Anda di halaman 1dari 19

Unit Operasi III - Evaporasi

EVAPORASI

Proses evaporasi dilakukan untuk memekatkan larutan encer menjadi larutan


yang lebih pekat dengan melakukan penguapan solvent pelarutnya yang dalam hal
ini adalah air. Penguapan dilakukan dengan pendidihan pelarutnya. Sifat-sifat fisis
dan sifat-sifat kimia dari larutan yang akan dipekatkan maupun uap yang dihasilkan
sangat mempengaruhi jenis evaporator yang digunakan, tekanan operasi dan suhu
operasi. Yang harus diperhatikan dalam proses evaporasi adalah :
 Konsentrasi larutan.
Pada larutan encer yang masuk evaporator mempunyai viskositas rendah
mempunyai koefisien perpindahan panas yang relative tinggi, sehingga bila
terjadi proses evaporasi yang membuat larutan menjadi pekat dan sangat
viscous akan menyebabkan koefisien perpindahan panasnya turun.
 Kelarutan.
Kelarutan garam pada umumnya akan naik dengan naiknya suhu, sehingga
bila larutan pekat yang keluar dari evaporator didinginkan hingga suhu kamar
akan terjadi kristalisasi.
 Sensivitas suhu terhadap bahan.
Untuk bahan makanan dan beberapa biological material sangat sensitif
terhadap suhu dan terjadi degradasi pada suhu tinggi.
 Buih atau Busa.
Dalam beberapa larutan kaustik, larutan makanan seperti susu skim dan
beberapa larutan asam lemak akan membentuk buih atau busa selama proses
pendidihan, dimana buih ini akan bergabung dengan uap untuk keluar
evaporator.
 Tekanan dan Suhu.
Titik didih larutan sangat tergantung pada tekanan sistem. Untuk evaporator
yang mempunyai tekanan tiggi akan membuat titik didih larutan tersebut.
 Pembentukan Kerak dan Bahan konstruksi.
Terbentuknya kerak akan menyebabkan koefisien perpindahan panas overall
turun dan evaporator harus dibersihkan. Sedangkan bahan konstruksi
evaporator sangat mempengaruhi terjadinya korosi.

Universitas Surabaya 1
Unit Operasi III - Evaporasi

II. MACAM-MACAM PERALATAN EVAPORATOR.


1. Horizontal-tube natural circulation evaporator

2. Vertical tube evaporator


a. Natural Circulation Vertical Evaporator
b. Forced Circulation Vertical Evaporator.

Universitas Surabaya 2
Unit Operasi III - Evaporasi

3. Short Tube Vertical Evaporator

4. Long Tube Circulation evaporator

Universitas Surabaya 3
Unit Operasi III - Evaporasi

5. Falling Film Evaporator

6. Agitated Film Evaporator

7. Open-pan Solar Evaporator

Universitas Surabaya 4
Unit Operasi III - Evaporasi

Pada dasarnya evaporator terdiri dari suatu Heat exchanger untuk


mendidihkan larutan dan satu alat untuk memisahkan uap dari larutan yang
mendidih. Selain alat utama terdapat pula alat bantu yang diperlukan untuk
melaksanakan proses evaporasi, uatiu :
1) Kondensor
Kondensor digunakan untuk mengembunkan uap yang keluar dari evaporator,
ada 2(dua) jenis kondensor yaitu :
 Surface Condensor :
Hampir sama dengan heat exchanger dimana uap yang dikondensasikan
berada diluar tube dan air pendingin berada di dalam tube. Biasanya tekanan
uap yang diembunkan dibawah tekanan atmosfer. Peralatan ini digunakan
apabila dikehendaki tidak terjadi pencampuran antara kondensat dan air
pendingin.
 Contact Condensor :
Contact condenser terbagia atas Barometric Condensor dan Low Level
Condensor. Yang apaling banyak digunakan adalah barometric condensor
dimana kondensat dan air pendingin bercampur dan kemudian dibuang
melalaui barometric leg ke hot well.
2) Pompa hampa atau ejector uap.
Agar tekanan pada ruang effect terakhir tetap pada kondisi vacuum sesuai yang
diiinginkan maka udara dan non condensable gas yang harus dihisap keluar
secara kontinyu.
3) Perangkap uap.
Digunakan bila tekanan uap kurang dari 1 atm, alat ini mengeluarkan sendiri
kondensat uap secara terputus putus.
4) Perangkap tetes.
Digunakan untuk mengumpulkan tetes cair berharga yang terbawa uap keluar dan
mengembalikan ke dalam evaporator.
5) Perangkap garam.
Digunakan untuk memisahkan hablur dan endapan padat yang terbentuk dalam
evaporator.

