Anda di halaman 1dari 39

[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

STEP 7 KEJADIAN LUAR BIASA


1. KLB

Peraturan Mentri Kesehatan No 949/Menkes/SK/VIII/2004


(Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa )

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah
penyakit. Untuk penyakit-penyakit endemis (penyakit yang selalu ada pada
keadaan biasa), maka KLB didefinisikan sebagai suatu peningkatan jumlah
kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah tertentu.

http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-
Umum-Kejadian%20Luar%20Biasa%20%28KLB%29.html

a. Apa saja kriteria KLB ?


¶ Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal
Contoh : Contoh : saat ini di Indonesia belum ada Penyakit Yellow Fever, apabila suatu
saat terjadi penyakit Yellow Fever (walaupun hanya 1 kasus), maka saat itu di Indonesia
dikatakan KLB Yellow Fever
¶ Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
¶ Peningkatan kejadian/kematian ≥ 2 x dibandingkan dg periode
sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun)
¶ Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan ≥ 2 x
bila dibandingkan dg angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya
Contoh : penderita penyakit Malaria pada bulan April 2006 jumlahnya 20 orang atau
lebih, jumlah penderita Malaria rata-rata per bulan tahun 2005 sebanyak 10 orang, maka
bulan April 2006 dikatakan KLB Malaria
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

¶ Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan ≥


2 x dibandingkan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya
Contoh : jumlah penderita Malaria rata-rata per bulan tahun 2005 sebanyak 30 orang
atau lebih, jumlah penderita Malaria rata-rata per bulan tahun 2004 sebanyak 15 orang,
maka tahun 2005 dikatakan KLB Malaria.
¶ CFR suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkkan
kenaikan 50% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya
Contoh : CFR penyakit TBC bulan Juni 2006 sebanyak 1,5 % atau lebih, sedangkan CFR
penyakit TBC bulan Mei 2006 sebanyak 1 %, maka bulan Juni 2006 dikatakan KLB TBC
¶ Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan ≥ 2 x dibandingkan periode yg sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya
Contoh : PR bulan Juli 2006 sebanyak 10 % atau lebih, sedangkan PR bulan Juni 2006
sebanyak 5 %, maka bulan Juli 2006 dikatakan KLB
¶ Beberapa penyakit khusus: Kholera, DHF/DSS:
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
b. Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit tersebut
¶ Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita:
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida
(KLB/Wabah, Atik Choirul Hidajah. Bagian Epidemiologi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya dan
Keputusan Dirjen No. 451/91 Tentang Pedoman Penyelidikan dan
Penanggulangan KLB) dan (SURVEILANS PENYAKITBERPOTENSI KLB/WABAH
Oleh : Abdul Kadar, SKM,M.Kes)

b. Siapa yang menentukan kejadian KLB di suatu wilayah ?


Pasal 2 Ayat (1)
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Kewenangan Menteri untuk menetapkan dan mencabut daerah


tertentu sebagai Daerah Wabah merupakan kewenangan pangkal
yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984. Menteri
dalam menetapkan daerah tertentu sebagai daerah wabah
berdasarkan wilayah administratifKabupaten/Kota- madya.
Terjangkitnya wabah adalah terdapatnya penyakit menular yang
dapat menimbulkan wabah berdasarkan hasil penyelidikan,
pemeriksaan klinis dan laboratorium.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40
TAHUN 1991,TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT
MENULAR

Menteri Kesehatan RI menetapkan jenis penyakit yang dapat


menimbulkan wabah. Menteri Kesehatan RI menetapkan dan
mencabut penetapan daerah dalam wilayah Indonesia sebagai
daerah terjangkit wabah. (SURVEILANS PENYAKITBERPOTENSI KLB/WABAH
Oleh : Abdul Kadar, SKM,M.Kes)

c. Penyakit apa saja KLB di indonesia ?

PENYAKIT-PENYAKIT BERPOTENSI WABAH/KLB :


1.Penyakit Karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever 
2.Penyakit potensi wabah/KLB yng menjalar dalam waktu cepat/mempu-nyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/elimi-nasi dan
memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanusneonatorum,
Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
3.Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit
penting :Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

abdominalis,Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.4.Penyakit-


penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB,tetapi masuk
program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis,Gonorrhoe, Filariasis, dll
(http://ml.scribd.com/doc/40820920/Kejadian-Luar-Biasa-Epidemiology)

Peraturan Mentri Kesehatan No 949/Menkes/SK/VIII/2004


(Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa )
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

d. Bagaimana Pencegahan dan penanggulangan agar tidak terjadi


KLB?

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:

a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi


promosi kesehatan dan pencegahan khusus.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat.
c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga
dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.

