Anda di halaman 1dari 30

Disusun Oleh : Abdul Azis |Ari Sunari |Encep Nuryana |Hety

Purnama Dewi | Jernih Hati Laela |Novie Selviani |Siti


Rukiyah | Titin | Widya Rohmawati | Zaeni Rohman Maulana
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani atau rohani. Dengan keselamatan

dan kesehatan kerja maka para pihak pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan

dengan aman dan nyaman, pekerjaan dikatakan aman, apapun yang dilakukan oleh

pekerja tersebut , resiko yang mungkin muncul dapat terhindari. Pekerja dikatakan

nyaman jika perkerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaaan dengan merasa

nyaman, sehingga pekerja lebih produktif.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan

tenaga kerja yang diatur dalam undang-undang no 13 tahun 2003, dengan menerapkan

teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan tenaga kerja

akan mencapai ketahanan fisik, daya pekerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi.

Disamping itu, keselamatan dan kesehatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik tetapi

juga mental, emosional dan psikologi. Meskipun ketentuan mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya masih banyak

masalah akibat kerja terjadi diperusahaan-perusahaan.

ILO (International Labour Organization) memaparkan bahwa, setiap tahunnya di

seluruh dunia, 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini,

354.000 mengalami kecelakaan fatal. Di samping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja

yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta orang yang terkena penyakit akibat
kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar.

ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan – kecelakaan dan

penyakit – penyakit akibat kerja setiap tahun leih dari USS 1,25 triliun atau sama dengan

4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).

Di Indonesia sendiri kecelakaan kerja masih banyak terjadi, banyak faktor

dilapangan yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja seperti faktor manusia,

lingkungan dan psikologis. Banyak perusahaan yang belum memenuhi standar

keselamatan dan kesehatan kerja hal ini disebabkan karena masih tinggi angka kejadian

kecelakaan kerja dan cenderung dapat meningkat dari tahun ke tahun, menurut

kementerian tenaga kerja pada tahun 2009 tercatat 96.314 kasus kecelakaan kerja,

sedangkan pada tahun 2010 tercatat 98.711 kecelakaan kerja sedangkan tahun 2011

tercatat 99.491 kasus kecelakaan kerja. Tinggi angka kejadian kecelakaan kerja

menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja , perusahaan, dan juga pemerintah.

Pada hari Rabu, 26 Februari 2020 telah dilakukan kunjungan ke salah satu cabang

industri pembuatan roti yang dikelola oleh PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO, Tbk .

Dalam kunjungan tersebut ditemukan beberapa masalah dalam proses kerja, dan dari data

tersebut akan dilakukan analisis masalah yang selanjutnya diupayakan alternatif

pemecahan masalah.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi keselamatan kerja di PT. NIPPON INDSARI CORPINDO, Tbk


2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi adanya jalur evakuasi di PT. NIPPON INDOSARI

CORPINDO, Tbk pada tanggal 26 Februari 2020.

b. Mengidentifikasi adanya keamanan instalasi listrik di PT. NIPPON

INDOSARI CORPINDO, Tbk pada tanggal 26 Februari 2020..

c. Mengidentifikasi angka kecelakaan kerja di PT. NIPPON INDOSARI

CORPINDO, Tbk pada tanggal 26 Februari 2020.

d. Mengidentifikasi penggunaan Alat Pelindung Diri PT. NIPPON INDOSARI

CORPINDO, Tbk pada tanggal 26 Februari 2020.

C. Manfaat

1. Bagi Peserta Pelatihan

Memahami pelaksanaan walk through survey dengan melakukan identifikasi

bahaya potensial serta upaya pencegahan gangguan pada keselamatan kerja dan

mengetahui masalah yang berhubungan dengan faktor yang tidak sesuai di

lingkungan kerja dan akibat yang ditimbulkannya.

2. Bagi Perusahaan

Memperoleh informasi tentang bahaya potensial keselamatan kerja yang

ditemukan di lingkungan kerja, sehingga dapat dimanfaatkan oleh perusahaan

untuk meningkatkan efektivitas program pencegahan bahaya potensial

keselamatan kerja.
3. Bagi Karyawan

Mengetahui bahaya potensial keselamatan kerja di lingkungan kerja karyawan PT.

