Anda di halaman 1dari 19

PENCELUPAN POLIESTER/KAPAS DENGAN ZW DISPERSI-DIREK

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengamati dan mengetahui hasil pencelupan polyester-kapas dengan zw dispersi –
direk,dengan memvariasikan metode dan beberapa zat pembantu serta kondidsi proses.

II. TEORI DASAR


Kain campuran umumnya terdiri dari dua macam campuran serat yang dimaksudkan untuk
memperoleh sifat-sifat kain yang diinginkan disamping juga untuk menutupi kekurangan dari sifat serat
penyusunnya.
Pencampuran ini akan memberikan keuntungan baik ekonomis maupun non ekonomis yang diinginkan.
Namun dari segi teknis tentu akan menambah tingkat kesulitan dalam pengerjaannya termasuk proses
pencelupannya. Oleh karenanya dalam proses pencelupan yang akan dilakukan perlu diperhatikan sifat-
sifat dari masing-masing serat penyusunnya agar dapat berlangsung dengan baik.

Serat Poliester
Serat polyester adalah serat sintetik yang dibuat dari molekul polimer polyester linier dengan
susunan paling sedikit 85 % etilena glikol (HO-CH2-CH2-OH) dan asam tereftalat (C6H4(COOH)2) melalui
proses polimerisasi kondensasi. Kekuatan polyester pada keadaan kering sama besar dengan kekuatan
pada keadaan basah. Polyester memiliki mempunyai kristalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak
mengandung gugusan-gugusan yang aktif, sehingga sukar sekali ditembus oleh molekul-molekul yang
berukuran besar ataupun tidak bereaksi dengan zat warna anion atau kation. Untuk memperoleh hasil celup
yang baik maka proses pendahuluan (pretreatment) untuk polyester sangat perlu. Penggunaan alkali panas
waktu proses pencucian polyester sebaiknya dihindari, karena akan menyebabkan terkelupasnya
permukaan serat tersebut. Polyester juga memiliki titik leleh yang tinggi yaitu 280 oC, juga daya tahan
terhadap sobekan maupun gosokan dan elastisitas yang tinggi. Polyester kebanyakan hanya dapat dicelup
oleh zat warna dispersi.

pembuatan serat poliester


Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang tergolong
kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman
yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang menjadi tanaman industri kapas
ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebaai kapas Upland atau kapas Amerika.
Sifat-sifat kapas secara fisik adalah :
 Warnanya agak krem
 Kekuatan per bundle 96.000-116.000 pound/inci
 Mulur antara 4-13 %
 Mousture Regain : 7-8,5 %
 Berat Jenis : 1,5-1,56

Sedangkan sifat kimianya :


 Serat kapas akan terhidrolisa oleh asam kuat
 Oksidator akan menurunkan kekuatan
 Alkali pekat akan menggelembungkan serat
 Larut dalam larutan kuproamonium hidroksida dan kuproentadiamin
H OH CH2OH

o OH H H o
H
O OH H

CH2OH H OH

Struktur kimianya merupakan senyawa benzena yang mengandung gugus hidroksil yang mudah
menyerap air yang sebagian besar terdiri dari selulosa (komponen utama), lemak, malam, pectin, dsb.
Bahan yang dicelup adalah kain dari kapas.