1. Pencegahan Tingkat Pertama


Dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor
pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan
untuk mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain:
- Desinfektan
- Pasteurisasi
- Sterilisasi, bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme
penyebab penyakit,
- Penyemportan.insektisida dalam rangka menurunkan dan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai
penularan.
 Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber
penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta
pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada binatang yang
menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang dapat
meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan
fisik seperti
- peningkatan air bersih
- peningkatan sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

- perbaikan dan peningkatan lingkunan biologis seperti


pemeberantasan serangga dan binatang pengerat
- peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga,
hubungan antarindividu dan kehidupan sosial masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu meliputi :
a. perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas
hidup penduduk
b. pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan
khusus lainnya
c. peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta
usaha menghindari pengaruh faktor keturunan
d. peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi,
serta olahraga kesehatan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua


Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang
menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam
akan menderita (masa tunas).
 meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat
dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah,
serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan
usaha surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta
pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI,
mahasiswa, dll), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu
secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan
perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang
dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis
penyakit tertentu.
 Deteksi awal penyakit
 Tujuannya untuk mempercepat kesembuhan dg
pengobatan yg tepat
 Pengobatan yang cepat merupakan pencegahan primer
pada orang yang sehat
 menghambat progresivitas penyakit
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

 menghindari komplikasi
 mengurangi ketidakmampuan
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit
tertentu.
 tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau
mencegah kematian akibat penyakit tersebut.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit
tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik,
psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi
fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.
 Pelayanan suportif dan rehabilitatif
 Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dg cara:
 Memaksimalkan fungsi organ yg cacat
 Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
 Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medic

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR


Yang dimaksud dengan penganggulangan penyakit menular (kontrol)
adalah upaya untuk menekankan peristiwa penyakit menular dalam
masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan
kesehatan bagi masyarakat tersebut.
1. Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat
merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai penularan.
a. Sumber penularan adalah binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan
(dosmetik)
 memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi
binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan
pemeriksaan berkala)
Bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar
 kerja sama instansi lain yang terkait .
b. Sumber penularan adalah manusia
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Apabila sumber penularan adalah manusia  isolasi dan


karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya
menghilangkan unsur penyebab (mikro-organisme)atau
menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber (bedah
saluran empedu atau cholecystectomy) pada carier typoid
menahun).
2. Sasaran Ditujukan pada cara Penularan
- penularan penyakit ditularkan melalui udara, terutama infeksi
saluran pernafasan  perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara
dalam ruangan.
- penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman 
memberantas bahan-bahan yang mengalami kontaminasi seperti
penyehatan air minum, pasteurisasi sus, serta pengawasan terhadap
semua pengobatan bahan makanan dan minuman.
- penyakit yang ditularkan oleh vektor terutama serangga dan
binatang lainnya  pemberantasan serangga serta binatang
perantara lainnya.
3. Sasaran Ditujukan pada Penjamu Potensial
a. Peningkatan Kekebalan Khusus (imunitas)
 imunisasi yakni peningkatan kekebalan aktif pada pejamu
dengan pemberian vaksinasi.
 Selain pemberian imunsasi aktif terseut di atas, juga dikenal
adanya usaha perlindungan terhadap beberapa penyakit tertentu
dengan pemberian antibodi pelindung yang berasal dari pejamu
lain dalam bentuk serum antibodi yang memberikan perlindungan
sementara dan disebut imunisasi pasif.
b. Peningkatan Kekebalan Umum (resistensi)
- perbaikan gizi keluarga
- peningkatan gizi balita melalui program Kartu Menuju Sehat
(KMS)
- peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan
kesehatan terpadu melalui posyandu.
Pengantar Epidemiologi. Prof. DR. Dr. Azrul Azwar M.P.
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data


secara terus menerus serta penyebaran informasi pada unit yang membutuhkan untuk
dapat mengambil tindakan. (WHO)
Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan
kecenderungan suatu penyakit melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat
ditentukan penanggulangannya yang secepat-cepatnya (Gunawan, 2000).

Surveilans menurut WHO ada 10 macam :

- registrasi mortalitas
- laporan morbiditas
- laporan epidemi
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

- investigasi laboratorium
- investigasi kasus individu
- investigasi lapangan epidemik
- survei
- studi reservoir binatang dan distribusi vektor
- penggunaan biologis dan obat
- pengetahuan populasi dan lingkungan
( pengantar epidemiologi, DR. M.N Bustan, penerbit Rineka Cipta,
cetakan I, 1997) BUDI

e. Apa saja macam KLB ?

Penggolongan KLB berdasarkan sumber

1. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan
muntahan. Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
2. Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan pestisida),
pencemaran lingkungan,penangkapan ikan dengan racun, toxin biologis dan
kimia.
3. Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
4. Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya :
Salmonella, Staphylococus, Streptoccocus.
5. Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara,
misalnya Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara. Pada air,
misalnya Vibrio cholerae, Salmonella. Sedangkan pada makanan, misalnya
keracunan singkong, jamur, makan dalam kaleng.

http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-Umum-
Kejadian%20Luar%20Biasa%20%28KLB%29.html

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB

1. Menurunnya frekuensi KLB.


2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

 http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-Umum-
Kejadian%20Luar%20Biasa%20%28KLB%29.html

2. Wabah

Peraturan Mentri Kesehatan No 949/Menkes/SK/VIII/2004


(Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar Biasa )