NIPPON INDOSARI CORPINDO, Tbk dan terhindarnya karyawan dari

kecelakaan kerja dan resiko kecacatan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Definisi

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengelolaan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

cara – cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1991). Keselamatan kerja diatur dalam UU

N0 1 tahun 1970.

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan

kematian sebagai akibat kecelakaaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu

gerbang bagi keamanan keselamatan tenaga kerja menyangkut segenap proses produksi

dan distribusi, baik barang maupun jasa ( Suma „ Mur, 1996)

B. Tujuan Keselamatan Kerja

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari

keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang

aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman,

sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas

kecelakaan.

Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja

3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien


C. Syarat – syarat Keselamatan Kerja

Syarat – syarat keselamatan kerja dalam peraturan perundangan No. 1 tahun 1970

Pasal 3 terdiri dari:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi, dan memedamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangu bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian – kejadian yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat – alat perlindungan diri pada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau memyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, dan hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan

getaran

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun

psikis, keracunan, infeksi dan penularan

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

10. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik

11. Menyelenggarakan kesegaran udara yang cukup

12. Memelihara kesehatan, ketertiban, dan kebersihan

13. Memperoleh keserasiaan antara tenaga kerja, alat kerja, linkungan, cara proses

kerjanya.

14. Mengamankan dan mempelancar pengangkatan kerja orang, binatang, tanaman atau

barang
D. Faktor Penyebab Kecelakaan

Sebuah kecelakaan kerja terjadi karena ada penyebabnya. Sebab terjadinya

kecelakaan kerja dapat diterangkan melalui beberapa teori. Teori yang pertama adalah

teori pure chance atau teori peluang murni. Teori ini menyatakan bahwa terjadinya

kecelakaan kerja disebabkan oleh murni peluang semata. Teori ini sudah tidak digunakan

lagi saat ini dalam menjelaskan bagaiman kecelakaan kerja dapat berlangsung.

Teori yang saat ini lebih banyak digunakan untuk menjelaskan penyebab

terjadinya kecelakaan kerja adalah teori kombinasi antara dua faktor yaitu unsafe act

dan unsafe condition. Unsafe act atau perilaku tidak aman adalah pelanggaran

prosedur kerja yang dilakukan dengan sadar. Contoh unsafe act adalah bekerja sambil

makan atau bekerja sambil menelepon, atau membaca, bekerja tanpa memilki surat

ijin, bekerja tanpa melakukan evaluasi keamanan alat – alat bekerja tanpa

menggunakan Alat Pelindung Diri.

Unsafe condition adalah faktor lingkungan yang tidak aman. Sebagai contoh

adalah faktor fisik, hujan deras dan banjir bandang, gempa bumi dan tsunami, angin

badai; faktor kimia seperti semburan gas beracun, air tanah yang mengandung kapur,

dan tambang yang mengandung debu; faktor biologi seperti penyakit yang terdapat

pada hewan dapat menular ke manusia, nyamuk, lalat dan larva cacing tambang.

Selain itu juga terdapat faktor psikososial, ergonomi dan finansial.

Teori lain yang juga sering digunakan adalah teori Loss Control Model (Bird and

German, 1985) atau teori domino. Penyebab terjadinya kecelakaan berdasarkan

waktunya dapat dibagi menjadi tiga yaitu pre contact control (sebelum), contact

control (saat terjadi), dan post contact control (setelah terjadi). Pre contact control
terjadi akibat adanya tiga faktor, yaitu lemah kontrol, sebab dasar, dan sebab

langsung. Contact control dipengaruhi oleh subsitusi dan minimisasi energi, barikade

dan perbaikan objek. Post contact control ditandai dengan melakukan rencana

penanggulangan bahaya darurat.

Teori yang terbaru menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja hanya ada satu

yaitu faktor manajemen. Manajemen terdiri atas tiga level yaitu senior, menengah dan

dasar (floor). Manajemen senior berperan menentukn kebijakan dan peraturan

mengenai keselamatan kerja. Manajemen menengah berperan dalam mengevaluasi

dan memperbaiki pelaksanaan keselamatan kerja. Level dasar tentunya berperan

dalam melaksanakan keselamatan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat

disebabkan oleh kurangnya komitmen dari manajemen senior, lemahnya evaluasi dari

manajemen menengah atau keselamatan kerja yang tidak dilaksanakan oleh level

dasar

Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu perilaku yang

tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari Biro

Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini

adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:

1. sembrono dan tidak hati – hati

2. tidak mematuhi peraturan

3. tidak mengikuti standar prosedur kerja.

