PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian TB paru dan etiologi TB paru.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penderita TB paru.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dalam mengatasi penyakit TB paru.
4. Untuk mengetahui dan memahami diagnosa yang muncul pada kasus TB paru.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium
tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif
Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
tuberculosis (id.wikipedia.org).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas maka dapat
dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru,
bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen,
tulang, dan nodus limfe.
B. Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra
violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong
kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
a) Mycobakterium tuberculosis
b) Varian asian
c) Varian african I
d) Varian asfrican II
e) Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb
(mott, atipyeal) adalah :
a) Mycobacterium cansasli
b) Mycobacterium avium
c) Mycobacterium intra celulase
d) Mycobacterium scrofulaceum
e) Mycobacterium malma cerse
f) Mycobacterium xenopi
2
Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :
a) Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus
baru dengan batuk TB berat.
b) Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positf.
c) Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang
tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
d) Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
C. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
a) Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b) Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
D. Patofisiologi
Individu rentan ynag menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat mereka berkumpul dan
mulai memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran
darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, dan Korteks serebri), dan area paru-
paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi
inflamasi Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit
spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah
pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati dikelilingi oleh makrofag
3
yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti
keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi membentuk skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan
infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon
sistem imun. Penyakit aktif juga dapat terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi
bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah menyembuh, membentuk
jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih bengkak, mengakibatkan
terjadinya bronko pneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
Kecuali proes tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah
kebawah kehilum paru-paru dan kemudian meluas kelobus yang berdekatan.
Proses infeksi umumnya secara laten tidak menunjukkan gejala sepanjang hidup,
sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif dan
menjadi sakit TB. Dengan integritas kekebalan yang menurun karena malnutrisi,
infeksi HIV, supresi kekebalan immunoterapi, atau bertambahnya usia.
E. Cara Penularan
Penyakit tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui
udara. Individu terinfeksi, melalui:
Berbicara
Batuk
Bersin
Tertawa
Menyanyi
F. Pencegahan
a) Pencegahan primer
Berikan tuberkulosis skin test kepada: orang yang mengalami tanda dan gejala
atau pemeriksaan hasil laboratorium abnormalitas yang diduga secara klinis
tuberkulosis aktif, orang yang kontak dengan penderita TB atau diduga TBC
aktif sebara klinis, orang yang beresiko tinggi, hasil rontgen abnormal.
b) Pencegahan sekunder
Ajarkan klien dengan TB untuk kontrol mencegah organisme dengan
memakai masker, menutup mulut bila batuk dan membuang sputum
dengan benar.
Evaluasi seseorang yang skin test TB positif tetapi tidak aktif menderita
untuk terapi pencegahan dengan obat isoniazid.
c) Pencegahan tersier
Klien harus menjalankan terapi pengobatan dengan obat antituberkulosis
secara tuntas dan lengkap.
Mengubah, mencegah dan menangani tingkah laku seseorang yang
mengalami perwatan TB.
4
G. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Laboratorium
Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit
Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
Anemia bila penyakit berjalan menahun
Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan.
GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan
paru.
Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
b) Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB
dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang
lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax
tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke
atas.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan
pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio
lusen dipinggir paru atau pleura).
c) Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara
residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
5
H. Komplikasi
TBC paru bila tidak ditangani dengan benar dan baik akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi terdiri atas:
a) Komplikasi dini
Pleuritis.
Efusi pleura.
Empiema.
Laringitis.
Menjalar ke organ lain (otak, tulang, ginjal, kulit dan usus).
b) Komplikasi lanjut
Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis).
Kerusakan parenkim berat (SOPT/Fibrosis Paru, Kor Pulmonal).
Amiloidosis.
Karsinoma paru.
Sindrom Gagal Nafas Dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES 2000 yaitu :
a) Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam
tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan
jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
6
Natrium para amino salisilat : 150 mg/Kg/Hr ( PO )
Sikloserin : 15 mg/Kg ( PO )
2.2 Kasus
Tn. B (45 tahun) mempunyai pekerjaan tani/berkebun. Tn. B masuk ke rumah
sakit dengan keluhan batuk berdahak selama 2 bulan tidak sembuh, demam yang
berlangsung lama yang dirasakan malam hari disertai keringat malam. Setelah
dilakukan pengkajian diperoleh data bahwa klien menderita sesak napas 37x/menit,
sekret kental dengan warna kekuningan. Pasien tidak nafsu makan, kadang merasa mual
dan ingin muntah. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg selama 3
bulan.
