya berat di udara (wbu) dan berat benda di
dalam air (wbf), mengetahui hubungan antaragaya ke atas (Fa) dengan gaya berat air yang
di pindahkan (Wf), serta mengetahui hubungan antara gaya ke atas (Fa) dengan volume air
yang dipindahkan (“V).
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah neraca pegas untuk mengukur berat
benda diudara (Wbu) dan berat benda di dalam zat cair (Wbf), gelas ukur untukmengukur
volume benda yang di celupkan dalam zat cair (“V).
1. Perbedaan yang tampak dalam pengukuran berat benda sebelum dan sesudah
dicelupkan yaitu :
= Dalam pengukuran berat benda yang dilakukan dalam percobaan tersebut diperoleh
bahwa berat benda sebelum dan sesudah dicelupkan dalam air memiliki berat yang
berbeda.
2. Massa benda yang tumpah sama dengan volume benda yang dicelupkan yaitu :
= Saat benda dimasukkan kedalam gelas berpancuran yang telah diisi air, maka dapat
dilihat bahwa air akan tumpah sebanyak massa dari benda tersebut.
3. Hasil percobaan yang dilakukan terhadap masing-masing benda, sehingga terbukti
bahwa benda tersebut mengapung, melayang atau tenggelam yaitu :
Data I:
Jenis benda = Balok Kayu
Jenis fluida = Air
Massa gelas kosong (mk) = 100 gram
Fa(gaya Archimedes) = wu - wf
= 0,15 N – 0 N = 0,15 N
15
massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg) = 1000 gram = 1,5 x 10 -2 kg
4
mf
Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3) = = 1,5 x 10 2
ρf
1 x 10 3
= 1,5 x 10-5 m3
Data II:
Jenis benda = Silinder Besi
Jenis fluida = Air
Massa gelas kosong (mk) = 100 gram
Fa(gaya Archimedes) = wu - wf
= 0,75 – 0,65= 10 N
9
massa fluida yang tumpah dalam satuan (kg) = 1000 gram = 9 x 10-3 kg
mf 9 x 102
Volume fluida yang tumpah dalam satuan (m3) = ρf =
1 x 103
= 9 x 10-6 m3
4. Jenis aplikasi yang tercipta dari penerapan Hukum Archimedes dalam kehidupan
sehari hari yaitu :
= Beberapa penerapan hukum Archimides dalam kehidupan sehari-hari, antara lain,
pada hidrometer, kapal selam, dan kapal laut. diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, adanya hukum Archimedes menyebabkan benda yang dimasukkan ke dalam
akan mengalami tiga kemungkinan, yaitu terapung, melayang, dan tenggelam.
5
VI. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berat benda di udara lebih besar dibandingkan berat benda di dalam air. Hal ini
dikarenakan faktor yang memepengaruhinya. Berat benda di udara hanya dipengaruhi
oleh gaya gravtasi, sedangkang berat benda di dalam air dipengaruhi oleh gaya
gravitsi dan gaya ke atas (gaya apung).
2. Gaya apung atau gaya ke atas dapat diketahui dengan rumus:
Fa = wu - wf
3. Hukum Archimedes berbunyi “gaya apung yang bekerja pada benda yangdimasukkan
dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkannya”
4. Hubungan gaya ke atas dengan berat zat dapat diketahui dari berat zat cair (fliuda)
yang tumpah.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Hukum archimedes ini, guna membangun
dan meningkatkan pemahaman yaitu:
6
NILAI KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN
I. Tujuan
II. Teori
Jika ada gerak antara fluida (cairan atau gas) dengan benda lain, selalu terjadi kakas
yang melawan gerak tersebut yang disebut gaya kekentalan. Bila sebuah benda berbentuk
bola, bergerak dengan kecepatan rendah didalam suatu medium (cairan atau gas) yang tepat
sifat-sifatnyany, maka besar gaya kekentalan adalah:
Fv = -6 π η rv...................(1)
Dimana : Fv = gaya yang melawan gerakan (N)
η = koefisien kekentalan (Pa.s)
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola relatif terhadap medium (ms-1 )
Tanda minus menunjukan arah Fv berlawanan dengan arah v. Rumus ini dikenal
sebagai hukum Stokes. Adapun syarat-syarat pemakaian hukum Stokes tersebut diatas :
a) Ruangan tempat medium tak terbatas (ukurannya cukup besar)
b) Tidak ada turbulensi (penggelinciran) pada medium. Praktisnya ini berarti kecepatan v
tidak besar.
