Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN

IMD adalah singkatan dari Inisiasi Menyusu Dini yang dewasa ini sedang digalakkan
oleh bidan diseluruh Indonesia, karena merupakan salah satu gerakan sayang ibu dan bayi. IMD
juga adalah sebuah gerakan awal untuk memfasilitasi ibu dalam melakukan kegiatan menyusui
bayinya, serta membantu bayi untuk menyusu pada ibunya. IMD juga dapat menjadi salah satu
cara ibu untuk memberikan kolostrum yang bermanfaat pada bayi baru lahir.
Melihat dan mendalami tentang IMD yang sangat menarik, penulis merasa tertarik untuk
membuat suatu metode penelitian yang diangkat dari sebuah masalah yang sering ditemui oleh
penulis di ruangan kerjanya, yaitu pengetahuan ibu yang kurang tentang IMD dapat menghambat
atau membuat ibu tidak ingin melaksanakan IMD pada bayinya. Penelitian ini akan dilaksanakan
selama 3 bulan di ruang Melati 1 RSUD kabupaten Buleleng. Sehingga diharapkan setelah
penelitian ini dilakukan, penulis dapat membantu ibu-ibu pasca melahirkan untuk mengetahui
dan menginginkan melakukan IMD untuk membantu bayi mencari payudara ibu dan kemudian
dapat menyusu secara baik dan benar.
Penulis didukung dengan artikel bebentuk Jurnal yang berjudul Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Status
Pemberian Asi Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar pada tahun 2012, yang ditulis
oleh Ratna Malitasari.
Dibawah ini akan penulis jabarkan desain penelitian, alat pengambilan data, subyek penelitian
dan cara analisis data yang akan digunakan penulis dalam membuat penelitian.
2.1 Desain atau metode penelitian
Desain atau metode penelitian ilmiah dibagi menjadi lima, yaitu :
2.1.1 Metode Kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan
dengan menggunakan analisis. Pada pelaksanaannya, metode ini bersifat subjektif dimana
proses penelitian lebih tiperlihatkan dan cenderung lebih fokus pada landasan teori.
Metode riset ini juga disebut dengan metode etnografi karena sangat jamak dipakai untuk
melakukan pengamatan kondisi sosial budaya.

6
2.1.2 Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara sistematis,
terstruktur, serta terperinci. Pada pelaksanaaannya, metode riset ini fokus pada
penggunaan angka, tabel, grafik, dan diagram untuk menampilkan hasil data/ informasi
yang diperoleh.
2.1.3 Metode Survei
Metode survei adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset
dalam bentuk opini atau pendapat dari orang lain yang berinteraksi langsung dengan
objek yang diamati. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran
umum melalui sampel beberapa orang.
2.1.4 Metode Ekspos Facto
Metode Ekspos Facto adalah metode riset untuk meneliti hubungan sebab-akibat
dari suatu peristiwa. Dari keterkaitan sebab-akibat tersebut akan ditemukan kemungkinan
baru yang bisa dijadikan indikator dalam proses riset.
2.1.5 Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode riset yang bertujuan untuk menjelaskan suatu
peristiwa yang sedang berlangsung pada masa sekarang dan juga pada masa lampau.
Metode riset ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu Longitudinal (sepanjang waktu)
dan Cross Sectional (waktu tertentu).
Dalam permasalahan yang akan penulis jabarkan ini menggunakan Metode
Penelitian Analitik dengan pendekatan Cros sectional atau dalam waktu tertentu.
Dikatakan menggunakan Metode Penelitian Analitik dengan pendeketan Cross Sectional
karena dilakukan penelitian dalam waktu tertentu saja, yakni penelitian akan dilakukan
pada saat ibu akan melakukan IMD.

2.2 Sampel yang digunakan

Sampel merupakan bagian populasi penelitian yang digunakan untuk


memperkirakan hasil dari suatu penelitian. Sedangkan teknik sampling adalah bagian dari
metodologi statistika yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan sampel. Pengertian

7
sampling atau metode pengambilan sampel menurut penafsiran beberapa ahli . Beberapa
diantarnya adalah sebagai berikut;

1. Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56).


2. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. (Margono,
2004).

Cara Pengambilan Sampel bermacam-macam tergantung jenis penelitian yang akan


dilakukan. Secara garis besar, metode pengambilan sampel terdiri dari 2 kelas besar yaitu :

1. Probability Sampling (Random Sample)

Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara random atau


acak. Dengan cara pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini
terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik, antara lain:

8
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random


Sampling. teknik penarikan sampel menggunakan cara ini memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel
penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian. Terdapat 2
pendapat mengenai metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat
pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan
lagi sehingga setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang sama.
Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada
pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling
sering digunakan adalah Simple Random Sampling  dengan pengembalian.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat
mengetahui standard error penelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak
adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat
merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian
berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti membuat undian untuk
mendapatkan sampel pertama. Setelah mendapatkan sampel pertama, maka
nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh sehingga
probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan responden pertama.
Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel memenuhi
kebutuhan penelitian.