Tn. B memiliki TB= 170 cm, BB=49 kg, tekanan darah= 111/71 mmHg, suhu
38,5 C. Hasil pemeriksaan BTA 1 positif.
0
Data Klinis
• Nama : Tuan B
• Umur : 45 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• BB : 49 kg
• TB : 170 cm
• Tekanan Darah : 111/71 mmHg
• Suhu : 38,5oC
• Nadi : 95x/menit
• nafas : 37x /menit
• Hb : 13 gr/dl
7
2. Nutrisi dan Metabolik
Nutrisi di dalam tubuh Tn. B tidak tercukupi karena Tn. B mempunyai
keluhan tidak nafsu makan, sehingga berat badan menurun 3 kg selama 3 bulan
terakhir. Tn. B tidak mempunyai alergi terhadap makanan apapun. Klien mulai
merasakan lemah karena input makanan yang masuk berkurang.
3. Eliminasi
Serangan infeksi dari bakteri mycobacterium tuberculosis menyebabkan suhu
tubuh Tn. B meningkat. Peningkatan suhu tubuh ini juga meningkatkan penguapan
dalam tubuh, sehingga Tn. B mengalami dehidrasi. Hal ini mengharuskan Tn. B
untuk meningkatkan intake cairan ke dalam tubuhnya dengan mengkonsumsi air
putih yang banyak.
Pada malam hari, Tn. B mengeluarkan keringat dingin. Tn. B tidak ada
mempunyai keluhan dalam hal kebiasaan defekasi.
8
9. Pola seksual – reproduksi (tidak terkaji)
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, upaya batuk
buruk, kelemahan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan, sering batuk/produksi sputum; dispnea, anoreksia.
3. Resiko infeksi
9
demam Mengeluarkan sekret
Pasien tidak mengalami dengan cara batuk atau
ansietas penyedotan.
Pasien tidakak mengalami Mendorong pernapasan
sesak napas yang dalam, lambat,
Kecepatan napas klien di bolak-balik, dan batuk.
dalam rentang yang Menginstruksikan
diharapkan bagaimana batuk yang
Klien mampu efektif.
mengeluarkan sputum dari Mendengarkan bunyi
jalan napas nafas, mancatat daerah
Pasien tidak mengeluarkan yang mangalami
bunyi pada saat bernapas penurunan atau ada
tidaknya ventilasi dan
2.Status Pernapasan : adanya bunyi tambahan.
Pertukaran Gas Mengajarkan pasien
Definisi : pertukaran CO2 bagaimana penghirupan
atau O2 di dalam alveolar nafas yang tepat.
untuk menjaga konsentrasi Memberikan oksigen
gas arteri yang tepat.
Memberikan cairan yang
Indikator :
teratur agar memperoleh
Klien merasa nyaman saat keseimbangan cairan
bernapas dalam tubuh.
Klien tidak mengalami Memposisikan pasien
dispne pada saat bernapas untuk mengurangi
Klien tidak mengalami dyspnea.
dispne pada saat Memeriksa keadaan
mengerahkan tenaga pernafasan dan oksigen.
Klien tidak mengalami
kurang istirahat 2. Peningkatan batuk
Klien tidak mengalami Definisi : Pengambilan nafas
sianosis dalam oleh pasien dengan yang
Kondisi PaO2 klien dalam menderita tekanan intratorak
batas normal yang tinggi dan mengompres
Kondisi PaCO2 klien dalam parenchyma paru-paru untuk
batas normal mengeluarkan air.
Kondisi saturasi O2 klien
dalam batas normal Tindakan :
Tidal akhir klien masih di
Memeriksa hasil tes
dalam rentang yang
fungsi paru-paru, bagian
diharapkan
dari kapasitas vital,
10
Hasil x-ray dada klien kekuatan inspirasi
masih di dalam rentang maksimal, kekuatan
yang diharapkan volume ekspirasi dalam
Perfusi ventilasi masih di 1 detik (FEV1), dan
dalam rentang yang FEV1/FVC2, dengan
diharapkan tepat.
Membantu
3.Status Pernapasan : Ventilasi memposisikan pasien
Definisi : perpindahan udara pada posisi duduk
di dalam dan di luar paru- dengan kepala agak
paru sedikit fleksi, lengan
reflex, dan lutut fleksi.