Satuan SI untuk η adalah Newton meter -2 atau N.m-2 . Nilai η bergantung pada jenis
cairan dan terpengaruh suhu. Dalam metode bola jatuh, sebuah bola kecil dijatuhkan dalam
tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya rendah tetapi percepatan gravitasi
menyebabkan kecepatan bertambah sehingga kakas Fv bertambah besar. Kakas yang dialami
bola adalah gaya gravitasi Fg (kebawah), gaya apung Fb (keatas) dan gaya gesekan Fv
(keatas) dan pada suatu nilai kecepatan tertentu, akan terjadi keseimbangan :
Fg + Fb + Fv = 0............. (2)
Dimana gaya kebawah dianggap positif sehingga gaya resultan menjadi nol. Maka
kecepatan bola tidak berubah lagi melainkan pada nilai maksimum atau nilai akhir yang
dinotasikan sebagai Va. Kecepatan ini juga disebut kecepatan akhir (terminal velocity). Gaya
Fb dan Fg dapat ditulis sebagai fungsi jari-jari bola R, rapat bola ρo dan rapat cairan ρc :
Perhatikan arah kebawah diberi tanda tambah dalam semua persamaan setelah
Substitusi kedalam pers. (1) dan (2) diperoleh :
Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat dihitung
menurut pers (5) perbandingan R2 /va seharusnya konstan dan percobaan juga dapat
membuktikan besar tidaknya hal ini.
7
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran kekentalan dengan metode ini
adalah:
a) Perlu diperhatikan bahwa kecepatan yang diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir).
b) Rumus (1) di atas hanya berlaku jika bola jatuh lebih kecil dari ukuran tabung (paling
tidak1/10) dari diameter tabung.
c) Suhu harus konstan, khususnya untuk jenis-jenis minyak.
5. Menempatkan satu kawat pada jarak ± 20 cm dibawah permukaan cairan dan kawat
kedua pada jarak d = 100 cm dibawahnya.
6. Mengambil satu bola dengan pinset atau sendok, jangan dipegang. Agar suhu tidak
naik, lepaskan bola perlahan dari jarak 1 cm di atas permukaan cairan dipertengahan
tabung. Mengukur waktu jatuh t dari kawat atas kekawat bawah. Mengulangi minimal
8
2 kali lagi. Bola dapat diangkat dengan magnet. Menentukan hasil untuk t langsung
dari tabel di bawah ini.
7. Mengubah jarak d menjadi 0,9; 0,8; 0,7;....0,4 meter dan mengukur waktu t untuk
setiap jarak d seperti pada point (6) diatas.
8. Mengulangi prosedur diatas (6 & 7) untuk 2 buah bola lain yang berbeda diameternya.
Hasil Percobaan
Jenis cairan = Minyak Goreng
Rapat cairan = 845 kg/m3
Diameter = 0,00684 m
Jari-jari = 0,00342 m
V. Analisa Data
1. Grafik Hubungan x -vs- trata-rata
9
Archimedes dan Gaya Berat. Dari hasil percobaan diketahui bahwa jarak yang ditempuh oleh
bola pejal berbanding lurus dengan waktu yang dipergunakan untuk menempuh jarak tersebut.
Namun yang memepengaruhi waktu tempuh bola pejal untuk mencapai dasar tabung adalah
diameter bola pejal tersebut. Semakin diameter bola pejal, maka semakin besar juga
kecepatannya dan waktu tempuhnya akan semakin kecil.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Koefisien Kekentalan Cairan ini, guna
membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Sebaiknya sebelum praktikum praktikan harus menguasai materi dan langkah percobaan
sehingga percobaan berjalan dengan lancar dengan tingkat kesalahan yang rendah.
2. Saat melakukan pengambilan data, perlu ketepatan dan ketelitian dalam menggunakan
stopwatch serta kefokusan dalam pengamatan praktikum.
10
NILAI KALOR SPESIFIK AIR DENGAN METODE JOULE
I. Tujuan
1. Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
2. Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.
