Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

TERM OF REFERENCE (TOR)

, Meto

PEKERJAAN :

KAJIAN HILIRISASI INDUSTRI PENGOLAHAN


KOMODITI UNGGULAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN


TAHUN ANGGARAN 2022
Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan Industri Nasional, Visi pembangunan Industri Nasional


sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun
2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia menjadi Negara
Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020
sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor
tahun 1995 antar para kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi
di negara-negara APEC sudah harus terwujud.
Sebagai negara industri maju baru, sektor industri Indonesia harus mampu
memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1) Memiliki peranan dan
kontribusi tinggi bagi perekonomian Nasional, 2) IKM memiliki kemampuan
yang seimbang dengan Industri Besar, 3) Memiliki struktur industri yang kuat
(Pohon Industri lengkap dan dalam), 4) Teknologi maju telah menjadi ujung
tombak pengembangan dan penciptaan pasar, 5) Telah memiliki jasa industri
yang tangguh yang menjadi penunjang daya saing internasional industri, dan
6) Telah memiliki daya saing yang mampu menghadapi liberalisasi penuh
dengan negara-negara APEC. Diharapkan tahun 2020 kontribusi industri non-
migas terhadap PDB telah mampu mencapai 30%, dimana kontribusi industri
kecil (IK) ditambah industri menengah (IM) sama atau mendekati kontribusi
industri besar (IB). Selama kurun waktu 2010 s.d 2020 industri harus
tumbuh rata-rata 9,43% dengan pertumbuhan IK, IM, dan IB masing-masing
minimal sebesar 10,00%, 17,47%, dan 6,34%.
Untuk mewujudkan target-target tersebut, diperlukan upaya-upaya
terstruktur dan terukur, yang harus dijabarkan ke dalam peta strategi yang
mengakomodasi keinginan pemangku kepentingan berupa strategic
outcomes yang terdiri dari: 1) Meningkatnya nilai tambah industri, 2)
Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, 3) Kokohnya faktor-
faktor penunjang pengembangan industri, 4) Meningkatnya kemampuan
inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah

Kerangka Acuna Kerja | 1


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

lingkungan, 5) Menguat dan lengkapnya struktur industri, 6) Meningkatnya


persebaran pembangunan industri, serta 7) Meningkatnya peran industri
kecil dan menengah terhadap PDB.
Dalam rangka merealisasikan target-target tersebut, Kementerian
Perindustrian telah menetapkan dua pendekatan guna membangun daya
saing industri nasional yang tersinergi dan terintegrasi antara pusat dan
daerah. Pertama, melalui pendekatan top-down dengan pengembangan 35
klaster industri prioritas yang direncanakan dari Pusat (by design) dan diikuti
oleh partisipasi daerah yang dipilih berdasarkan daya saing internasional
serta potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kedua, melalui
pendekatan bottom-up dengan penetapan kompetensi inti industri daerah
yang merupakan keunggulan daerah, dimana pusat turut membangun
pengembangannya, sehingga daerah memiliki daya saing.
Pengembangan kompetensi inti di tingkat provinsi disebut sebagai Industri
Unggulan Provinsi dan di tingkat kabupaten/kota disebut Kompetensi Inti
Industri Kabupaten/Kota. Pendekatan kedua ini merupakan pendekatan yang
didasarkan pada semangat Otonomi Daerah. Penentuan pengembangan
industri melalui penetapan klaster industri prioritas dan kompetensi inti
industri daerah sangat diperlukan guna memberi kepastian dan mendapat
dukungan dari seluruh sektor di bidang ekonomi termasuk dukungan
perbankan.
Saat ini telah tersusun 35 Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas,
yakni:
1. Industri Agro, terdiri atas: (1) Industri pengolahan kelapa sawit; (2)
Industri karet dan barang karet; (3) Industri kakao; (4) Industri
pengolahan kelapa; (5) Industri pengolahan kopi; (6) Industri gula; (7)
Industri hasil Tembakau; (8) Industri pengolahan buah; (9) Industri
furniture; (10) Industri pengolahan ikan; (11) Industri kertas; (12)
Industri pengolahan susu.