Universitas Surabaya 5
Unit Operasi III - Evaporasi

TUGAS :
 Baca cara kerja bermacam-macam evaporator tersebut
 Pelajari barometric condenser
 Pelajari mengenai Steam Jet Ejector

II. VARIABEL PROSES YANG MEMPENGARUHI PROSES


EVAPORATOR.

1. Pengaruh Suhu Umpan masuk.


Umpan dengan suhu dibawah suhu titik didihnya ketika masuk evaporator
akan membutuhkan panas yang lebih besar bila dibandingkan dengan umpan
masuk pada titik didihnya. Untuk itu, umumnya dilakukan pemanasan
pendahuluan terhadap umpan sebelum dimasukkan ke dalam evaporator.
Pemanasan pendahuluan ini dapat memperkecil kebutuhan luas perpindahan
panas.
2. Pengaruh Tekanan Operasi.
Untuk mendapatkan titik didih larutan dalam evaporator rendah, tekanan
operasi dibuat vacuum atau dibawah 1 atm. Dalam beberapa kasus diinginkan
proses evaporasi memiliki beda suhu ∆T yang besar karena dengan beda suhu
yang besar akan membuat luas perpindahan panasnya (A) kecil. Untuk membuat
evaporator yang digunakan pada tekanan vakum maka perlu dilengkapai dengan
ejector atau pompa vakum.
3. Pengaruh tekanan steam pemanas.
Makin tinggi tekanan steam maka akan semakin besar suhu dan entalpi
steamnya sehingga luas perpindahan panas yang dibutuhkan akan semakin
kecil. Tetapi harus diingat bahwa biaya pembangkitan steam bertekanan tinggi
sangat mahal sehingga perlu ditentukan tekanan steam yang optimum pada 125
– 210 kPa.

Universitas Surabaya 6
Unit Operasi III - Evaporasi

III. OPERASI DALAM EVAPORATOR

Terdapat 2(dua) macam operasi dalam evaporator, yaitu :


1. Single effect evaporator
 Suatu proses evaporator yang hanya menggunakan sebuah evaporator untuk
memperoleh produk yang diinginkan.
 Digunakan bila larutan yang diolah cukup kecil dan biaya steam sebagai
media pemanas yang cukup murah
2. Multiple effect Evaporator
Pada operasi single effect evaporator, uap yang dihasilkan (V) tidak
dipergunakan lagi, hal ini bias dianggap sebagai pemborosan. Guna menghindari
pemborosan tersebut, maka timbul gagasan untuk uap yang dihasilkan dalam
sebuah evaporator tersebut digunakan kembali sebagai pemanas pada evaporator
yang lain. Sistem semacam ini disebut dengan multiple effect evaporator.

IV. SINGLE EFFECT EVAPORATOR

V, HV
F,hF,xF
Umpan T1
Ts
Steam,S
S

Kondensat, C

L, hL, xL

Umpan masuk evaporator dengan lajua alir massa F mempunyai kandungan padatan
dengan fraksi massa xF dan suhu tF serta entalpi hF. Larutan keluar mempunyai laju
alir massa L dengan fraksi massa xL dan suhu T1 serta entalpi hL. Sedangkan uap
yang dihasilkan keluardari bagian atas dengan laju alir massa V dan suhu T 1 serta
entalpi HV. Sebagai pemanas digunakan steam pada tekanan Ps, suhu Ts dan laju alir

Universitas Surabaya 7
Unit Operasi III - Evaporasi

massa S serta kualitas n%. Entalpi steam dinyatakan dalam H s dan entalpi kondensat
dalam hs.

NERACA MASSA.
F+S=L+V+C
Karena S = C, maka :
F=L+V (1)

NERACA ENTHALPI.
F.hF + S Hs = L.hL + V.HV + C.hs
S = C, maka :
F.hF + S(Hs – hs) = L.hL + V.HV
F.hF + S.λs = L.hL + V.HV (2)
Dengan harga :
hF = cpF (tF – T1)
hL = cpL (tL – T1)
λs = Panas laten steam pada tekanan steam
Hv = entalpi uap yang bisa saturated dan bisa juga superheated tergantung
dari ada atau tidaknya kenaikan titik didih larutan.