Wabah KLB
merupakan suatu peristiwa Merupakan suatu status
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa  Kejadian Luar Biasa :
Indonesia 1989 timbulnya atau
Wabah berarti penyakit meningkatnya kejadian
menular yang berjangkit kesakitan atau kematian
dengan cepat, yang bermakna secara
menyerang sejumlah epidemiologis dalam kurun
besar orang di daerah waktu cepat dan daerah
yang luas. tertentu.
 Kejadian Luar Biasa
Departemen Kesehatan RI (KLB)Adalah timbulnya atau
Direktorat Jenderal meningkatnya
Pemberantasan Penyakit Menular kejadiankesakitan/kematia
dan Penyehatan Lingkungan n yang bermakna secara
Pemukiman 1981 epidemiologi pada suatu
Wabah adalah daerah dalam suatu kurun
peningkatan kejadian waktu tetentu (Permenkes
kesakitan atau kematian Dari batasan tersebut
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

yang telah meluas secara diatasRINo.560/Menkes/P


cepat, baik jumlah er/VIII/1989).Catatan : jelas
kasusnya maupun daerah bahwa KLB tidak hanya
terjangkit terbatas pada penyakit
Undang-undang RI No 4 th. 1984 menular saja, akan tetapi
tentang wabah penyakit menular juga Pemerintah daerah
Wabah adalah kejadian yangpada penyakit yang
berjangkitnya suatu tidak menular. menetapkan
penyakit menular dalam dan bertanggung KLB
masyarakat yang jumlah penyakit menularjawab
penderitanya meningkat terjadinya KLB merupakan
secara nyata melebihi indikasi ditetapkannya
dari pada keadaan yang suatu daerah menjadi suatu
lazim pada waktu dan wabah, atau dapat
daerah tertentu serta berkembang menjadi
dapat menimbulkan wabah
malapetaka
Benenson, 1985
Wabah adalah
terdapatnya penderita
suatu penyakit tertentu
pada penduduk suatu
daerah, yang nyata-nyata
melebihi jumlah yang
biasa

Last 1981
Wabah adalah timbulnya
kejadian dalam suatu
masyarakat, dapat
berupa penderita
penyakit, perilaku yang
berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian
lain yang berhubungan
dengan kesehatan, yang
jumlahnya lebih banyak
dari keadaan biasa
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

http://api.ning.com/files/v2UzV*ANuPx2y-tQ*EyFCmPXzdOEAClaI-
R2eu4GRrYQtjON9cauVFzHZ7TvQEKm4N14mR6d5zqXha658xhLgF2zWTYs0
gID/InvestigasiWabah.ppt
dan (SURVEILANS PENYAKITBERPOTENSI KLB/WABAH Oleh : Abdul Kadar,
SKM,M.Kes)

a. Syarat apa saja yang dikatakan sebagai wabah ?

3. Epidemiologi
 berdasarkan asal kata :
Berasal dari perkataan yunani, Epi = upon  pada atau tentang
Demos = people  penduduk
Logia = knowledge  ilmu
Secara etismologis epidemiologi  ilmu mengenai kejadian yg
menimpa penduduk.
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

 Epidemiologi : ilmu ttg distribusi (penyebaran) suatu penyakit dan


determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yg
bertujuan utk pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan
dalam menanggulangi masalah kesehatan.
 Menurut Wade Hampton Frost (1972), guru besar epidemiologi di
school of hygiene, universitas johns hopkins. Epidemiologi adalah
suatu pengetahuan ttg fenomena massal (mass Phenomen) penyakit
infeksi atau sbg riwayat alamiah (natural history) penyakit menular.
 pendekatan penyakit.

 Menurut Greenwood (1934), Profesor di School of Hygiene and


Tropical medicine, London. Epidemiologi mempelajari ttg penyakit
dan segala macam kejadian yg mengenai kelompok (herd) penduduk.
 pendekatan populasi.
 Menurut Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi diAmerika
Serikat bersama dg Thomas F. Pugh. Epidemiologi adalah studi ttg
penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pd manusia dan
mengapa terjadi distribusi semacam itu.
 Gary D. Friedman (1974) dalam bukunya “ primer of epidemiology”
yg hampir sama dg yg dikemukakan Anders Ahlbom dan Staffan Norel
(1989) dlm bukunya Introduction of Modern Epidemiology.
Epidemiologi adlah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit
pd populasi manusia.  pendekatan populasi.

a. Mengapa penelitian epidemiologi penting untuk dilakukan ?

1. membantu pekerjaan administrasi kesehatan


2. dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan
3. dapat menerangkat perkembangan alamiah suatu penyakit
4. dapat menerangakan keadaan suatu masalah kesehatan
(pengantar epidemiologi, dr.azrul azwar M.P.H) IIP, ARI, HELMI, AJI,

1. mengenali dan memahami penyakit dan masalah kesehatan


[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

2. melengkapi body of knowledge dan riwayat alamiah penyakit


3. mengaplikasikan upaya pengendalian dan penanggulangan penyakit
dan masalah kesehatan
(pengantar epidemiology—budioro B) CAHYO, ARI, ANGGA, HELMI,

1. untuk mempelajari riwayat penyakit


2. diagnosis masyarakat
3. mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
memengaruhi kelompok maupun populasi
4. pengkajian, evaluasi, dan penelitian
5. melengkapi gambaran klinis
6. identifikasi sindrom
7. menentukan penyebab dan sumber penyakit
(Timmreck, T.C., 2004. “Epidemiologi suatu pengantar” edisi dua. Jakarta :
EGC) ARI.

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program kesehatan dan


keluarga berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau
pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu
masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, dimana
dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah
tersebut terjadi.
Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan
dengan masalah, dimana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran
masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran


epidemiologi seperti prevalensi, ponit of prevalence, dan sebagainya dapat
digunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi, kasus baru, case
fatality rate dan sebagainya.
(Ilmu KesMas Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo) AJI.

b. Apa saja klasifikasi dari epidemiologi ?

