OLEH
WATIEF A. RACHMAN
2. Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap : Drs. H. Watief A. Rachman, MS
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIP : 19520529 198601 1001
d. Pangat/ Golongan : Pembina Tinggat 1 /IV /B
e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
f. Fakultas/Jurusan : Kesehatan Masyarakat/ Promosi Kesehatana dan llmu Perilaku
g. Bidang Keahlian : Komunikasi Kesehatan
h. Unit Penelitian : FKM Universitas Hasanuddin
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan
Gagasan yang mendasari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil pengamatan
DOTS dengan lama pengobatan minimal enam bulan terus-menerus. Mereka yang
menjalani terapi ini ada yang menjalaninya sampai selesai. Ada pula yang berhenti
Berbagai kendala yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian ini, namun
berkat dorongan dan bantuan berbagai pihak, sihingga penelitian ini dapat di selesaikan
dan akhimya penulis harus mengakui bahwa penelitian ini masih memiliki banyak
Terima kasih
Wassalam
1
BAB I
PENDAHULUAN
bagian dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Sebagian besar
atas epidemi Tuberculosis global yang terjadi dewasa ini, yang diperkirakan
dapat menyebabkan jemlah kematian yang lebih besar daipada yang pfernah
Langkah darurat harus dilakukan. Jika tidak, kata WHO, akan ada satu
miliar orang lagi yang terinfeksi dan 70 juta orang meninggalkarena TB pada
nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi. Menurut laporan WHO
Berkaitan dengan paradigma sehat dan visi Indonesia Senat 2010, maka
melainkan harus dilakukan secara kemitraan oleh semua sektor dan segenap
agar dapat disusun suatu sistem yang baik adalah perlu adanya perubahan
(S.Supriyono).
3
kesepakatan yang tinggi, kerjasama yang baik dan saling koordinasi serta
tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan,
Morowali telah diterapkan tidak lama setelah diterapkannya program itu secara
pernah berobat, tetapi tidak samapi tuntas sesuai dengan masa pengobatan
Salah satu kendala yang dihadapi selama ini adalah masih terbatasnya
dukungan politis dan dana dari pemerintah daerah. Masyarakat- pun belum
program ini. Sebagian besar masyarakat selama ini menganut paham dan
masih mengental hingga sekarang ini, bahwa masyarakat adalah objek dari
kesehatan itu sendiri, dengan berbagai pendidikan dan pelatihan yang telah
dijalaninya.
sektor-sektor terkait bagi pelayanan masyarakat. Kerja sama lintas sektor dan
kegiatan kuratif masih nampak dominan dalam menyerap waktu, tenaga dan
kesehtan / pengelola TB, dirasakan belum memadai. Dalam banyak hal, kinerja
penderita ini oleh karena tekanan, ekonomi, psikologis, isolos anggota keluarga
pelayanan yang bersifat pribadi dari seorang petugas TB tanpa harus diketahui
petugas TB. Dalam hubungan komunikasi dengan petugas TB, pada kontak
apa itu TB, riwayat pengobatan sebelumnya, bagaimana cara pengobatan TB,
B. Perumusan Masalah
C. Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2.4. Untuk mengetahui apakah dalam hubungan itu, ada rasa familiarty
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemberantasannya dari bumi Indonesia puluhan tahun yang lalu, kini telah
1. Kuman penyebab
paru
sebagainya
f. Insuficiensi Cardio-Pulmoner.
meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi
dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO, 1996).
6. Gejala-gejala TB
2. Batuk darah
7. Penemuan penderita TB
penderita. Cara iin biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case
finding.
Selain itu, semua kontak penderita TB atau BTA positif dengan gejala
8. Diagnosis TB
SPS BTA positif. Bila haya satu spesime yang positif, perlu diadakan
sewaktu (SPS)
9. Pengobatan Tuberculosis
yakni;
1. Isoniazid (H),
2. Rifampicine (R)
3. Pyrazinamida (Z)
5. Ethambutok (E)
b. Perinsip pengobatan
1. Kategori I :
2 HRZE/4H3R3,
2 HRZE/4HR,
2 HRZE/6HE
2. Kategori II :
2 HRZES/HRZE/5H3R3E3,
2 HRZES/HRZE/5HRE
11
3. Kategori III :
2HRZ/4H3R3,
4HRZ/4HR,
2HRZ/6HE
a. Jangka Panjang
Indonesia.
b. Jangka Pendek
a. Visi
b. Misi
penanggulangan penyakit TB
1. Perorangan
2. Kelompk
b. Laboratorium PRM/PPM/RS
c. Kabupaten/Kota
d. Provinsi
B. Hubungan Interpersonal
ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa
Dr.Everett Kleinjan dari East West Center Hawai, komunikasi sudah merupakan
manusia lainnya. Teori dasar biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni
dengan sesamanya, diakui oleh hamp;ir semua agama telah ada sejak Adam
berlangsung antara dua orang atau lebih tatap muka, seperti yang dinyatakan
involving two or more people in a face to face setting.” Komunikasi ini tidak nelibatkn
dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Oace dapat
berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan kebih personal.