Kerangka Acuna Kerja | 2


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

2. Industri alat angkut, meliputi: (13) Industri kendaraan bermotor; (14)


Industri perkapalan; (15) Industri Kedirgantaraan; (16) Industri
Perkeretaapian
3. Industri Elektronika dan Telematika : (17) Industri Elektronika; (18)
Industri Telekomunikasi; (19) Industri Komputer dan Peralatannya
4. Basis Industri Manufaktur, mencakup :
a. Industri Material Dasar : (20) industri besi dan baja; (21) Industri
semen; (22) Industri Petrokimia); (23) Industri Keramik
b. Industri Permesinan; (24) Industri Peralatan Listrik dan Mesin Listrik;
(25) Industri Mesin dan Peralatan Umum.
c. Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja : (26) Industri Tekstil dan
Produk Tekstil; (27) Industri alas Kaki;
5. Industri penunjang Industri Kreatif dan Kreatif tertentu; 28) Industri
perangkat lunak dan konten multimedia; (29) Industri Fashion; (30)
Industri Kerajinan dan Barang Seni
6. Industri Kecil dan menengah tertentu : (31) Industri Batu Mulia dan
perhiasan; (32) Industri garam rakyat; (33) Industri gerabah dan keramik
hias; (34) Industri minyak atsiri; (35) Industri makanan ringan.
Adapun provinsi yang telah menyusun roadmap industri unggulan
provinsinya terdiri dari 18 provinsi yakni: 1) D.I. Yogyakarta, 2) Sulawesi
Tengah, 3) Papua, 4) Sumatera Barat, 5) Sumatera Selatan, 6) Lampung, 7)
Musi Banyuasin, 8) Sulawesi Selatan, 9) Gorontalo, 10) Nusa Tenggara
Timur, 11) Nusa Tenggara Barat, 12) Nanggroe Aceh Darussalam, 13) Riau,
14) Kepulauan Riau, 15) Kepulauan Bangka Belitung, 16) Kalimantan Barat,
17) Sulawesi Tenggara, dan 18) Sulawesi Utara.
Sedangkan kabupaten/kota yang telah menyusun roadmap kompetensi inti
industri kabupaten/kotanya terdiri dari 5 kabupaten/kota sebagai berikut: 1)
Kota Pangkalpinang, 2) Kabupaten Luwu, 3) Kota Palopo, 4) Kabupaten

Kerangka Acuna Kerja | 3


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

Maluku Tengah, dan. 5) Kabupaten Maluku Tenggara. Sementara


kabupaten/kota lainnya sedang dalam proses kajian.
Dalam beberapa tahun terakhir ini isu mengenai terjadinya deindustrialisasi
di tanah air terus bergema hingga menimbulkan polemik tak berujung.
Kalangan pengamat ekonomi menilai Indonesia kini sudah mengalami
deindustrialisasi dengan indikator utama semakin menurunnya peranan
industri dalam perekonomian nasional dan terjadinya penurunan
pertumbuhan industri, dimana sejumlah sektor industri tertentu mengalami
pertumbuhan negatif.
Namun demikian, sejumlah pengamat dan praktisi industri menilai
deindustrialisasi di Indonesia belum terjadi, namun mereka mengakui
ancaman deindustrialisasi memang bisa saja terjadi di negara manapun di
dunia termasuk Indonesia. Beberapa praktisi lainnya menilai sejumlah gejala
deindustrialisasi memang sudah mulai terlihat di Indonesia.
Untuk mengatasi ancaman deindustrialisasi yang terus menghantui Indonesia
dalam beberapa tahun terakhir, sudah waktunya pemerintah menciptakan
program-program jangka panjang yang dapat mendongkrak kembali
pertumbuhan industri di dalam negeri. Dengan cara itulah sektor industri di
tanah air akan kembali bangkit untuk memberikan kontribusi yang dominan
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Wakil Menteri Perindustrian Alexander S W Retraubun mengatakan salah
satu program jangka panjang yang dinilai mampu mendongkrak
pertumbuhan industri nasional diantaranya adalah program hilirisasi industri
berbasis agro (pertanian). Melalui program tersebut dapat dihasilkan produk-
produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing tinggi serta dapat
memberikan efek berantai (multiplier effect) yang cukup besar bagi
perekonomian di dalam negeri.
Namun demikian, Wamenperin mengakui bahwa untuk menuju ke arah itu,
pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait terlebih dahulu perlu