Apabila batasan epidemiologi disimak secara mendalam, segeralah terlihat


bahwa epidemiologi pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam yakni :
1. Epidemiologi diskriptif.
Disebut epidemiologi diskriptif apabila hanya mempelajari tentang frekwensi
dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja, tanpa memandang perlu
mencarikan jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi
frekwensi, penyebaran dan atau munculnya masalah kesehatan tersebut.
Keterangan tentang frekwensi menunjuk kepada besarnya masalah kesehatan
yang ditemukan di masyarakat, sedangkan keterangan tentang penyebaran
lazimnya dibedakan menurut ciri-ciri manusia, tempat ataupun waktu
terjadinya suatu masalah kesehatan.
Hasil dari pekerjaan epidemiologi diskriptif inii hanya menjawab pertanyaan
siapa (who), dimana (where) dan apabila (when) dan timbulnya suatu
masalah kesehatan, tetapi tidak menjawab pertanyaan kenapa (why)
timbulnya masalah kesehatan tersebut.
2. Epidemiologi analitik.
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Disebut epidemiologi analitik bila telah mencakup pencarian jawaban


terhadap penyebab terjadinya trekwensi, penyebaran serta munculnya suatu
masalah kesehatan. Disini diupayakan tersedianya jawaban terhadap factor-
faktor penyebab yang dirnaksud (why), untuk kemudian dianalisa
hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan. Adapun yang disebut sebagai
penvebab disini menunjuk kepada faktor-faktor yang mempengaruhi
sedangkan akibat menunjuk kepada frekwensi, penyebaran serta adanya
suatu masalah kesehatan
(Azwar, Azrul, Dr., 1988. Pengantar Epidemiologi edisi pertama. Jakarta : PT.
Bina Rupa Aksara) ARI, IIP,
3. Epidemiologi Konstruktif (Budioro B. Pengantar Ilmu Kesehatan
Masyarakat)

o agar hasil pengamatan atau penelitian yang diperoleh dimanfaatkan


untuk melengkapi perbendaharaan penguasaan iptek tentang
masalah yang bersangkutan(berupaya untuk mengisi Gap of
knowledge dan melengkapi Body of knowledge).
o Dimanfaatkan dan aplikasinya untuk memecahkan masalah
kesehatan yang bersangkutan
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Keuntungan dan kerugian kasus kontrol

Keuntungan dan kerugian eksperimental


[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

(Azwar, Azrul, Dr., 1988. Pengantar Epidemiologi edisi pertama. Jakarta : PT.
Bina Rupa Aksara) ARI, IIP.
Ada 3 tipe pokok pendekatan atau metode, yakni:

a. Epidemiologi Deskriptif (descriptive epidemiology)

Dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi


penyakit berubah menurut perubahan variable 2 epidemiologi yg
terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time).

Orang (person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas


sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya
keluarga, struktur keluarga dan paritas.

Tempat (place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit


berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
memberikan penjelasan mengenai etologi penyakit.

Waktu (time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan


kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

perubahan2 penyakit menurut waktu menunjukkan adanya


perubahan faktor etiologis.

b. Epidemiologi Analitik (Analytic epidemiology)

pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data


serta informasi2 yg diperoleh studi epidemiologi deskriptif.

c. Apa saja tujuan dari epidemiologi ?


i. Mengumpulkan data msl dalam masy.
ii. Sifat dan penyebab masalah
iii. Prioritas masalah
iv. Pemecahan msl dan evaluasinya
v. Pencegahan dan pengendalian peny.
vi. Penyebab atau faktor resiko peny.
vii. Mengembangkan sistem pengendalian dan pemberantasan
peny.

1. TUJUAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT


Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam
epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan
penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,
misalnya:
1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat
keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang
tercemar dan menemukan penyebabnya.
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

karsinoma paru-paru dengan asbes, rokok dengan penyakit jantung dan


hubungan-hubungan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
3. Menentukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaan heawan
konsisten dengan data epidemiologis
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggualangan masalah
kesehatan, serta menentuka prioritas masalah keseahatan masyarakat
Sedangkan tujuan epidemiologi menurut Risser (2000), Gordis (2000),
Gerstman (1998), Kleinbaum (1982) dapat di simpulkan sebagai berikut :
• Mendeskripsikan Distribusi, kecenderungan dan riwayat alamiah suatu
penyakit atau keadaan kesehatan populasi.
• Menjelaskan etiologi penyakit.
• Meramalkan kejadian penyakit.
• Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi
Pengukuran Epidemiologi
a. Incidence Rate
Incidence rate dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru
yg terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.

jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu


Incidence Rate= Χ 1000
populasi yang mempunyai risiko

b. Attack Rate

jumlah kasus selama epidemi


Attack Rate = Χ 1000
populasi yg mempunyai risiko

c. Prevalence Rate
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Prevalence rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang


menderita suatu penyakit pd satu titik waktu tertentu.

jumlah kasus penyakit yg ada pada suatu titik waktu


Pr evalence Rate= Χ 1000
jumlah penduduk seluruhnya

d. Period Prevalensi

jumlah kasus penyakit yg selama periode


Period prevalence= Χ 1000
penduduk rata−rata dari periode tersebut

e. Crude Death Rate (CDT)

jumlah kematian di kalangan penduduk suatu daerah dalam 1 th


CDR= Χ 1000
jumlah penduduk rata−rata

f. Age Spesific Date Rate (angka kematian pada umur tertentu)


Sebagai contoh: age spesific date rate pada golongan umur 20-30th

jml kematian antara umur 20−30 th suatu daerah dlm 1 th


ASDR= Χ 1000
jml penduduk umur antara 20−30th pd daerah dan tahun yg sama

g. Cause Disease Spesific Death Rate (angka kematian akibat penyakit


tertentu)

jml kematian krn TB di suatu daerah dlm 1th


CSDR= Χ 1000
jumlah penduduk rata−rata

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

d. Apa saja Ruang lingkup epidemiologi?