4. tidak memakai alat pelindung diri

5. kondisi badan yang lemah


Berikut merupakan gambaran potensi berbagai kecelakaan kerja di berbagai bidang

usaha :

1. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup keselamatan kerja diatur dalam UU No 1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang mencakup :

a. Kebakaran

Pencegahan mengenai kebakaran diatur dalam peraturan Permenakertrans RI No.

Per. 04/MEN/1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat

Pemadam Api Ringan; Permenaker RI No. Per. 02/MEN/1983 tentang Instalasi

Alarm Kebakaran Automatik; Kepmenaker RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang

Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, Instruksi Menaker No.

Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.

Penggunaan tanda warna khusus yaitu dengan pewarnaan kontras atau kode

khususuntuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran

(Hydrant) maupun alat pemadam api sederhana (fire extinguisher) juga penting

untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan. Peta petunjuk untuk setiap ruang

atau unit kerja atau tempat yang strategis misalnya dekat lift lampu darurat

menuju exit door sangat membantu untuk menunjukkan arah jalur evakuasi.

b. Instalasi Listrik

Instalasi listrik yang baik adalah dimana dalam bangunan – bangunan gedung

yang ada, berpusat pada suatu sumber listrik yang sama. Akan tetapi pada setiap

bagian atau sektor (misalnya sektor produksi, sektor pengepakan) ada sentral

listrik pegendali sendiri. Kabel yang digunakan haruslah kabel khusus yang kuat
dan kedap air, serta tentunya mampu mentoleransi besar arus yang melaluinya

sehingga resiko untuk terjadinya hubungan pendek akibat kerusakan kabel dapat

diminimalisasi dari tenaga kerja yang lengah terhadap resiko dan SOP.

c. Angka Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah situasi tidak terduga yang menimbulkan kerusakan

materi, kegagalan proses produksi, luka ahkan kematian. Proses terjadinya

kecelakaan terdiri dari 5 tahap, yaitu :

a. Lingkungan sosial

b. Kesalahan manusia

c. Pekerjaan yang kurang aman (termasuk faktor bahaya di lingkungan kerja)

d. Kecelakaan

e. Kerusakan dan Terluka

d. Struktur Konstruksi Gedung atau bangunan

Sebuah pabrik atau perusahaan hendaknya memiliki kualitas yang layak seperti

kriteria yang tercantum di bawah ini :

a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya

gangguan kesehatan dan kecelakaaan.

b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan yang rata, tidak

licin dan bersih

c. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal kubik per karyawan

d. Dinding bersih dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu terkena

percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.


e. Langit - langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,5 meter

dari lantai.

f. Atap kuat dan tidak bocor

g. Luas jendela, kisi- kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya

minimal 1/6kali luas lantai

E. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 202) langkah - langkah yang perlu dilakukan oleh pihak

perusahaan tentang K3 adalah menerapkan konsep Triple E yang merupakan singkatan

dari kata “Engineering, Education, and Enforcement” untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja. penjelasan konsep tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teknik Engineering, adalah pihak manajemen perusahaan harus melengkapi

semua perkakas, mesin - mesin, dan peralatan kerja yang digunakan oleh para

karyawan dengan alat - alat atau perlengkapan yang dapat mencegah atau

menghentikan kecelakaan dan gangguan keamanan kerja.

2. Pendidikan (Education) langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan

memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja untuk menanamkan

kebiasaan bekerja dan cara bekerja yang aman guna mencapai hasil yang

maksimum secara aman. Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada semua

karyawan sebelum mereka memulai bekerja atau program ini harus menjadi

kegiatan wajib yang terjadwal bagi perusahaan yang diberikan kepada karyawan

yang merupakan bagian dari acara orie ntasi bagi karyawan baru, sehingga

pemahaman dan kesadaran atau kepedulian karyawan terhadap K3 dapat

membudaya sejak awal.