16
Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya oihak yang dominan
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-
sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi.
Ketiga, sumber dan penerima sulit diidentifikasi. Dalam situasi seperti ini, semua
anggota bias berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima. Karena itu
juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari
tingkatan yang dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi (content dimension) dan
kedua dimensi ini tidak terpisah satu sama lain. Dimensi ini menunjukkan pada
kata, bahasa dan informasi yang dibawah oleh pesan. Sedangkan dimensi
lain.
antara petugas kesehatan atau health provider dengan client, atau kelompok
masyarakat dan para anggota masyarakat. Komunikasi antar pribadi yang telah
disampaikan lewat media massa (televise, radio, Koran, dan sebagainya) dapat
dengan kemampuan untuk member arti dari setiap lambing-lambang itu dalam
permukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai, aipilih untuK memudahkan
mereka dapat berkomunikasi dengan dunia luar dengan memakai perahu, rakit,
yang baik. “Komunikasi Interpersonal yang efektif meliputi banyak unsure, tetapi
“Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada
hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya pesan yang jelas, paling tegas
dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan
yang jelek.”
perhatian “from individual as the unit of analysis to the relationship as the unit of
kita akan menyebutkan empat buah model ; (1) model pertukaran sosial (sosial
19
exchange model); (2) model peranan (role model); (3) model permainan (the
“games people play” model); dan (4) model interaksional (interactional model).
penolongnnya.
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsinya diriny,
yang baik. Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita
ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow (1980; 80-
92) menyebutnya “kebutuhan sosial ini ke dalam tiga hal inclusion, control,
interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan control (control), dan cinta
serta kasih saying (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung, dan
dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi
terjadi? Banyak kata Vence Packard (1974). la akan mejadi agresif, serta senang
berkhayal, “dingin'1, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin
1. Penerimaan
atau berusah mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain
sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai,” (Anita Taylor, 1997),
menerima Anda bila saya menerima Anda sebagaimana adanya; saya tidak
menilai atau mengatur. Saya memandang Anda secara realistis. Saya tahu
menurut persepsi kita, kita tetap berkomunikasi dengan dia sebagai persona,
karena orang tahu kita tidak akan merugikan mereka. Menerima berarti tidak
2. Kejujuran
Kita tidak menaruh kepercayaan pada oran yang tidak jujur atau
kepada irang yang terbuka, atau tidak mempunyai pretense yang dibuat-buat.
orang lain untuk percaya kepada kita. Disini berlaku kalimat singkat: Terus
3. Ganjaran (Reward)
lain yang meningkatkan harga diri kita. Kita menyenangi orang yang
memberikan ganjaran kepada kita, kita akan menyukai orang yang memuji kita.
Ganjaran ialah setiap akibat y^ng dinilai positif yang diperoleh seseorang dari
suatu hubungan. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Buat orang
pengetahuan.
sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan m^lanjutkan hubungan bila
laba lebih banyak daripada biaya. Bila pergaulan saya dengan Anda sangat
kita akan saling menyenangi (Homans, 1974, Lott dan Lott, 1974).
4. Familiarty
Familiarty artinya memiliki kedekatan, sering kita lihat atau sudah kita
“Kalau tidak kenal, maka tidak sayang”. Jika kita sering berjumpa dengan
exposure” (terpaan saja). Hipotesis ini dipakai sebagai landasan ilmiah akan
Keduanya benar.