[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Etiologi  berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dlm


mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Misal,
etiologi malaria adalah parasit plasmodium
Efikasi  berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh
dari adanya intervensi kesehatan. Misal, efikasi pemberian vaksin malaria
adalah 40%
Efektivitas  besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan
(pengetahuan atau intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan
yang satu dengan lainnya.
Efisiensi  konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh
berdasarkan besarnya biaya yang diberikan.
Evaluasi  penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan
atyau program kesehatan masyarakat
Edukasi  intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit
Pengantar Epidemiologi. Dr. M.N. Bustan

Batasan epidemiologi mencakup 3 elemen:

 Mencakup semua penyakit


 Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit
infeksi maupun non infeksi, seperti kanker, malnutrisi, KLL,
sakit jiwa, dll.
 Populasi
 Apabila kedokteran klinik berorientasi pd gambaran 2 penyakit
individu, maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pd
distribusi penyakit pd populasi atau kelompok.
 Pendekatan ekologi
 Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang
pada keseluruhan lingkungan manusia baik fisik, biologi
maupun sosial.
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

o sumber2 data epidemiologi:

 data kependudukan, diperoleh dari : sensus penduduk (setiap 10


th : 1971, 1980, 1990) ; survey ( utk memperoleh beberapa data
demografis / karakteristik penduduk. Misalnya : survey vertilitas
dan mortalitas indonesia 1973, survey fertilitas 1976, survey
penduduk antar sensus / SUPAS).
 Kelahiran dan kematian, data diperoleh dari : pencatatan akta
kelahiran dan surat keterangan meninggal; klinik / umum bersalin
dan pelayanan kesehatan lainnya.
 Data kesakitan, misal : rekaman medis (medical record) rumah
sakit, praktek dokter swasta, penelitian khusus.
 Data lainnya, misal : penelitian / data sanitasi dan lingkungan,
catatan imunisasi, pelaporan keluarga berencana.
( pengantar epidemiologi, DR. M.N Bustan, penerbit Rineka Cipta, cetakan I, 1997) BUDI

4. P2MPL
a. Tugas dan wewenang P2MPL ?

- Bidang pencegahan, pemberantasan penyakit dan penyehatan


lingkungan, mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas Dinas
Kesehatan , pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan
- Untuk menyelanggarakan tugas sebagaimana di maksud pada ayat
(2) pasal ini Bidang pencegahan, pemberantasan, penyakit dan
penyehatan lingkungan menyelenggarakan fungsi:
b. Membantu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin
dalam bidang tugasnya;
c. Mengadakan pembinaan dan monitoring kegiatan pemberantasan
penyakit;
d. Mengadan pembinaan dan monitoring kegiatan pengamatan dan
pencegahan;
e. Mengadakan pembinan dan monitoring kegiatan penyehatan
lingkungan dan makanan minuman;
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

f. Memberikan saran, usul dan pertimbangan kepada kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin dalam bibang pencegahan,
pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan.

Seksi pemberantasan penyakit, mempunyai tugas:


a. Membantu Kepala Bidang Pencegahan,
Pemberantasan penyakit dan penyehatan
lingkungan dlm bidang tugasnya;
b. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit
yang di tularkan binatang yaitu: penyakit malaria,
demam berdarah dangue, rabies dan filariasis;
c. Melaksanakan pengamatan serangga penular
penyakit (PSPP);
d. Melaksanakan upaya pencegahan penyakit yang
menular langsung yaitu penyakit  TBC-Paru, kusta,
ISPA, Diare dan penyakit menular seksual (PMD);
e. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit
yang menular langsung melalui kegiatan
penemuan penderita, menatalaksanaan kasus,
evaluasi hasilpengobatan, pencatatan dan
pelaporan serta memberikan penyuluhan
pencegahan dan pemberantasannya;
f. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit
tidak menular antara lain hypertensi, jantung
koroner, diabetes militus (kencing manis);
g. Pemusnahan/ karantina sumber penyebab
penyakit menular;
h. Peningkatan komunikasi informasi dan Edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
(Penyulihan).

Seksi pengamatan dan pencegahan, mempunyai tugas;


a. Membantu kepala bidang
pencegahan, pemberantasan
penyakit dan penyehatan
lingkungan dan bidang
tugasnya;
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

b. Melaksanakan kegiatan
pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data
penyakit;
c. Menyelenggarakan sistem
kewaspaan  dini kejadian luar
biasa (SKD-KLB) penyakit dan
melaksanakan penanggulangan
KLB penyakit;
d. Melaksanakan perencanaan,
analisis, perumusan masalah,
pembinaan dan pengawasan
surveilans epidemiologi
penyakit;
e. Melaksanakan pengamatan
kesehatan matra antara lain;
f. Melaksanakan surveilans,
evidemiologi khusus antara lain
surveilans AFP, campak,
tetanus neonatorum dan
penyakit lain yang cenderung
menimbulkana KLB;
g. Melaksanakan penyelidikan
evidemiologi KLB penyakit dan
keracunan ;
i. Monitoring evaluasi dan pelaporan;
j. Pengendalian, pengamatan dan pencegahan
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi
(DP31) dan kejadian ikutan pasca imunisasi  (KIPI);
k. Melaksanakan imunisasi rutin yang meliputi
imunisasi BCG, DPT, Polio, campak, TT, DT dan HB;
l. Mengelola kuantitas, kuantitas dan distribusi
vaskin sampai ketempat pelayanan (Cold Chain).