Indikator Membantu pasien
Kedalaman napas klien mengambil beberapa
dalam kondisi normal kali nafas dalam.
Klien mampu berbicara Membantu pasien
mengambil nafas dalam,
Klien tidak mengerutkan
selam 2 detik, dan
bibir pada saat bernapas
membatukan 2 atau 3
Klien tidak mengalami
kali berturut-turut.
orthopnea
Menginstruksikan
Klien tidak mengalami
pasien untuk menghirup
napas pendek
nafas dalam,
Klien tidak mengalami
melengkung sedikit ke
tactile fremitus
depan, melakukannya
Bunyi perkusi klien masih
tiga atau empat
dalam batas normal
kegusaran (glottis buka
Bunyi auskultasi klien
lagi).
masih dalam batas normal
Menginstruksikan
Kondisi bronchophony
pasien untuk mengambil
klien masih dalam batas
beberaoa kali nafas
normal
dalam,
Kondisi egophony klien menghembuskannya
masih dalam batas normal perlahan-lahan, dan
Volume tidal klien masih membatukkan pada
dalam batas normal terakhir hembusan.
Kapasitas vital klien masih Memulai teknik
dalam batas normal penurunan dinding dada
Uji fungsi paru klien masih lateral/rusuk selama
dalam batas normal tahap ekspirasi batuk.
Pada waktu pasien
batuk, memadatkan
perut di bawah xiphoid
11
dengan tangan datar
ketika membantu pasien
untuk fleksi.
Menginstruksikan
pasien untuk batuk yang
dimulai dengan
penghirupan nafas
secara maksimal.
2 DS : Tn. B tidak KETIDAKSEIMBANGAN 1. Manajemen Nutrisi
nafsu makan, Tn. NUTRISI : KURANG DARI
B juga mengeluh KEBUTUHAN TUBUH Defenisi: Membantu dan
kadang terasa mengatur keseimbangan intake
mual dan ingin Definisi : keadaan dimana makanan dan cairan
muntah, Tn. B seseorang mengalami
menagalami ketidakcukupan nutrisi yang Tindakan:
penurunan BB masuk untuk memenuhi Menanyakan apakah
kebutuhan metabolic.
pasien mempunyai alergi
DO : klien Hasil yang diharapkan : terhadap makanan
mengalami 1. Status Nutrisi : Intake Menetukan makanan
penurunan BB Makanan Dan Cairan pilihan pasien
sebanyak 3 kg Definisi: tingkat nutrisi yang
dalam 3 bulan. Menentukan jumlah
dapat memenuhi kebutuhan
BB klien 49 kg metabolik kalori dan jenis zat
dan TB klien 170
makanan yang
cm. Klien tampak Indikator :
lemas, pucat, diperlukan untuk
Intake nutrisi klien dalam
mukosa bibir memenuhi nutrisi, ketika
keadaan normal
kering. berkolaborasi dengan
Intake makanan dan cairan
klien dalam keadaan ahli makanan, jika
normal diperlukan
Energi klien dalam
Tunjukkan intake kalori
keadaan baik
Massa tubuh klien dalam yang tepat sesuai tipe
keadaan baik tubuh dan gaya hidup
Berat badan klien dalam Anjurkan menambah
keadaan normal
intake zat besi makanan,
Kadar biokimia klien
dalam keadaan normal jika diperlukan
Menawarkan snack, (e.g.
