Anda di halaman 1dari 50

Resume/Paper

BIOMEDIK II

Oleh :

NUR AULIA SALSABILLAH


NIM : P 101 19 040

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
Sistem Saraf

Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita
seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya.

Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu
berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf.

Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu:
1. Pengatur / pengendali kerja organ tubuh,
2. Pusat pengendali tanggapan,
3. Alat komunikasi dengan dunia luar.

Struktur Sel Saraf

1. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).
2. Dendrit berfungsi menangkap dan mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek.
Jenis Sel Saraf

Jenis Sel Saraf Berdasarkan Struktur


1. Neuron Multipolar 2. Neuron Unipolar 3. Neuron Bipolar 4. Neuron Anaxon
Neurotransmiter 1
1. Suatu senyawa kimia endogen yang menyampaikan, memperkuat, memodulasi sinyal antara
neuron dengan sel lainnya
2. Berada pada vesikel sinaps yang berkelompok di bawah membran presinaps dari sinaps &
dilepaskan ke celah sinaps yang berikatan dg reseptor di bagian pascasinaps
3. Pelepasannya biasanya di ikuti dg sampainya potensial aksi pada sinaps
Neurotransmiter 2

1. Ujung saraf mensintesis neurotransmiter khas untuk neuron ybs disimpan dalam vesikel
2. Pada saat potensial aksi terjadi, ion Ca2+ ekstra sel ke akson neurotransmiter dibebaskan ke
celah sinapsis
3. Neurotransmiter berdifusi mengaktifkan reseptor neurotransmiter pd membran pascasinaps sel
yang berkontak
Transmisi Melalui Celah Sinapsis

1. Potensial aksi neuron prasinapsis mencapai ujung terminal vesikel bergerak ke ujung aksi
(bantuan dari gerakan ion Ca2+)  transmiter di bebaskan, kontak dengan membran
pascasinapsis permeabilitas berubah
2. Jika permeabilitas thdp ion Na+ meningkat, potensial istirahat menjadi kurang
3. Jika nilai ambang tercapai  terjadi potensial aksi pada neuron pascasinapsis impuls
ditransmisikan
Penerimaan Impuls oleh Saraf Aferen/Sensorik

1. Neuron kolinergik
a. Asetilkolin

b. Berperan pada pengendalian sistem motorik

2. Neuron dopaminergik

a. Dopamin

b. Berperan pada gerakan dan kerja obat antipsikotik

3. Neuron nor adrenergik

a. Nor adrenalin

b. Berperan pada regulasi TD dan kerja obat antidepresan

4. Neuron adrenergik

a. Adrenalin

b. Berperan = nor adrenergik

5. Neuron gabaergik

a. GABA (asam –aminobutirat)

b. Ada pada CNS, sebagai neuron inhibitorik

c. Berperan pada regulasi motorik

6. Neuron serotoninergik

a. Serotonin

b. Tidak banyak terdapat di CNS

c. Serotonin dibentuk dari asam amino triptofan


Penerusan impuls melalui saraf efferen

1. Mengatur hubungan antara bagian dalam tubuh (tegangan otot, TD) dengan lingkungan (gerakan
tertentu) melalui serabut motorik dan viseral yang berperan:
Serabut eferen kolinergik
a. Motoneuron  mempersarafi otot skelet  kontraksi & mrp serabut kolinergik
b. Neuron pasca-ganglion parasimpatis Mrp serabut kolinergik yang
mempersarafi berbagai organ
c. Neuron praganglion simpatis & parasimpatis

Neuron eferen nor adrenergik  merupakan serabut kolinergik.

Reseptor asetilkolin merupakan reseptor nikotinik

Terdapat 3 (tiga) jenis sel saraf berdasarkan fungsi, yaitu:

1. Sel Saraf Sensorik (saraf Aferen) Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor
(penerima rangsangan) ke sumsum tulang belakang.
2. Sel Saraf Motorik (saraf Eferen) Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf
pusat ke efektor.
3. Sel Saraf Penghubung/ intermediet/ asosiasi  Merupakan penghubung sel saraf yang satu
dengan sel saraf yang lain.
Berdasarkan letak kerjanya Sistem Saraf terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Sistem Saraf Pusat Otak  Sumsum Tulang Belakang


2. Sistem Saraf Perifer/ tepi  12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial)  31 pasang saraf
sumsum tulang belakang (saraf spinal)
3. Sistem Saraf Autonom/ saraf tak sadar  Susunan saraf simpatik  Susunan saraf parasimpatik
Sistem saraf pusat

1. Sistem saraf pusat merupakan salah satu bagian dari sistem saraf pada manusia. Sistem saraf
pusat ini fungsinya untuk memegang segala kendali dan pengaturan atas kerja jaringan saraf
hingga kepada sel saraf. Bagian-bagian dari sistem saraf ini ialah otak besar, otak kecil, sumsum
tulang belakang.

A. OTAK

Otak terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Otak besar (Cerebrum)


2. Otak kecil (Cerebellum)
3. Otak tengah (Mesencephalon)

1. Otak besar (Serebrum) : berfungsi untuk untuk pengaturan semua aktivitas mental yaitu berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar
terletak di bagian depan otak. Terdiri atas :

1. Bagian belakang (oksipital) →pusat penglihatan.


2. Bagian samping (temporal) →pusat pendengaran.
3. Bagian tengah (parietal) →pusat pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin, sentuhan,
tekanan.
4. Antara bagian tengah dan belakang →pusat perkembangan kecerdasan, ingatan, kemauan, dan
sikap.
2. Otak kecil (Cerebellum) : berfungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan-
gerakan otot tubuh serta menyeimbangkan tubuh. Letak otak kecil terdapat tepat di atas batang
otak.

3. Otak Tengah (Mesensefalon)

1. Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol (menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang).
2. Di depan otak tengah (diencephalon)
3. Talamus (Pusat pengatur sensoris)
4. Hipotalamus (Pusat pengatur suhu, Mengatur selera makan, Keseimbangan cairan tubuh).
Bagian atas ada lobus optikus (pusat refleks mata).
Pelindung otak terdiri dari tengkorak, ruas-ruas tulang belakang, dan tiga lapisan selaput otak
(meningen) yaitu :

1. Durameter : bersatu dengan tengkorak (melekat pada tulang).


2. Arachnoid : bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik, berisi cairan
serobrospinal (cairan limfa).
3. Piameter : penuh dengan pembuluh darah, di permukaan otak, suplai oksigen dan nutrisi,
mengangkut sisa metabolisme.
1. Lateral ventricle
2. Interventricular foramen
3. Third ventricle
4. Cerebral aqueduct
5. Fourth ventricle
6. Median aperture
Lateral aperture
Central canal (spinal cord)
7. Subarachnoid space
8. Arachnoid villi
9. Dural sinuses

BATANG OTAK

Otak Tengah (Mesensefalon)

• Superior colliculi: pusat refleks gerakan kepala & bola mata ketika berespons thd
rangsang visual

• Inferior colliculi: pusat refleks gerakan kepala & tubuh ketika berepons thd rangsang
Pons
Pusat pernapasan:
 Pusat apneustik : mengontrol kontraksi otot inspirasi

 Pusat pneumotaksik : mengontrol relaksasi otot pernapasan sehingga terjadi ekspirasi

Medula Oblongata

Pusat pernafasan:

a. Dorsal group : kelompok neuron yg membentuk pernapasan otomatis;

b. Ventral group : kelompok neuron yg mempersarafi otot-otot pernapasan

c. Terhadap kemoreseptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion H+ dan konsentrasi CO2

Medula Oblongata

1. Pusat pengaturan jantung: cardioaccelerator center → meningkatkan denyut & kekuatan


kontraksi jantung (melalui saraf simpatis) & cardioinhibitori center → menurunkan denyut
jantung ke pacemaker N.vagus (saraf parasimpatis)
2. Pusat vasomotor → mengontrol diameter pembuluh darah mll saraf simpatis dlm pengaturan
tekanan darah
3. Pusat refleks nonvital → refleks menelan, muntah, batuk, bersin, & tersedak
SUM-SUM TULANG BELAKANG (MEDULA SPINALIS)
MEDULA SPINALIS

1. Terdapat 31 pasang saraf spinal yang melalui medula spinalis → nervus campuran yg berisi
akson sensorik & motorik; berjalan di kolumna spinal
2. Semua akson sensorik masuk ke medula spinalis melalui ganglion akar dorsal.