Seksi penyehatan lingkungan dan makanan minuman, mempunyai tugas:


a. Membantu kepala Bidang
pencegahan, pemberantasan
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

penyakit dan penyehatan


lingkungan dalam bidang
tugasnya;
b. Penyehatan lingkungan
pemukiman, perimahan dan
bangunan sehat;
c. Pengawasan dan pembinaan
tempat-tempat umum (TTU).
Tempat pengolahan makanan
dan TP2 pestisida;
d. Peningkatan kebersihan dan
kesehatan msyarakat dan
personal hygiene;
e. Keselamatan dan
kesehatan  kerja (K3) dampak
lingkungan;
f. Pengaturan dan pembakuan
kualitas air, pengawasan
kualitas air;
g. Membina serta melaksanakan
pengawasan terhadap
perusahaan industri makanan
dan minuman
h. Membina serta melaksanakan
pengawasan terhadap rumah
makan, depot, toko dan usaha
tentang yang menjual makanan
dan minuman;
i. Pengawasan dan pengendalian
terhadap penyehatan kawasan
dan sanitasi darurat terutama
akibat wabah dan bencana;
j. Mengawasi peredaran
distribusi makana dan
minuman di masyarakat
k. Pembinaan perilaku hidup
bersih dan sehat;
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

m. Memberikan saran-saran dan pertimbangan-


prtimbangan kepada kepala bidang tentang
langkah-langkah dan tindakan-tindakanyang perlu
diambil dalam bidang tugasnya.
http://dinkesmuba.org/index.php?pilih=hal&id=11

g. Bagaimana Pencegahan penyakit menular secara umum ?

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR


Yang dimaksud dengan penganggulangan penyakit menular (kontrol)
adalah upaya untuk menekankan peristiwa penyakit menular dalam
masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan
kesehatan bagi masyarakat tersebut.
4. Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat
merupakan faktor yang sangat penting dalam rantai penularan.
a. Sumber penularan adalah binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan
(dosmetik)
 memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi
binatang lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan
pemeriksaan berkala)
Bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar
 kerja sama instansi lain yang terkait .
b. Sumber penularan adalah manusia
Apabila sumber penularan adalah manusia  isolasi dan
karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya
menghilangkan unsur penyebab (mikro-organisme)atau
menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber (bedah
saluran empedu atau cholecystectomy) pada carier typoid
menahun).
5. Sasaran Ditujukan pada cara Penularan
- penularan penyakit ditularkan melalui udara, terutama infeksi
saluran pernafasan  perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara
dalam ruangan.
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

- penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman 


memberantas bahan-bahan yang mengalami kontaminasi seperti
penyehatan air minum, pasteurisasi sus, serta pengawasan terhadap
semua pengobatan bahan makanan dan minuman.
- penyakit yang ditularkan oleh vektor terutama serangga dan
binatang lainnya  pemberantasan serangga serta binatang
perantara lainnya.
6. Sasaran Ditujukan pada Penjamu Potensial
c. Peningkatan Kekebalan Khusus (imunitas)
 imunisasi yakni peningkatan kekebalan aktif pada pejamu
dengan pemberian vaksinasi.
 Selain pemberian imunsasi aktif terseut di atas, juga dikenal
adanya usaha perlindungan terhadap beberapa penyakit tertentu
dengan pemberian antibodi pelindung yang berasal dari pejamu
lain dalam bentuk serum antibodi yang memberikan perlindungan
sementara dan disebut imunisasi pasif.
d. Peningkatan Kekebalan Umum (resistensi)
- perbaikan gizi keluarga
- peningkatan gizi balita melalui program Kartu Menuju Sehat
(KMS)
- peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan
kesehatan terpadu melalui posyandu.
Pengantar Epidemiologi. Prof. DR. Dr. Azrul Azwar M.P.
5. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)
a. Bagaimana fasenya (tahapan – tahapan) dan contohnya ?
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Terdapat 2 fase utama yaitu:


 Tahap prepatogenesa
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal atau sehat. Walaupun
demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu
dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini masih diluar tubuh dalam arti bibit
penyakit masih berada diluar tubuh pejamu.

 Tahap patogenesis, tahap ini meliputi subtahap, yaitu:


Tahap inkubasi

Merupakan waktu antara masuknya bibit penyakit kedalam tubuh yang peka
terhadap penyebab penyakit,sampai timbulnya gejala penyakit lainnya. Masa
inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lain. Dan
pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekedar
mengetahui riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis.

Tahap penyakit dini

Tahap ini melalui dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatanya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan.

Tahap penyakit lanjut


[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Merupakan tahap dimana penyakit bertambah hebat dengan segala kelainan


patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit memerlukan pengobatan
yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.