23
dianggap hal yang biasa. Dari segi psikologis, ini hal yang luar biasa -
psikologis. Ini berarti kita juga dapat memanipulasikan tempat atau deasin
dalam banyak hal ditemukan bahwa fungsi dan peran pemberi jasa lebih
dominan daripada fungsi peran pasien. Dengan kata lain, hubungan antara
pemberi jasa pelayanan medis dengar. pasien bukan hubungan dalam arti yang
1938), hubungan ar.tara pihak yang aktif dan memiliki wewenang dan pihak
dengan jenis praktek, Kisch dan Reeder (1969) melihat berapa jauh pasien dapat
memegang kendali hubungan dan bahkan menilai penampilan kerja dan mutu
dampak terhadap peran pasien dan dimanfaatkan kedua peneliti ini untuk
24
antara pasien dan dokter yang masing-masing didasarkan atas suatu prototip
hubungan orang tua dan anak, hubungan orang tua dan remaja, hubungan
antar orang dewasa. Disini kita akan meninjau konsepsi itu lebih mendalam
teknis yang berka'tan dengan peran dan fungsi orang yang memiliki
harapan yang timbale balik. Cirri khusus dari ahrapan-harapan yang timbul
orang lain di gang yang sepi dan gelap adalah penjahat yang keji; tetapi orang
lain yang melakukan yang sama di bawah kamar lampu-lampu kamar operasi
25
dalam gaun yang steril adalah seorang penyelamat yang dihormati. Hakekat
yang tepat dari cirri unik hubungan penderita-dokter. Salah seorang ah!i itu,
Roberth Veatch, mengajukan tiga model yang dapat dijumpai dalam hubungan
ini.
Model ini juga disebut model “tukang”. Pada model ini dokter
mengurus “fakta” dan harus melepaskan dirinya dari semua persoalan yang
Secara moral, dokter seperti ini tidak lebih dari seorang tukang ledeng yang
dipanggil untuk membersihkan saluran air yang macet. Dokter yang menganut
terletak ditangan dokter, dan penderita harus mengikuti semua petunjuk dokter.
Menurut Veatch, cirri utama model ini ialah kebiasaan berkata: “berbicara
26
sebagai” Misalnya, “Berbicara sebagai dokter Anda, saya rasa sudah waktunya
guru itu sering dianggap mempunyai kompetensi dalam kedua bidang tersebut
melakukan yang baik bagi kepentingan penderita. Tetapi bagi penderita, model
atau mati kepada seseorang yang mungki mempunyai pandangan yang tak
dokter dan penderita disini jangan diartikan sebagai kontrak dagang atau
kontrak hokum yang dikenal sehari-hari, dituliskan diatas kertas bermaterai dan
dimaksudkan disini suatu saling pengertian pada kedua pihak akan adanya
dapat diperoleh kedua pihak dari hubungan ini. Kontrak ini juga bertujuan untuk
Dokter mengakui bahwa penderita harus mempunyai control atas hidupnya bila
Dengan sendirinya yang dimaksud disini ialah penderita yang berada dalam
berada dalam keadaan sadar, dan cuku rasional. Bila penderita tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan yang penting ini, maka harus ada orang lain yang sah
sosial, etik, dan hokum sebagai latar belakang yang mengikat keduanya.
meniadakannya.
ketiga pola dasar hubungan penderita-dokter yang telah dibahas. Tetapi pada
yang dapat dimasukkan kedalam kategori ini; Yang sering terjadi ialah, dokter
tidak menanyakan pendapat atau keinginan penderita sampai terjadi krisis. Bila
sudah beigini mungkin tidak ada waktu lagi untuk menanyakan keinginan
tindakan yang etis. Yang penting disini adanya komunikasi yang dibangun dan
transformed from a source to a receiver (Rogers and Shoemaker, 1971). Pada mereka
BAB III
A. KERANGKA KONSEP
Petugas TB
Kualitas
Menerima
Hubungan
Kejujuran
Ganjaran
Familiarty
Kemapuan*
Penderita TB
Kelangsungan
Pengobatan
* tidak diteliti
B. Kerangka Penelitian
2003)
1. Penerimaan
2. Kejujuran
31
3. Ganjaran
4. Familiarty
5. Kemampuan
atas suatu jasa, dapat berupa bantuan, dorongan moril, pujian, atau hal-
sering terjad, rasa kekeluargaan, sering kita I'hat atau dikenal dengan
baik
TB
mendapat pengobatan
8. Penderita Drop Out adalah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober
tahun 2009.
C. Informan Penelitian
diambil dari:
E. Pengolahan Data
1. Reduksi data
diberi makna
2. Penyajian data
Tahapan yang kedua ini adalah untuk menyajikan data yang telah
teks naratif
3. Penarikan Kesimpulan
BAB V
A. Hasil Penelitian
1. Penerimaan
pengobatan.