B. Zat Warna Dispersi


zat warna dispersi adalah zat warna organic yang dibuat secara sintetik. Kelarutannya dalam air kecil sekali
dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau partikel-partikel zat warna yang hanya melayang dalam
air.
zat warna ini dipakai untuk mencelup atau mewarnai srat-serat tekstil sintetik, yang bersifat termoplastik
atau hidrofob. Absorbsinya ke dalam serat sering disebut “Solid Solution“, yaitu zat padat larut dalam zat
padat. Dalam hal ini zat warna merupakan zat terlarut dan serat berkisar antara 30 – 200 mg per garam
serat.
Molekul zat warna dispersi relatif kacil, sederhana dan tidak mempunyai gugus pelarut,Karena itu
mempunyai katahanan yang tinggi dan warna yang cemerlang. Salainitu zat warna dispersi hampir semua
mengandung gugus-gugus hidroksil dan amina (-OH, -NH2, NHR) yang berfungsi sebagai donor atom
hydrogen untuk mengadakan interaksi dua kutub atau membentuk ikatan hydrogen dengan gugus-gugus
karbonil atau gugus asetil dari serat.
2. Struktur Kimia zat warna dispersi
menurut struktur kimianya zat warna dispersi merupakan senyawa azo, antrakuinon dan dipenil amina.
3. Klasifikasi zat warna dispersi
karena molekulnya kecil zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi, maka berdasarkan pada
sifat ketahanan sublimasinya dapat dikelompokan dalam 4 (empat) golongan , yaitu :
a) Golongan I : zat warna dispersi sublimasi rendah, dengan titik leleh 150 – 180 0C,
mempunyai berat molekul yang sangat kecil dan sangat mudah digunakan terutama untuk serat
asetat.
b) Golongan II : zat warna dispersi sublimasi cukup, dengan titk leleh 180 – 210 0C,
mempunyai berat molekul relatif rendah dengan sifat pewarnaan yang baik.
c) Golongan III : zat warna dispersi sublimasi baik, dengan titk leleh 210 – 230 0C, mempunyai
berat molekul yang sedang dengan sifat pewarnaan yang cukup.
d) Golongan IV : zat warna dispersi sublimasi tinggi, dengan titk leleh di atas 230 0C, mempunyai
berat molekul yang besar akan tetapi sifat pewarnaan yang kurang.
4. Sifat-sifat umum zat warna dispersi
a) Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor, diantaranya : azo,
antrakuinon, dan dipenilamina
b) Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian dapat mengkristal lagi.
c) Sifat dasar adalah non ionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2, dan gugus –NHR,
dansebagainya yang bertindak sebagai gugus pemberi (donor) hydrogen untuk mengadakan
ikatan dengan serat (gugus karbonil).
d) Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat warna dispersi sedikit
larut dalam air ( 0,1 miligram /L), tapi mempunyai kejenuhan yang tinggi pada serat pada
kondisi pencelupan.
e) Penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celupnya akan menyebabkan dispersi yang stabil
dalam air.
f) Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam sarat adalah tinggi (10 – 50 mg/g serat).
g) Tidak ada perubahan kimia yang disebabkan oleh proses pencelupannya.
Metoda Pencelupan zat pengemban(disperse pada polyester)
Dalam pencelupan dengan sistem ini diperlukan suatu zat pembantu khusus yaitu zat pengemban
yang berfungsi memperbaiki kelarutan zat warna dalam laruan celup, menggelembungkan serat sehingga
memperbesar pori-pori dan juga membawa zat warna masuk ke dalam serat.
Pencelupan dengan zat pengemban dapat dilakukan pada suhu 85 0C atau mendidih. Disamping
zat pengemban diperlukan pula zat pembantu yang lain, yaitu zat pendispersi untuk mendapatkan dispersi
zat warna yang stabil. Dan Karena kebanyakan zat warna dispersi mencelup dalam suasana agak asam
(pH 5 – 5,5), maka ke dalam larutan celup perlu ditambahkan asam, misalnya yang biasa dipergunakan
adalah asam asetat atau asam formiat.
Mekanisme pencelupan yang terjadi adalah sebagai berikut : zat pengemban menggelembungkan
serat sehingga pori-pori serat terbuka. Kristal-kristal besar atau agregat kristal zat warna terdispersi dalam
air, dari dispersi ini kemudian terpecah molekul-molekul tunggal zat warna yang berada dalam medium
tersebut akan melekat di permukaan serat kemudian berdifusi dan larut ke dalam serat.
Ikatan antara zat warna dan serat dapat merupakan iaktan hydrogen yang dibentuk oleh gugus-
gugus pemberi (donor) atom hydrogen dari zat warna dengan gugus karbonil dari serat. Disamping itu gaya-
gaya Van der Walls dan interaksi dua kutub dapat pula terjadi.
Mencelup dengan metoda zat pengemban mempunyai keuntungan-keuntungan sebagi berikut :
- tidak menggunakan tekanan,
- tidak memerlukan peralatan yang khusus, dapat menggunakan mesin jigger, haspel
atau bak.,
- penyerapan zat warna lebih besar dan cepat

Pencelupan suhu tinggi (high temperature)


