Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PENETAPAN SURAT PENUGASAN KLINIS (SPK)

DAN
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS (RKK)
PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN (PPA) DAN STAF KLINIS LAINNYA

BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBULUSSALAM


JL. HAMZAH FANSURI
Telp. 0627-31700 Subulussalam
email : rsud.ssb@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 24, ayat (1);Tenaga
kesehatan hams memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan atau asuhan
kesehatan, standar pelayanan atau asuhan, dan standar prosedur operasional; ayat (4)Pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmukeperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; ayat (2)
Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi. Peraturan Menteri
Kesehatan No. 49 Tahun 2013 tentang Komite Medik tenaga kesehatan Rumah Sakit pada pasal 2
ayat (1); Penyelenggaraan komite medik bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kesehatan serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan kesehatan berorientasi
pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi; Pasal 4 ayat (1) untuk
mewujudkan tata kelola klinis yang baik semua pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh setiap
tenaga kesehatan di Rumah Sakit dilakukan atas penugasan klinis dari Kepala/Direktur Rumah
Sakit; ayat (2) penugasan klinis berupa pemberian kewenangan klinis tenaga keperawatan oleh
Kepala/Direktur Rumah Sakit melalui surat penugasan klinis kepada tenaga kesehatan yang
bersangkutan; ayat (3) surat penugasan klinis diterbitkan oleh Kepala/Direktur Rumah Sakit
berdasarkan rekomendasi ketua komite Staf profesi kesehatan lainya.
Keselamatan pasien dapat diwujudkan apabila Staf profesi kesehatan lainyamempunyai
kemampuan sebagai tenaga kesehatan professional yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kompentensi yang dimiliki serta melaksanakannya
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Staf profesi kesehatan lainya dalam melaksanakan tugasnya juga harus memperhatikan hak-
hak pasien sehingga pelayanan kesehatan yang dilakukan menghasilkan kepuasan pasien atas
pelayanan yang diberikan. Guna meningkatkan profesionalisme, pembinaan etik dan disiplin tenaga
kesehatan serta menjaga mutu pelayanan kesehatan dan melindungi keselamatan pasien perlu
dibentuk Komite Staf profesi kesehatan lainya. yang mempunyai fungsi utama mempertahankan
dan meningkatkan profesionalism Staf profesi kesehatan lainya.melalui kredensial, penjagaan mutu
profesi dan pemeliharaan etik dan disiplin profesi.

Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Tenaga Kesehatan lain yaitu Instalasi Gizi, Rekam Medik, Laboratorium, Kebidanan
Fisioterapi, dan Farmasi berperan penting dalam pemeriksaan dan pelayanan kesehatan terhadap
pasien. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang kompeten di bidangnya.

1.2 Ruang Lingkup


Komite tenaga kesehatan lain meliputi Instalasi Gizi, Laboratorium, Kebidanan, Radiologi,
Fisioterapi, dan Instalasi Farmasi.

1.3 Landasan Hukum


a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneasia Nomor : 26 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan pekerjaan & praktek tenaga Gizi

b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneasia Nomor : 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

c. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No 370/ MENKES/ SK/ III/ 2007 Tentang
Standar Profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan Menteri kesehatan Republik
Indonesia

d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 65 Tahun 2015 Tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi

e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 55 Tahun 2013 Tentang


Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan

1.4 Tugas Pokok


a. Melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa tenaga kesehatan lain yang
akan melakukan pelayanan di rumah sakit kredibel

b. Mendapatkan dan memastikan tenaga kesehatan lainnya yang profesional dan akuntabel
bagi pelayanan di rumah sakit.

c. Menyusun jenis-jenis kewenangan kerja klinis bagi tenaga kesehatan lain yang melakukan
pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu yang ditetapkan oleh Kolegium
tenaga kesehatan lainnya di Indonesia.
d. Menetapkan dasar untuk menerbitkan penugasan kerja klinis bagi setiap tenaga kesehatan
lainnya untuk melakukan pelayanan di rumah sakit.

e. Menjaga reputasi dan kredibilitas para tenaga kesehatan dan institusi rumah sakit di
hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders) rumah sakit
lainnya.
BAB II
TUJUAN
1. Tujuan Umum

Sebagai pedoman komite tenaga kesehatan lainya (analis kesehatan,farmasi,ahli


gizi,radiografer,fisioterapi dan ahli teknis elektro medis) dalam menyelenggarakan tata kelola klinis
yang baik (Good Clinical Governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi,
dan penegakan disiplin profesi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Subulussalam.