- Traktus spinotalamikus lateral → menghantarkan impuls modalitas nyeri & suhu

- Traktus spinotalamikus anterior → menghantarkan impuls modalitas geli, gatal, sentuhan, &
tekanan

- Traktus lemniscus medialis-kolumna posterior → menghantarkan impuls yg membedakan 2


titik, stereognosis, propriosepsi, membedakan berat, & sensasi getaran
Sistem Saraf Tepi
a. Sistem saraf perifer berfungsi sebagai perantara komunikasi antara sistem saraf pusat dan seluruh
bagian tubuh
b. Sistem saraf perifer berkomunikasi dengan seluruh bagian tubuh melalui:
1. Saraf-saraf kepala (cranial nerves)
2. Saraf-saraf tulang belakang (spinal nerves)
c. Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi :
1. Sistem saraf aferen
2. Sistem saraf eferen
SISTEM SARAF PERIFER

 31 pasang saraf spinal (serabut motorik, sensorik menyebar pada ekstremitas & dinding tubuh)
 12 pasang saraf kranial (serabut motorik saja, sensorik saja, atau campuran keduanya menyebar
di daerah leher & kepala)
Saraf Spinal

 Tiap pasang saraf terletak pada segmen tertentu (serviks, toraks, lumbar, dll.)
 Tiap pasang saraf diberi nomor sesuai tulang belakang di atasnya :
a. 8 pasang → saraf leher (servikal); C1-C8
b. 12 pasang → saraf punggung (Torakal); T1-T12
c. 5 pasang → saraf pinggang (Lumbal); L1-L5
d. 5 pasang → saraf pinggul (Sakral); S1-S5
e. 1 pasang → saraf ekor (Koksigial).; C0

SISTEM SARAF OTONOM

a. Memegang peran penting dalam pengaturan keadaan konstan dalam tubuh, memberikan
perubahan dalam tubuh yang sesuai
b. Kerja tidak sadar (berbeda dengan SS somatik)
c. Menggunakan 2 kelompok neuron motorik untuk menstimulasi efektor.
– Neuron preganglionik → muncul dari CNS ke ganglion tubuh, bersinapsis dengan badan sel
neuron orde kedua yang terletak di dalam ganglion.
– Neuron pascaganglionik → menuju organ efektor (otot jantung, otot polos, atau kelenjar).
a. Mengendalikan fungsi motorik viseral
b. Tidak dengan mudah dikendalikan dg kehendak

c. Terdiri dari sistem saraf simpatis & parasimpatis  berbeda anatomi maupun fungsinya

d. Pada umumnya organ dalaman tubuh/viseral dipersarafi oleh kedua sistem saraf tsb.

e. Stimulasi SS simpatis biasanya akan menghasilkan efek berlawanan dengan stimulasi SS


parasimpatis.

f. Bila satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lain justru menstimulasinya

g. Aktivasi simpatis : vasokonstriksi, naiknya kerja jantung, TD, sirkulasi darah, kadar glukosa sel,
dilatasi pupil, bronkhus dan naiknya aktivitas mental

1. Parasimpatis : berperan dalam pencernaan, eliminasi & pada pembaruan suplai energi
2. Sistem simpatis = sistem adrenergik
Stimulasi sistem ini akan menimbulkan reaksi yang meningkatkan penggunaan zat oleh
tubuh (aktif & perlu energi)
3. Sistem parasimpatis = sistem asetilkolin
Stimulasi pada sistem ini, timbul efek dengan tujuan menghemat penggunaan zat &
mengumpulkan energi
4. Ada keseimbangan antara keduanya
CNS → jalur efferen → SS otonom → pleksus otonom

organ efektor Berperan 2 neuron :

 Neuron preganglionik : pada CNS

 Neuron pascaganglionik : di luar CNS (pada ganglion otonom)

Sistem saraf simpatis

 Terletak di depan kolumna vertebra, berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui
serabut saraf

 Tersusun dari ganglion pada daerah :

a. 3 psg ganglion servikal


b. 11 psg ganglion torakal
c. 4 psg ganglion lumbal
d. 4 psg ganglion sakral
e. 1 psg ganglion koksigen
 Sering disebut sistem saraf torakolumbar

 Fungsi :

a. Mempersarafi otot-otot jantung, otot tak sadar pembuluh darah, organ2 dalam (lambung,
pankreas, usus), serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik otot tak
sadar pada kulit
b. Mempertahankan tonus semua otot termasuk otot tak sadar
Sistem saraf parasimpatis

1. Disebut sistem saraf kraniosakral


2. Terbagi menjadi 2 bagian
a. Saraf otonom kranial: ke-3 (okulomotorius), 7(fasialis), 9(glosofaringeal), 10 (vagus)
b. Saraf otonom sakral : ke-2, 3, 4 → membentuk urat saraf pada organ dalam pelvis &
bersama SS simpatis membentuk pleksus yang mempengaruhi kolon, rektum dan kdg
kemih

Neurotransmiter pada SS Otonom

1. Neurotransmiter neuron simpatik praganglionik : asetilkolin (Ach) → menstimulasi potensial


aksi neuron pascaganglionik
2. Neurotransmiter yang dilepaskan oleh neuron simpatik pascaganglionik :
noradrenalin/norepinefrin
3. Neurotransmiter pada seluruh neuron praganglionik dan sebagian besar neuron
pascaganglionik parasimpatik → asetilkolin (ACh).
Kelainan dan penyakit pada sistem saraf manusia
1. Neuritis : peradangan pada saraf, melibatkan satu atau sekumpulan saraf yang disebabkan
kelebihan asam tubuh kronis, dimana asam pada darah dan cairan tubuh lain berlebih. Semua
cairan tubuh seharusnya basa pada setiap reaksi. Bisa juga karena kekurangan gizi, atau
gangguan metabolisme seperti kesalahan metabolisme kalsium, kekurangan beberapa vitamin B
seperti B12, B6, B1, asam pantotenik dan B2. Gejala : rasa kesemutan/terbakar/tertusuk pada
saraf yang terpengaruh, pada beberapa kasus menyebabkan mati rasa, lumpuh, dan kesulitan
berjalan.
2. Parkinson : penyakit kemunduran otak akibat kerusakan bagian otak yang mengendalikan otot.
Gejala: tubuh selalu gemetar, sakit dalam berjalan dan bergerak, dan berkoordinasi.
3. Stroke : kerusakan pada otak akibat pecah/tersumbatnya pembuluh darah pada bagian
kepala. Gejala: Biasanya terjadi secara tiba-tiba, beberapa detik sampai menit, dan pada
kebanyakan kasus tidak berlanjut lebih jauh. Gejala yang terlihat sesuai dengan daerah otak yang
terpengaruh. Semakin lebar luas daerah yang terpengaruh, semakin banyak juga fungsi yang
hilang.
4. Meningitis : peradangan pada selaput pembungkus otak yaitu meninges yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitis atau virus lainnya.
5. Epilepsi : kelainan pada neuron-neuron di otak akibat kelainan metebolisme, infeksi, toksin,
atau kecelakaan sehingga penderita tidak dapat merespon rangsang saat kambuh.
6. Alzheimer : gangguan saraf berupa penurunan kemampuan mengingat.
7. Afasia : kehilangan daya ingat karena kerusakan pada otak besar bagian tengah
8. Ataksia : penyakit degeneratif akibat mengecilnya otak kecil. Gejala: kesulitan mengontrol
gerak tubuh.
9. Transeksi : gangguan pada sistem saraf terutama medulla spinalis karena jatuh atau tertembak
sehingga penderita akan kehilangan segala rasa.
10. Multiple schlerosis : penyakit saraf kronis yang mempengaruhi SSP sehingga dapat
menyebabkan gangguan organ seperti rasa sakit, masalah penglihatan, sampai kelumpuhan.
11. Hidrocephalus : pembengkakan kepala karena kelebihan cairan yang terkumpul di otak akibat
peradangan serebrospinal.
Sistem Respirasi

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

 Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.

 Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke selsel tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara
pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada

 Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

 Tulang rusuk terangkat ke atas

 Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara
masuk ke dalam badan.

2. Respirasi / Pernapasan Perut

 Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

 Diafragma datar

 Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil
sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja
berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10
hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen
yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen.
Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc
oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter
darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari
jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

 Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2

 Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

 Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

 Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan
udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk
memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

1. Hidung

2. Faring

3. Trakea

4. Bronkus

5. Bronkiouls

6. paru-paru

ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina, bronchus
principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis, bronchiolus
respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu
lobus superior, lobus media dan lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus
inferior. Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media,
sedangkan fissura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat
fissura oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior. Pembungkus paru (pleura) terbagi
menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga
pleura (cavum pleura).
1. Hidung

Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya tersusun atas
jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea
besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan
mengandung sel basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria
pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh darah.

2. Alat penghidu

Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan lamina basal yang tidak
jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.

3. Sinus paranasal

Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak yang berhubungan
dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.

4. Faring

Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan menyilang. Pada
saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring.
Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan laringofaring sama
dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal,
mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring
dan laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.

5. Laring

Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring dan trakea.
Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada
tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan
dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis
gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat
menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara
(lipat suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan
lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi:
A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior.
6. Trakea

Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan ikat fibro
elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia, jaringan limfoid dan
kelenjar.

7. Bronchus

Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer bercabang menjadi
bronki lobar bronki segmental bronki subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan trakea
hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada
bronkus subsegmental hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa
tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan
kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.

8. Bronchiolus

Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak mengandung kelenjar
submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel
bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak mengandung sel goblet.

9. Bronchiolus respiratorius

Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epitel kuboid, kuboid
rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).

10. Duktus alveolaris

Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara.

11. Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya
bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus.

Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II).
Sel alveolar gepeng ( tipe I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar
besar (tipe II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa
alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, di tutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki
badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk
mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial.
Mengandung serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli
disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok
sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel lainnya.

12. Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin, fibroblas, kolagen.
Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat pada dinding toraks disebut pleura
parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus
dan n. interkostal.

FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

1) Sistem Respirasi

a. Fisiologi ventilasi paru

Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara ke dalam dan keluar
paru disebabkan oleh:

1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada.
Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk
mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi
normal, pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih
besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).

2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis terbuka dan tidak
ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas sampai
alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan
0 cm H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan
sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama
ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.

3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar
paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap
pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.

b. Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan

Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.


1. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Pusat volunter terletak di cortex
cerebri dan impuls dikirimkan ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal.

2. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat pernafasan otomatis terletak di pons
dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba medulla spinalis di
antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal.

Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada neuron motorik N.Phrenicus pada
kornu ventral C3-C5 serta neuron motorik intercostales externa pada kornu ventral sepanjang
segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls ekspirasi, bersatu terutama pada neuron
motorik intercostales interna sepanjang segmen toracal medulla.

Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron motorik untuk otot inspirasi
diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada persarafan timbal-balik
(reciprocal innervation), aktivitas pada jaras descendens-lah yang berperan utama. Impuls melalui
jaras descendens akan merangsang otot agonis dan menghambat yang antagonis. Satu pengecualian
kecil pada inhibisi timbal balik ini aadalah terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson
N.Phrenicus untuk jangka waktu singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi
ini nampaknya adalah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan menghasilkan
pernafasan yang halus (smooth).

c. Pengaturan aktivitas pernafasan

Baik peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+ darah arteri maupun penurunan PO2 akan
memperbesar derajat aktivitas neuron pernafasan di medulla oblongata, sedangkan perubahan ke
arah yang berlawanan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pengaruh perubahan kimia darah
terhadap pernafasan berlangsung melalui kemoreseptor pernafasan di glomus karotikum dan
aortikum serta sekumpulan sel di medulla oblongata maupun di lokasi lain yang peka terhadap
perubahan kimiawi dalam darah. Reseptor tersebut membangkitkan impuls yang merangsang pusat
pernafasan. Bersamaan dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain
menimbulkan pengaturan non-kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan tertentu.

d. Pengendalian kimiawi pernafasan

Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi sedemikian rupa sehingga PCO2
alveoli pada keadaan normal dipertahankan tetap. Dampak kelebihan H + di dalam darah akan
dilawan, dan PO2 akan ditingkatkan apabila terjadi penurunan mencapai tingkat yang membayakan.
Volume pernafasan semenit berbanding lurus dengan laju metabolisme, tetapi penghubung antara
metabolisme dan ventilasi adalah CO2, bukan O2. Reseptor di glomus karotikum dan aortikum
terangsang oleh peningkatan PCO2 ataupun konsentrasi H+ darah arteri atau oleh penurunan PO2.
Setelah denervasi kemoreseptor karotikum, respons terhadap penurunan PO2 akan hilang, efek
utama hipoksia setelah denervasi glomus karotikum adalah penekanan langsung pada pusat
pernafasan. Respon terhadap perubahan konsentrasi H+ darah arteri pada pH 7,3-7,5 juga
dihilangkan, meskipun perubahan yang lebih besar masih dapat menimbulkan efek. Sebaliknya,
respons terhadap perubahan PCO2 darah arteri hanya sedikit dipengaruhi,; dengan penurunan tidak
lebih dari 30-35%.

 Kemoreseptor dalam batang otak

Kemoreseptor yang menjadi perantara terjadinya hiperventilasi pada peningkatan PCO2 darah arteri
setelah glomus karotikum dan aortikum didenervasi terletak di medulla oblongata dan disebut
kemoreseptor medulla oblongata.

Reseptor ini terpisah dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral, dan terletak pada permukaan
ventral medulla oblongata. Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+ dalam LCS, dan juga
cairan interstisiel otak. CO2 dengan mudah dapat menembus membran, termasuk sawar darah otak,
sedangkan H+ dan HCO3 - lebih lambat menembusnya. CO2 yang memasuki otak dan LCS segera
dihidrasi. H2CO3 berdisosiasi, sehingga konsentrasi H+ lokal meningkat. Konsentrasi H+ pada
cairan interstitiel otak setara dengan PCO2 darah arteri.

 Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen

Penurunan kandungan O2 udara inspirasi akan meningkatkan volume pernafasan semenit. Selama
PO2 masih diatas 60 mmHg, perangsangan pada pernafasan hanya ringan saja,dan perangsangan
ventilasi yang kuat hanya terjadi bila PO2 turun lebih rendah. Nsmun setiap penurunan PO2 arteri
dibawah 100 mmHg menghasilkan peningkatan lepas muatan dari kemoreseptor karotikum dan 12
aortikum. Pada individu normal, peningkatan pelepasan impuls tersebut tidak menimbulkan
kenaikan ventilasi sebelum PO2 turun lebih rendah dari 60 mmHg karena Hb adalah asam yang
lebih lemah bila dibandingkan dengan HbO2, sehingga PO2 darah arteri berkurang dan hemoglobin
kurang tersaturasi dengan O2, terjadi sedikit penurunan konsentrasi H+ dalam darah arteri.
Penurunan konsentrasi H+ cenderung menghambat pernafasan. Di samping itu, setiap peningkatan
ventilasi yang terjadi, akan menurunkan PCO2 alveoli, dan hal inipun cenderung menghambat
pernafasan. Dengan demikian, manifestasi efek perangsangan hipoksia pada pernafasan tidaklah
nyata sebelum rangsang hipoksia cukup kuat untuk melawan efek inhibisi yang disebabkan
penurunan konsentrasi H + dan PCO2 darah arteri.

 Pengaruh H+ pada respons CO2


Pengaruh perangsangan H+ dan CO2 pada pernafasan tampaknya bersifat aditif dan saling
berkaitan dengan kompleks, serta berceda halnya dari CO2 dan O2. Sekitar 40% respons ventilasi
terhadap CO2 dihilangkan apabila peningkatan H+ darah arteri yang dihasilkan oleh CO2 dicegah.
60% sisa respons kemungkinan terjadi oleh pengaruh CO2 pada konsentrasi H+ cairan spinal atau
cairan interstitial otak.

e. Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskuler.
Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung pada: jumlah oksigen yang masuk ke
dalam paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan dan
kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan
vaskular di dalam jaringan serta curah jantung. Jumlah oksigen di dalam darah ditentukan oleh
jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap
oksigen.