3. Pelaksanaan (Enforcement), maksudnya kegiatan perusahaan untuk memberi

jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan atau program K3 dapat

dijalankan. Menjamin langkah ini dapat berjalan, perusahaan dapat melakukan

konsep reward and punishment, artinya perusahaan mengamati dan membuat

rekam jejak karyawan baik secara perorangan ataupun kelompok tentang tindakan

dan kepedulian mereka terhadap program K3, demi mencegah terjadinya

kecelakaan dan gangguan kerja dalam Sayuti (2013:202).

Sedangkan Menurut Fathoni (2006;160) pencegahan yang harus dilakukan untuk

menghindari kecelakaan antara lain mencakup tindakan:

1. Memperhatikan faktor - faktor keselamatan kerja,

2. Melakukan pengawasan yang teratur,

3. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian;

4. Melaksanakan program Diklat keselamatan kerja dan menghindari cara

kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan.

F. Alat Pelindung Diri

a. Pengertian

Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi

seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi

bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terkahir dalam usaha

melindungi tenaga kerja apabila uasaha rekayasa (engineering) dan

pengendalian administrasi tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun

pemakain APD bukanlah pengganti kedua usaha tersebut, namun diandalkan

sebagai usaha terakhir.


b. Kriteria APD

Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria : Hazard telah

diidentifikasi, APD yang diapkai sesuai dengan hazard yang dituju, adanya

bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya.

c. Dasar Hukum

Undang – undang No 1 tahun 1970. Pasal 3 ayat (1) butir f dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk meberikan APD. Pasal 9 ayat (1)

butir c : pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap

tenaga kerja baru mengenai APD. Pasal 12 dengan peraturan perundangan

diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk menggunakan APD. Pasal

14 butir c : pengurus wajib menyediakan APD secara cuma – cuma.

Permenakertrans No Per 01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan

kewajiban pengurus menyediakan Alat Pelindung Diri dan wajib bagi tenaga

kerja untuk menggunakannya dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja.

Permenakertrans No. Per. 03/MEN/1982 Pasal 2 butir 1 menyebutkan

memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,

pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan

makanan di tempat kerja. Permenakertrans No Per. 03/MEN/1982 pasal 2 ayat

2 menyebutkan tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat –

alat pelindung diriyang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung

tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernapasan.

Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang


Alat Pelindung Diri, fungsi dan jenis alat pelindung diri yang sering dipakai

adalah:

1) Alat pelindung kepala

Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul

benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,

terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan - bahan kimia, jasad renik

(mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.

Jenis Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety

helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain

- lain.

2) Alat pelindung mata dan muka

Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia

berbahaya, paparan partikel - partikel yang melayang di udara dan di

badan air, percikan benda - benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi

gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,

pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.

Jenis Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman

(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng

muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).


3) Alat pelindung telinga

Fungsi Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.

Jenis Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan

penutup telinga (ear muff).

4) Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

Fungsi Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara

menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan

kimia, mikro - organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,

asap, gas/ fume, dan sebagainya. Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan

perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-

breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine Air Hose

Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self - Contained Underwater

Breathing Apparatus /SCUBA), Self -Contained Breathing Apparatus

(SCBA), dan emergency breathing apparatus.

5) Alat pelindung tangan

Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,

suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus

listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen

(virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis Jenis pelindung tangan terdiri dari
sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain

berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

6) Alat pelindung kaki

Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari

tertimpa atauberbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam,

terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim,

terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan

peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan

yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah

atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain

- lain.

7) Pakaian pelindung

Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian

atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang

ekstrim, pajanan api dan benda - benda panas, percikan bahan - bahan

kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan

mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro - organisme

patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,

bakteri dan jamur. Jenis Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),

celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi

sebagian atau seluruh bagian badan


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO, Tbk

Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu perusahaan roti dengan merek dagang

Sari Roti terbesar di Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai sebuah

perusahaan penanaman modal asing dengan nama PT Nippon Indosari Corporation.

Perkembangan perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnya

permintaan konsumen. Sehingga perseroan mulai meningkatkan kapasitas produk dengan

menambahkan dua lini produksi, yakni roti tawar dan roti manis sejak tahun 2001.