2. Tujuan Khusus
a. Melindungi pasien dalam pemberian pelayanan kesehatan lainya yangprofessional.
b. Meningkatkan kedisiplinan tenaga kesehatan lainya
c. Menghasilkan tenaga kesehatan lainya yang professional.
d. Menghasilkan tenaga kesehatan lainya yang kompeten sesuai dengan bidangnya.
e. Menghasilkan pemberian pelayanan kesehatan lainya yang memuaskan baik pada pasien
keluarga, kelompok dan masyarakat.
BAB III
URAIAN JABATAN

1. KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA

Komite tenaga kesehatan lainya mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga


kesehatan lainya yang bekerja dirumah sakit dengan cara:
a. Melakukan kredensial bagi seluruh tenaga Tenaga kesehatan lainya yang akan
memberikan asuhan Tenaga kesehatan lainya di Rumah Sakit.
b. Memelihara mutu profesi tenaga kesehatan lainya.
c. Menjaga disiplin,etika dan perilaku profesi Tenaga kesehatan lainya

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite tenaga kesehatan lainya berwenang :
a. Memberikan rekomendasikan rincian kewenangan Klinis.
b. Memberikan rekomendasikan perubahan rincian Kewengan Klinis.
c. Memberikan rekomendasikan penolakan Kewenangan klinis tertentu.
d. Memberikan rekomendasikan surat Penugasan Klinis.
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit Tenaga kesehatan lainya
f. Memberikan rekomendasikan pendidikan Tenaga kesehatan lainya berkelanjutan.
g. Memberikan rekomendasikan pendampingan dan memberikan rekomendasi pemberian tindakan
disiplin.

2. KETUA KOMITE
a. Ketua Komite Tenaga Kesehatan lainnya dipilih pada pemilihan langsung oleh anggota secara
periodik yang diselenggarakan setiap 3 tahun selanjutnya diajukan dan disetujui oleh
Direktur.
b. Tugas Ketua Komite Tenaga Kesehatan lainnya adalah :
1) Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat kebijakan, laporan,
kebutuhan, dan kelompok serta bertanggung jawab kepada seluruh Staf tenaga kesehatan
lainnya
2) Menyelenggarkan dan bertanggung jawab atas semua risalah rapat yang diselenggarakan ketua
komite tenaga kesehatan lainnya
3) Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh direktur dan Sub Komite lainnya di lakukan
minimal sekali perbulan.
3. SEKRETARIS KOMITE
a. Sekretaris Komite Tenaga Kesehatan lainnya dipilih oleh ketua komite dan disahkan oleh
direktur.
b. Tugas Sekretaris Komite Tenaga Kesehatan lainnya adalah :
1) Mengatur jadwal pertemuan yang diselenggarakan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya
2) Membuat undangan pertemuan yang diselenggarakan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya
3) Membuat absensi pertemuan yang diselenggarakan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya
4) Melakukan dokumentasi pertemuan yang diselenggarakan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya
5) Menjadi Notulen pertemuan yang diselenggarakan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya
6) Memberikan hasil pertemuan yang diselenggarakan Komite Tenaga Kesehatan
Lainnya