II. Teori
Dalam sebuah kawat penghantar yang dialiri arus listrik terjadi pemanasan akibat energi
listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh arus DC (I) melalui tegangan
(V) sama dengan I, V, maka dalam waktu t, energi panas yang dihasilkan adalah :
E = V . I . t ........................................................(1)
Dalam metode Joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air (atau cairan lain) di
dalam sebuah bejana khusus yang disebut kalorimeter. Menurut teori kalor dasar, energi E yang
diperlukan untuk memanaskan sesuatu benda bermassa m melalui suhu adalah :
Bila disamakan energi listrik pers (1) dengan pers (3) maka diproleh :
Nilai dapat ditentukan dalam eksperimen dimana diketahui dan semua besaran
lain diukur.
11
Gambar 3.1 Susunan peralatan percobaan
Hasil Percobaan
Jenis cairan = Air
massa kalorimter (mk) + pengaduk = 0,081 kg
mk + pengaduk + air = 0,219 kg
massa air (ma) = 0,138 kg
Temperatur kamar (Tk) = 31oC
Nilai kalor spesifik kalorimeter (ck)
jenis tembaga = 386 J/kg°C
12
V. Analisa Data
1. Grafik Hubungan t -vs- ∆T
Dalam percobaan ini,dapat diperoleh hubungan bahwa kalor merupakan suatu bentuk
energi, hal ini dapat dibuktikan melalui hasil percobaan, dimana ternyata kalor yang terjadi
sama dengan usaha yang dilakukan. Ini dapat dilihat dari kenaikan temperatur air di dalam
kalorimeter seiring dengan bertambahnya jumlah waktu yg digunakan. Adapun faktor yang
mempengaruhi nilai bahang jenis air ialah:
1. Tegangan (V)
2. Kuat arus (I)
3. waktu (S)
4. Massa air
5. Suhu (⁰ C)
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Nilai Kalor Spesifik Air dengan Metode Joule
ini, guna membangun dan meningkatkan pemahaman yaitu:
13
1. Sebaiknya praktikan telah mengetahui dan mengusai prosedur percobaan dan teorinya
agar mudah melakukan praktikum
2. Sebaiknya praktikan memahami cara menggunakan alat-alat ukur yang digunakan dalam
percobaan
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pembacaan skala alat yang digunakan agar
hasilnya lebih akurat.
14
KOEFISIEN GESEKAN
I. Tujuan
1. Memahami pengertian koefisien gesekan
2. Menentukan koefisien gesekan berbagai jenis benda dengan metode bidang miring.
II. Teori
Sebuah benda bermassa m diluncurkan di atas permukaan yang datar dan rata dengan
kecepatan awal v0, benda akhirnya berhenti. Hal ini berarti, bahwa dalam geraknya, benda
mengalami percepatan dan kecepatan rata-rata yang berlawanan arah dengan arah gerakannya.
Jika dikaitkan dengan inersia, pada suatu benda yang dipercepat, maka pada geraknya selalu
dikaitkan dengan gaya yang sesuai dengan hukum Newton II. Dalam hal ini permukaan bidang
datar melakukan gaya gesek (friction) pada benda yang meluncur yang nilai rata-ratanya adalah
Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda yang lain, maka
masing-masing benda akan melakukan gaya gesekan satu sama lainnya. Gaya gesekan pada
masing-masing benda ini berlawanan arah dengan gerak relatifnya terhadap benda lainnya.
Dengan perkataan lain gaya gesekan akan melawan gaya geraknya. Walaupun tidak ada gerak
relatifnya, tetap ada gaya gesekan antar permukaan, contoh benda tetap berada pada posisi
stabilnya. Gesekan dapat menimbulkan keausan pada benda yang bergerak, sebaliknya tanpa
gesekan suatu benda tidak akan stabil pada posisi dimana benda berada. Gaya gesekan
dinyatakan dengan:
Dimana :
fc : Gaya gesekan
: Koefisien gesekan
N : Gaya normal
Sedangkan koefisien gesekan terdiri dari koefisien gesekan statis s dan koefisien
gesekan kinetis (k)
Balok dalam keadaan diam (setimbang) yang terletak pada permukaan datar dipenga-
ruhi oleh gaya N dan W. Balok tidak akan bergerak bila gaya F kecil, balok tidak bergerak bila
gaya F < gaya gesekan antara benda dan bidang datar. Jika gaya F diperbesar, pada suatu saat
benda akan mulai bergerak. Sekali gerak telah dimulai, gaya F akan menghasilkan percepatan.