“........Dia melayani kita seperti saudara sendiri .......... tidak pemah marah-marah selama berobat sama
dia..........” (Mai)
“........Selama penyakii saya diobati, dia sangat baik memperlakukan saya. Saya senang dengan
pelayanannya,........”(Mok)
“........Penderita Mok dan Mai dua-duanya pasien yang baik. Bergaul dengannya cukup
menyenangkan...........orangnya rajin control.........” (Ade)
Penderita Lag dan penderita Ref adalah dua orang penderita yang
pemah dilayani petugas Ade. Keduanya bermasalah dalam hal penerimaan dan
“..............Kita rasa dia baik ............ dia kasih tau apa penyakit saya ......... hanya saja saya kurang enak
ketemu, karena sering batuk-batuk............” (Lag)
“..............Memang mantrinya melayani kita baik .......... kita malu kalau pgi kwe puskesmas tidak enak
kalau batuk-batuk dilihat orang............” (Ref)
“..............Kedua penderita itu pendiam, jarang dating kesini ........... merasa minder dengan apa yang
dialaminya ............” (Ade)
Pada tempat yang berbeda, petugas TB Imr dan penderita Ahm, Tar,
“........... Saya senang ........ caranya ia melayani sangat baik ......... kita tidak sungkan-sungkan kalau
ketemu ........”(Tar)
“........... Kita suka dengan pelayanannya ....... kalau ketemu, sudah seperti teman sendiri ..........” (Tam)
“........... Mereka memahami keadaannya ......... kita bias berhubungan dan bergaul dengan
mereka ........... penderita Tar dan Tam orangnya gampang diajak bicara, tidak malu pada keadaannya,
dia rajin dating control ......... orangnya penurut dan patuh pada apa yang disampaikan pada
mereka..........” (lmr)
“.............. Dia jarang Tanya-tanya sama saya ......... anak saya yang lebih banyak bicara dengan
dia ........... jarang ke rumah sakit karen tidak enak...............” (Was)
“..............Dia baik sama kita ......... saya kadang-kadang ada rasa malu-malu dan enggan ke rumah sakit
.......... saat sedang bicara biasa batuk-batuk agak rasa risih dengan pak mantra.........” (Sri)
“.............. Penderita Was dan Sri, orang pendiam, susah diajak bicara dan malu ketemu
kita..........keduanya malas dating kesini......” (Imr)
2. Kejujuran
Dalam hal kejujuran petugas Ade dan penderita yang sukses dalam
"...........Dia terus terang kasih tahu apa penyakit saya ......... katanya harus minum obat enam bulan
supaya sembuh ............" (Mok)
“...........Sebelum dikasih obat dia temagkan bagaimana supaya sembuh, bahwa harus minum obat
teratur samapai tuntas selama enam bulan ............ Kalau tidak teratur minum obat penyakitnya bias
tambah parah ........" (Lem)
“.............. Penderita Mok di tidak malu dengan penyakit yang dialaminya ........ dia terbuka
menyampaikan pada saya apa saja keluhannya ....... pendenta Lem dia bias menerima penjelasan saya
tentang penyakitnya .......... dia tidak sungkan-sungkan bertanya sekiranya ada masalah.........” (Ade)
“..............Kita sudah bemlang kali pesan sama petugasnya bagaimana perasaan waktu minum obatnya
tetapi selalu dipesan minum saja terus ........... sakitnya tidak pernah membaik, malah tambah batuk
.........” (Lag)
“..............Tidak tahu Jagi harus bagaimana tiap kali kita minum obat, selali tidak enak kit ape
perasaan ......... kita berhenti saja telan obatnya soalnya kita ndak tahu apa so betul caranya kita minum itu
obat...........” (Ref)
“.............. Sebenarnya kita sudah kasih tahu ....... penderita Lag dan Ref orangnya pendiam dan malu
kalau dating kesini ........ Mereka berdua jarang datang ........ Mungkin karena mereka kurang mengerti
waktu saya kasih tahu.......” (Ade)
pengobatan.
"................Dia beritahukan bahwa penyakit saya ini tidak berbahaya, yang penting diobati sampai
sembuh.............."(Ahm)
"................ Saya rasa lega, mantri kasih tau penyakit saya ini bisa diobati,harus minum obat enam bulan
secara teratur dan jangan sampai terputus............."(Tam)
"................Penderita Ahm tidak malu karena TB dia bilang yang penting bisa sembuh, dia akan semangat
berobat penderita Tam juga, dia rajin datang kontrol.............."(Imr)
Sri dan Abd adalah dua orang penderita yang gagal dalam pengobatan.