Pencelupan suhu tinggi (high temperature) adalah pencelupan dalam larutan celup dengan
menggunakan tekanan, sehingga dapat diperoleh suhu yang tinggi yaitu sekitar 120–130 0C. Pada
pencelupan suhu tinggi dapat digunakan zat-zat warna dispersi yang ketahanan sinar lebih baik dan sukar
menguap, tetapi hanya terserap sedikit pada pencelupan dibawah 100 0C.
Dengan pencelupan suhu tinggi tidak akan terjadi pengurangan kekuatan serat selama suasana
larutan netral atau sedikit asam, tetapi kerusakan bisa saja terjadi karena kemungkinan adanya sisa-sisa
alkali sewaktu proses pemasakan, oleh karena itu pencucian setelah proses pemasakan sangatlah perlu
dilakukan, kemudian dibilas dengan air yang mengandung asam asetat untuk memastikan bahwa tidak ada
alkali yang tertinggal
Pencelupan suhu tinggi (high temperature) adalah pencelupan dalam larutan celup dengan
menggunakan tekanan, sehingga dapat diperoleh suhu yang tinggi yaitu sekitar 120–130 0C. Dengan
pencelupan suhu tinggi tidak akan terjadi pengurangan kekuatan serat selama suasana larutan netral atau
sedikit asam.
Zat warna dispersi adalah zat warna yang tidak larut dalam air, tetapi mudah didispersikan atau
disuspensikan dalam air. Penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan baik tetapi difusi kedalam
serat sangat lambat. Beberapa zat warna dispersi mempunyai kecepatan difusi yang cukup besar, sehingga
celupan muda atau sedang dalam waktu pencelupan yang tidak terlalu lama. Zat warna tersebut pada
umumnya mempunyai struktur yang sederhana.
Penyerapan zat warna dibawah temperatur 800 C sangat kecil, sedangkan antara 85-1000 C
penyerapan akan bertambah banyak sehingga pencelupan harus dikerjakan pada suhu tersebut dengan
waktu yang cukup lama untuk memperoleh penyerapan yang lebih baik. Perubahan temperatur yang kecil
antara 90-1000 C akan memberikan perbedaan penyerapan warna yang cukup besar, maka bahan tesktil
haruslah selalu terendam dalam larutan celup.
Cara-cara pencelupan poliester :
- cara zat pengemban (carrier)
- cara suhu tinggi
- cara thermosol

Pencelupan kapas dengan zw direk


Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan
tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan. Zat warna direk disebut juga zat wana substantif karena dapat
terserap baik oleh selulosa,atau zat warna garam karena dalam pencelupannya selalu harus ditambah
garam untuk memperbesar penyerapan.Beberapa jenis zat warna direk dapat mencelup serat-serat
protein .
Kebanyakan zat-zat warna golongan ini merupakan senyawa azo yang mengandung gugusan
sulfonat sebagai gugusan pelarut.Zat warna direk,dapat merupakan senyawa mono-azo,di-azo,tri-azo atau
tetrakis-azo.Zat warna direk pada umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap pencucian
sedangkan ketahanannya terhadap sinar sedang,kecuali ada beberapa yang mempunyai nilai cukup atau
baik.Demikian pula zat warna direk kurang tahan terhadap oksidasi dan akan rusak oleh reduksi.Zat warna
direk mempunyai sifat yang berbeda-beda didalam kerataan pada waktu pencelupan.
Ketahanan terhadap pencucian hasil celupan zw direk dapat diperbaiki dengan berbagai cara
pengerjaan iring yang prinsipnya adalah memperbesar molekul zat warna dalam serat sehingga zat warna
akan lebih sukar keluar dari dalam serat.

A. Faktor-Faktor yang Berpengaruh


1. Pengaruh elektrolit
Pengaruh elektrolit akan memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh zat warna,
meskipun zat warna mempunyai kepekaan yang berbeda. Elektrolit yang digunakan adalah
garam dapur (NaCl).
Zat warna dengan gugus sulfonat yang banyak akan lebih mudah ditolak oleh serat dari pada
yang sedikit, sehingga perlu ditambahkan elektrolit.
2. Pengaruh Temperatur
Pada umumnya termasuk proses pencelupan eksotermis yang pada keadaan setimbang jika
temperaturnya tinggi penyerapannya akan rendah dibanding pada temperatur rendah. Oleh
karena itu pencelupan zat warna direk ini diperlukan temperatur yang tinggi untuk
mempercepat reaksi. Sehingga apabila temperaturnya tinggi, maka jumkah zat warna yang
terserap lebih besar, kemudian berkurang kembali.
3. Pengaruh pH
Zat warna direk digunakan dalam suasana netral. Apabila dilakukan penambahan alkali, maka
akan memperhambat penyerapan. Sehingga sering ditambahkan
abu soda 3% untuk meengurangi kesadahan air atau untuk mempervaiki kelarutan zat warna.
4. Pengaruh Perbandingan Larutan
Pada dasarnya dilakukan untuk memperkecil zat warna yang terbuang atau hilang. Sehingga
dapat mengurangi pemborosan dalam pemakaian zat warna. Dan hanya mempergunakan
larutan simpan bekas celupan dengan menambahkan zat warna baru pada larutan tersebut,
maka dapat diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula. Dan hal ini dilakukan
untuk mencelup warna-warna tua.
Pada umumnya zat warna direk mempunyai ketahanan luntur yang kurang, sehingga setelah
pencelupan sering dilakukan pengerjaan iring untuk memperbaiki tahan luntur terhadap sinar dan
pencucian. Pengerjaan iring dilakukan setelah pencelupan.
Zat-zat yang biasa digunakan untuk pengerjaan iring diantaranya :
 Formaldehida
 Pendiazon dan penggandengan dengan fenol dan naftol dengan garam diazonium.
 Penggabungan dengan senyawa kation aktif.
 Penggabungan dengan tembaga sulfat dan kalium bikromat.