2. Status Nutrisi : Intake
banyak minum dan buah
makanan dan Cairan
Definisi : jumlah makanan segar/jus buah), jika
12
yang masuk ke dalam tubuh diperlukan
lebih dari 24 jam Memberi makanan yang
Indikator : sehat, bersih, dan lunak,
jika diperlukan
Intake makanan yang
masuk melalui mulut klien Memberi pengganti gula,
dalam keadaan normal jika diperlukan
Intake makanan yang
Memastikan bahwa
masuk melalui selang klien
dalam keadaan normal makanan meliputi
Intake cairan yang masuk makanan tinggi serat
melalui mulut klien dalam untuk mencegah
keadaan normal
konstipasi
Intake cairan klien dalam
keadaan normal Memberikan tanaman
obat dan rempah-rempah
3. Status Nutrisi : Intake
sebagai alternative
Nutrisi
Definisi : kecukupan nutrisi pengganti garam
yang masuk Memberi pasien
13
Indikator : pasien pad jarak waktu
yang tepat
Klien mampu memantau
berat badan dengan benar Memberi informasi yang
Klien menjaga intake tepat tentang kebutuhan
kalori optimal harian
nutrisi dan bagaimana
Klien mampu memilih
makanan dan cemilan yang memenuhinya
bernutrisi Ajarkan teknik
Klien mamapu menjaga pengolahan dan
pola makanan yang telah
pemeliharaan makanan
direkomendasikan
Klien mampu menjaga yang aman
keseimbanagan cairan Memantau kemampuan
Klien mampu
pasien untuk memenuhi
mengidentifikasi situasi
situasional yang kebutuhan nutrisi
mempengaruhi intake 2. Mengontrol Nutrisi
makanan Defenisi: Mengumpulkan dan
Klien mampu menganalisis data pasien untuk
mengidentifikasi emosional mencegah atau memperkecil
yang mempengaruhi intake malnutrisi
makanan Tindakan:
Klien mampu ikut serta Menimbang berat badan
dalam merencanakan pasien pada jarak yang
strategi untuk situasi yang
ditentukan
mempengaruhi intake
makanan Memantau gejala
Klien mampu mencapai kekuranagan dan
berat badan optimum penambahan berat badan
Klien mampu memelihara
Memantau respon
berat badan optimum
emosional pasien ketika
ditempatkan pada situasi
yang melibatkan
makanan dan makan
Mengontrol keadaan
lingkungan ketika makan
Mengatur prosedur dan
pengobatan pada waktu
lainnya dari waktu
14
makan
Mengontrol turgor kulit,
jika diperlukan
Memantau kekeringan,
tipisnya rambut sehingga
mudah rontok
Memantau gusi saat
menelan, karang gigi,
dan penambahan luka
Mengontrol mual dan
muntah
Memantau pertumbuhan
dan perkembangan
Memantau tingkat
energy, rasa tidak
nyaman, kelelahan, dan
kelemahan
Memantau jaringan yang
pucat, memerah, dan
kering
Mengontrol intake kalori
dan nutrisi
Memantau kemerahan,
bengkak, dan retak pada
mulut/bibir
lidah dan rongga mulut
Catat jika lidah merah
pekat, merah keunguan,
atau merah terang
Anjurkan konsultasi
dengan ahli makanan,
jika diperlukan
Menentukan apakah
Mengontrol kondisi
15
lingkungan dengan
optimal saat makan
Memberi makanan dan
cairan bernutrisi, jika
diperlukan
3. Mengontrol Berat Badan
Defenisi: Membantu
memelihara penambahan berat
tubuh dengan optimal
Tindakan:
Bicarakan dengan pasien
hubungan antara intake
makanan, latihan,
penambahan berat badan,
dan kekurangan berat
badan
Bicarakan dengan pasien
kondisi medis yang dapat
mempengaruhi berat
badan
Bicarakan dengan pasien
factor kebiasaan, adat,
budaya, dan keturunan
yang mempengeruhi
berat badan
Memberitahu resiko
kelebihan dan
kekurangan berat badan
Memberi motivasi pada
pasien untuk merubah
kebiasaan makan
Menentukan ideal berat
tubuh pasien
Menetukan ideal
16
kegemukan pasien
Kembangkan bersam
pasien sebuah metode
untuk membuat laporan
intake harian
Anjurkan pasien menulis
tujuan mingguan untuk
intake makanan dan
latihan dan
menempatkannya pada
lokasi yang dapat dilihat
setiap hari
Membantu
mengembangkan rencana
penyeimbangan makanan
secara konsisten sesuai
tingkat pengeluaran
energi
17
dalam rentang yang mempunyai penyakit
diharapkan menular.
Status uringenitalia klien
dalam rentang yang Letakkan di tempat
diharapkan isolasi yang sudah
dirancang sesuai aturan
Status pernapasan klien
dengan benar.
dalam rentang yang
diharapkan Atur teknik isolasi
Berat badan klien dalam dengan tepat.
rentang yang diharapkan
Suhu badan klien dalam Batasi jumlah
rentang yang diharapkan pengunjung/pembezuk.