STEAM ECONOMY.
V
E=
S
Harga steam economy semakin besar maka kemampuan steam untuk menghasilkan
uap semakin bagus.

V. PERPINDAHAN PANAS PADA EVAPORATOR.

Pada single effect evaporator, perpindahan panas dapat dituliskan dalam


persamaan :
q = U.A.∆T
dengan harga ∆T merupakan beda suhu antara suhu steam (T s) dengan suhu ruang
effect (T1), A adalah luas perpindahan panas dan U adalah koefisien perpindahan
panas overall.

Universitas Surabaya 8
Unit Operasi III - Evaporasi

LATIHAN SOAL
Soal 1 :
Sebuah evaporator digunakan untuk memekatkan 10.000 kg/jam larutan garam 1%
menjadi 1,5%. Umpan dimasukkan kedalam evaporator pada suhu 311K. Ruang uap
evaporator bekerja pada tekanan 101,3 kPa dan steam jenuh bertekanan 143,3 kPa
dipakai sebagai pemanas. Diketahui koefisien perpindahan panas overall sebesar
1704 W/(m2.K) dan karena larutan sangat encer maka Cp umpan = Cp larutan
dianggap sama dengan Cp air = 4,14 kJ/(kg.K). Karena larutan cukup encer, maka
dianggap tidak ada kenaikan titik didih. Tentukan :
a. Laju produk (L)
b. Laju uap yang dihasilkan (V)
c. Luas perpindahan panas
d. Steam ekonomi

Soal 2 :
Sebuah single effect evaporator digunakan untuk memekatkan 7 kg/detik larutan dari
10% padatan menjadi 50% padatan. Steam yang disediakan pada 205 kN/m 2 dan
penguapan terjadi pada 13,5 kN/m2. Jika koefisien perpindahan panas overall sebesar
3 kW/(m2.K), hitung luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan dan steam
yang dibutuhkan bila umpan masuk evaporator pada 294K. Diketahui Cp larutan
10% = 3,76 kJ/(kg.K) dan Cp larutan 50% = 3,14 kJ/(kg.K).

A. KENAIKAN TITIK DIDIH DAN KAIDAH DUHRING.

Suatu larutan yang cukup pekat akan mempunyai titik didih yang berbeda
dari pelarutnya, oleh karenanya akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Kenaikan titik didih (KTD) terjadi bila titik larutan lebih besar dari titik didih
pelarutnya. Salah satu untuk mencari harga kenaikan titik didih untuk larutan pekat
dapat diperoleh dengan kaidah “Duhring” yang menyatakan bahwa titik didih suatu
larutan tertentu merupakan fungsi linier dari titik didih air murni pada tekanan yang
sama, misalnya untuk larutan NaOH 25% pada tekanan tertentu dan titik didih air

Universitas Surabaya 9
Unit Operasi III - Evaporasi

181oF, maka dari gambar 8.4.2 Geankoplis 4th ed halaman 538 dapat diperoleh titik
didih NaOH sebesar 200oF. Sehingga kenaikan titik didh NaOH 25 % adalah 20oF.

B. GRAFIK ENTALPI – KONSENTRASI DARI LARUTAN.

Jika panas larutan dari larutan encer yang akan dipekatkan cukup besar, maka
dalam perhitungan neraca panas tidak boleh diabaikan. Untuk itu entalpi dari
berbagai konsentrasi dan suhu yang ada pada literature, untuk sistem NaOH – Air
dapat dilihat pada gambar 8.4.3 Geankoplis 4th edition halaman 540.

Universitas Surabaya 10
Unit Operasi III - Evaporasi

VI. PERHITUNGAN ENTALPI PADA EVAPORATOR.

KTD DIABAIKAN KTD DIPERHITUNGKAN


 Tidak ada perbedaan antara titik  Titik didih larutan (T1) ditentukan
didik pelarut dan titik didih larutan dengan menggunakan garis
 Uap (V) yang terjadi dianggap Duhring atau rumus KTD
jenuh pada T1 (=tL) berdasarkan pada titik didih pelarut
pada tekanan ruang uap.
 Uap (V) yang keluar evaporator
dianggap lewat jenuh
(superheated) dengan tekanan
ruang uap sebesar KTD.
Entalpinya dapat dilihat pada
superheated steam table atau
menggunakan persamaan :