MEKANISME PROSES PENCELUPAN DISPERSE -DIRECT


Mekanisme pencelupannya sering disebut sebagai ‘solid solution’ dimana zat warna disperse ini
merupakan zat padat yang larut didalam medium serat (padat). Meski begitu, tidak menutup kemungkinan
lain yang bergantung pada jenis zat warna dan sistem pencelupannya. Saat ini mekanisme pencelupan zat
warna disperse ini sering disebut sebagai perpindahan dari keadaan agregat dalam larutan celup yang
masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler. Dimana pigmen zat warna disperse larut dalam air dengan
jumlah yang sangat kecil, dan bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh serat.
Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu dapat larut guna
mempertahankan kesetimbangannya.
Sedangkan ikatan yang terjadi antara serat dengan zat warna kemungkinan adalah ikatan fisika,
juga gaya van der waals dari interaksi dua kutub yang mungkin mengambil peranan penting dalam
mekanismenya. Penyerapannya sangat kecil untuk suhu dibawah 800C, sedangkan antara 85 – 1000C
penyerapannya dapat bertambah, sehingga proses pencelupan sebaiknya dilakukan pada temperatur ini.
Perubahan temperatur yang kecil pada suhu diantara 90 – 100 0C akan memberikan perbedaan penyerapan
yang cukup signifikan, sehingga pada saat proses sebaiknya bahan harus selalu terendam dalam larutan
celup.
Dikarenakan kecepatan penyerapan zat warna disperse yang rendah, maka hasil yang didapat pun
umumnya memiliki tingkat kerataan yang cukup baik. Akan tetapi sebaliknya, sangat sulit untuk
memperbaiki hasil celupan yang tidak rata, hal ini dikarenakan dengan pendidihan yang lebih lama tidak
akan diperoleh migrasi yang berarti (lebih baik).
Pada proses pencelupan ini diperlukan penambahan zat organik berupa zat pendispersi, misalnya
senyawa fenol, amin atau hidrokarbon aromatik kedalam larutan untuk mendispersikan sehingga dapat
mempercepat proses penyerapan zat warna kedalam serat.
Pencelupan dengan temperatur tinggi adalah proses pencelupan dalam larutan celup dengan
menggunakan tekanan untuk memperoleh temperatur tinggi yaitu hingga 1300C. Dengan adanya suhu yang
tinggi, serat akan menggelembung sehingga zat warna dapat masuk kedalamnya. Pada pencelupan kain
polyester ini, energi panas dapat melunakkan serat seiring dengan penaikkan suhu untuk membuka pori-
pori serat. Energi panas ini menimbulkan gerakan aktif yang cepat pada rantai molekul serat sehingga
terbentuk ruang antar molekul yang memungkinkan zat warna berdifusi kedalam serat. Molekul zat warna
akan terdesak masuk kedalam serat, dan setelah proses, yaitu dengan penurunan suhu, serat akan kembali
kebentuk semula dengan zat warna didalamnya.
Keuntungan yang didapatkan adalah dapat diperoleh hasil celupan dengan warna tua tanpa
bantuan zat pengemban, serta mempersingkat waktu dan biaya. Disamping itu, dikarenakan proses dengan
suhu tinggi, maka dapat diperoleh kain hasil celupan yang memiliki ketahanan sinar yang lebih baik. Akan
tetapi, menggunakan zat warna yang bersifat seperti tadi, ketika pada suhu dibawah 1000C, penyerapannya
sangat rendah.
Proses ini pun dapat menghindari penurunan kekuatan selama suasana larutan tetap netral atau
sedikit asam. Hal yang sangat mungkin terjadi terhadap kerusakan yang berakibat penurunan kekuatan
berasal dari sisa-sisa alkali sewaktu proses pemasakan. Untuk memperoleh hasil celupan yang lebih rata,
prosesnya sebaiknya dilakukan pada suhu diatas 1200C, dimana pada suhu 1300C penyerapan akan
semakin baik.
Pada proses ini dilakukan pula proses reduction cleaning, dimana fungsi utamanya yaitu untuk
memperbaiki ketahanan gosoknya bagi celupan warna tua. Proses pereduksiannya sendiri hanya
mereduksi pada permukaan serat saja, dikarenakan sifat polyester yang hidrofob, sehingga zat warna yang
telah terserap dan tertahan didalam serat tidak akan ikut tereduksi.