Dalam hal kejujuran mereka dan petugas Imr memberikan ungkapan sebagai
benkut:
”............. Saya rasa tidak enak waktu minum obat ............................................ tapi saya
malu beritahu mantrinya tidak enak merepotkannya .................................... bapaknya
anak-anak yang biasa ambilkan obat........"(Sri)
"............. Kita mau sembuh, tapi tiap kita minum obatnya, kita rasa tidak cocok
mungkin kurang pas dengan kita punya kondisi..........."(Abd)
".............Penderita Sri enggan datang kesini, dia seperti malu ketemu kita ............
takut-takut menyampaikan kalau ada masalahnya ...................... orangnya kurang
39
bisa bergaul dengan orang lain .......................... agak sulit saya ajak bicara penderita
Abd dia biasa bicara dengan saya, tapi mungkin
kurang mengerti yang saya jelaskan, jadinya dia tidak patuh pada penyampaian saya
...............tanpa informasi yang jelas mereka langsung berhenti minum obat “0mr)
3. Ganjaran
suatu jasa. Ganjaran ini bisa diberikan dalam bentuk bantuan, dorongan moril
atau pujian. Fakta-fakta ini muncul dari penderita yang telah berhasil dalam
"................Kalau ketemu, selalu senyum dan ramah menanyakan keadaan saya ...............kita jadi
merasa bersemangat terus minum obat ................ Saya sudah masuk kantor seperti dulu lagi. Pulang dari
kantor so bisa ke kebun tidak terganggu lagi dengan penyakit.......... "(Mok.)
"................ kita suka karena dia selalu dorong kita agar tidak bosan-bosan minum obat ....................
memang saya rasa setelah beberapa kali ambil obat, batuk saya sudah agak mendingan ................ tidak
malu-malu lagi kalau ketemu dan bicara dengan orang................ karena bantuan pak mantri kita sudah bisa
mencari ............”(Lem)
"................Mereka sangat baik sama kita, karena senang penyakitnya sudah sembuh, kita layani baik-
baik, ada yang antar ayam kerumah, undang makan-makan dirumahnya, kasih gratis temple
motor ....... kedua penderita ini seperti tidak pemah lupa sama kita, tiap ketemu selalu tersenyum dan
menegurkita..........”(Ade)
dibawah ini menunjukkan bahwa tidak ada saling memberi ganjaran dalam
".......... Saya tidak tahan naik taksi, selalu saya pusing muntah dan tidak
enak perasaan...................... Saya rasa terialu capek kalau harus berobat enam bulan itu
bemrti harus banyak kali bolak-balik "(Was)
",.........Saya tidak lanjutkan minum obat, karena tiap minum obat saya
petugasnya......................... "(Abd)
datang dan suka bertanya tapi kurang perhatian, suka lupa pada apa yang saya sampaikan
..........................................." (Imr)
4. Familiarity
tercantum dibawah ini, yang dinyatakan oleh petugas dan penderita yang
41
kalau ada masalah soalnya rumah saya baku dekat dengan puskesmas " Mai)
".......... Biasa ketemu waktu ambit obat dan kadang di tempat lain senang
karena bisa bacerita dan tanya kalau ada keluhan "(Mok)
”..........penderita Mai biasa memang kesini, .........................saya biasa ke rumahnya
...........dengan penderita Mok sudah terbiasa dan sering ketemu biasa ada urusan di
tempat kerjanya......................................................................"(Ade)
fakta dibawah ini menunjukkan bahwa tidak ada familiarity dalam hubungan
"........ Sebelumnya saya memang kenal tapi cuma sebatas tahu namanya, tidak terbiasa
dengannya............................................................................."(Lag)
”........ Cuma dua kali kita pigi waktu periksa dahak Kita puny a rumah kart jauh, jadi biasa
kalau bapak atau anak-anak ada urusannya dekat puskesmas sekalian kita titip pesan
ambilkan saya punya obat sama pak mantri di puskesmas........................" (Ref)
"..........................masih keluarga, jadi kita memang baku kenal baik, apalagi kalau ada
pertemuan keluarga sering kita cerita-cerita saya bisa tanya-tanya kalau ada pemasalahan
........................... (Tar)
"..........................Saya tidak begitu kenal, Cuma waktu periksakan dahak dan mengambil obat
kita ketemu, selebihnya jarang "(Was)
“..........................Saya memang lebih banyak tinggal di rumah saja, makanya jarang ketemu
pak mantri , kalau obat habis biasanya bapaknya anak-anak yang pigi ambit obatnya "(Sri)
“.......................... Penaerita Sri rumah dekat, tapi orangrya kurang bergaui makanya biarpun
berdekatan jarang ketemu saya, waktu berobat pun hanya suaminya yang datang ambil obat
sedangkan penderita Was memang rumahnya jauh dengan puskesmas akibatnya dia jarang
datang konttvl "(Imr)
B. PEMBAHASN
1. Penerimaan
menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawai, komunikasi sudah
merupakan bagian yang sangat penting dan kekal dalam kehidupan manusia
sendiri dan petugas Ade tidak pernah marah-marah padanya. Senada dengan
senang pelayanan yang diberikan. Fakta ini memiliki makna bahwa daiam
oleh petugas TB. Keduanya terkesan dengan pelayanan yang akrab dan kental
dibenarkan oleh petugas Ade. Dia menuturkan bahwa kedua orang itu adaiah
menyenangkan.
