Anda di halaman 1dari 34

SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Sistem Pemadaman Kebakaran Merupakan Salah


Satu Sistem Perangkat Dalam Utilitas Bangunan
Terkait Dengan Pengamanan Jika Terjadi
Kebakaran Pada Bangunan Atau Pencegahan
Terhadap Bahaya Kebakaran Yang Lebih Besar
Terhadap Bangunan.
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
• Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan sistem
pengamanan kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan dijelaskan bahwa: Pengelolaan sistem
pencegahan kebakaran adalah upaya mencegah
terjadinya musibah kebakaran atau meluasnya area
kebakaran ke ruangan lain, atau upaya
pencegahanya meluasnya kebakaran ke gedung atau
bangunan lainnya.
• Perlunya melengkapi bangunan dengan Fire Security
System seperti peralatan pemadam kebakaran yang
dapat bekerja secara otomatis seperti Detector Api,
Sprinkle dan Alarm Asap. Ataupun secara manual
seperti Fire Hydrant, Fire Extinguisher.
SISTEM PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Sistem Aktif
Sistem proteksi aktif adalah kemampuan peralatan
dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran,
pengendalian asap, dan sarana penyelamatan
kebakaran. Contoh: APAR, hydrant, smoke detector,
springkler, dll.
Sistem Pasif
Sistem proteksi pasif adalah kemampuan stabilitas
struktur dan elemennya, konstruksi tahan api,
kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada
bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi
kecepatan menjalarnya api dan asap kebakaran.
Klasifikasi Bahaya Kebakaran
1. Bahaya Kebakaran Ringan: Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana
terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan
penjalaran api lambat.
2. Bahaya Kebakaran Sedang: Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi menjadi
dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Kelompok I: Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-
bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter.
b. Kelompok II: Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-
bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter
c. Kelompok III: Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-
bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api cepat.
3. Bahaya Kebakaran Berat: Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana
terdapat bahan-bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan
menjalarnya api sangat cepat.
SARANA DAN PRASARANA
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

1. Cukup tersedianya sumber air sehingga


memudahkan pemadaman api apabila terjadi
kebakaran,
2. Jalur evakuasi dalam bangunan yang tidak
terhalang, sehingga dalam keadaan darurat
evakuasi dapat dilakukan tanpa hambatan,
3. Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga
memudahkan mobil pemadam kebakaran
bersirkulasi tanpa hambatan,
4. Berfungsinya alat komunikasi internal di dalam
bangunan seperti PA (Public Address), Telepon
Kebakaran (Fire Telephone), dan PABX.
Konsep Fire Management Area (FMA) atau
Konsep Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

merupakan salah satu dasar pokok dalam


perencanaan sistem penanggulangan kebakaran di
perkotaan yang menentukan efektivitas pemadaman
suatu areal atau wilayah, disamping penentuan
penyediaan air untuk pemadaman. Untuk menentukan
jumlah kebutuhan air untuk pemadaman di setiap
WMK dibutuhkan analisis resiko kebakaran, dimana di
dalam analisis tersebut diperhitungkan volume total
bangunan, angka resiko bahaya kebakaran, serta
angka klasifikasi konstruksi bangunan.
• Konstruksi suatu bangunan harus mampu menciptakan kestabilan
struktur selama kebakaran untuk memberikan waktu bagi penghuni
untuk menyelamatkan diri dan memberikan kesempatan petugas
untuk beroperasi.
• Bangunan di kawasan padat / kumuh seringkali menggunakan
bahan – bahan bangunan yang sangat sederhana dan rentan
terhadap api. Direkomendasikan agar bahan bangunan adalah :
 Papan plester dengan ketebalan 13 mm, atau bisa juga
menggunakan material lain dengan ketahanan api yang relatif
sama
 Lembaran semen serat selulosa dengan ketebalan 12 mm;
 Plester berserat yang diperkuat kawat anyam besi galvanis yang
dipasang tidak lebih dari 6 mm dari permukaan.
STRATEGI MEMINIMALKAN BAHAYA KEBAKARAN
ALAT PEMADAM KEBAKARAN

1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


2. Sistem Pemadam Api Tetap
3. Sistem Pemadam Api Bergerak
1. ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
(PORTABLE FIRE EXTINGUISHER)

• Dipakai untuk memadamkan kebakaran kecil atau awal


dari suatu kebakaran.
• Tempatkan pada lokasi yang akan dilindungi
• Tempatkan pada tempat yang mudah diketahui bila
diperlukan, seperti dekat pintu atau tangga darurat
• Tandai dengan warna yang menyolok, mis merah
• Tempatkan pada lokasi yang terlindung dari api, panas
maupun air/hujan
• Penempatan pada dinding/tiang dengan ketentuan;
setinggi 120 cm dari puncak APAR ke lantai atau 15 cm
dari alas APAR
Penempatan APAR (menurut dinas Pemadam Kebakaran)