Gaya gesekan antara dua permukaan yang diam disebut gaya gesekan statik. Gaya gesekan
statik yang maksimum sama dengan gaya minimum untuk membuat benda bergerak. Untuk
menentukan koefisien gesekan suatu benda, dapat digunakan metode bidang miring. Benda
diletakkan pada bidang miring yang kemiringannya dapat diatur, lihat Gambar 4.2.
15
Gambar 4.1 Benda pada bidang
Benda akan meluncur pada saat k = tg . Atau dapat disimpulkan bahwa koefisien
gesekan kinetik = tg dimana adalah sudut kemiringan bidang miring. Metode merupakan
cara yang sederhana untuk menentukan koefisien gesekan kinetik secara eksperimental.
1. Memeriksa apakah jarum penunjuk pada busur derajat dapat bergerak bebas.
2. Meletakkan benda di atas bidang miring papan percobaan, mencatat jenis bahan (kayu,
karet dan sebagainya) dan jenis permukaan benda (licin, kasar dan sebagainya)
3. Menghubungkan gear box motor dengan power supply khusus.
4. Menaikkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna merah) sampai benda
mulai bergerak. Mencatat sudut yang terbaca pada busur derajat.
5. Menurunkan bidang miring dengan menekan tombol push on (warna hijau).
6. Mengulangi percobaan beberapa kali (meminta petunjuk pelaksana praktikum)
7. Mengulangi percobaan untuk benda-benda yang lain dengan permukaan yang berbeda
(kasar dan halus)
Hasil Percobaan
Benda 1 : Balok Kayu Kasar
Benda 2 : Balok Kaca
16
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan
Catatan
V. Analisa Data
1. Penjelasan tentang Hukum Newton II
Hukum II Newton, menyatakan bahwa : “Sebuah benda dengan massa m mengalami
gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah
gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap m”.
Setiap benda cenderung mempertahankan keadaannya selama tidak ada resultan gaya
yang bekerja benda tersebut. Apa yang terjadi jika resultan gaya yang bekerja pada benda
tersebut tidak sama dengan nol? Hasil eksperimen Newton menunjukkan bahwa gaya
yang diberikan pada benda akan menyebabkan benda tersebut mengalami perubahan
kecepatan. Ketika gaya tersebut searah dengan gerak benda, kecepatannya bertambah dan
ketika gaya tersebut berlawanan dengan gerak benda, kecepatannya berkurang. Dengan
kata lain, jika resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol, benda akan
bergerak dengan suatu percepatan.
19
AYUNAN BANDUL SEDERHANA
I. Tujuan
1. Mengukur nilai percepatan gravitasi bumi.
2. Menentukan nilai Periode ayunan bandul sederhana.
II. Teori
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai
massa di alam semesta. Hukum gravitasi Newton dirumuskan sebagai berikut:
“Setiap massa menarik massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis yang
menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan perkalian kedua
massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua massa titik
tersebut”.
Hukum tarik-menarik gravitasi Newton dalam bidang fisika berarti gaya tarik untuk
saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda dengan massa m1 selalu
mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain (dengan massa m2 ). Misalnya partikel satu
dengan partikel lain selalu akan saling tarik-menarik. Contoh yang dikemukakan oleh Sir Isaac
Newton dalam bidang mekanika klasik bahwa benda apapun di atas atmosfer akan ditarik oleh
bumi, yang kemudian banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh.
Gaya tarik menarik gravitasi ini dinyatakan oleh Isaac Newton melalui tulisannya di
journal Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica pada tanggal 5 Juli 1687 dalam bentuk
rumus sebagai berikut:
Dimana :
f = Besarnya gaya gravitasi antara dua massa tersebut,
g = Konstanta gravitasi (6,67 10-11 N m2 kg-2)
m1 = Massa dari benda pertama
m2 = Massa dari benda kedua
r2 = Jarak antara dua massa tersebut.
g = Percepatan gravitasi
Sebuah benda yang massanya dianggap sebagai suatu partikel yang terletak di pusat
massanya, diikat dan digantung dengan tali lentur pada sebuah titik tetap. Bila benda itu diberi
simpangan awal sehingga tali membentuk sudut yang cukup kecil terhadap arah vertikal dan
kemudian benda dilepaskan, maka benda akan berayun disekitar titik setimbangnya pada
sebuah bidang datar vertikal dengan frekuensi tetap. Sistem yang demikian itu disebut bandul
sederhana atau bandul matematis (Herman, 2014).