4. SUB KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA KREDENSIAL


Proses Kredensial menjamin tenaga profesi kesehatan lainya kompeten dalam
memberikanpelayanan kesehatan (analis kesehatan, farmasi, ahli gizi, radiologi, fisioterapi, bidan,
dan laboratorium) kepada pasien sesuai dengan standar profesi. Proses Kredensial mencakup
tahapan review, identifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
kinerja tenaga kesehatan lainya.
Berdasarkan hasil proses Kredensial, Komite tenaga kesehatan lainya merekomendasikan
kepada Direktur Rumah Sakit untuk menetapkan penugasan klinis yang akan diberikan kepada
tenaga tenaga kesehatan lainya berupa surat penugasan klinis. Penugasan klinis tersebut berupa
daftar kewenangan klinis yang diberikan oleh Direktur Rumah Sakit kepada tenaga kesehatan lainya
untuk melakukan asuhan tenaga kesehatan lainya dalam lingkungan Rumah Sakit untuk suatu
periode tertentu.

1. Tujuan
a. Memberikan kejelasan kewenangan Klinis bagi setiap tenaga kesehatan lainya.
b. Melindungi keselamatan pasien dengan dengan menjamin bahwa tenaga Kesehatan lainya yang
memberikan pelayanan kesehatan dan kewenangan klinis yang jelas.
c. Pengakajian dan penghargaan terhadap tenaga tenaga kesehatan lainya yang berada di semua level
pelayanan.
2. Tugas
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih(white paper). Menyusun buku
putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan terkait kompetensi yang dibutuhkan
melakukan

setiap jenis pelayanan tenaga kesehatan lainya dan kebijaksanaan sesuai dengan standar
kompetensinya. Buku Putih disusun oleh Komite tenaga kesehatan lainya dengan melibatkan mitra
bestari(peer group) dari berbagai unsur organisasi profesi tenaga kesehatan lainya , unsur
pendidikan tinggi tenaga kesehatan lainya. Menerima hasil verfikasi persyaratan kredensial dari
bagian SDM meliputi:
1) Ijazah
2) STR(Surat Tanda Registrasi).
3) Sertifikat Kompetensi.

b. Merekomendasikan tahapan proses Kredensial :


1) Tenaga profesi kesehatan lainya mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan
Klinis kepada Ketua Komite staf profesi kesehatan lainya
2) Komite tenaga kesehatan lainya menugaskan kepada Subkomite Kredensial untuk melakukan
proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok).
3) Subkomite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat menentukan
Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga tenaga kesehatan lainya.
c. Subkomite membuat laporan seluruh proses kredensial kepada Komite tenaga kesehatan lainya
untuk diteruskan ke Direktur Rumah Sakit.
d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaga tenaga kesehatan lainya.

f. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.

3. Kewenangan
Subkomite kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian Kewenangan
Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment).

4. Mekanisme Kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite kredensial, maka ditetapkan mekanisme sebagai berikut :
a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kempotensi sesuai area praktik yang ditetapkan
oleh Rumah Sakit.
b. Menyusun kewenangan klinis dengan criteria sesuai dengan persyaratan kredensial dimaksud.
c. Melakukan assesmen kewenangan klinik dengan berbagai metode yang disepakati.
d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh penugasan klinik
dari direktur rumah sakit.
e. Memberikan rekomendasi kewenangan klinis untuk memperoleh penugasan klinik dari direktur
rumah sakit dengan cara :
1) Tenaga kesehatan lainya mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis
kepada ketua komite tenaga kesehatan lainya.
2) Ketua Komite tenaga kesehatan lainya menugaskan subkomite kredensial untuk melakukan
proses kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok).
3) Subkomite membentuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode
(porto folio, asesmen kompetensi).
f. Subkomite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat menentukan Kewenangan
Klinis bagi setiap tenaga profesi kesehatan lainya
g. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinik secara berkala.