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis  (Systematic Random Sampling) 

Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam


memilih sampel penelitian. Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10
sampel dari 100 orang, maka jumlah kelompok intervalnya 100/10=10.
Selanjutnya responden dibagi ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil
9
secara acak tiap kelompok. Contoh Sampel Acak Sistematis adalah
pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang datang ke puskesmas. Jadi
setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan seterusnya maka itulah yang
dijadikan sampel penelitian.

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)

Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar


tingkatan tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer
tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses
pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok.


Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu.
Tujuan  metode Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang
suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi. Misalnya,
penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang
poli di RS A dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)


Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu
bertingkat dua, tiga atau lebih. Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa ->
RW – RT.

2. Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).

Dibawah ini tehnik pengambilan sampel yang termasuk ke dalam kategori Non-
Probability Sampling, yaitu :

10
1. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan.


Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel.
Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan


tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang
menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari
kelompok penelitian. Misalnya, calon responden mengalami penyakit penyerta atau
gangguan psikologis yang dapat memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes


mellitus yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai
antara lain: Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki),
usia 18-59 tahun, bisa membaca dan menulis.

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan
ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

2. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara
atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh
kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. Metode pengambilan sampel Snowball atau
Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan
membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita
HIV, dan kelompok khusus lainnya.

11
3. Accidental Sampling
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil
sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis
kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan. Contoh penggunan metode ini,
peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom yaitu penyakit yang
merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik.
Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus
tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan
kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode tertentu
yang telah ditentukan oleh peneliti. Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga
cocok untuk penelitian yang bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti
kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia menanyakan tentang kebersihan Kota
Bandung pada warga Bandung yang dia temui saat itu.

4. Quota Sampling
Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik
sampling ini mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh
peneliti. Kelebihan metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah diketahui
sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup tinggi jika
menggunakan metode ini. Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya
digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian
pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu. Dalam suatu area terdapat 10
penderita lupus, maka populasi tersebut dijadikan sampel secara keseluruhan , inilah yang
disebut sebagai Total Quota Sampling.

5. Teknik Sampel Jenuh


Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua
anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.

12
Dalam permasalahan yang penulis akan angkat dalam masalah ini menggunakan tekhnik
pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling. Dimana sampel yang akan digunakan
adalah ibu-ibu post partum yang melahirkan di ruang melati 1 di RSUD Kabupaten Buleleng.

2.3 Alat pengumpulan data


Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian.
Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Bentuk
instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal metode wawancara yang
instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau kuesioner, instrumennya berupa angket
atau kuesioner. Metode tes, instrumennya adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya
bernama chek-list. Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh
dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan menjadi instrumen
penelitian, yaitu tes dan non-tes.
2.3.1 Bentuk Instrumen Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat
digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek
penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal.
Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.
Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu: a) tes
kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang
menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya.
b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang.
c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat
intelektual seseorang.
d) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam
menghadapi suatu kondisi.
e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang
terhadap sesuatu.

13
f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang
setelah ia mempelajari sesuatu.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan
hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek mendasar seperti
kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah
menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.

2.3.2 Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner


Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai
dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis,
tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan
ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
 kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya sendiri, bentuknya
sama dengan kuesioner isian.
 kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya
sama dengan kuesioner pilihan ganda
 kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
 kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
orang lain
 check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom jawaban yang tersedia
 skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya
menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan
dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit,
yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal
yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam
penelitian.
Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu
14
diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti
penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna
dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan
pertanyaan inti pada tempat yang berbeda.
Bentuk tes seperti ini dapat dilaksanakan salah satunya ketika menyelesaikan tugas akhir
di antaranya membuat laporan tugas akhir penyelesaian studi seperti skripsi.

2.3.3 Bentuk Instrumen Interview


Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interview. Instrumennya dinamakan
pedoman wawancara atau inter view guide. Dalam pelaksanaannya, interview dapat dilakukan
secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus
membawa lembar pedomannya. Syarat interview seperti ini adalah pewawancara harus tetap
mengingat data yang harus terkumpul.
Lain halnya dengan interview yang bersifat terpimpin, si pewawancara berpedoman pada
pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah kuesioner. Selain itu ada juga interview yang
bebas terpimpin, dimana pewawancara bebas melakukan interview dengan hanya menggunakan
pedoman yang memuat garis besarnya saja.
Kekuatan interview terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan
tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber data
dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk
mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi
keluar seperti air mengalir dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi terkini
terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar ingin mendapatkan
gambaran menyeluruh tentang kinerja salah seorang guru di sekolah tertentu, maka lakukan
dengan wawancara diantaranya dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara
dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru
terkait.

15
2.3.4 Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu
objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan 
pengamatan  langsung  dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,
atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa
pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi
sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman
tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati.
Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis
dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya
adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah
memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya
berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara
peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja dengan
pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang didapatkan
berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem
pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati terbatas pada kejadian-
kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung
tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka
kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala
sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program
peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa
kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen observasi
dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner
yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan
rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana
sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.