Universitas Surabaya 11
Unit Operasi III - Evaporasi

HV = Hs,p1 + 1,88 (T1 – Tb,p1)


Dengan :
KTD = T1 – Tb,p1
Hs,p1 = entalpi steam jenuh pada
tekana ruang uap, KJ/kg
Tb,p1 = titik didih pelarut pada
tekanan ruang uap, K
atau :
HV = Hs,p1 + 0,45 (T1 – Tb,p1)
Hs,p1 = entalpi steam jenuh pada
tekana ruang uap, btu/lb
Tb,p1 = titik didih pelarut pada
tekanan ruang uap, oF
 Entalpi umpan dan produk
berdasarkan pada tF dan tL.

LATIHAN SOAL.
Soal 3 :
Sebuah evaporator dipergunakan utuk memekatkan 4536 kg/jam larutan NaOH 20%
menjadi larutan NaOH 30%. Umpan masuk pada suhu 60oC dan tekanan steam
pemanas sebesar 172,4 kPa jenuh sedangkan tekanan ruang uap sebesar 11,7 kPa.
Bila koefisien perpindahan panas overall = 1560 W/(m2.K), tentukan :
a. Laju produk dan laju uap
b. Laju steam pemanas
c. Steam ekonomi
d. Luas perpindahan panasnya.

Soal 4:
Sebuah single effect evaporator digunakan untuk memekatkan 20.000 lb/jam larutan
NaOH 20% menjadi 50%. Tekanan steam sebesar 20 psig dan tekanan absolute uap
cairan sebesar 100 mmHg. Koefisien perpindahan panas overall sebesar 250
Btu/(jam.ft2) dan tF = 100oF. Hitung berapa :
a. Laju steam yang dibutuhkan

Universitas Surabaya 12
Unit Operasi III - Evaporasi

b. Luas perpindahan panasnya


c. Steam ekonomi

Soal 5:
Sebuah single effect evaporator beroperasi pada 13 kN/m2 dipakai untuk
memekatkan 1,25 kg/detik larutan NaoH 10 % menjadi 41%. Diasumsikan bahwa
koefisien perpindahan panas overall = 1,25 kW/(m2.K) dan steam pemanas yang
dipakai pada suhu 390 K.
Diketahui :
 KTD = 30 K
 Suhu umpan = 291 K
 Cp,F = 4 kJ/(kg.K)
 Cp,L = 3,26 kJ/(kg.K)
 Spesifik gravity cairan mendidih = 1,39
Tentukan berapakah luas perpindahan panasnya.

VII. MULTIPLE EFFECT EVAPORATOR

Pada single effect evaporator, uap yang dihasilkan (V) tidak dipergunakan
lagi dan hal ini dianggap sebagai suatu pemborosan. Guna menghindari pemborosan
tersebut, maka timbul gagasan untuk mempergunakan uap yang dihasilkan dari
sebuah evaporator sebagai steam pemanas di evaporator berikutnya. Sistem semacam
ini disebut dengan multiple effect evaporator.
Pada sistem ini, effect I dipanasi dengan steam pemanas (S) yang berasal dari
boiler kemudian uap yang dihasilkan dari effect pertama akan dipakai sebagai
pemanas di effect kedua, demikian seterusnya hingga effect terakhir. Agar tujuan
dari penggunaan multiple effect ini tercapai, maka titik didih dalam effect I harus
lebih tinggi dari effect II danseterusnya, demikian pula dengan tekanan ruang
uapnya.
Setiap dalam multiple effect evaporator, nomer ruang uap pada setiap
effectnya sesuai dengan urutan steam masuk. Ada 3 jenis multiple effect evaporator,
yaitu :

Universitas Surabaya 13
Unit Operasi III - Evaporasi

1) FORWARD FEED.

 Larutan encer masuk pada effect I, setelah agak pekat diumpankan pada
effect II dan seterusnya hingga larutan yang dihasilkan adalah larutan yang
keluar dari effect terakhir.
 Titik didih T1 > T2 > T3 dan seterusnya, demikian pula tekanan ruang uap
masing-masing effect.
 Pada sistem umpan maju, steam ekonomi akan cukup besar yaitu makin
banyak effect akan semakin besar pula steam ekonominya.
 Digunakan untuk umpan yang cukup panas dan produk akhir adalah bahan
yang tidak tahan panas tinggi.

2) BACKWARD FEED.