GANGGUAN PADA SISTEM RESPIRASI

Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat mengalami gangguan. Gangguan
ini biasanya berupa kelainan atau penyakit. Penyakit atau kelainan yang menyerang sistem
pernapasan ini dapat menyebabkannya proses pernapasan.

Berikut adalah beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia.

1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paru-paru mengalami pembengkakan karena


pembuluh darah nya kemasukan udara.

2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi, seperti
debu,bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika
suhu lingkungan.

3. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini
menyerang dan dibiarkan semakin luas,dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-
paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC napasnya sering
terengah-engah.

4. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza. Penyakit ini timbul
dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
5. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling berbahaya. Sel-sel kanker pada paru-
paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lamakelamaan dapat menyerang seluruh tubuh.
Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya
kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.

6. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan
paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar (disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah
banyak (disebut hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran pernapasan
akibat bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli. Perubahan anatomi
saluran pernapasan menyebabkan fungsi paru-paru terganggu.

SISTEM KARDIOVASKULAR

Anatomi kardiovaskular

Jantung adalah organ berongga dan berotot seukuran kepalan. Organ ini terletak di rongga toraks
(dada) sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada) disebelah anterior dan vertebra ( belakang)
di posterior. Jantung memiliki dasar lebar diatas dan meruncing membentuk titik diujungnya,
dibagian bawah yang disebut apeks. Jantung terletak menyudut dibawah sternum sedemikian
sehingga dasarnya terutama terletak dikanan dan apeks di kiri sternum.ketika jantung berdenyut
kuat, apeks sebenarnya memukul bagian dalam dinding dada di sisi kiri. Jantung adalah organ
tunggal namun sisi kanan dan kiri jantung berfingsi sebagai dua pompa terpisah. Jantung dibagi
menjadi paruh kanan dan kiri serta memiliki empat rongga yaitu, satu rongga atas dan satu rongga
bawah di masing masing paruh. Rongga- rongga atas yang disebut atrium, menerima darah yang
kembali ke jantung dan memindahkan kerongga bawah, ventrikel, yang memompa darah dari
jantung. Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium adalah vena, dan yang
membawa darah dari ventrikel ke jaringan adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh
septum, suatu partisi berotot kontiyu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting separuh kanan jantung menerima dan memompa darah miskin O2,
sementara sisi kiring jantung menerima dan memompa darah kaya O2.
Adapun jantung terdiri dari:
1. Tiga lapisan (Epikardium, Miokardium, dan Endokardium)
2. Ada 2 pace maker alami utama yang berada di lapisan miokardium (SA Nodes, AV Nodes)
3. Empat ruang (2 Atrium, dan 2 Ventrikel)
4. Empat katup (Katup Atrioventrikuler - Trikuspidalis dan Mitral, Katup Semilunar
- Pulmonal dan Aorta)
5. Pembuluh darah koroner (Penyuplai darah untuk otot-otot jantung)
Pembuluh darah (vaskular)

Secara garis besar pembuluh darah dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Pembuluh darah arteri
2. Pembuluh darah vena
Adapun urutan jalur pembuluh darah dari dan ke jantung adalah sebagai berikut:
Jantung (ventrikel kiri) --> Aorta --> Arteri --> Arteriola --> Kapiler --> Venula --> Vena --> Vena
Cava superior dan inferior --> Jantung (atrium kanan)
Karakterististik pembuluh darah

1. Arteri
a. Memiliki tekanan tinggi --> membawa darah ke jaringan
b. Dapat teraba denyutan
c. Memiliki dinding pembuluh darah yang tebal dengan jaringan elastis
d. Membawa darah yang kaya akan oksigen sehingga darah lebih terlihat merah segar
e. Darah keluar memancar (jika terjadi perlukaan)
f. Tidak memiliki katup di sepanjang pembuluh (hanya ada pada permulaan aorta)
2. Kapiler
a. Memiliki penampang yang paling luas karena tersebar di dalam seluruh tubuh
b. Disebut juga pembuluh darah rambut karena hanya memiliki diameter 0,008 mm
c. Tempat terjadinya pertukaran dan transport O2/CO2, zat-zat nutrien, dan berbagai jenis
elektrolit yang dibutuhkan tubuh ke dalam jaringan (sel)
d. Menyerap zat-zat nutrien dari usus
3. Vena
a. Bersemabungan dengan vena yang lebih besar yang disebut vena Cava
b. Dinding pembuluh tipis dan tidak elastis
c. Memiliki katup disepanjang pembuluh darah
d. Membawa darah yang kaya akan CO2 sehingga warna darah lebih terlihat pucat
e. Darah keluar tidak memancar hanya menetes (jika terjadi luka)
f. Tidak teraba denyutan
Luas penampang pembuluh darah
1. Aorta --> 2,5 cm2
2. Arteri --> 20 cm2
3. Arteriola --> 40 cm2
4. Kapiler --> 2500 cm2
5. Venula --> 250 cm2
6. Vena --> 80 cm2
7. Vena Cava --> 8 cm2
Mekanisme Konduksi Jantung Berbeda dengan serat otot rangka (sel), yang saling bebas, serat otot
jantung (serat otot kontraktil) dihubungkan oleh cakram sisipan, sel-sel yang bersebelahan
dihubungkan oleh desmosom secara struktural, menyegel rapat yang menyatukan membran plasma,
dan yang secara elektrik dihubungkan oleh sambungan berumpang, saluran ion yang
memungkinkan transmisi peristiwa depolarisasi. Akibatnya, seluruh miokardia berfungsi sebagai
unit tunggal dengan kontraksi tunggal serambi yang diikuti kontraksi tunggal ventrikel.
Potensial aksi (impuls elektrik) pada jantung berasal dari sel otot jantung khusus yang disebut sel
otoritmik. Sel-sel ini dapat bergerak sendiri, dapat mengghasilkan potensi aksi tanpa perangsangan
saraf. Sel otoritmik berfungsi sebagai perintis untuk memulai siklus jantung (siklus pemompaan
jantung) dan menyediakan sistem konduksi untuk mengkoordinasi kontraksi sel-sel otot di seluruh
jantung.
Mekanisme Kontraksi Jantung Periode refrakter yang lama menghambat tetani pada otot jantung.
Seperti jaringan peka ransangan lainnya, otot jantung memiliki periode refrakter. Selama periode
refrakter, tidak dapat terbentuk potensial aksi kedua sampai membran peka ransang pulih dari
potensial aksi sebelumnya. Di otot rangka, periode refrakter sangat singkat dibandingkan dengan
durasi kontraksi yang terjadi sehingga saraf dapat diransang kembali sebelum kontraksi pertama
selesai untuk menghasilkan penjumlahan kontraksi. Stimulasi berulang cepat yang tidak
memungkinkan serat otot melemas di antara ransangan menyebabkan terjadinya kontraksi maksimal
menetap yang dikenal sebagai tetani.
Sebaliknya, otot jantung memiliki periode refrakter yang lama (gambar 5) yang berlangsung sekitar
250 milidetik kerana memanjang fase datar potensial aksi. Hal ini hampir selama periode kontraksi
yang dipicu oleh potensial aksi yang bersangkutan; kontraksi satu serat otot jantung berlangsung
serata 300 milidetik. Karena itu, otot jantung tidak dapat dirangsang kembali sampai kontraksi
hampir selesai sehingga tidak terjadi penjumlahan kontraksi dan tetani otot jantung. Ini adalah suatu
mekanisme protektif penting, karena pemompaan darah memerlukan periode kontraksi
(pengosongan) dan relaksasi (pengisian) yang bergantian. Kontraksi tetanik yang berkepanjangan
akan menyebabkan kematian. Rongga-rongga jantung tidak dapat terisi dan mengosogkan dirinya.
Faktor utama yang berperan dalam periode refrakter adalah inaktivasi, selama fase datar yang
berkepanjangan, saluran Na+ yang diaktifkan sewaktu influks awal Na+ pada fase naik.
Barulah setelah membran pulih dari proses inaktivasi ini (ketika membran telah mengalami
repolarisasi ke tingkat istirahat) saluran Na+ dapat diaktifkan kembali untuk memulai potensial aksi
lain.
Tekanan darah merupakan tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan
darah dipengaruhi volume cairan yang mengisi pembuluih darah, besarnya ditentukan oleh curah
jantung dan tahanan pembuluh darah tepi terhadap aliran darah yang mengalir.9 Sehingga bila
terjadi peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Sebaliknya, bila terjadi penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah.
Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya dorong
mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu
aliran yang menetap. Jantung bekerja sebagai pompa darah karena dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung berlangsung
dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga dapat menimbulkan perubahan tekanan
darah di dalam sirkulasinya. Dalam satu siklusnya, siklus jantung terdiri dari satu periode relaksasi
yang disebut diastolik, yaitu periode pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode
kontraksi yang disebut sistolik. Darah dipompakan ke aorta dan arteri pulmonalis ketika sistol
ventrikel. Perekaman tekanan di dalam sistem arteri di saat itu menunjukkan kenaikan tekanan arteri
sampai pada puncaknya 120 mmHg. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga
tekanan di dalamnya sedikit menurun. Tekanan aorta pada saat diastol ventrikel cenderung menurun
hingga 80 mmHg. Tekanan inilah yang dikenal sebagai tekanan diastol pada pemeriksaan tekanan
darah. Perubahan pada siklus jantung tersebut yang menyebabkan terjadinya aliran darah di dalam
sistem sirkulasi tertutup pada tubuh manusia.
sistem urinaria
Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi membantu
terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Ginjal selain berfungsi sebagai alat
ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: renin-angiotensin, erythropoetin, dan
mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D). Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis
pada beberapa spesies hewan Mammalia. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang
disebut kapsula renalis. Bagian ginjal yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum
terdapat bundel saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian
korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah
dalam warnanya agak gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi,
capsula Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak dijumpai loop of Henle.