III. PERCOBAAN :
III.1 ALAT dan BAHAN
Peralatan Bahan
*. Gelas ukur 100 ml *. Kain poliester
*. Gelas pengaduk *. Zat warna disperse dan direk
*. Pipet volume 10 ml *. Zat pendispersi
*. Timbangan (neraca Ohauss) *. Asam asetat
*. Gelas piala 100 ml *. Amonium sulfat
*. Gelas porselen + 1 liter *. Alkali lemah (Na2CO3)
*. Termometer 110°C *. Elektrolit (NaCl)
*. Kasa asbes
*. Mesin celup Exhaust

III.2. Resep celup


Resep Celup Zat Warna Disperse Cara Carrier
Resep 1 2 3 4 5
(OBOS) (OBOS) (OBTS) (OBTS) (TBTS)
Zat warna dispersi (%) 2 2 2 2 2
Asam Asetat (cc/l) 2 2 2 2 2
Pendispersi : g/l 2 2 2 2 2
Carrier : % - 5 - 5 5
Suhu (0C) 100 100 130 100 100
Waktu : 30 menit
Vlot 1 : x 1:30 1:30 1:30 1:30 1:30
Resep Celup Zat Warna Direck
Zat warna direk : % 1 1 1 1 1
Soda abu (g/l) 1 1 1 1 1
Pembasah (cc/l) 1 1 1 1 1
Garam dapur : g/l 20 20 20 20 30
Suhu (0C) 130 100 130 100 80
Waktu (menit) 30
Vlot 1:30

Ket :Obos = One bath One Stage, Obts = One Bath Two Stage, Tbts = Two Bath Two Stage

Resep Pengerjaan Iring Resep cuci


Fixing agent (ml/l) 2 Sabun (cc/l) 1
Natrium karbonat (g/l) 2 Natrium karbonat (g/l) 1
50-60 50-60
Waktu (menit) 10 Waktu (menit) 10

III.3 Fungsi zat


Zat warna Dispersi (dispersol yellow ) : Mewarnai serat polyester
Zat warna direk ( ) : Mewarnai serat Kapas
Zat pendispersi : Untuk mendispersikan zat warna disperse sehingga dapat larut
dalam air, sehingga proses pencelupan lebih optimal
Asam asetat : Sebagai pengatur pH larutan menjadi asam sehingga
pencelupan zat warna disperse dapat mewarnai polyester
dengan optimal
Na2S2O4 (RC) : Pereduksi untuk menghilangkan zat warna yang hanya
menempel di permukaan serat, sehingga hasil kain memiliki
tingkat ketahanan gosok yang baik.
Na2CO3 : Pembuat susasana alakalis pada pencelupan zw direk
Elektrolit : Memperbesar penyerapan zat warna dan mengurangi
kesadahan
Fixing agent : pada proses irirng untuk memperbesar molekul zat warna
direk sehingga mempunyai ketahanan luntur yang baik
Pembasah : Menurunkan tegangan permukaan bahan sehingga zat – zat kimia
termasuk zw dapat lebih mudah mendekati permukaan serat
III.4 Cara Kerja
a. Melarutkan zat warna
Untuk Zw direk
- Zat warna direk ditimbang sebanyak 1 g
- Lalu dibuat pasta dengan air dingin
- Kemudian ditambah air panas sampai larut hingga volume larutan menjadi 100 ml larutan ini
menjadi larutan pokok celup.
Untuk Zw Dispersi
- Zat warna Dispersi ditimbang sebanyak 1 g
- Lalu dibuat pasta dengan air dingin
- Kemudian ditambah air panas sampai larut hingga volume larutan menjadi 100 ml larutan ini
menjadi larutan pokok celup.
b. Cara Pencelupan
- Timbang garam dapur atau garam glauber,zat-zat yang di tentukan sesuai dengan resep
- Buat larutan celup, sesuai dengan cara yang ditentukan yaitu:
Resep pertama (Obos suhu 130C untuk resep 1 tidak memakai carrier)
 Masukan zat warna direk dan dispersi dari kedua larutan pokok celup , pembasah,NaCl
dan zat-zat lain yang telah di tentukan ke dalam larutan celup pada suhu 30 oC, banyaknya
tergantung resep.
 Bahan yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut selama 10 menit pada suhu
60C.
 suhu dinaikan perlahan-lahan sampai 130C dan pencelupan diteruskan selama 30 menit.
 Setelah mencapai 130C, suhu dikonstankan selama 10 menit.
 Setelah selesai, turunkan suhu sampai dengan 600C untuk dilakukan cuci panas yang
dilanjutkan dengan cuci bilas.