20
Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa, yang
digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke samping dari
posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun dalam bidang vertikal karena
pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak osilasi dan periodik (Giancoli, 2001).
b. Periode
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode.
Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda
dikatakan melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik dimana benda tersebut mulai
bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik.
c. Amplitudo
Amplitudo adalah pengukuran scalar yang non negatif dari besar osilasi suatu gelombang.
Amplitudo juga dapat didefinisikan sebagai jarak terjatuh dari garis kesetimbangan dalam
gelombang sinusoidal yang kita pelajari pada mata pelajaran fisika dan matematika. Pada
bandul matematis, periode dan frekuensi sudut pada bandul sederhana tidak tergantung pada
massa bandul, tetapi bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat.
𝒕 𝒕
T= f =
𝒏
𝒏
Hubungan antara Periode (T) dan Frekuensi Getaran (f), Dari definisi periode dan
frekuensi getaran di atas, diperoleh hubungan :
𝟏 𝟏 𝟏 𝒈
T= f= f= √ f = 2π √𝒍
𝟐𝝅𝒍 𝒈
𝒇 𝑻
Keterangan :
T = periode, satuannya detik atau sekon
f = frekuensi getaran, satuannya 1/detik atau s-1 atau Hz
g = percepatan grafitasi
n = jumlah getaran
t = waktu (s)
π = 3,14
l = panjang tali (m)
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik
sederhana adalah benda bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangannya. Titik terjauh dari
21
kesetimbangan yang disebut amplitudo (A). Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik
kesetimbangan disebut simpangan (x), yang berubah secara periodik dalam besar dan arahnya.
Kecepatan (V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam besar dan arah. Selama benda
bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke posisi setimbang. Untuk itu ada gaya yang
bekerja pada benda untuk mengembalikan benda ke posisi setimbang. Periode adalah selang
waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap. Sedangkan kebalikan dari
periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya (F) ini disebut gaya pemulih (restoring force)
dan arahnya menuju posisi setimbang.
Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya pegas . Gaya pegas
selalu sebanding dengan simpangan dan berlawanan arah dengan arah simpangan . Gaya yang
besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu berlawanan arah dengan arah simpangan
(posisi) disebut sebagai gaya pemulihan. Gaya pemulihan menyebabkan benda bergerak bolak-
balik disekitar titik keseimbangannya (gerak harmonik sederhana). Gaya pemulihan selalu
berlawanan arah dengan arah posisi (arah gerak) benda.
Bandul sederhana berupa benda dan tali sepanjang . Bila diberi simpangan kecil kemudian
dilepaskan, akan bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangan. Untuk bandul sederhana
dengan panjang, diperoleh Periode (T) sehingga, Grafitasi dapat dihitung dengan persamaan:
Ket:
g = Percepatan gravitasi (m/s2) l = Panjang tali (m)
T= Perioda (s) π = 3,14
Adapun beberapa prosedur yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan prektikum ini, yaitu:
1. Dipersiapkan alat dan bahan.
2. Dipasang rangkaian seperti gambar disamping.
3. Diikatkan benang pada penjepit dengan simpul mati.
4. Digantungkan bandul yang sudah terikat dengan tali tersebut sepanjang 10 cm pada
gantungan klem penjepit.
5. Diayunkan bandul dengan cara menarik bandul pada simpangan 100 saat melepaskan
bandul seraya menghidupkan stopwatch.
6. Menghitung waktu yang dibutuhkan oleh bandul untuk melakukan 10 getaran.
7. Mengulangi percobaan yang sama dari nomor 4 sampai nomor 6 dengan panjang tali
berikutnya adalah 20 cm, 30 cm dan 40 cm.
Gambar 5.3
23
3 30 cm 12,51 sekon T=t/n T2 = 1,2512 g= 4π2. L/T2
T= 12,51/10 = 1,56 = 4 . 9,86 . 0,3/ 1,2512
= 1,251 sekon =39,44 . 0,3/1,56
=39,44 . 0,19
= 7,49 m/s2
= 7,5 m/s2
Bandul sederhana adalah salah satu bentuk gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik
sederhana adalah benda bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangannya. Titik terjauh dari
kesetimbangan yang disebut amplitudo (A). Sedangkan jarak benda yang bergetar dari titik
kesetimbangan disebut simpangan (x), yang berubah secara periodik dalam besar dan arahnya.