 Umpan masuk sistenm pada effect terakhir dan terendah suhunya.


 Karena larutan yang lebih pekat masuk ke dalam evaporator yang lebih
panas, maka akan mengurangi kekentalannya sehingga terjadinya penurunan
harga koefisien perpindahan panas bisa diatasi.
 Bila umpan masuk adalah fluida dingin, sistem ini akan memberikan harga
steam ekonomi yang lebih tinggi daripada sistem umpan maju.

Universitas Surabaya 14
Unit Operasi III - Evaporasi

3) PARALEL FEED.

A. BEDA SUHU.
Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan multiple effect evaporator adalah :
1. Jumlah panas yang diperlukan dianggap sama untuk setiap effect, q1=q2=q3
2. Luas permukaan perpindahan panas untuk setiap effect dianggap sama,
A1=A2=A3

UNTUK UMPAN MAJU.


q/A = U1.∆T1 = U2.∆T2= U3.∆T3
 Bila KTD diabaikan :
Σ∆T = ∆T1 + ∆T2 + ∆T3 + ……. + ∆Tn
Σ∆T = Ts - Tn
 Bila KTD diperhatikan :

Universitas Surabaya 15
Unit Operasi III - Evaporasi

∆T = (∆T1 – KTD1) + (∆T2 – KTD2) + (∆T3 – KTD3) + ……. + (∆Tn - KTDn)


Σ∆T = Ts – Td,n – ΣKTD
Dimana :
1
U1
∆ T 1= Σ∆T
1 1 1
+ +…+
U1 U 2 Un
1
Um
Atau :∆ T 1= Σ∆T
1 1 1
+ +…+
U1 U 2 Un
Dengan harga m = 1,2,3….., n

B. KAPASITAS MULTIPLE EFFECT EVAPORATOR


Dalam suatu multiple effect evaporator dengan n buah effect, kapasitasmasing-
masing effect adalah :
q1 = U1. A1. ∆T1
q2 = U2. A2. ∆T2
qn = Un. An. ∆Tn
Oleh karena A1 = A2 = A3 = A dan harga koefisien perpindahan panas overall U
memiliki nilai rata-rata = Uav, maka kapasitas total :
q = q1 + q2 + ….. + qn
q = Uav. A (∆T1 + ∆T2 + ∆T3 + ……. + ∆Tn)

BILA KTD DIABAIKAN :


Σ∆T = Ts - Tn
q = Uav. A. ∆T  Identik dengan single effect evaporator

Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas evaporator tidak mempengaruhi


multiple effect tetapi yang mempengaruhi adalah pemakaian steam dan air dalam
operasinya.

Universitas Surabaya 16
Unit Operasi III - Evaporasi

PENGARUH KTD PADA MULTIPLE EFFECT EVAPORATOR


Bila melihat persamaan :
Σ∆T = Ts – Td,n – ΣKTD
Terlihat bahwa uap yang terjadi pada effect I dengan adanya KTD dianggap
sebagai superheated, tetapi ketika dipakai sebagai pemanas di effect II uap
tersebut dianggap sebahai saturated (jenuh) pada titik jenuhnya ketika berada di
effect I. Hal ini terjadi karena selalu dianggap terjadi kehilangan panas ketika
uap mengalir dari effect yang satu ke effect yang berikutnya.

VIII. TAHAPAN-TAHAPAN PERHITUNGAN UNTUK TRIPLE


EFFECT EVAPORATOR.

1. Dari konsentrasi dan tekanan operasi di effect terakhir, dapat ditentukan titik
didihnya.
2. Hitung jumlah total pelarut yang diuapakan (V) dari neraca bahan.
3. Sebagai trial I, tentukan bahwa uap yang dihasilkan pada setiap effect adalah
sama sebesar V1 = V2 = V3 = V/3. Kemudian hitung laju larutan yang keluar yang
keluar pada masing-masing effect.
4. Estimasikan harga ∆T masing-masing effect dan hitung harga KTD nya.
5. Cari entalpi yang dibutuhkan pada masing-masing effect.
6. Dari neraca panas dan neraca massa, hitung berapa uap dan larutan yang keluar
dari masing-masing effect. Jika terdapat perbedaan antara hasil perhitungan uap
yang keluar dengan yang diasumsikan pada tahap 3, maka ulangi perhitungan
tahap 3 dengan trial kedua dengan harga V yang baru dan ulangi langkah 4, 5 dan
6.
7. Hitung harga panas yang dipindahkan, q dan kemudian hitung harga luas
perpindahan panas pada masing-masing effect. Bila A1 ≠ A2 ≠ A3, maka hitung
A 1+ A 2 + A 3
harga A rata-rata : Am =
3
Kemudian hitung :
' T1 A1 ' T2 A2 ' T 3 A3
∆ T 1= , ∆ T 2= dan ∆ T 3=
Am Am Am