Suplai Darah Ginjal

Ginjal mendapatkan suplai darah dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri renalis, →
arteri interlobaris → arteri arcuata → arteri interlobularis → arteriole aferen → glomerulus →
arteriole eferen → kapiler juxta glomerulare → peritubuler → vena interlobularis → vena arcuata
→ vena interlobularis → vena renalis.

Arteriole afferen

Pada arteriole aferen dekat dengan badan Malphigi terdapat sel-sel juxtaglomeruler yang
merupakan modifikasi otot polos befungsi menghasilkan enzim renin. Enzim renin berfungsi
mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I, selanjutnya angiotensin I oleh converting
enzim diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II berfungsi merangsang sekresi hormon
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron berperan meningkatkan reabsorpsi ion Na dan klorida
pada tubulus kontortus distal.
Nefron

Tiap ginjal tersusun atas unit struktural dan fungsional dalam pembentukan urin yang dinamakan
nefron (nephron). Tiap nefron terdiri atas bagian yang melebar yang dinamakan korpuskula renalis
atau badan malphigi, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle serta tubulus kontortus distal.

Korpuskula renalis

Korpuskula renalis terdiri atas glomelurus dan dikelilingi oleh kapsula Bowmann.

Glomeruli

Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler yang ruwet yang merupakan cabang dari
arteriole aferen. Pada permukaan luar kapiler glomeruli menempel sel berbentuk spesifik dan
memiliki penjuluran-penjuluran yang disebut podosit (sel kaki). Antara sel-sel endotel kapiler dan
podosit membentuk strukrur. kontinyu yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang
terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Podosit berfungsi membantu filtrasi cairan darah
menjadi cairan ultra filtrat (urin primer). Cairan ultra filtrat ditampung di dalam ruang urin yaitu
ruang antara kapiler dengan dinding kapsula Bowmani dan selanjutnya mengalir menuju tubulus
contortus proksimal. Komposisi kimia cairan ultra filtrat hampir sama dengan plasma darah.

Capsula Bowman

Lapisan parietal kapsula bowman terdiri atas epitel selapis gepeng. Ruang kapsuler berfungsi
menampung urine primer (ultra filtrat). Sel podosit, sel epitel kapsula Bowman yang mengalami
spesialisasi untuk filtrasi cairan darah. Oleh karena itu komposisi cairan ultra filtrat hampir sama
dengan plasma darah kecuali tidak mengandung protein plasma.

Sel Mesangial

Pada sel-sel endotel dan lamina basalis kapiler glomerulus terdapat sel mesangial yang berperan
sebagai makrofage.

Tubulus Kontortus Proksimal

Tubulus kontortus proksimal kebanyakan terdapat di bagian korteks ginjal. Mukosa tubulus
kontortus proksimal tersusun atas sel-sel epitel kubus selapis, apeks sel menghadap lumen tubulus
dan memiliki banyak mikrovili (brush border). Sel epitel tubulus contortus proksimal berfungsi
untuk reabsorpsi.

Lengkung Henle (loop of Henle)


Lengkung Henle berbentuk seperti huruf U terdiri atas segmen tipis dan diikuti segmen tebal.
Bagian tipis lengkung henle yang merupakan lanjutan tubulus kontortus proksimal tersusun atas sel
gepeng dan inti menonjol ke dalam lumen. Cairan urin ketika berada dalam loop of Henle bersifat
hipotonik, tetapi setelah melewati loop of Henle urin menjadi bersifat hipertonik. Hal ini
dikarenakan bagian descenden loop of Henle sangat permeabel terhadap pergerakan air, Na+, dan
Cl-, sedangkan bagian ascenden tidak permeabel terhadap air dan sangat aktif untuk transpor
klorida bertanggung jawab terhadap hipertonisitas cairan interstitial daerah medulla. Sebagai akibat
kehilangan Na dan Cl filtrat yang mencapai tubulus contortus distal bersifat hipertonik.

Tubulus Kontortus Distalis

Tubulus contortus distalis tersusun atas sel-sel epithelium berbentuk kuboid, sitoplasma pucat,
nuklei tampak lebih banyak, tidak ada brush border. ADH disekresikan oleh kelenjar hipofise
posterior. Apabila masukan air tinggi, maka sekresi ADH dihambat sehingga dinding tubulus
contortus distal dan tubulus koligen tidak permeabel terhadap air akibatnya air tidak direabsioprsi
dan urin menjadi hipotonik dalam jumlah besar akan tetapi ion-ion untuk keseimbangan osmotic
tetap ditahan. Sebaliknya apabila air minum sedikit atau kehilangan air yang banyak karena
perkeringatan tubulus contortus distal permeabel terhadap air dan air direabsorpsi sehingga urin
hipertonik. Hormon aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal berperan meningkatkan
reabsorpsi ion Na. Sebaliknya mempermudah ekskresi ion kalium dan hidrogen. Penyakit Addison
merupakan akibat dari kehilangan natrium secara berlebihan dalam urin.

Tubulus Koligens

Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila bersatu membentuk
saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus papilaris Bellini. Tubulus koligens dibatasi oleh
epitel kubis. Peristiwa penting pada tubulus koligens adalah mekanisme pemekatan atau
pengenceran urin yang diatur oleh hormon antidiuretik (ADH). Dinding tubulus distal dan tubulus
koligens sangat permeabel terhadap air bila terdapat ADH dan sebaliknya.

Tubulus Kolektivus

Tubulus kolektivus dari Bellini merupakan tersusun atas sel-sel epithelium columnair, sitoplasma
jernih, nukleus spheris.

Aparatus Jukstaglomerulus

Tunika media ateriol aferen yang terletak didekat korpuskula malphigi mengalami modifikasi
seperti sel-sel epiteloid bukan otot polos yang disebut sel jukstaglomelurus. Sel-sel
jukstaglomelurus menghasilkan enzim renin. Renin bekerja pada protein plasma yang dinamakan
angiotensinogen yang kemudian diubah menjadi angiotensin I. Selanjutnya zat ini oleh converting
enzyme yang diduga terdapat dalam paru-paru, diubah menjadi angiotensi II. Angiotensi II
merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Penurunan kadar ion natrium
merangsang pengeluaran renin yang akan mempercepat sekresi aldosteron. Akibatnya resorbsi
natrium yang akan menghambat ekskresi renin. Kelebihan natrium dalam darah akan menekan
sekresi renin yang mengakibatkan penghambatan pembentukan aldosteron yang akan meningkatkan
kosentrasi natrium urin. Jadi apparatus jukstaglomelurus mempunyai peranan homeostatic dalam
mengawasi keseimbangan ion natrium.