bahwa petugas Imr melayaninya sangat baik dan dia senang akan hal itu. Hal
sukanya atas pelayanan petugas Imr, yang kalau ketemu sudah seperti teman
sendiri. Makna yang dikandung kedua fakta ini ialah bahwa penderita mau
supaya dilayani seperti teman sendiri. Dan tentang kedua penderita ini, petugas
diperlakukan seperti saudara atau teman sendiri oleh petugas TB. Pelayanan
dengan sikap yang baik dan koperalif. Situasi ini berpengaruh kondusif bagi
penderita untuk melakukan setiap anjuran dan petunjuk yang diberikan oleh
petgas T3. Sejalan dengan pendapat Stewart L. Stubb dan Sylvia Moss (1974 :
9 - 13), yang mengatakan bahwa komunikasi yang efektif paling tidak memiliki
lima hal:
1. Adanya pengertian
menanamkan pengertian, harus ada sikap saling menerima satu dengan yang
kesannya tentang petugas Ade bahwa petugas Ade baik. Namun dia enggan
penderita Ref yang menyatakan bahwa petugas Ade melayani dia dengan
baik, tetapi malu ke puskesmas karena tidak enak kalau batuk dilihat orang.
Fakta ini memiliki makna bahwa selama masih batuk penderita ingin supaya
penyakit mereka dari orang banyak. Fakta bahwa mereka tidak mau datang ke
tempat pelayanan, dibenarkan oleh petugas Ade. Tentang kedua penderita itu,
namun mereka belum memiliki pengertian yang cukup akan hal itu.
ditanya-tanya dan tidak enak kalau pergi ke Rumah Sakit. Fakta yang sama,
penderita Sri menuturkan kesannya bahwa petugas Imr baik sama dia, namun
dia malu dan enggan ke Rumah Sakit karena risih dengan batuknya.
penyakitnya tidak dikefahui oleh orang lain. Dalam hal ini petugas Ade tidak
Seperti yang nyata dari ungkapannya kedua penderita itu jarang menemuinya
di Rumah Sakit.
dan dilayani di rumah sendiri, tempat yang aman dari pengamatan orang
merupakan salah satu hal yang harus tercipta dalam membangun komunikasi
minum obat, petugas Ade menerangkan bagaimana supaya sembuh. Dia harus
minum obat secara teratur paling kurang enam bulan dan kalau tidak
penyakitnya bisa tambah parah. Kedua fakta ini bermakna bahwa dalam
informasi yang jelas tentang penyakitnya dan tata cara minum obat yang
petugas Ade, yang menyatakan bahwa penderita Mok tidak malu dengan sakit
bahwa penyakitnya tidak berbahaya yang penting di obati sampai sembuh. Hal
menemui permasalahan.
mereka sembuh.
kepercayaan kepada orang yang terbuka, atau tidak mempunyai pretense yang
dibuat-buat.