Integritas kulit klien dalam
Ajarkan mencuci tangan
rentang yang diharapkan
untuk memperbaiki
Integritas mukosa klien
kesehatan pribadi.
dalam rentang yang
diharapkan Ajarkan teknik mencuci
Klien tidak mengalami tangan yang benar.
kelelahan kronis
Jumlah mutlak sel darah Ajarkan pengunjung
putih klien dalam batas untuk mencuci tangan
normal saat masuk dan
meninggalkan kamar
Perbedaan jumlah sel darah
pasien.
putih dengan batas normal
klien masih dalam kondisi Gunakan sabun anti
yang wajar mikroba untuk mencuci
Tingkat sel T4 klien dalam tangan dengan benar.
keadaan normal
Tingkat sel T8 klien dalam Cuci tangan sebelum dan
keadaan normal sesudah melakukan
perawatan pada pasien.
5. Pengetahuan :
Gunakan aturan umum.
pengontrolan Infeksi
Definisi : tingkat Gunakan sarung tangan
pemahaman dari sebagai pengaman yang
penyampaian mengenai umum.
pencegahan dan
pengontrolan infeksi Gunakan sarung tangan
yang bersih.
Indikator :
Gosok kulit pasien
Klien memahami dengan alat anti bakteri
gambaran mode transmisi dengan tepat.
Klien memahami
18
gambaran factor yang Bersihkan dan siapkan
berperan dalam transmisi tempat sebagai persiapan
Klien memahami untuk prosedur
gambaran kebiasaan yang infasi/pembedahan.
mengurangi transmisi
Klien memahami Jaga lingkungan agar
gambaran tanda dan gejala tetap steril selama insersi
di tempat tidur.
Klien memahami
gambaran prosedur khusus Jaga lingkungan agar
Klien memahami tetap steril ketika
gambaran pemantauan mengganti saluran dan
prosedur botol TPN.
Klien memahami
gambaranaktivitas untuk Tutup/jaga kerahasiaan
meningkatkan pertahanan system ketika melakukan
tubuh pemeriksaan invasive
Klien memahami hemodynamic.
gambaran pengobatan
Ganti peripheral IV dan
untuk diagnosa infeksi
balutan berdasarkan
Klien memahami
petunju CDC.
gambaran tindakan
lanjutan untuk diagnosa Pastikan keadaan steril
infeksi saat menangani IV.
19
Klien mampu mengikuti yang tepat.
strategi pengontrolan
resiko yang telah dipilih Ajarkan pasien untuk
memakan antibiotic
Klien menggunakan
sesuai resep.
layanan perawatan
kesehatan sesuai kebutuhan Ajarkan pasien dan
Klien menggunakan keluarga tentang tanda-
sumber komunitas untuk tanda dan gejala infeksi
pengontrolan resiko dan kapan harus
Klien mampu mengenali melaporkannya pada tim
perubahan status kesehatan kesehatan.
Klien mampu memantau
perubahan status kesehatan 2. Manajemen nutrisi
Klien ikut serta dalam
Definisi : pemberian diet
mengidentifikasu resiko
seimbang baik makanan dan
minuman
Aktivitas :
20
lunak dan lembut
Yakinkan bahwa diet
yang diberikan
mengandung cukup serat
Berikan klien pilihan
menu
Monitor intake nutrisi
dan kalori
Timbang BB jika
diperlukan
Tawarkan bumbu-bumbu
pengganti garam
Berikan pengganti gula
Berikan klien menu
tinggi protein, tinggi
kalori, makanan dan
minuman bernutrisi yang
siap konsumsi
Ajarkan klien bagaimana
membuat catatan tentang
dietnya
Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
memenuhinya
Gunakan teknik
penyiapan dan
penghidangan makanan
yang aman
Tentukan kemampuan
pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya
Sesuaikan diet pasien
21
dengan tipe badan dan
gaya hidupnya
BAB III
PENUTUP
22
3.1 Kesimpulan
Tuberculosis (TB) paru merupakan suatu penyakit infeksius yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru dan bersifat
sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan
nodus limfe. Agens infeksius utama, yaitu mycobakterium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
3.2 Saran
Diharapkan perawat mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
tepat kepada pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer and bare.2002. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Price and Wilson. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis Prose-proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Johnson, M., Maas, M., and Moorhead, Sue.2000. Nursing Outcomes Classification.
USA : EGC
http://zumrohhasanah.wordpress.com/2010/12/31/makalah-tb-paru/
http://rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
24