5. KOMITE MUTU
Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan atau asuhan tenaga profesi kesehatan
lainya,maka tenaga profesi kesehatan lainya tan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki
kompetensi, etis dan peka budaya. Mutu profesi tenaga tenaga profesi kesehatan lainya harus selalu
ditingkatkan melalui program pengembangan professional berkelanjutan yang disusun secara
sistematis, terarah dan terpolah atau terstruktur.
Mutu profesi tenaga kesehatan lainya harus selalu ditingkatkan secara terus menerus
sesuaiperkembangan masalah kesehatan, IPTEK, perubahan standar profesi, standar pelayanan serta
hasil-hasil penelitian terbaru.
Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi tenaga
kesehatanlainnya antara lain audit, diskusi, refleksi, diskusi kasus, studi kasus, seminar, simposium
serta pelatihan, baik dilakukan di dalam maupun di luar rumah sakit.
Mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan mengambil
keputusanklinik dengan tepat, mengurangi angka kesalahan dalam pelayanan tenaga profesi
kesehatan lainya. Akhirnya meningkatkan tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga profesi
kesehatan lainya dalam pemberian pelayanan kesehatan.
1. Tujuan
Memastikan mutu profesi tenaga profesi kesehatan lainya sehingga dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai kewenangannya.
2. Tugas
Tugas subkomite mutu profesi adalah :
a. Menyusun data dasar profil tenaga profesi kesehatan lainya sesuai area praktik.
Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan tenaga
kesehatan lainya.
b. Melakukan audit pelayanan kesehatan tenaga profesi kesehatan lainya
c. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
2. Kewenangan
Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi tindak
lanjut audit tenaga profesi kesehatan lainya, pendidikan tenaga profesi kesehatan lainya
berkelanjutan serta pendampingan.
3. Mekanisme kerja
Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme
sebagai berikut :
a. Koordinasi dengan bidang tenaga profesi kesehatan lainya untuk memperolehdata dasar
tentang profil tenaga profesi kesehatan lainya di Rumah Sakit sesuai area praktiknya
berdasarkan jenjang karir.
b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite Kredensial
sesuai perkembangan IPTEK dan perubahan standar profesi. Hal tersebut menjadi dasar
perencanaan.
c. Merekomendasikan perencanaan kepada unit yang berwenang.
d. Koordinasi dengan praktisi tenaga profesi kesehatan lainya dalam melakukan
pendampingan sesuai kebutuhan.
e. Melakukan audit tenaga profesi kesehatan lainya dengan cara :
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.
2) Penetapan standar dan kriteria.
3) Penetapan jumlah kasus atau sempel yang akan diaudit.
4) Membandingkan standar atau kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
6) Menerapkan perbaikan.
7) Rencana audit.

6. ETIK &DISIPLIN PROFESI


Setiap tenaga profesi kesehatan lainya harus memiliki disiplin profesi yang tinggi
dalammemberikan pelayanan kesehatan profesi lainya dan menerapkan etika profesi dalam
praktiknya.Profesionalisme tenaga profesi kesehatan lainya dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai - nilai etik dalam
kehidupan profesi.
Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga profesi kesehatan lainya sebagai landasan
dalammemberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada pasien.Prinsip “caring” merupakan inti
pelayanan yang diberikan oleh tenaga profesi kesehatan lainya. Pelanggaran terhadap standar
pelayanan, disiplin tenaga profesi kesehatan lainya hampir selalu dimulai dari pelanggaran nilai
moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat. Beberapa factor yang
mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik antara lain tingginya beban kerja tenaga
profesi kesehatan lainya, ketidak jelasan kewenangan klinik, menghadapi pasien gawat - kritis
dengan kompetensi yang rendah serta pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis.
Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada saat
dimasastudi atau pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan diimplementasikan
dalam praktik.
1. Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan
secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapatkan kepuasan.Tujuan
Subkomite etik dan disiplin profesi bertujuan :
a. Agar tenaga kesehatan lainya menerapkan prinsip - prinsip etik dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
b. Melindungi pasien dari peleyanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan lainya yang tidak
professional.
c. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan lainya.
2. Tugas
a. Melakukan sosialisasi kode etik tenaga kesehatan lainya.
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin tenaga kesehatan lainya.
c. Melakukan penegakan disiplin tenaga kesehatan lainya
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-
masalah etik dalam kehidupan tenaga profesi kesehatan lainya
e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan/atau clinical appointment (Surat
Penugasan Klinis).
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam pelayanan kesehatan
3. Kewenangan
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul rekomendasi
pencabutan Kewenangan Klinis (Clinical Privilage) tertentu, memberikan rekomendasi perubahan
atau modifikasi rincian Kewenangan Klinis (Delineation of Clinical Privilage) serta memberikan
rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
4. Mekanisme kerja
a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :
1) Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik & disiplin di dalam rumah
sakit.
2) Melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin profesi.
b. Membuat keputusan dan mengambilan keputusan pelanggaran etik profesi
c. Melakukan tindak lanjut keputusan berupa :
1) Pelanggaran etik direkomendasikan kepada Organisasi tenaga profesi kesehatan lainya di
Rumah Sakit melalui Ketua Komite.
2) Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medic tenaga profesi kesehatan
lainya melalui Ketua Komite tenaga profesi kesehatan lainya
3) Rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis diusulkan ke Ketua Komite tenaga profesi
kesehatan lainya untuk diteruskan ke Direktur Rumah Sakit.
d. Melakukan pembinaan etik dan disiplin tenaga profesi kesehatan lainya, meliputi :
1) Pembinaan ini dilakukan secara terns menerus melekat dalam pelaksanaan praktik tenaga
profesi kesehatan lainya sehari-hari.
2) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal,materi/topik dan metode serta evaluasi.
3) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, “coaching”, simpsium,
“bedside teaching”, diskusi refleksi kasus dan lain -lain disesuaikan dengan lingkup
pembinaan dan sumber yang tersedia