Kecepatan (V) dan percepatan (a) benda juga berubah dalam besar dan arah.
Selama benda bergetar, ada kecenderungan untuk kembali ke posisi setimbang.
Untuk itu ada gaya yang bekerja pada benda untuk mengembalikan benda ke posisi
setimbang.
Periode adalah selang waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap.
Sedangkan kebalikan dari periode (seper periode) disebut frekuensi. Gaya (F) ini disebut gaya
pemulih (restoring force) dan arahnya menuju posisi setimbang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Ayunan Bandul Sederhana ini, maka dapat
disimpulkan:
24
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum ayunan bandul sederhana ini, gunan membangun
dan meningkatkan pemahaman yaitu :
1. Pada saat bandul berayun, statif tidak boleh bergerak. Agar statif tidak bergerak, dapat
kita lakukan dengan cara memegang tiang penyangganya.
2. Pelepasan bandul dan dimulainya perhitungan waktu pada stopwatch dilakukan pada
waktu yang sama, serta penghentian stopwatch yang pas pada saat bandul sudah
melakukan 10 getaran.
3. Perlu adanya kerjasama tim yang kompak, adanya pembagia tugas bagi tiap-tiap orang
agar pekerjaan berjalan dengan efektif dan efisien.
25
KONSTANTA PEGAS
I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang pegas
2. Menentukan besar konstanta elastisitas pegas
II. Teori
Pendekatan yang baik untuk berbagai gaya F dari pegas sebanding dengan perpindahan di
ujung bebas pegas dari posisinya ketika pegas dalam keadaan relaks. Robert Hooke ilmuan
Inggris di akhir tahun 1600-an. Tanda minus pada persamaan Hukum Hooke menandakan
bahwa arah gaya pegas selalu berlawanan arah dengan perpindahan ujung bebas pegas.
Konstanta k disebut dengan konstanta pegas dan ini merupakan ukuran kekakuan
pegas.Semakin besarnilai k, semakin kaku pegas; ini menandakan bahwa semakin besar k
semakinkuat tarikan atau dorongan pegas untuk perpindahan tertentu. Satuan SI untuk k adalah
newton per meter (Halliday/Resnick/Walker.1960. 163 ).
Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis. Pegas
biasanya terbuat dari baja. Pegas juga ditemukan di sistem suspensi mobil. Pada Mobil Pegas
memiliki fungsi menyerap kejut dari jalan dan getaran roda agar tidak diteruskan ke bodi
kendaraan secara langsung. Selain itu, pegas juga berguna untuk menambah daya cengkerem
ban terhadap permukaan jalan. Penggunaan pegas dalam dunia keteknikan sangat luas,misalkan
pada teknik mesin, teknik elektro, alat-alat transformasi,dan lain-lain.Dalam banyak hal, tidak
terdapat alternative lain yang dapat digunakan, Kecuali menggunakan pegas dalam kontruksi
dunia keteknikan. Harus dapat berfungsi dengan baik, terutama dari segi persyaratan,keamanan
dan kenyamanan.
Tinjau sebuah pegas tergantung vertikal yang digantungi beban massa pada ujung bagian
bawah seperti pada Gambar 8.1 berikut:
26
Gambar 6.1 Pengaruh gaya pada pegas
27
Posisi pegas sebelum ditarik atau ditekan oleh beban massa berada pada titik
kesetimbangan. Apabila pegas ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar Δx kemudian
dilepaskan, maka pegas akan bergerak naik – turun di sekitar titik kesetimbangannya secara
berulang (periodik) selama simpangan tidak terlalu besar. Dengan kata lain, pegas melakukan
getaran. Getaran ini disebut gerak harmonis sederhana. Pegas dapat melakukan gerak harmonik
sederhana karena adanya gaya pegas yang berfungsi sebagai gaya pemulih yang selalu
melawan arah simpangan. Besarnya gaya pemulih ini dinyatakan sebagai hukum Hooke :
F = - k . ∆x
dengan :
Tanda minus pada hukum hooke timbul karena gaya pegas berlawanan arah dengan
simpangan. Dengan menggunakan persamaan hukum kedua newton maka akan didapatkan
bahwa percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan dengan simpangan. Hal ini
merupakan karakteristik umum gerak harmonik sederhana. Susunan pegas terbagi dua, yaitu :
Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:
𝟏𝟏𝟏 𝟏
=++ ….. +
𝒌𝒔𝒌𝟏𝒌𝟐 𝒌𝒏
Jika rangkaian pegas pararel maka total konstantanya sama dengan jumlah seluruh
konstanta pegas yang disusun pararel.