 Tahap pasca patogenesa


Tahap akhir penyakit
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan:

 Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilangkan, dan tubuh menjadi


pulih, sehat kembali.
 Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah
tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas
gangguan yang permanen berupa cacat.
 Carier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih
tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
 Kronis
 Meninggal dunia
(Dr.M.N.Bustan & Drg.A.Arsunan, M.Kes DR. Pengantar Epidemiologi.
Penerbit Rineka Cipta)

Pada penyakit menular, melalui tahap-tahap:


 Incubation Period
Interval waktu antara masuknya penyebab penyakit kedalam tubuh dan
mulainya munculnya tanda dan gejala yang nyata.
 Prodromal Period
Dimulai dengan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas.
 Fastigium
Keadaan dimana sudah jelas sakitnya dan biasanya sudah berbaring
ditempat tidur.(tanda dan gejalanya sudah jelas).
 Defervescence
Keadaan dimana badan sudah mulai dapat mengatasi penyakitnya dan
penderita mulai merasa lebih baik
 Convalescence
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Masa pemulihan /penyembuhan walau tubuhnya masih mengandung bibit


penyakit.
 Defection
Penderita sembuh dari penyakitnya tapi mungkin masih mengandung bibit
penyakit sampai beberapa bulan kemudian.
Sumber: Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat,Budioro B.
 Upaya penanggulangan riawayat alamiahh penyakit
o Mengeliminasi sumber penyakit
o Memutuskan rantai penularan
o Melindungi orang2 yang rentan

b. Bagaimana pencegahan pada tiap fasenya ?

c. Apa saja manfaat mengetahui RAP ?


- Untuk diagnostic : masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan
jenis penyakit, misalnya dalam KLB.
- Untuk pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat
dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan
penyakit.
- Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal
Pengantar Epidemiologi.DR.M.N.Bustan.1997
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

6. DKK
a. Tugas DKK ?

Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintahan


Daerah dan tugas pembantuan di bidang Kesehatan.

Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pengendalian, pembinaan dan


perizinan dibidang kesehatan yang dipilah dalam kelompok :

1. Bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;


2. Bidang Pelayanan Kesehatan;
3. Bidang promosi kesehatan dan kesehatan keluarga; dan
4. Bidang Sarana Prasarana dan informasi kesehatan.

b. Pengelolaan tugas umum dan ketatausahaan bidang kesehatan.

c. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.

http://dinkeskobar.com/node/6 (berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat


Nomor 18 Tahun 2008 )

7. Perbedaan Wabah, KLB, endemi, pandemi, epidemi ?

- Endemi (awalan en- berarti “dalam atau di dalam”) adalah berlangsungnya


suatu penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit
yang terus menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu – prevalensi
suatu penyakit yang biasa berlangsung di satu wilayah atau kelompok
tertentu.
- Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari
satu sumber tunggal, dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

wilayah, yang melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan. Epidemi


terjadi jika kasus baru melebihi prevalensi suatu penyakit. Kejadian luar
biasa (KLB) akut – peningkatan secara tajam dari kasus baru yang
memengaruhi kelompok tertentu – biasanya juga disebut sebagai epidemi.
Keparahan dan keseriusan penyakit juga memengaruhi definisi suatu
epidemi. Jika penyakit sifatnya mengancam kehidupan, hanya diperlukan
sedikit kasus (seperti pada rabies) untuk menyebabkan terjadinya epidemi.
- Pandemi (awalan pan- berarti “semua atau melintasi”) adalah epidemi yang
menyebar luas melintasi negara, benua, atau populasi yang besar,
kemungkinan seluruh dunia. AIDS merupakan penyakit pandemi.
(Timmreck, Thomas C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC)

 Endemis: penyakit yang menetap pada suatu tempat, populasi dan


masyarakat tertentu (minimal 3 tahun berturut-turut)
 wabahEpidemi: terjadi peningkatkan penyakit melebihi normal (2 x lipat
sebelumnya) di masyarakat
 Pandemi: epidemi yang terjadi pada daerah yang sangat luas (mendunia)

8. Mengapa penyakit difteri termasuk KLB ?

Difteri adalah penyakit saluran pernafasan atas ditandai dengan sakit


tenggorokan, demam rendah, dan membran patuh (sebuah pseudomembran'''')
pada amandel, faring, dan / atau rongga hidung. Suatu bentuk ringan dari difteri
dapat dibatasi pada kulit.

Difteri adalah penyakit menular menyebar melalui kontak fisik langsung atau
sekresi pernapasan aerosol dari individu yang terinfeksi.

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman


Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah menular dan berbahaya karena
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

dapat menyebabkan kematian akibat obstruksi larings atau miokarditis akibat


aktivasi eksotoksin.

Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya
dari penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa
yang tampak sehat kepada orang-orang di sekitarnya.

Analisis Situasi

Merebaknya  kasus difteri menimbulkan beberapa pertanyaan bagi klinisi yang


harus dikaji mengapa hal tersebut dapat terjadi.