Kerangka Acuna Kerja | 4


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

melakukan pemetaan terhadap industri yang akan dikembangkan melalui


program hilirisasi itu. Pendeknya pemerintah harus fokus untuk
mengembangkan industri hilir ini, termasuk juga kalau diperlukan adanya
dukungan anggaran pemerintah dan dukungan kebijakan yang lebih jelas,
fokus, terarah berikut sasaran-sasaran terukur yang ingin dicapai.
Wamenperin mengatakan salah satu industri yang perlu didorong untuk
dikembangkan melalui program hilirisasi adalah industri yang terkait dengan
ketahanan pangan seperti industri hilir kakao, industri hilir minyak kelapa
sawit, dan industri hilir pengolahan rumput laut. Semua industri tersebut
memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap ketahanan pangan nasional.
Industri berbasis agro lainnya yang patut dikembangkan melalui program
hilirisasi adalah industri hilir berbahan baku karet alam.
Industri-industri itu dipilih selain karena Hilirisasi Industri Agro memiliki
cabang industri yang banyak, juga karena ketersediaan sumber bahan
bakunya di tanah air cukup melimpah. Sebagai contoh Indonesia merupakan
produsen biji kakao terbesar kedua di dunia (menuju ke produsen nomor
satu), produsen terbesar minyak kelapa sawit dunia, produsen rumput laut
terbesar pertama di dunia dan produsen karet alam terbesar kedua di dunia.
“Program hilirisasi industri ini harus terus dipegang teguh oleh Kementerian
Perindustrian ke depan. Kementerian Perindustrian juga harus membuat
cetak biru program hilirisasi industri ini termasuk daerah mana saja yang
layak dikembangkan sebagai lokasi hilirisasi industri ini, dan lebih baik lagi
kalau diintegrasikan dengan konsep pengembangan koridor ekonomi,” kata
Wamenperin.
“Penerapan hasil-hasil litbang yang berbasis Iptek sangat penting bagi
suksesnya program hilirisasi industri. Sebab, kegiatan litbang dan Iptek itu
sangat terkait erat dengan kegiatan hilirisasi industri yang memang banyak
membutuhkan inovasi yang dihasilkan dari kegiatan litbang dan Iptek.
Karena itu penguasaan Iptek berikut kegiatan-kegiatan litbang perlu terus

Kerangka Acuna Kerja | 5


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

digenjot,” tegas Wamenperin seraya mengingatkan perlunya dukungan


perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bagi inovasi-inovasi baru yang
dihasilkan dari kegiatan litbang.
Sementara itu, Dirjen Industri Berbasis Agro Kementerian Perindustrian
Benny Wachjudi mengatakan industri agro di Indonesia mempunyai potensi
yang besar untuk dikembangkan karena ketersediaan sumber bahan baku
yang cukup potensial, baik yang berasal dari sektor pertanian, perkebunan
dan kehutanan seperti minyak mentah sawit (CPO dan CPKO), karet alam
dan kakao.
Menurut Kemenperin RI, potensi bahan baku industri agro itu belum
dimanfaatkan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi dimana
sebagian besar bahan baku masih diekspor dalam bentuk primer (bahan
mentah). Padahal, pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku
industri memilki efek berganda yang luas yang dapat memberikan
keuntungan bagi masyarakat Indonesia. Pemanfaatan sumber daya alam di
sektor agro untuk kepentingan industri hilir akan berdampak pada penguatan
struktur industri di dalam negeri, peningkatan nuilai tambah, pertumbuhan
sub sektor ekonomi lainnya, pemenuhan pasar dalam negeri (penghematan
devisa) dan peningkatan ekspor.
Luas lahan kelapa sawit pada tahun 2021 di Daerah Musi Banyuasin telah
mencapai ……………….. ha, diprediksi akan menghasilkan TBS lebih dari ………
ton TBS per tahun atau setara ……….. ton CPO per tahun, karena itu industri
hilir produk ini sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk masa datang
produksi tandan buah segar (TBS) dari kelapa sawit akan cenderung
meningkat, sementara pertambahan pabrik kelapa sawit (PKS) terus
mengalami pertumbuhan yaitu ………… unit pabrik, sebagai akibat dari
produksi TBS yang terus meningkat pesat.
Seiring dengan PKS perlu juga pembangunan industri hilir dari minyak kelapa
sawit (CPO) yang produknya memberikan nilai tambah tinggi. Pembangunan