Hal ini seiring dengan pembukaan pabrik baru yang mulai merambah hingga Pasuruan, Jawa

Timur pada tahun 2005. Tak hanya sampai di situ, perusahaan semakin gencar untuk

melebarkan sayap usaha-nya dengan membuka pabrik ke-tiga yang berlokasi di Cikarang,

Jawa Barat pada tahun 2008.

Sejak tanggal 28 Juni 2010 perseroan telah melakukan Penawaran Umum Perdana dan

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bisnis roti yang dijalani perusahaan

ini semakin berkembang, dengan ini perusahaan semakin giat melakukan pembangunan

pabrik baru di beberapa tempat, seperti pembangunan tiga pabrik sekaligus di Semarang

(Jawa Tengah), Medan (Sumatera Utara), dan Cikarang (Jawa Barat) pada tahun 2011 serta

pembangunan dua pabrik di Palembang (Sumatera Selatan) dan Makassar

(SulawesiSelatan).

Pada tahun 2006, perseroan ini telah berhasil mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard

Analysis Critical Control Point) yang merupakan sertifikat jaminan keamanan pangan
sebagai bukti komitmen Perseroan dalam mengedepankan prinsip 3H (Halal, Healthy,

Hygienic) pada setiap produk Sari Roti. Produk Sari Roti juga telah terdaftar melalui Badan

BPOM Indonesia dam memperoleh sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Tak hanya itu PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. juga telah berhasil memperoleh

beberapa penghargaan, di antaranya Top Brands sejak tahun 2009 hingga 2011, Top Brand

for Kids sejak tahun 2009 hingga 2012 Marketing Awards 2010, Indonesia Original Brands

2010, Investor Award 2012, penghargaan dari Forbes Asia dan beberapa penghargaan

lainnya.

2014 – Perseroan mengoperasikan dua pabrik berkapasitas ganda di Purwakarta danCikande.

Beberapa produk Sari Roti antara lain Roti Tawar Spesial 6 Slices, Roti Tawar Keju,

Sandwich Isi Coklat, Sandwich Isi Krim Peanut, Chiffon Cup Cake Strawberry, Chiffon Cup

Cake Pandan, Chiffon Cup Cake Coklat, Roti Isi Mix Fruit, Roti Isi Krim Coklat Vanilla,

Roti Isi Krim Coklat, Roti Isi Krim Keju, dan beberapa varian produk lainnya. Dengan tetap

dijaga-nya komitmen Sari Roti dalam proses produksi mulai dari tahap pemilihan bahan-

bahan yang berkualitas, tahap pemrosesan hingga pendistribusian yang dilakukan secara

profesional dengan bantuan tenaga-tenaga ahli di bidang-nya membuat Sari Roti selalu

menjadi makanan pilihan bagi keluarga Indonesia.

Perusahaan ini mempekerjakan kurang lebih 600 orang karyawan. Pabrik ini memiliki 3

buah line, setiap line produksi jumlah pekerja bisa bervariasi, tergantung dari kebutuhan

produksi. Pembuatan produksi di PT. NIPPON SARI CORPINDO, Tbk terbagi dalam 3

shift pada pembuatan produksinya. Shift pertama dimulai pada pukul 07:00 sampai dengan

15:00, shift kedua dimulai dari 15:00 sampai dengan 23:00, dan shift ketiga dimulai pada

pukul 23:00 sampai dengan 07:00.


B. VISI MISI dan TUJUAN PERUSAHAAN

 VISI
Senantiasa tumbuh dan mempertahankan posisi sebagai perusahaan roti terbesar di
Indonesia melalui penetrasi pasar yang lebih luas dan dalam dengan menggunakan
jaringan distribusi yang luas untuk menjangkau konsumen di seluruh Indonesia.
 MISI
Memproduksi dan mendistribusikan beragam produk yang halal, berkualitas tinggi,
higienis dan terjangkau bagi seluruh konsumen Indonesia.
 TUJUAN
Membuat produk yang halal, berkualitas, higienies, dan terjangkau untuk masyarakat
Indonesia
C. ALUR PRODUKSI