Macula Densa

Macula densa merupakan bagian dari tubulus kontortus distalis yang melalui daerah di muka
kapsula Bowmani terdiri atas sel-sel yang nampak meninggi, nuklei berderet rapat dan berbentuk
spheris. Macula densa berfungsi untuk reseptor tekanan osmotic (osmoreseptor).

Pembentukan urin
Proses pembentukan urin meliputi:
1. filtrasi glomeruler
2. reabsopsi tubuler, dan
3. sekresi tubuler.
Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk:
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbangan elektrolit
3. Memelihara pH darah.
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun bagi tubuh organisme.
Saluran urin
Saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh glomeruli dari awal hingga akhir sebagai
berikut: glomerulus → kapsula Bowman → tubulus convulatus proksimal → loop of Henle →
tubulus convulatus distal → tubulus koligen → tubulus collectivus → kaliks minor → kaliks mayor
→ pelvis renalis → ureter → vesica urinaria → urethra.
Ureter
Pada bagian superfisial terlihat sel-sel yang bentuknya seperti payung (sisi atas lebih lebar dari sisi
bawah) dan sel-sel lapisan bawah berbentuk polygonal. Tunica mucosa ureter membentuk lipatan-
lipatan longitudinal dengan epithelium transisional. Lamina propria tipis tersusun atas jaringan
pengikat longgar, dengan pembuluh darah, lymfe, dan serabut syaraf. Tunica muscularis tersusun
atas stratum longitudinale, stratum circulare. Tunica serosa tersusun atas jaringan ikat longgar, tipis,
jaringan lemak. Lamina propria tipis tersusun atas jaringan pengikat longgar, dengan pembuluh
darah, lymfe, dan serabut syaraf.
Vesica Urinaria
Kandung kemih berfungsi menyimpan urin dan mengalirkannya ke ureter. Kaliks, pelvis, ureter dan
kantung kemih memiliki struktur histology yang ahmpir sama. Mukosa terdiri atas epitel
transisional dan facet sel berfungsi sebagai barier osmotic antar urin dan cairan jaringan. Lamina
propria terdiri atas otot polos.

Histofisiologi Ginjal
Ginjal mengatur komposisi kimia cairan lingkungan interna melalui proses filtrasi, reabsorsi, dan
sekresi. Filtrasi barlangsung dalam glomerulus, dimana ultra filtrate plasma darah dibentuk. Pada
tubulus kontortus proksimal terjadi reabsorbsi zat-zat yang berguna bagi metabolisme tubuh untuk
mempertahankan homeostatis lingkungan internal. Juga memindahkan hasil-hasil sisa metaboisme
dari darah ke lumen tubulus untuk dikeluarkan dalam urin. Tubulus koligens mengabsorsi air,
sehingga membantu pemekatan urin. Dengan cara ini, organisme mengatur keseimbangan air dalam
tubuh dan tekanan osmotik. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, 125 ml
diabsorsi dan yang 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks sebagai urin. Setiap 24 jam dibentuk sekitar
1500 ml urin. Filtrasi glomerulus dibentuk akibat tekanan hidrostatik darah dimana gayagaya yang
melawan tekanan hidrostatik yaitu: 1. tekanan osmotik koloid plasma (30 mm Hg) 2. tekanan cairan
yang terdapat dalam bagian tubulus nefron (10 mm Hg) 3. tekanan interstitial di dalam parenkim
ginjal (10 mm Hg), yang bekerja pada kapsul Bowman yang diteruskan ke cairan kapsuler. Tekanan
hidrostatik adalah 75 mm Hg dan jumlah total gaya-gaya yang melawannya adalah 50 mm Hg,
sehingga gaya filtrasi yang dihasilkan kira-kira 25 mm Hg.
Kandung Kemih dan Saluran Urin
Kandung kemih dan saluran urin menyimpan urin yang dibentuk dalam ginjal dan mengalirkan
keluar. Kaliks, pelvis, ureter, dan kandung kemih mempunyai struktur dasar histologis yang sama.
Dinding ureter lambat laun menjadi lebih tebal bila makin mendekati kandung kemih. Mukosa
organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propria organ-organ ini terdapat selubung
otot polos yang padat dan bergelombang.

Uretra
Uretra merupakan tabung yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh. 1. Uretra pria
terdiri atas 4 bagian yaitu: pars prostatika, pars membranasea, pars bulbaris, dan pars pendulosa. 2.
Uretra wanita merupakan tabung yang panjangnya 4 – 5 cm, dibatasi oleh epitel berlapis gepeng
dengan daerah-daerah dengan epitel toraks berlapis semu. Bagian tengah uretra wanita dikelilingi
oleh sfinkter eksternus yang terdiri atas otot lurik volunter.
Sistem reproduksi manusia

Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang penting meskipun tidak
berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan sesorang. Pada manusia, reproduksi
berlangsung secara seksual. Organ reproduksi yang dimiliki manusia berbeda antara pria dan
wanita.

Struktur dan fungsi organ reproduksi. Baik pria maupun wanita memiliki organ reproduksi yang
terdiri dari dua bagian berdasarkan letaknya, yaitu alat kelamin luar dan dalam.

A. Struktur dan fungsi organ reproduksi pada pria

Organ reproduksi pria berfungsi untuk menghasilkan sperma (gametogenesis) dan menyalurkan
sperma ke wanita.

1. Alat Kelamin Luar

a. Penis berfungsi sebagai alat penetrasi pada vagina wanita saat kopulasi (persetubuhan).
b. Uretra adalah saluran yang mengantarkan urin dan sperma.
c. Skrotum (zakar) merupakan suatu kantong kulit yang membungkus testis dan epididimis.
2. Alat Kelamin Dalam

a. Testis
Testis pada pria berjumlah sepasang, berbentuk oval, dan terletak di skrotum. Di dalam testis terjadi
proses pembuatan sel kelamin jantan dan hormon kelamin. Pada testis terdapat pembuluh halus (vas
seminiferus) yang mengandung calon sperma pada bagian dindingnya. Diantara vas seminiferus
terdapat sel bernama sel interstitial yang berfungsi menghasilkan hormon kelamin, misalnya
testosteron. Selain itu, terdapat sel besar, sel Sertoli yang berguna untuk memberikan makanan bagi
sperma.

b. Epididimis

Epididimis merupakan saluran reproduksi yang berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.
Selain itu, epididimis dibentuk oleh saluran berlekuk-lekuk yang tidak teratur dan juga menjadi
tempat penyimpanan sperma sementara. Saluran yang menghubungkan antara epididimis dan testis
disebut duktus eferen testis.

c. Vas deferens

Saluran ini merupakan lanjutan dari epididimis. Fungsinya adalah mengangkut sperma menuju
vesikula seminalis (kantong sperma). Vas deferens dan saluran dari kelenjar kantong sperma akan
bersatu membentuk duktus ejakulatorius yang akhirnya bermuara di uretra.

d. Kelenjar Kelamin

 Kelenjar kelamin yang dimiliki oleh seorang pria adalah vesikula seminalis, kelenjar prostat,
dan kelenjar bulbouretral (Cowper).
 Vesikula seminalis: sepasang kelenjar yang berfungsi menghasilkan 50-60% dari volume
total cairan semen yang berwarna jernih dan kental. Komponen terpenting didalamnya
adalah fruktosa dan prostaglandin.
 Kelenjar prostat: kelenjar kelamin terbesar pada pria yang menyumbang 15% dari volume
total cairan semen dengan komponen pentingnya adalah asam fosfatase, seng, sitrat, dan
protease. Kandungan tersebut membuat cairan semen menjadi lebih encer.
 Kelenjar bulbouretral (Cowper): sepasang kelenjar kecil yang mengeluarkan cairan sebelum
penis mengeluarkan sperma dan semen.
B. Struktur dan fungsi organ reproduksi pada wanita