• Untuk setiap 200 m2 ruang terbuka disediakan 1 unit


APAR type A dengan jarak antara setiap unit maksimum
20 meter.
• Untuk ruang yang dilengkapi dengan pembagi /
pembatas ruang, disediakan 1 unit APAR type A tanpa
memperhatikan luas ruang.
• Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala kecil
disediakan 1 unit APAR type A dan 1 unit APAR type B.
• Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala besar
disediakan 1 unit APAR type A, 1 unit APAR type C dan
1 unit APAR type D.
Contoh type Apar
2. Sistem Pemadam Api Tetap

a) Sistem Hydrant (manual)


b) Sistem Springkler (otomatis)
Skema Hydrant system dan Springkler System
Skema Hydrant System
SKEMA SISTEM PEMADAMAN KEBAKARAN HYDRANT
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI

1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel


Pump & Jockey Pump.
• Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis
Jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam
pipa.
• Jika tekanan terus menurun (misal akibat penggunaan salah satu
hydrant) maka pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis
pompa jockey berhenti.
• Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik
kemudian pompa cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.
• Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera
berbunyi dengan nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim,
untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.
• Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan
“Mati secara Manual”
Contoh pompa dan pipa penyalur
1. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan
tekanan.
2. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
3. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting
waktu yang sudah ditentukan.
4. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
5. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
6. Fire House Cabinet ( FHC ) : Adalah box hydrant yang berfungsi
untuk memancarkan air melalui hose dan nozzle, dipasang pada
setiap lantai sebanyak 1 FHC untuk setiap kelipatan 800 m2.
Fire House Cabinet ( FHC )
Penempatan Fire Hydrant Cabinet (FHC)
SISTEM SPRINGKLER
Cara Kerja Sistim SPRINGKLER
– Tahap Pendeteksian: Alat ini disebut springkler
head, berfungsi mendeteksi kehadiran api dan
membuka katup. Apabila timbul api yang cukup
panas detektor bereaksi dengan cara memecahkan
dirinya.
– Tahap Pemadaman: Terdiri dari instalasi pipa yang
berisi media pemadam yang isinya tergantung
gedung yang dilindung (air, CO2, tepung kimia,
dsb). Ujung semburan ditutup oleh detektor. Begitu
springkler head pecah, media pemadam langsung
menyembur keluar.
– Tahap Peringatan : Simtim peringatan dini begitu
ada aliran media dalam pipa. Tanda berupa suara
atau sinar untuk memberitahu orang disekitar
Skema sistem Springkler
Tahap Pendeteksian

Fire Alarm Systems


• (merupakan alat pendeteksi dini dari ancaman bahaya api / kebakaran,
• bukan sebagai alat pemadam api / kebakaran)
• Tepat digunakan untuk perkantoran, gedung, pertokoan, dsb.
SISTEM
Skema sistem PENYEDIAAN
kerja fire alarm AIR BERSIH
Fire Alarm dan Cell Box, diletakkan pada tempat yang mudah dicapai
dan memberitahu petugas bila terjadi kebakaran
Alat Pendeteksian

Analaser HSSD System (High Sensitivity Smoke Detector). Detector ini sangat cocok
digunakan untuk Clean Room dan Laboratorium.
Heat Detector

Device indikator panas, mempunyai sistem


kerja dimana terjadi perubahan suhu
disekitar Heat Detector di Pasang.

Perubahan suhu yg menjadi panas sekitar


lebih dari 70'C maka akan terjadi pemuaian
element di dalam Device.

Detector ini membutuhkan waktu yg lama


tuk aktif karena Device ini tergantung dgn
suhu.

Detector ideal tuk ruangan dimana


diruangan itu masih menimbulkan asap,
Seperti dapur, Gudang, Ruang Merokok,
dll.
Smoke Detector

Detector atau sami sareng Detektor


Asap, mempunyai sistem pendeteksian
ASAP, DEBU, Apapun yg bisa
menghalangi led photoelectric yg ada di
dalam Device ini.

Detector bisa lebih cepat karena indikasi


akan terjadi kebakaran biasanya Asap
duluan baru perubahan suhu.
Contoh Peletakan springkler,
heat detector dan smoke
detector

Outlet AC sentral

Heat Detector

Speaker

Lampu
Springkler

Outlet AC sentral

Lampu
Letak fire alarm dan
smoke detectore dalam
bangunan.
Tahap pemadaman

• Hydrant & Sprinkler System, merupakan suatu alat pemadam api /


kebakaran dengan menggunakan media air. Tepat digunakan untuk
bangunan / ruangan Non peralalatan elektrik.
Springkler dan penempatannya

Jarak antar springkler + 4 meter


karena jarak maksimal
pemasangan springkler adalah + 3
- 4,6meter.

Jarak maksimum sprinkler dari


dinding tembok 1,7 meter.
Sistem Pasif

• Tangga darurat, diletakkan di


ujung bangunan dan ditempatkan
pada tempat yang memiliki akses
tercepat untuk keluar dari
bangunan.

Anda mungkin juga menyukai