Resep kedua (Obos suhu 100C untuk resep 2 memakai carrier)


 Masukan zat warna direk dan disperse dari kedua larutan pokok celup,
pembasah,NaCl,Carrier dan zat-zat lain yang telah di tentukan ke dalam larutan celup pada
suhu 30oC, banyaknya tergantung resep.
 Bahan yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut selama 10 menit pada suhu
60C.
 suhu dinaikan perlahan-lahan sampai 100C dan pencelupan diteruskan selama 30 menit.
 Setelah mencapai 100C, suhu dikonstankan selama 10 menit.
 Setelah selesai, turunkan suhu sampai dengan 600C untuk dilakukan cuci panas yang
dilanjutkan dengan cuci bilas.

Resep ketiga (Obos suhu 130C untuk resep 3 tidak memakai carrier)
 Masukan zat warna direk dan dispersi
dari kedua larutan pokok celup , pembasah,NaCl dan zat-zat lain yang telah di tentukan ke
dalam larutan celup pada suhu 30oC, banyaknya tergantung resep.
 Bahan yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut selama 10 menit pada
suhu 60C.
 suhu dinaikan perlahan-lahan sampai 130C dan pencelupan diteruskan selama 30
menit.
 Setelah mencapai 130C, suhu dikonstankan selama 10 menit.
 Setelah selesai, turunkan suhu sampai dengan 600C untuk dilakukan cuci panas
yang dilanjutkan dengan cuci bilas.

Resep keempat (Obts suhu 100 untuk resep 4 memakai carrier )


 Masukan zat warna direk dan disperse dari kedua larutan pokok celup , pembasah dan
zat-zat lain yang telah di tentukan ke dalam larutan celup pada suhu 30 oC, banyaknya
tergantung resep.
 Bahan yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut selama 10 menit pada suhu
60C.
 suhu dinaikan perlahan-lahan sampai 100C dan pencelupan diteruskan selama 30 menit.
 Setelah mencapai 100C, suhu dikonstankan selama 10 menit.
 Masukkan NaCl pada suhu 60C
 Setelah selesai, turunkan suhu sampai dengan 600C untuk dilakukan cuci panas yang
dilanjutkan dengan cuci bilas.
Resep kelima (TbTs untuk resep 5 memakai carrier)
 Masukan zat warna disperse dan dari satu larutan pokok celup , pembasah,NaCl dan zat-
zat lain yang telah di tentukan ke dalam larutan celup pada suhu 30oC, banyaknya
tergantung resep.
 Bahan yang telah dimasak, dicelup dalam larutan tersebut selama 10 menit pada suhu
60C.
 suhu dinaikan perlahan-lahan sampai 100C dan pencelupan diteruskan selama 30 menit.
 Setelah mencapai 100C, suhu dikonstankan selama 10 menit.
 Setelah selesai, dilakukan pencelupan direk pada suhu 30C kemudian tambahkan garam
berangsur-angsur kemudian suhu dinaikan pada suhu 80C selama 30 menit.
 Setelah selesai, turunkan suhu sampai dengan 600C untuk dilakukan cuci panas yang
dilanjutkan dengan cuci bilas.