1. Alat Kelamin Luar

a. Labia mayora (bibir besar), yaitu struktur terbesar alat kelamin luar perempuan yang tebal dan
berlapiskan lemak. Labia mayora ini mengelilingi organ pada alat kelamin luar lainnya dan
berakhir menjadi mons pubis.
b. Labia minora (bibir kecil) ialah lipatan kulit yang halus dan tidak memiliki lapisan lemak.
c. Mons veneris adalah tonjolan lemak yang besar sebagai pertemuan antara sepasang labia
mayora.
d. Klitoris, disebut juga kelentit. Klitoris berupa tonjolan kecil dan memanjang serta homolog
dengan penis pada pria. Sebagian besar tersembunyi di antara kedua labia minora.
e. Orificium urethrae adalah muara dari saluran kencing yang terleak di bawah klitoris.
f. Himen sering disebut sebagai selaput dara.
g. Kelenjar reproduksi Sama halnya seperti pria, wanita juga memiliki beberapa kelenjar
reproduksi, di antaranya adalah kelenjar vestibulari mayor dan minor serta parauretralis.
2. Alat Kelamin Dalam

a. Ovarium, disebut indung telur. Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval yang terletak
di rongga perut. Ovarium memiliki struktur berbentuk bulatan-bulatan yang disebut folikel.
Tiap folikel mengandung sel telur (oosit) yang berada pada lapisan tepi ovarium. Fungsinya
adalah memproduksi telur matang untuk pembuahan dan produksi hormon steroid dalam
jumlah besar.
Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1. Korteks ovarii
a. Mengandung folikel primordial
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c. Terdapat corpus luteum dan albikantes
2. Medula ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf.
b. Oviduk (Tuba Fallopi) merupakan saluran penghubung antara ovarium dan rahim (uterus). Di
ujungnya terdapat fimbria yang menyerupai jari-jari untuk menangkap telur yang matang.
Oviduk ini berfungsi untuk membawa sperma dan telur ke tempat terjadinya pembuahan, yaitu
ampula tuba.
c. Rahim (Uterus). Rahim pada wanita hanya ada satu dan tersusun atas otot yang tebal. Rahim
bagian bawah memiliki ukuran yang lebih kecil dan biasa disebut sebagai leher rahim
(cervix). Bagian yang besar dari uterus disebut dengan corpus uteri. Terdapat tiga lapsan
utama uterus, yaitu perimetrium, miometrium, dan endometrium. Endometrium merupakan
lapisan yang akan mengalami penebalan dan pengelupasan apabila tidak ada pembuahan.
Fungsi utamanya adalah tempat menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin.
d. Vagina merupakan alat kelamin wanita yang menghubungkan alat kelamin luar dengan rahim.
Vagina terdiri atas otot yang membujur ke arah belakang. Dinding vagina banyak memiliki
lipatan meskipun lebih tipis dari rahim. Selain itu, lendir yang dihasilkan dari dindingnya
berfungsi mempermudah persalinan. Fungsi vagina adalah menahan penis saat berhubungan
seksual dan menyimpan semen sementara.
Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang digunakan pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai
lokomotor dan penopang bagi tubuh manusia. Merupakan sistem yang sangat penting pada tubuh
manusia. Kelainan pada sistem ini dapat mengganggu keseharian manusia karena menimbulkan
keluhan-keluhan tertentu. Terdiri dari 2 sistem utama yaitu system kerangka dan sitem otot

1. Sistem Kerangka

Kerangka manusia terdiri dari beberapa jenis tulang dan tulang rawan. Tulang adalah jaringan
ikat yang bersifat kaku dan membentuk bagian terbesar kerangka, serta merupakan jaringan
penunjang tubuh utama. Tulang rawan atau cartilage adalah sejenis jaringan ikat yang bersifat
lentur dan membentuk bagian rangka teretntu .
Perbandingan antara tulang dan tulang rawan dalam kerangka berunah siring bertambahnya usia,
makin muda usia makin besar bagian tubuh kerangka yang merupakan tulang rawan. Sistem
rangka (206 tulang) dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

1. Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi
organ-organ kepala, leher, dan dada.

a. Kolumna vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra yang dipisahkan oleh diskus
intervertebral.

b. Tengkorang

1. Tulang kranial, menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera.
2. Tulang wajah, memberikan bentuk pada wajah dan tempat melekatnya gigi
3. Enam tulang auditori (telinga), terlibat dalam transmisi suara
4. Tulang hyoid, yang menyangga lidah dan laring, serta membantu dalam proses menelan,
merupakan bagian terpisah dari tulang tengkorak.
2. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkat, dan tulang
pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada
aksial.

3. Persendian adalah hubungan antar tulang atau lebih yang memungkinkan untuk
menimbulkan gerakan.

Fungsi sistem kerangka Sistem rangka sebagai bagian dari tubuh manusia memiliki beberapa fungsi
sehingga manusia bisa beraktivitas secara normal sehari hari, fungsi itu adalah:

1. Penyangga : berdirinya tubuh, tempat melekatnya otot otot, ligament, jaringan lunak dan organ.
2. Penyimpan mineral : sebagai tempat penyimpanan ( kalsium dan fosfat ) dan lipid (yellow
marrow).
3. Produksi sel sel darah merah : (red marrow).
4. Pelindung : membentuk rongga yang melindungi organ halus dan lunak.
5. Penggerak : dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak adanya persendian
memudah kan semua itu terjadi.
2. Sistem otot
Otot merupakan jaringan tubuh yang memiliki kemampuan untuk berkontraksi. Terdapat tiga
jenis otot yang ada dalam tubuh manusia yaitu otot rangka (skeletal), otot polos serta otot
jantung. Otot rangka secara normal tidak berkontraksi tanpa rangsangan sistem saraf, sedangkan
otot yang lain akan berkontraksi tanpa rangsangan saraf tapi dapat pula dipengaruhi oleh sitem
saraf. Oleh karena itu maka sistem saraf dan otot merupakan sebuah kesatuan sistem yang
bekerja secara berkaitan.
Kerangka tubuh dibentuk oleh tulang keras, tulang rawan dan sendi. Keberadaan otot akan dapat
memungkinkan adanya gerakan yang dihasilkan oleh tubuh. Hampir 40 % tubuh kita terdiri dari
otot rangka, yaitu sekitar 500 an otot dan hanya 10% nya saja yang merupakan otot polos dan
jantung. Jika melakukan aktivitas yang berlebih atau aktivitas yang tidak sesuai dengan
ergonomic tubuh kita, dapat menyebabkan otot itu cedera dapat menimbulkan keluhan-keluhan
pada tubuh.
Sistem otot memiliki fungsi yang cukup penting terhadap tubuh kita, gangguan pada sistem otot
dapat mempengahi aktifitas sehari hari manusia secara signifikan, beberapa jenis faktor resiko
dapat berpengaruh terhadap gangguan otot dan dapat menimbulkan keluhan musculoskeletal
disorders atau MSD’s (Ellis, 2006). Berikut ini merupakan fungsi esensial sistem otot terhadap
tubuh manusia :
1. Pergerakan, otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot itu melekat sehingga
menimbulkan gerakan yang dinamis dengan tulang.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur, otot menopang dan mempertahankan tubuh saat
dalam posisi berdiri atau saat duduk.
3. Mempertahankan panas tubuh, kontraksi otot dapat memacu metobolisme untuk
mempertahankan suhu tubuh.

Pertumbuhan Tulang
Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi = pembuatan) atau disebut juga
osteogenesis. Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi dibentuk melalui dua cara yang
berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baik dengan mengganti mesenkim atau dengan
mengganti tulang rawan. Sususan histologis tulang selalu bersifat sama, baik tulang itu berasal
dari selaput atau dari tulang rawan.
a. Osifikasi membranosa
Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana diantara dua cara pembentukan
tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian
medial dari klavikula dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu tengkorak
bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi membranosa
b. Osifikasi Endokondral
Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada masa fetal dari mesenkim
lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar jenis tulang. Pusat pembentukan tulang yang
ditemukan pada corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut
epifisis. Lempeng rawan pada masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis dan diafisis
pada tulang yang sedang tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis merupakan bagian diafisis
yang berbatasan dengan lempeng epifisis. Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal
dengan epifise line rerata sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise
line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang.

Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan
menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap
normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses
yaitu modeling dan remodeling. Pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling
sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang
hilang nol. Apabila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut
negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan
masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih
rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1%
per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 70 tahun,
pengurangan tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan korteks.
Jenis tulang

Dari segi bentuk, tulang dapat dibagi menjadi 4:tulang pipa (seperti tulang hasta dan tibia),
tulang pipih (seperti tulang rusuk, tulang dada), tulang pendek (tulang-tulang telapak tangan,
pergelangan tangan) dan tulang tak beraturan (seperti tulang rahang, ruas tulang
belakang).Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu: Tengkorak (bagian kepala), dan rangka
badan.
Macam-macam sendi di tubuh manusia
Jumlah sendi antara satu orang dan orang lainnya, bisa berbeda, tergantung pada sejumlah faktor.
Namun diperkirakan, manusia memiliki sebanyak 250-350 sendi. Sendi berperan penting dalam
pergerakan tubuh. Kita tentu akan sangat kerepotan jika sendi mengalami gangguan, misalnya
dislokasi sendi dan radang sendi. Beberapa definisi menyebutkan bahwa sendi merupakan titik,
di mana dua tulang saling berhubungan. Ada pula yang menyebutkan bahwa sendi adalah
hubungan yang kuat antara tulang, tulang rawan dan gigi satu sama lain. Berikut ini tiga jenis
sendi pada tubuh manusia, dan masing-masing fungsinya.

1. Sinartrosis atau sendi mati


Sendi mati atau sendi fibrosa menghubungkan dua tulang atau lebih yang tidak menimbulkan
pergerakan. Contoh dari sendi mati yakni sendi antar tulang tengkorak, yang disebut sutura,
serta gomfosis (penghubung gigi dan tengkorak).
2. Amfiartrosis atau sendi kaku
Sendi ini memungkinkan pergerakan, walau sifatnya terbatas. Sendi kaku salah satunya
terdapat pada ruas tulang belakang, serta simfisis pubis pada pinggul.
3. Diartrosis atau sendi gerak
Sesuai namanya, sendi ini dapat digerakkan dengan bebas dan leluasa. Sendi gerak disebut
pula sebagai sendi sinovial. Sendi gerak ini memiliki cairan, yang disebut cairan sinovial.
Dengan bantuan cairan sinovial sebagai pelumas inilah, sendi dapat digerakkan.
Macam-macam sendi gerak pada manusia

Manusia memiliki banyak sendi gerak. Oleh karena itu, diperlukan klasifikasi untuk macam-
macam sendi ini beserta fungsi dan letaknya. Berikut ini pengelompokan dan letak dari sendi
gerak.
1. Sendi putar atau pivot
Sesuai namanya, sendi ini memiliki karakteristik memungkinkan satu tulang dapat melakukan
putaran, terhadap tulang lain. Contoh dari sendi putar yaitu sendi di antara tulang hasta, dan
tulang pengumpil pada lengan.
2. Sendi geser atau plane
Sendi ini memungkinkan pergerakan tulang yang sama-sama datar. Contoh dari keberadaan
dari sendi geser yaitu sendi interkarpal, yang menghubungkan tulang-tulang di pergelangan
tangan.
3. Sendi pelana atau saddle
Sendi ini memang mirip dengan ‘pelana’, yang dapat memberikan gerakan dua arah. Contoh
dari sendi pelana adalah sendi penghubung tulang pergelangan tangan, dengan pangkal dari
tulang ibu jari.
4. Sendi engsel atau hinge
Sendi ini memungkinan tulang bergerak menyerupai pintu gerakan pintu, dan bersifat satu
arah. Sendi pada lutut, yang menghubungkan tiga tulang: tulang paha, tulang kering dan
tulang lutut, merupakan contoh sendi engsel.
5. Sendi gulung atau condyloid
Sendi gulung bisa dijumpai antara tulang yang memiliki rongga elips, dan permukaan tulang
lain yang berbentuk bulat telur. Sendi ini hanya memungkinkan dua sumbu gerakan, yaitu
gerakan membengkokkan (fleksi) dan gerakan meluruskan (ekstensi), serta gerakan menjauh
dari tubuh (medial), dan gerakan mendekat ke arah garis tubuh (lateral). Contoh dari
keberadaan sendi gulung yakni sendi penghubung tulang telapak tangan dengan tulang jari.
6. Sendi peluru atau ball and socket
Sendi peluru merupakan sendi yang memungkinkan gerakan ke segala arah. Pada sendi
peluru, sebuah tulang yang berbentuk lingkaran (ball) ‘duduk’ menempel, pada rongga tulang
yang lain (socket).
Tubuh manusia hanya memiliki dua sendi peluru. Pertama, sendi pada panggul, yang
menghubungkan tulang panggul dengan tulang paha. Kedua, sendi pada bahu, penghubung
tulang belikat dan lengan atas.
SISTEM SENSORI
1. Indera penglihatan (mata)
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya
yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot penggerak bola mata,
kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.
1. Bola Mata Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga
lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut.
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak tembus
cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah
lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi
bola mata dari gangguan.
b. Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam; merupakan lapisan yang berisi banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada
koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid
membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian
depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi
sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan
siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi
dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
c. Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel
saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian
yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu
bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian
belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi
menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput
transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput
ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf.
Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi
dengan cairan yang keluar dari kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah
alis. Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata
berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
2. Otot Mata Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat di antaranya disebut
otot rektus (rektus inferior, rektus superior, rektus eksternal, dan rektus internal). Otot rektus
berfungsi menggerakkan bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah. Dua lainnya
adalah otot obliq atas (superior) dan otot obliq bawah (inferior).
3. Fungsi Mata Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima
kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor.
Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh
pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar. Ada dua macam sel reseptor
pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen
lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu.
Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel
batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan
pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin
ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel
konus saja. Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa
protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai
menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk
pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi
rodopsin).
Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen lembayung dari sel konus merupakan
senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus,
yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut
mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta
warna. Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak
terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika kita
sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan
jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar
tampak paralel.
Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk
menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk
menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan. Cahaya dibiaskan jika melewati
konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk
pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan
dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis
panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek.
Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi
sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan
pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar
dan tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa
sehingga lensa memanjang dan pipih.Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-beda
disebut daya akomodasi.

2. Indera Pendengaran

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan.
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran
dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima
rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
1. Susunan Telinga Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
a. Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani
(gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini
kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk
daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan
kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar
benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar
dan gendang telinga tidak kering.
b. Telinga tengah Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan
udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar
melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui
jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang
transparan. Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai
yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah
tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu
tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan
jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang
memungkinkan gerakan bebas. Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk
mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi
rongga telinga tengah ke jendela oval. c. Telinga dalam Bagian ini mempunyai susunan
yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran. Ada 5 bagian utama dari
labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1. Tiga saluran setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah
lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan
keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang.
Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran
yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran
tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal)
yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum dengan
saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan
saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan
yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di
sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler
dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial. Dasar dari sel pendengar terletak
pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung
membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut
organ Korti.
Cara kerja indra pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini
akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela
oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.
Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan
melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan
selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambutrambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran
tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf
pendengaran.
3. Indera Peraba
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin,
sakit, dan tekanan.
1. Susunan Kulit
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan dermis.
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat
lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adalah stratum germinativum berfungsi
membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum
terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi
keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen
hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau
kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut stratum lusidum dan
lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum korneum.
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang
berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur, sehingga
kulit dapat mengembang. Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis
membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh
darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut
saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin
atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis
terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam
tubuh dari kerusakan mekanik.
2. Fungsi Kulit Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang;
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai
rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya
sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptorreseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit
ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
reseptornya terletak di dekat epidermis.
4. Indera Pengecap
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan
organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak
mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap
terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Permukaan atas
lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi paritparit, dan bentuk jamur. Tunas
pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk
jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang.
5. Indera Pembau
Indera pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada
lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.
Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus dengan aksonakson yang
tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan
epitelium mengandung beberapa rambutrambut pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia
bau-bauan di udara.

Anda mungkin juga menyukai