Kerangka Acuna Kerja | 6


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

industri hilir kelapa sawit di daerah Musi Banyuasin akan menimbulkan


multiplier effect ekonomi, dengan demikian akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat di Daerah
Musi Banyuasin khususnya. Pembangunan industri hilir kelapa sawit harus
mengacu kepada pembangunan agro estat, dimana petani tidak hanya
memiliki kebun kelapa sawit, tetapi ikut serta dalam pemilikan modal industri
hilirnya.
Keterkaitan erat antara industri unggulan daerah (seperti ; Kelapa Sawit,
Karet Alam, Rotan dan Kayu serta Hasil Laut lainnya) dengan teknologi
pengolahan dan Rekayasa Industri menjadi latar belakang Industri Unggulan
Daerah yang berbasis sumber daya lokal yang dapat diperbaharui tersebut
cenderung terintegrasi guna mencapai efisiensi dan efektivitas terutama
dalam hal kepastian (keamanan) pasokan bahan baku, Teknologi dan Pasar.
Dari sisi Peraturan atau Regulasi, Pemerintah juga memberikan peluang
terciptanya industri terintegrasi dari hulu (Agro dan Minerba) hingga hilir
(Hilirisasi Industri).
Dengan semakin tingginya kebutuhan dan keinginan masyarakat Industri
Indonesia akan Pengembangan Hilirisasi Industri, maka hal ini akan menjadi
faktor penting dalam perkembangan industri unggulan daerah itu sendiri
khususnya di Kabupaten Musi Banyuasin kebutuhan akan Hilirisasi Industri
semakin mendesak dan strategis dari tahun ke tahun. Dalam hal ini
membuka peluang bagi daerah di Kabbupaten Musi Banyuasin untuk
membangun pabrik pengolahan dan manufaktur, sehubungan dengan hal
tersebut perlu adanya suatu Kajian Ilmiah berupa Kajian Hilirisasi Industri
Pengolahan Unggulan Daerah di Kabupaten Musi Banyuasin.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Kerangka Acuna Kerja | 7


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

Maksud dari kegiatan kajian ini adalah menetapkan jenis industri prioritas
berbasis komoditas pertanian dalam pengembangan industri pengolahan
komoditas unggulan daerah. Adapun tujuan dari kajian ini adalah :
1. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan hilirisasi pengembangan
industri pengolahan komoditas unggulan daerah.
2. Tersusunnya rancangan strategi kebijakan dan rencana aksi (tahapan
pengembangan) hilirisasi industri pengolahan komoditas unggulan
unggulan daerah untuk industri prioritas dalam upaya meningkatkan
daya saing dan nilai tambah.
3. Tersusunnya rumusan informasi terkait hilirisasi industri prioritas
dalam pengembangan industri pengolahan komoditas unggulan
daerah Musi Banyuasin.

1.3. KELUARAN

Hasil atau keluaran dari kegiatan kajian ini dokumen hasil kajian yang
memiliki manfaat dan nilai guna bagi berbagai pihak yang terkait dan
terlibat dalam pengembangan hilirisasi industri pengolahan berbasi agro, nilai
guna yang diharapkan yaitu :
1. Sebagai sumberdaya informasi yang terkait dengan hilirasi industri;
2. Dapat dijadikan dasar dan pedoman bagi pemerintah daerah dan atau pusat
serta pemangku kepentingan dalam menyusun kebijakan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kebijakan pengembangan hilirisasi industri
pengolahan komoditas unggulan.

1.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1.4.1.Lingkup Kegiatan

Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan


Unggulan di Musi Banyuasin antara lain h:

Kerangka Acuna Kerja | 8


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

a. Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Unggulan di Musi Banyuasin terkait


dengan Kebijakan, Peraturan/ Perundang-undangan, Potensi Sumber
Daya, Perekonomian, Perdagangan, Sosial Budaya, Finansial, Teknologi
Pengolahan (termasuk Rekayasa Industri) dan Lingkungan Hidup baik
pada tingkat Lokal, Domestik, Regional maupun Internasional.
b. Kajian terkait dengan infrastruktur (jalan, dermaga, sumber energi, air
baku/ air bersih, telekomunikasi, Finansial, pemadam kebakaran,
workshop, IPAL dan lain-lain).

1.4.2.Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Penyusunan Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Unggulan di


Musi Banyuasin meliputi :
a. Analisis Pertanian dalam arti luas (Agro) dan Minerba terkait Hilirisasi
Industri Unggulan daerah di Kabupaten/ Kota.
b. Analisis Ekonomi (Perdagangan dan Investasi) terkait Hilirisasi Unggulan
Daerah di Kabupaten / Kota
c. Analisis Teknologi Aplikatif (termasuk rekayasa Industri) dan Terintegrasi
Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit Skala Industri Kecil Menengah dan
Besar.