7. REKOMENDASI
 Kewenangan Klinis di lanjutkan
 Kewenangan Klinis di tambah
 Kewenangan Klinis di kurangi

8. KEWENANGAN KLINIS
Tenaga kesehatan lainya dalam menjalankan melaksanakan tugas profesinya berkewajiban
untuk menghormati hak pasien, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, menyimpan rahasia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, memberikan informasi, meminta
persetujuan terhadap tindakan akan dilakukan, dan melakukan catatan profesi kesehatan lainya
dengan baik.
Tenaga kesehatan lainya dalam menjalankan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pelayanan berkewajiban mematuhi standar profesi, sehingga masyarakat terlindungi karena
menerima pelayanan kesehatan yang bermutu. Landasan utama Tenaga
kesehatan lainya dapat melakukan praktik professional adalah memiliki kompetensi keilmuan
yang diperoleh melalui pendidikan formal dan pelatihan.
Tenaga kesehatan lainya yang kompeten mempunyai sikap rasional, etis danprofessional
juga memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan Negara, berdisiplin, kreatif,
berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Tenaga kesehatan
lainya juga diharuskan akuntabel terhadap pelayanan kesehatan,
yang berarti dapat memberikan pembenaran terhadap keputusan dan tindakan yang
dilakukan dengan konsekuensi dapat di gugat secara hukum apabila melakukan praktik tidak
sesuai dengan standar profesi, kaidah etik dan moral, standar pelayanan (praktik) dan standar
pendidikan.
Hanya Tenaga kesehatan lainya professional yang memenuhi standar profesi sajayang akan
mendapatkan lisensi atau ijin melakukan praktik. Ditetapkannya standar profesi Tenaga kesehatan
lainya adalah untuk menjamin perlindungan terhadap mesyarakat penerimapelayanan kesehatan dan
Tenaga kesehatan lainya sebagai pemberi layanan yang memedomani setiap aktifitas, pemikiran dan
perilaku Tenaga kesehatan lainya dalam menjalankan peran profesinya.
Kewenangan klinis merupakan uraian intervensi Tenaga kesehatan lainya yangdilakukan
oleh tenaga Tenaga kesehatan lainya berdasarkan area praktiknya. Asuhan Tenaga kesehatan lainya
yang diberikan pada pasien di rumah sakit hanya boleh dilakukan oleh staf Tenaga kesehatan lainya
yang telah diberi kewenangan klinis melalui proses kredensialsehingga asuhan Tenaga kesehatan
lainya yang diberikan tepat sasaran dan hasilnya memuaskan serta dapat meningkatkan mutu
pelayanan Tenaga kesehatan lainya di rumah sakit.
1. Pemberian Kewenangan Klinis ( Clinical Privilage)
Memberikan kewenangan klinis pada tenaga kesehatan lainya untuk memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kompetensinya dan kebutuhan yang diajukan. Kewenangan klinis
harus diajukan pada komite Tenaga kesehatan lainya melalui subkomite kredensial yang
disetujui dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Proses penilaian untuk memberikan kewenangan klinis dilakukan pada saat proses kredensial.
Penilaian yang dilakukan melihat pada kemampuan Tenaga kesehatan lainya baik dari segi
soft skill maupun hard skill yang sudah ditentukan. Penilaian akhir akan menghasilkan
kompeten atau tidak kompetennya staf profesi kesehatan lainya dalam memberikan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh komite Tenaga kesehatan lainya melalui subkomite
kredensial, jika hasilnya adalah kompeten selanjutnya mendapatkan persetujuan dari Direktur
Rumah Sakit.
3. Pemberian dan pengakhiran kewenangan klinis direkomendasikan oleh subkomite etik dan
disiplin profesi melalui komite Tenaga kesehatan lainya serta di setujui oleh Direktur Rumah
Sakit. Pengakhiran kewenangan klinis diberikan jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh
Tenaga kesehatan lainya terhadap standar pelayanan, disiplin profesi Tenaga kesehatan lainya
dan pelanggaran nilai moral etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat.