28
Gambar 6.3 Nilai k pada rangkaian pegas
paralel.
Jika ada n pegas identik (konstanta k) maka rumus Konstanta totalnya adalah:
𝑲𝒑 = 𝑲𝟏 + 𝑲𝟐 + ⋯ + 𝑲𝒏
29
IV. Prosedur Percobaan
1. Dipasang rangkaian peralatan seperti Gambar 6.5 di atas, yakni sebagai berikut :
2. Dipasang balok pendukung pada batang statif.
3. Dipasang jepitan penahan pada balok pendukung, kemudian menggantungkan satu pagas
spiral.
4. Diukur massa beban dan menggantung 1 beban pada pegas (f0)
5. Diukur panjang awal (L0) pegas dan catat hasilnya pada tabel.
6. Ditambahkan satu beban dan mengukur kembali panjang akhir pegas (L1). Kemudian
mencatat hasil pengamatan pada tabel.
7. Dihitung pertambahan panjangnya (∆x).
8. Diulangi langkah di atas dengan setiap kali menambah 1 beban untuk melengkapi tabel
pengamatan.
Gambar 6.4
30
V. Analisa Data :
1. Menghitung masing-masing nilai konstanta pegas untuk beban sebesar 0,05 kg
s.d 0,08 kg!
Untuk beban 0,05 kg
k1= F1 / Δx1
k1 = 0,5 N / 0,14 m k1 = 3,57 N/m
Grafik hubungan antara gaya tarik pegas (F) terhadap pertambahan panjang (∆x) yaitu :
31
Gambar 6.5 Grafik konstanta pegas
32
VI. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan praktikum pegas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gaya
yang diberikan kepada pegas berpengaruh terhadap pertambahan panjang pada pegas
dengan kata lain gaya yang bekerja pada pegas berbanding lurus dengan pertambahan
panjangnya. Semakin besar pertambahan panjang pegas, maka semakin besar pula gaya
pada pegas. Begitupun pertambahan panjang juga sangat dipengaruhi oleh massa beban,
karena pada praktikum yang telah dilakukan massa bebanlah yang menjadi gaya yang
diberikan kepada pegas, semakin besar massa beban (gaya) pada pegas maka semakin besar
pula pertambahan panjang yang dialami pegas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum Komstanta Pegas ini, maka dapat
disimpulkan:
1. Setiap benda apapun itu, pasti memiliki nilai konstanta pegas yang berbeda- beda.
2. Sebuah pegas yang diberi suatu gaya, maka pegas tersebut akan kembali ke bentuk
semula. Hal ini sesuai dengan sifat pegas itu sendiri yang sangat lentur atau elastis. Nilai
besaran konstanta yang dimiliki pegas dan Δx nya akan memberikan pengaruh pada
besaran energy potensial pegas tersebut.
3. Perubahan nilai panjang pegas memiliki perbandingan lurus atau linier dengan gaya
tekan maupun gaya tarik yang ada pada pegas tersebut. Jika beban berat suatu benda
semakin besar, maka konstanta pegasnya juga akan semakin besar.
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum Konstanta Pegas ini, guna membangun dan
meningkatkan pemahaman yaitu:
1. Pada saat mengukur panjang pegas awal dan akhir, dilakukan cara pengukuran yang
sama dan dalam keadaan pegas diam. Agar pegas tidak berayun, sebaiknya pegas
dipegang sampai ayunan pegas berhenti.
2. Pengukuran dilakukan seakurat mungkin pada pegas awal dan setelah diberi beban. Nilai
hasil pengukuran panjang pegas dengan mistar sebaiknya sejajar mata sehingga angka
yang diperoleh lebih akurat.
3. Dalam melaksanakan praktikum dan pengulahan data praktikum diperlukan ketelitian
dan ketepatan.
4. Perlu adanya kerja sama tim yang kompak, adanya pembagian tugas bagi tiap- tiap orang
agar praktikum berjalan dengan efektif dan efisien.
33
DAFTAR PUSTAKA
34