III.5 Skema proses celup


Resep pertama (Obos suhu 130C untuk resep 1 Tanpa carrier)

Resep kedua (Obos suhu 100C untuk resep 2 memakai carrier)


Resep ketiga (Obos suhu 130C untuk resep 3 tidak memakai carrier)

Resep keempat (Obts suhu 100 untuk resep 4 memakai carrier )

Resep kelima (TbTs untuk resep 5 memakai carrier)


Cuci sabun

IIII.6 Diagram Alir


Persiapan larutan celup

Pencelupan I

Cuci reduksi

Pencelupan II

Cuci sabun

Pengeringan

IV. Data Percobaan/ Pengamatan


Perhitungan Resep

Resep 1 Resep 2
Zw disperse = 2 x 6 = 12 ml Zw disperse = 2 x 6,5 = 13 ml
Volume larutan = 30 x 6 = 180 ml Volume larutan = 30 x 6,5 = 195 ml
Asam asetat = 2/1000 x 180 = 0,36 ml Asam asetat = 2/1000 x 195 = 0,39 ml
Pendispersi = 2/1000x 180 = 0,36 ml Pendispersi = 2/1000 x 195 = 0,39 ml
Carrier = 5/100 x 6,5 x 100/10 = 3,25 ml
Zw Direk
Zw direk = 2 x 6 = 12 ml Zw Direk
Pembasah = 1/1000 x 180 =0,18 ml Zw direk = 2 x 6 = 12 ml
Garam dapur = 20/100 x 180 = 3,6 g Soda abu = 1/1000 x 195 = 0,195 g
Pembasah = 1/1000 x 195= 0,195 ml
Garam dapur = 20/100 x 195 = 3,9 g
Resep 3 Resep 4
Zw disperse = 2 x 6,2 = 12,4 ml Zw disperse = 2 x 6,5 = 13 ml
Volume larutan = 30 x 6,2 = 186 ml Volume larutan = 30 x 6,5 = 195 ml
Asam asetat = 2/1000 x 186 = 0,372 ml Asam asetat = 2/1000 x 195 = 0,39 ml
Pendispersi = 2/1000 x 186 = 0,372 ml Pendispersi = 2/1000 x 195 = 0,39 ml
Carrier = 5/100 x 6,5 x 100/10 = 3,25 ml
Zw Direk
Zw direk = 2 x 6,2 = 12,4 ml Zw Direk
Soda abu = 1/1000 x 186 = 0,186 g Zw direk = 2 x 6 = 12 ml
Pembasah = 1/1000 x 186 = 0,186 ml Soda abu = 1/1000 x 195 = 0,195 g
Garam dapur = 20/100 x 186 = 3,72 g Pembasah = 1/1000 x 195= 0,195 ml
Garam dapur = 20/100 x 195 = 3,9 g
Resep5 Reduction Cleaning
Zw disperse = 2 x 6 = 12 ml Volume larutan = 500 ml
Volume larutan = 30 x 6 = 180 ml NaOH 38o Be : 2/1000 x 500 = 1 ml
Asam asetat = 2/1000 x 180 = 0,36 ml Na2S2O4 = 2/1000 x 500 = 1 g
Pendispersi = 2/1000 x 180 = 0,36 ml
Carrier = 5/100 x6 x 100/10 = 3 ml Resep Cuci

Zw Direk Berat bahan = 6 g


Zw direk = 2 x 6 = 12 ml Volume larutan = 30 x 6 = 180 ml
Soda abu = 1/1000 x 180 = 0,18 g Sabun = 1/1000 x 180 = 0,18 ml
Pembasah = 1/1000 x 180 =0,18 ml Na2CO3 = 1/1000 x 180 = 0,18 g
Garam dapur = 30/1000x 180 = 5,4 g