16
2.3.5 Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating Scale
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui
pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat
adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan
rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah
diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka perlu diwaspadai
beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan Siegel dalam Suharsimi (2002)
faktor yang berpengaruh terhadap ketidakjujuran jawaban responden adalah persahabatan,
kecepatan menerka, cepat memutuskan, jawaban kesan pertama, penampilan instrumen,
prasangka, halo effects, kesalahan pengambilan rata-rata, dan kemurahan hati.
2.3.6 Bentuk Instrumen Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang
memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat
daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini
terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup
menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan
tally pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan
pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti
sejarah, landasan hukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya
dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,
bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.
Cara pengumpulan data yang akan penulis gunakan adalah dengan menggunakan lembar
kuisioner, dengan jenis pertanyaan yang tertutup. Pertanyaan-pertanyaan yang akan penulis
ajukan tentu akan di uji validitas terlebih dahulu, agar dapat mewakili data yang akan penulis
cari untuk membuat kesimpulan dari penelitian.

17
2.4 Cara Menganalisis data

Kata analysis berasal dari bahasa Greek Yunani terdiri dari kata “ana” dan “lysis”.
Ana artinya atas above, lysis artinya memecahkan atau menghancurkan. Secara definitif
ialah “Analysis is a process of resolving data into its constituent components to reveal its
characteristic elements and structure’ Ian Dey. Agar data bisa dianalis maka data tersebut
harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian kecil menurut elemen atau struktur,
kemudian menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang baru.

Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini
berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa
diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan Kaidah ilmiah. Analisis data adalah
upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data
tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, tertutama masalah
yang berkaitan dengan penelitian. Atau definisi lain dari analisis data yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk menubah data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa
dipergunakan dalam mengambil kesimpulan.

Analisis data biasanya dilakukan pada penelitian yang menggunakan metode


penelitian Kuantitatif. Cara menganalisis data terbagi menjadi tiga bagian yaitu analisis
Univariat, Bivariat, Multivariat. Analisis jenis ini terkait dengan banyaknya jumlah
variabel dalam data, jumlah variabelnya tidak hanya mencakup banyaknya variabel tetapi
mencakup juga macam variabel didalamnya. Variabel dalam penelitian data kuantitatif
dibedakan menjadi 2 yaitu variabel bebas (independent variable) dan terikat (dependent
variable), variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi variabel lain, sedangkan
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi/ sedang diprediksi. Misalnya terjadi
pada penelitian tentang pengaruh promosi dengan jumlah penjualan, dimana promosi
sebagai variabel bebas dan jumlah penjualan adalah variabel terikat. Oleh karena itu,
muncul analisis Univariat, Bivariat Dan Multivariat.

18
1.  ANALISIS UNIVARIAT

Adalah Analisis yang dilakukan pada satu variabel atau ada lebih variabel
tapi tidak saling terkait, contoh

Hasil penelitian mengenai kekerasan seksual dapat dilihat pada tabel berikut:

Kekerasan seksual F Persentase (%)

Tidak pernah 206 79,2

Pernah 54 20,8

Total 260 100,0

Dari data diatas menunjukan  bahwa sebagian responden tidak pernah mengalami kekerasan
seksual, yaitu sebanyak 206 responden (79,2%)

2. ANALISIS BIVARIAT

Adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel, yang bermanfaat untuk
mengetahui hubungan pada dua variabel tersebut. Analisis ini memiliki lebih dari
satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Contoh : “Motivasi kerja dengan
produktivitas”. Motivasi kerja sebagai variabel bebas dan produktivitas sebagai
variabel terikat. Apakah ada hubungan antara motivasi kerja dengan
produktivitas? Apakah ada pengaruh motivasi kerja dengan produktivitas?  Dalam
analisis bivariat ini, secara umum dapat dihitung melalui analisa korelasi
(hubungan) dan analisa regresi (pengaruh).

19
3. ANALISIS MULTIVARIAT

Yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel,


yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis Multivariat variabel terikatnya
lebih dari satu, sedangkan variabel bebasnya bisa hanya satu ,tujuannya adalah
untuk mencari pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap suatu obyek secara
simultan atau serentak. Contoh : Dalam bidang pemasaran yaitu, menganalisis
pengaruh variable kualitas produk, harga dan saluran distribusi terhadap kepuasan
pelanggan. misalnya pengaruh kecepatan layanan, keramahan petugas dan
kejelasan memberikan informasi terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Analisis multivariat digunakan karena pada kenyataannnya masalah yang terjadi
tidak dapat diselesaikan dengan hanya menghubung-hubungkan dua variable atau
melihat pengaruh satu variable terhadap variable lainnya. Sebagaimana contoh di
atas, variable kepuasan pelanggan dipengaruhi tidak hanya oleh kualitas produk
tetapi juga oleh harga dan saluran distribusi produk tersebut.

Dalam permasalahan yang akan diangkat oleh penulis menggunakan cara


uji analisis chi-square dengan menggunakan aplikasi SPSS.

20

Anda mungkin juga menyukai