9. PENUGASAN KLINIS
Penugasan klinis (clinical Appoitment) adalah penugasan Direktur RSU Melati Perbaungan
kepada tenaga kesehatan lainya untuk melakukan pelayanan kesehatan atau asuhan berdasarkan
daftar kewenangan klinis,melalui proses kredensial.
Tujuan diberikan penugasan klinik yaitu:
a. Memberikan kejelasan kewenangan klinis bagi setiap tenaga kesehatan lainya
b. Melindungi keselamatan pasien.
c. Pengakuan dan penghargaan bagi Tenaga kesehatan lainya yang berada di semua level pelayanan
Tenaga kesehatan lainya.

Dalam tenaga kesehatan lainya dikenal tindakan yang bersifat mandiri dantindakan yang
bersifat delegasi. Kewenangan tenaga kesehatan lainya untuk melakukan tindakan medik
merupakan tindakan yang bersifat delegasi yang memerlukan kewenangan klinis tertentu perlu di
kredensial.
Tindakan medik yang bersifat delegasi tetap menjadi tanggung jawabtenaga medis yang
memberikan delegasi, diatur secara tersendiri oleh Direktur Rumah Sakit sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang ada.

Komite tenaga kesehatan lainya adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyaifungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan
lainya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, memelihara etika dan disiplin
profesi.
Komite tenaga kesehatan lainya dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata
kelolaklinis (clinical Governance) yang baik agar mutu pelayanan kesehatan pada (analis
kesehatan, farmasi, ahli gizi ,radiografer ,fisioterapi dan bidan ) yang berorientasi pada keselamatan
pasien lebih terjamin dan terlindungi.
BAB IV
PENUTUP

Dengan diterbitkannya pedoman kerja komite tenaga kesehatan lainnya, diharapkan semua
kegiatan dapat mengacu pada pedoman ini, sehingga pada akhirnya tujuan rumah sakit mewujudkan
pelayanan yang bermutu mengutamakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE NAKES LAIN

KETUA

Laura Kristiani Marbun, S.Farm, Apt

SEKRETARIS

Swarna Dwipa, SFt

SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE MUTU SUB KOMITE ETIK DAN
DISIPIN
Regi Setia Novanto, SFarm Juni Ardiansyah, SKM Rinda Mila Sari, S.Farm, Apt

Anda mungkin juga menyukai