Harga Σ∆T’ = Σ∆T, jika tidak sama proporsionalkan semua harga ∆T’

Universitas Surabaya 17
Unit Operasi III - Evaporasi

8. Hitung kembali harga KTD yang baru dan ulangi perhitungan tahap 5 dan
selanjutnya hingga harga-harga yang diinginkann cukup memadai.

LATIHAN SOAL 1 :
Suatu evaporator effect tiga digunakan untuk memekatka larutan 10% menjadi 50%
berat dengan sistem umpan maju. Feed masuk pada suhu 60oF dan steam jenh masuk
pada tekanan 29,8 psia, sedangkan ruang uap effect terakhir pada 2 psia. Harga
koefisien perpindahan panas overall effect I, II dan III masing-masing adalah 550,
350 dan 200 Btu/(jam.ft2.oF) dan dianggap tidak ada kenaikan titik didih, sedangan
kapasitas panas larutan dianggap sama = 3,46 Btu/(lb.oF). Luas perpindahan panas
masing-masing effect dianggap sama yaitu 1000 ft2, maka:
a. Hitung berapa lb/jam laju Feed dan berapa harga steam ekonominya ?
b. Bila Evaporator tersebut mempunyai sistem umpan mundur, bagaimanakah harga
steam ekonominya bila dibandingkan dengan sistem umpan maju ? Jelaskan
alasan saudara ! Apakah effect terakhir harus divakumkan ? Jelaskan !

LATIHAN SOAL 2 :
(Example 8.5.1 Geankoplis ed 4 halaman 544)
Sebuah triple effect evaporator umpan maju akan digunakan untuk memekatkan
larutan gula dengan konsentrasi 10% menjadi 50%. Kenaikan Titik Didih (KTD)
dapat dinyatakan sebagai :
KTD (oC) = 1,78 x + 6,22 x2
Dimana x adalah fraksi berat gula dalam larutan. Sebagai pemanas dipakai saturated
steam pada 205,5 kPa (121,1oC), tekanan ruang uap effect ketiga = 13,4 kPa. Umpan
masuk dengan laju 22.680 kg/jam pada suhu 26,7 oC. Kapasitas panas larutan
dinyatakan seagai :
Cp [kJ/(kg.K] = 4,19 – 2,35 x
Panas pelarutan yang terjadi diabaikan, harga koefisien perpindahan panas overall
diketahui : U1 = 3125 W/(m2.K), U2 = 1987 W/(m2.K) dan U3 = 1136 W/(m2.K). jika
setiap effect mempunyai luas permukaan yang sama, hitung :
a. Luas perpindahan panasnya
b. Laju steam yang dibutuhkan
c. Steam Ekonominya.

Universitas Surabaya 18
Unit Operasi III - Evaporasi

LATIHAN SOAL 3 :
Soal 3 :
Sebuah double effect evaporator umpan mundur dipakai untuk memekatkan 4538
kg/jam larutan gula yang mempunyai konsentrasi 10% berat menjadi 50% berat.
Larutan masuk pada effect kedua dengan suhu 37,2 oF dan steam yang tersedia pada
suhu 116oC. Tekanan ruang effect II pada 13,65 kPa absolut. Bila luas perpindahan
panas kedua effect sama sebesar 77 m2 dan koefisien perpindahan panas overall U1 =
2270 W/(m2.K) dan U2 = 1705 W/(m2.K) , hitung :
a. Berapa Steam yang dibutuhkan dan berapa steam ekonominya.
b. Bila dipakai evaporator umpan maju dengan kebutuhan steam yang sama
dengan soal a (umpan mundur), hitung berapa luas perpindahan panas yang
dibutuhkan.
Diketahui :
 KTD (oC) = 1,78 x + 6,22 x2
 Cp larutan (kJ/(kg.K) = 4,19 – 2,35 x
 x = konsentrasi larutan

V1 V2

Feed
Steam

L2

L1

Universitas Surabaya 19

Anda mungkin juga menyukai