Data Percobaan
Resep Hasil Resep Hasil
No 3
No 1

No 4
No 2

No 5

V. D I S K U S I
Dari percobaan diatas didapatkan bahwa :
1. Pada Resep 1 didapatkan efek warna reserve dimana serat kapas terwarnai dengan warna biru
sedangkan serat polyester yang seharusnya terwarnai dengan warna kuning dari disperse , tidak
terjadi. Hal ini terjadi karena tidak digunakannya carrier pada pencelupan dengan zat warna
dispersi pada suhu rendah (1000C), sehingga pembukaan pori – pori serat menjadi kurang
maksimal dan daya serap polyester terhadap zat warna disperse pada suhu mendidih tanpa
carrier sama sekali tidak menghasilkan hasil celup yang baik. Hal ini juga dapat terjadi karena
suasana larutaan yang mendekati netral dengan ditambahkannya soda abu seperti kita tahu
suasana alkalis akan mengurangi hasil pencelupan disperse (sebenarnya OBOS berhasil baik
dan menghasilkan efek kontras bila zat warna disperse tahan alkali). Karena disini tidak
dilakukan variasi resep pda zat warna direk maka didapatkan hasil celup serat kapas dengan
warna biru direk memberikan hasil yang optimal. Pada resep ini untuk mendapatkan efek reserve
lebih baik menggunakan 1 jenis zat warna karena pencelupan pada akhirnya tidak menghasilkan
warna kontras.
2. Pada resep 2 didapatkan efek kontras yang cukup baik karena pada pencelupan suhu mendidih
resep ini digunakan carrier yang membantu pembukaan pori – pori serat poliester, dan
penyerapan zat warna disperse yang lebih baik dibandingkan resep 1 yang tidak menggunakan
zat pengemban. Namun hasil celupan didapatkan warna kontras yang masih kalah baik bila
dibandingkan dengan OBOS dengan HT dan resep OBTS, TBTS, pada dasrnya carrier memiliki
keterbatasan dalam hal pembukaan pori – pori serat bila dibangdingkan dengan system HT
maupun HT, HP sehingga dihasilkan warna celupan disperse yang muda
3. Pada resep 3 dengan metode OBOS dengan suhu tunggi (HT) merupakan resep yang paling
beresiko dibandingkan dengan resep yang lain, hal ini terjadi karena pada umumnya struktur
molekul zat warna direk yang kcil dan sederhana, serta berkromofor azo sangat tidak tahan
terhadap panas sehingga suhu tinggi akan menghasilkan efek celup disperse yang baik karena
pembukaan pori –pori serat yang lebih baik tetapi disisi lain zat warna direk menjadi tidak
maksimal hasil pencelupannya. Hal ini dapat dilihat dari warna biru (direk) yang masih kalah tua
dibandingkan dengan resep 1 dan 2.
4. pada resep 4 dengan metode OBTS dihasilkan warna clup yang cukup baik tetapi masih kalah
baik bila dibandingkan dengan resep TBTS (5) hal ini mungkin terjadi karena adanya staining
awal disperse pada kapas sehingga, proses fikasasi zw direk yang dilakukan setelah fiksasi
disperse mengakibatkan zw direk menjadi tidak maksimal hasil pencelupannya,
5. pada resep 5 dengan metode TBTS dengan carrier didapatkan efek kontras tebaik, sebenarnya
resep ini merupakan resep yang paling aman karena untuk mendapatkan warna kontras sangat
mungkin terjadi, karena terlebih dahulu dilakukan proses cuci reduksi terhadap disperse yang
staining pada kapas sehingga hasil celup direk menjadi lebih baik. Namun dari sisi ekonomis dan
waktu resep ini terlalu makan biaya , zat – zat kimia, waktu dan tenaga.

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat dismpulkan bahwa :
1. pencelupan polyester tanpa carrier pada suhu dibawah 1000C didapatkan hasil yang tidak
maksimal/ tidak terjadi penyerapan zw
2. penggunaan carrier lebih baik digunkan untuk campuran zw disperse direk, dibandingkan dengan
penggunaan temperature tinggi untuk metode one bath one stage
3. Resep OBTS menghasilkan celupan yang optimal bila dibandingkan dengn faktrtor – factor
ekonomis
4. Pencelupan dengan metode TBTS menghasilkan efek kontras paling baik, namun kurang
ekonomis.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Arifin Lubis.S.Teks ,dkk ;Teknologi Pengelantangan,Pencelupan dan Pencapan Innstitut
Teknologi Bandung
2. Widayat.S.Teks ; Serat-Serat Tekstil , Institut Teknologi Bandung
LAPORAN
PRAKTIKUM PENCELUPAN I
PENCELUPAN KAIN TC DENGAN ZW DISPERSI – DIREK
CARA EXHAUST

Nama : Agus Risyanto 02.P.2648

Andi Susanto 02.P.2852

Aris Munandar 02.P.2857

Atep Muslim 02.P.2859

Deni Permana 02.P.2868

Grup : K-1/ KELOMPOK 6

Dosen : Hj. Hanny Harnirat S. Teks


Asisten : Ida N S.St/ Anna Sumpena

Tanggal Prak. : oktober 2004


JURUSAN KIMIA TEKSTIL

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2004

Anda mungkin juga menyukai