49
Ade dan Imr. Penderita Lag mengungkapkan dengan nada frustasi bahwa
obat karena tiap minum obat, tidak enak perasaannya. Kedua fakta ini
menjeiaskan hal-hal yang berhubungan dengan tata cara dan efek yang timbul
sudah disampaikan tetapi mungkin penderita belum mengerti benar. Fakta ini
Penelltian pada inctitusi yang lain menunjukkan melalui penderita Sri yang
mangungkapkan bahwa dia merasa tidak enak kalau minum obat, tetapi malu
merasa tidak cocok dengan obat-obat TB. Kedua fakta ini bermakna bahwa
penyakit dan prosedur pengobatan dan dan apa yang mereka lakukan bila
50
timbul reaksi obat. Dan petugas mengkonfirmasi bahwa penderita Sri malu
susah bergaul atau diajak bicara. Sedangkan penderita Abd tidak patuh pada
tentang penyakitnya dan secara rutin menjelaskan tata cara pengobatan serta
reaksi obat yang timbul. Namun dalam hal ini petugas tidak melakukan apa
Akibatnva pada saat tidak enak perasaan minum obat atau perbaikan kondisi
terhadap pengobatan.
kesehatan yang lebih baik pasti akan menjadi miliknya setelah menjaiani
51
berhubungan selanjutnya.
3. Ganjaran
bentuk simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses
adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan interaksi bila laba
menguntungkan dari segi psikologis dan ekonomis maka interaksi akan terus
bagi orang yang kita senangi, dapat berupa dorongan mori!, pujian, motivasi
dalam bentuk materi ataupun non material. Dari hasil penelitian, penderita Mok
kebunnya.. Hal yang sama dituturkan pula oleh penderita Lem. Di sampaikan
bahwa petugas Ade banyak memberikan dorongan untuk tidak bosan minum
obat, tidak malu iagi untuk ketemu dan bicara dengan orang lain serta dengan
bantuan petugas Ade kini dia sudah bisa bekerja mencari nafkah untuk
baik. Sudah bisa bisa bekerja dan mencari nafkah sama seperti sebelumjatuh
sembuh sampai ada yang antarkan ayam, undang rr.akan- makan, dan kasih
gratis tempel ban, ramah bila ketemu dijalan. Fakta ini bermakna bahwa
bahwa petugas Imr baik dan mendorongnya untuk tidak pasrah. Petugas Imr
Ungkapan yang senada juga dituturkan Tar . Dia menuturkan bahwa pelayanan
mengandung makna bahwa ingin adanya adanya sokongan moril dan perhatian
dari petugas TB selama menjalani pengobatan. Bagi Imr sendiri diakui bahwa
Ahm dan Tarn adalah pasien yang baik. Mereka patuh, penurut dan penuh
TB. Di mata penderita hal seperti itu sangat berarti untuk bertahan menjalani
menjalani pengobatan.
frustasi dan kecewa bahwa ia capek kalau hams ke puskesmas karena tidak
ada perbaikar. dari pengobatan yang ia sudah jalani. Hal yang hampir sama
juga dikemukakan penderita Ref. Dia menuturkan bahwa dia malu pada
keadaannya yang belum juga membaik dan sering batuk bila bicara. Hal itu
54
membuatnya lebih banyak diam. Fakta ini bermakna bahwa penderita TB dalam
keadaan mereka bisa membaik kembali kalau minum obat teratur sampai
tuntas. Dan selalu diingatkan untuk tetap minum obat teratur sampai selesai.
Kenyataan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka tidak percaya
penderita itu tertutup dan malas datang ke puskesmas. Fakta ini juga
mengandungt makna bahwa petugas juga mau supaya mereka rajin datang dan
Penderita Was mengungkapkan bahwa bila ia naik taksi dia merasa pusing,
muntah dan capek kalau bolak-balik selama enam bulan. Hal sama
diungkapkan penderita Abd. Dia menuturkan kalau minum obat dia merasa
pusing dan muntah. Makna dari fakta ini adalah penderita TB menginginkan
membaik. Dan selalu pula diingatkan untuk terus minum obat secara teratur
sampai selesai. Dan menjelaskan pula bahwa obat itu kadang memiliki reaksi
yang dirasakan tidak enak dan ada jalan keluarnya. Fakta dalam penelitian ini
tertutup. Penderita Abd kurang perhatian sehingga sering lupa pada apa yang
pengobatan dan apa yang dilakukan bila muncul efek samping obat.
Pemahaman yang minim dan keterbatasan waktu kontak dengan petugas TB,
proses yang terkadang lama dan bahwa obat-obat yang ditelan biasa memiliki
efek yang tidak mengenakkan. Jadi bila perlu obatnya ditelan secara terbagi.