1.4.3.Lokasi Kegiatan

Kegiatan jasa konsultansi untuk Pekerjaan Penyusunan Kajian Hilirisasi


Industri Pengolahan Unggulan di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu di
KecamatanKawawan…………………….

1.5. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dalam waktu 3 bulan (90 hari), terhitung


sejak dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja dari PPK atau sesuai kontrak

Kerangka Acuna Kerja | 9


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

kerja antara penyedia jasa dengan PPK pekerjaan Kajian Hilirisasi Industri
Pengolahan Komoditas Unggulan Daerah.

1.6. KEBUTUHAN DATA

Kajian ini akan mengumpulkan data dan informasi yang mencakup:


a. Dokumen RTRW Kabupaten Musi Banyuasin, termasuk seluruh
lampirannya (indikasi program dan peta-peta) beserta seluruh dokumen
teknisnya yang meliputi dokumen materi teknis dan dokumen fakta dan
analisis.
b. Dinamika pembangunan, minimal meliputi data dan informasi:

……
……………..

c. Kondisi aktual pemanfaatan ruang, minimal meliputi data dan informasi


sejak RTRW ditetapkan sampai dengan saat dilakukannya peninjauan
kembali, yang diantaranya:
 Data program dan penganggaran sektor terkait, dalam rangka
perwujudan rencana tata ruang.
 Peta-peta kondisi aktual pemanfaatan ruang di lapangan.
 Data-data yang menggambarkan kondisi aktual pemanfaatan ruang,
yang antara lain meliputi neraca penatagunaan tanah, hasil
pemantauan dan evaluasi tata ruang, serta pelaporan oleh
masyarakat.

Kerangka Acuna Kerja | 10


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

1.7. RENCANA KERJA

Tabel 2
Rencana/jadwal pekerjaan
Bulan
No Kegiatan
1 2 3
1 Mobilisasi Tim
Penyusunan dan
2 Pembahasan laporan
Pendahuhluan
Survey Sekunder dan
3
Primer
4 Pengolahan dan Analisis
Penyusunan dan
5 Pembahasan laporan Fakta
da Analisa
Penyusunan dan
6 Pembahasan laporan Akhir
serta Rekomendasi
7 Pembahasan laporan Akhir
SerahTerima Hasil
8
Pekerjan

1.8. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN

1. Leader : Ahli Teknik Industri

Latar belakang pendidikan sekurang kurangnya S1 Jurusan Teknik


Indsutri, dan Pengalaman profesional di bidangnya
sekurangkurangnya 5 (lima) tahun.

2. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota:

Kerangka Acuna Kerja | 11


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

Latar belakang pendidikan sekurang kurangnya S1 Jurusan Teknik


Planologi (Perencanaan Wilayah dan Kota). SKA Ahli Perencanaan
Wilayah dan Kota; dan Pengalaman profesional di bidangnya
sekurangkurangnya 5 (lima) tahun.

3. Ahli Pemetaan / GIS

Latar belakang pendidikan sekurang kurangnya S1 Jurusan Teknik


Geodesi / Teknik Planologi / Ilmu Geografi; b. SKA Ahli Geodesi
dan Pengalaman profesional di bidangnya sekurangkurangnya 3
(tiga) tahun.

4. Ahli Ekonomi Pembangunan

Latar belakang pendidikan sekurang kurangnya S1 Jurusan


Ekonomi Pembangunan; dan Pengalaman profesional di
bidangnya sekurang- kurangnya 3 (tiga) tahun.

5. Tenaga Pendukung

1. Operator computer sebanyak 1 orang dengan pendidikan


minimal SMA/SMK.

2. Aministrasi sebanyak 1 orang dengan pendidikan minimal


SMA/SMK.

1.9. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT


PENANDATANGANAN KONTRAK

Nama Pejabat Penandatanganan Kontrak : …..

NIP : …..

Jabatan : ……

Oganisasi : Dinas......................................

Kerangka Acuna Kerja | 12


Kajian Hilirisasi Industri Pengolahan Komoditi Unggulan Daerah

1.10.SUMBER PENDANAAN

Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2022. Untuk pelaksanaan kegiatan
diperlukan biaya kurang lebih sebesar Rp………………..,- (…………………………..)
termasuk PPN.

Sekayu , Maret 2022

MENGETAHUI/MENYETUJUI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


PENGGUNA ANGGARAN BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS …………………………………….. DINAS ……………………………..
KABUPATEN MUSI BANYUASIN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

……………………………………………. ………………………………….

Kerangka Acuna Kerja | 13

Anda mungkin juga menyukai