1.    Cakupan imunisasi gagal mencapai target

 Apakah cakupan imunisasi DPT tidak cukup tinggi untuk mencegah


penularan difteri? Data cakupan imunisasi di Indonesia sangat bervariasi
bergantung dari mana dan oleh siapa survei tersebut dilakukan (78%-90%).
Pencatatan yang dilaksanakan kurang akurat sehingga menghasilkan data
yang kurang akurat pula. Catatan pada KMS atau Buku Catatan Kesehatan
Anak tidak diisi dengan baik oleh petugas kesehatan yang melakukan
imunisasi dan tidak disimpan dengan baik oleh orang tua, sehingga sulit
diketahui apakah imunisasi anaknya sudah lengkap atau belum.
 Adanya negative campaign sebagai gerakan anti imunisasi yang marak
akhir-akhir ini telah menyebabkan banyak orang tua menolak anaknya
diimunisasi. Program imunisasi sebagai program nasional seharusnya diikuti
dan dilaksanakan oleh semua masyarakat. Maka kelompok anti vaksinasi
perlu diatasi dengan cara pendekatan tersendiri dan terencana.

2.    Imunisasi gagal membentuk antibodi secara maksimal pada anak

 Apakah imunisasi tidak lengkap? Apakah imunisasi ulangan tidak


diberikan? Vaksin DPT merupakan vaksin mati sehingga untuk
mempertahankan kadar antibodi menetap tinggi di atas ambang
pencegahan, sangat diperlukan kelengkapan ataupun pemberian imunisasi
ulangan. Imunisasi DPT lima kali harus dipatuhi sebelum anak berumur 6
tahun.

 
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

 Apakah petugas kesehatan tidak memberikan imunisasi pada anak yang


menderita sakit ringan sehingga mengakibatkan pemberian imunisasi
tidak sesuai jadwal atau bahkan tidak diberikan? Kontra indikasi absolut
imunisasi adalah defisiensi imun dan pernah menderita syok anafilaksis
pada imunisasi terdahulu. Sedangkan demam tinggi atau sedang dirawat
karena penyakit berat merupakan kontra indikasi sementara, sehingga anak
tetap harus diimunisasi apabila telah sembuh. Jangan sampai terjadi missed
opportunity untuk memberikan imunisasi hanya karena alasan “anak sering
sakit”.

Penanggulangan dari aspek pencegahan

Upaya pencegahan harus dilakukan bersama-sama dengan  tindakan deteksi dini


kasus, pengobatan kasus, rujukan ke rumah sakit, mencegah penularan, dan
memberantas karier. Upaya pencegahan dapat ditujukan kepada anggota IDAI
dan kepada masyarakat.

Untuk anggota IDAI

a. Jangka pendek

 Di daerah KLB dilakukan outbreak response immunization (ORI), yaitu


pemberian imunisasi DPT/ DT kepada semua anak berumur <15 tahun yang
tinggal di daerah KLB (umur 2-7 tahun diberikan DPT, >7 tahun diberikan DT
atau dT).
 Di daerah non-KLB diperlukan kesiapsiagaan dengan memperhatikan
kelengkapan status imunisasi setiap anak yang berobat. Segera lengkapi
apabila status imunisasi belum lengkap (3x sebelum umur 1 tahun, 1x pada
tahun kedua, 1x pada umur 5 tahun atau sebelum masuk sekolah dasar). 
Selain itu perlu juga dilengkapi imunisasi  yang lainnya.

b. Jangka panjang, untuk daerah KLB perlu dilakukan gerakan imunisasi terpadu
untuk meningkatkan cakupan imunisasi DPT sehingga mencapai 95% dari target
anak <15 tahun.

c. Seluruh anggota IDAI harus membantu pelaksanaan tindakan preventif dan


kuratif terhadap difteri dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui
media lokal seperti radio, TV, surat kabar, atau majalah, serta menyebarkan
leaflet berisi penjelasan tentang penyakit, penanggulangan serta pencegahannya.
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

d. Seluruh anggota IDAI diharapkan bersedia membantu Pemerintah Daerah


setempat untuk bersama-sama menanggulangi difteri secara khusus dan
meningkatkan cakupan imunisasi di daerah terkait. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan kerjasama IDAI Cabang, IDI wilayah, dan IBI wilayah.

e. Seluruh anggota IDAI memantau adanya kasus difteri di daerah masing-


masing dan segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat apabila
ditemukan kecurigaan kasus.
 

Untuk masyarakat

a. Kenali gejala awal difteri.

b. Segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat apabila ada anak mengeluh
nyeri tenggorokan disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor), khususnya
anak berumur < 15 tahun.

c. Anak harus segera dirawat di rumah sakit apabila dicurigai menderita difteria
agar segera mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan apakah anak benar menderita difteria.

d. Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah harus


segera diperiksa oleh dokter apakah mereka juga menderita atau karier
(pembawa kuman) difteri dan mendapat pengobatan (eritromisin 50mg/kg berat
badan selama 5 hari).

e. Anggota keluarga yang telah dinyatakan sehat, segera dilakukan imunisasi DPT.

 Apabila belum pernah mendapat DPT, diberikan imunisasi primer DPT tiga
kali dengan interval masing-masing 4 minggu.
 Apabila imunisasi belum lengkap segera dilengkapi (lanjutkan dengan
imunisasi yang belum diberikan, tidak perlu diulang),
 Apabila telah lengkap imunisasi primer (< 1 tahun) perlu ditambah
imunisasi DPT ulangan 1x.

Sumber : http://idai.or.id/about-idai/idai-statement/pendapat-ikatan-dokter-
anak-indonesia-kejadian-luar-biasa-difteri.html
[LBM 1/SGD10/MODUL SKN] AFRINA LUSIA

Anda mungkin juga menyukai