Dari penderita TB, petugas TB mau supaya mereka rajin dating ke tempat
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah mahluk sosial yang
tak tahan hidup sendiri dan selalu ingin berhubungan dengan sesama secara
maka tak sayang" atau lebih jauh lagi makin dikenal makin disayang. Semakin
menulis ; "Jika kita sering berjumpa dengan seseorang - asa! tidak ada hal lain
sering bertemu dengan petugas Ade. Informan Mok juga mengungkapkan hal
yang sama. Mereka sering bertemu dan merasa senang bila ketemu setiap
saat, baik pada saat mengambil obat atau dikesempatan yang lain. Senang
bisa cerita atau tanya petugas Ade bila ada masalah. Fakta-fakta ini memiliki
yang lebih sering dan dilakukan kapan dan dimana saja dengan petugas TB.
57
Mok biasa ketemu di kantornya selain di Puskesmas dan dengan penderita Mai
sering datang ke Puskesmas dan petugas Ade juga biasa ke rumah Mai. Fakta-
fakta ini juga menunjukkan bahwa petugas Ade ingin supaya rajin datang dan
dengan petugas Imr. Dia mengungkapkan fakta bahwa dia senang bertemu
dengan bertemu minimal bisa menanyakan keadaannya. Fakta yang sama juga
hubungan keluarga jadi memang saling mengenai dengan baik. Dia bisa
ini menginginkan kontak yang lebih sering dengan petugas TB yang dii?.kukan
bisa dimana saja dan kapan saja, saat dimana mereka bisa menyampaikan bila
ada permasalahan ditemui. Petugas Imr menuturkan bahwa sering ada kontak
dekat Rumah Sakit. Sedang dengan penderita Tar, rumahnya jauh tapi karena
biasa bertemu dalam pertemuan keluarga. Fakta ini bermakna bahwa petugas
Imr juga mau supaya setiap saat ada kontak dengan penderita agar bisa
58
cukup panjang, penderita menginginkan kontak lebih sering, yang tidak harus
formil di tempat pelayanan tetapi dimana dan kapan saja. Sebab dengan
dengan kontak itu bisa lebih sering berinteraksi; mendorong dan mengingatkan
semakin menimbulkan rasa sayang dan keakraban satu dengan yang lain.
Penderita Lag misalnya menuturkan suatu fakta bahwa dengan petugas Ade
dengan petugas Ade seiama menjalani pengobatan, cuma dua kali bertemu
datang ambil obat. Fakta ini bermakna bahwa penderita- penderita ingin supaya
penyakit dan tata cara pengobatan yang berkesinambungan. Dan situasi ini
mereka tidak dapatkan dari petugas TB. Hal itu membuat mereka kurang
tersebut diakui oleh petugas Ade bahwa memang mereka jarang datang
dia jarang bertemu petugas Imr. Untuk mengambil obat, dia mewakilkan
perhatian dan kunjungan petugas TB. Pada penelitian ini petugas Imr tidak
malas datang ke tempat pelayanan. Dan hal itu membuat penderita kurang
suaminya sedangkan Was rumahnya jauh dan sulit baginya untuk naik mobil.
petugas TB lebih memperhatikan dan mengunjungi mereka. Dan hal seperti itu
60
dan diluar jangkauan pengawasan petugas TB. Hal itu menyebabkan mereka
bila keadaan sudah membaik, hal itu sudah dianggap sembuh, jadi obat-obat
tidak diterima keluarga atau teman. Kontak yang jarang dengan petugas TB,
sekali. Secara otomatis juga hubungan komunikasi jadi berhenti. Oleh karena
rumahnya.
mengaiami masalah dan setalu berusaha untuk bertemu setiap saat dengan
petugas TB. Dia merasa penting datang sendiri mengambil obatnya. Mereka
perihahasa mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Dengan mengenal lebih
61
dekat, maka akan timbul rasa kasih yang lebih dalam. Wujud kasih itu akan
mengambilkan obat. Mereka akan berhenti minum obat dengan sendirinya pada
saat keadaan sudah membaik atau bila mengaiami masalah dan merasa tidak
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
kontak dengan petugas TB, dimana dan kapan saja. Hambatan yang
63
akan penyakitnya dan kurangnya perhatian serta kunjungan dari petugas TB.
B. Saran-saran
tidak terlalu formil,, meluangkan waktu lebih banyak untuk koniak dengan
petugas TB.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut perihal yang belum tercakup dalam
penelitian ini.
64
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, S.D. 2003. Konseling Dan Psikoterapi. Penerbit BPK Gunung Mulia.
Jakarta.
Suyono, S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi Ketiga, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.