Alur produksi di PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO, Tbk

1. SPONG/MIXING
Adalah pengdadukan adonan pertama pada bahan baku utama yaitu Terigu, air dan Ragi
dicampur menjadi satu hingga tercampur rata.
2. FERMENTASI
Fermentation adalah proses peragian agar adonan memiliki terkstur dan aroma yang
istimewa. Waktu fermentation sekitar 3 - 4 jam dengan suhu dan kelembaban yang telah
di atur.
3. DOUGH / MIXING
Dough Mixing adalah proses pengadukan kedua yang mana gula dan margarin akan
ditambahkan. Adonan ini akan kembali di aduk untuk menghasilkan tektur cita rasa dan
aroma yang lezat
4. DIVIDING
Dividing yaitu suatu proses pemotongan adonan.
5. ROUNDING
Rounding adalah suatu proses dalam membulatkan adonan secara higenis dengan
dukungan peraltan mekanis.
6. FRESHING
Freshing adalah Pemutihan Adonan atau menghilangkan gas dalam adonan, sehingga
pori-pori yang dihasilkan menjadi lebih halus dan seragam.
7. FANING
Yaitu penempatan adonan roti dalam cetakan atau loyang untuk diproses dalam proses
selanjutnya yaitu final fermentation.
8. FINAL FERMENTATION
Final Fermentation adalah proses pengembangan adonan dalam ruangan khusus dengan
kelembaban dan suhu yang terkeontrol. Sehingga adonan dapat mengembang secara
sempurna.
9. BAXING
Baxing yaitu suatu proses pemanggangan yang mana adonan yang telah memenuhi
standar akan di panggang. Adonan yang akan menjadi roti tesebut dipanggang sekitar
10 - 30 minit dan akan berjalan sepanjang 12 meter di atas pemanggangan.
10. COOLONG
Cooling adalah suatu proses pendinginan adonan yang telah dipanggang tersebut.
Tujuannya untuk mengeluarkan unsur air dalam roti tetsebut sehingga tidak berembun.
Juga mencegah roti agar tidan cepat berjamur.
11. PACKAGING
Packaging adalah suatu proses pengemasan. Khusus untuk roti tawar menggunakan
pengikat quicklok sebagai pengikatnya. Sehingga memudahkan konsumen membuka
dan penutup kembali bungkusan roti dengan tetap terjaga kwalitasnya.
12. DISTRIBUTION
Distribution adalah suatu proses dimana roti yang ini kesini dan roti yang ono kesono.
Di naikkan, di turunkan, digeser dan diangkay hingga sampai pada tangan konsumen

D. Evakuasi

1. Jalur Evakuasi

Rute Evakuasi bisa ditemukan di dalam gedung produksi Perusahaan sari roti untuk

mempermudah pekerja menyelamatkan diri jika terjadi bencana. Rute evakuasi berupa

denah serta jalur-jalur evakuasi yang berupa panah berwarna hijau di tembok. Tanda-

tanda panah tersebut menuju arah pintu- pintu keluar gedung. Ditemukan Assembly

point (titik kumpul) di depan perusahaan (lapangan parkir) dan di samping gedung

produksi masako.
2. Prosedur Keadaan Darurat

Perusahaan ini menyelenggarakan berbagai macam kegiatan baik internal maupun

ekternal, diantaranya adanya pelatihan evakuasi saat terjadi bencana, pelatihan

penggunaan APAR/DAMKAR, pelatihan – pelatihan ini dilakukan secara berkala,

sehingga diharapkan para pegawai menjadi tanggap dan mengerti tindakan yang tepat

sesuai dengan situasi dan kondisi. Perusahaan ini memiliki klinik dengan 1 dokter dan

1 perawat. Bagi karyawan yang sakit akan ditangani di klinik dan apabila tidak

memungkinkan maka akan dirujuk ke rumah sakit yang sudah kerjasama dengan PT.

NIPON INDOSARI CORPINDO yaitu RS. MH Thamrin Purwakarta.

3. Rambu Keselamatan

Rambu keselamatan terdapat di dalam dan diluar ruang produksi dan banyak ditujukan

untuk pekerja sendiri, karena banyak kontak langsung antara mesin dan pekerja.

E. Sistem Penanggulangan Kebakaran

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap PT. NIC, dapat disimpulkan bahwa perusahaan

ini sudah melaksanakan K3 Sistem Penanggulangan Kebakaran dan Emergency Respon Plan

dengan baik dan semua sudah mendapatkan pelatihan setiap tahunnya.. Karyawan dalam
penanggulangan kebakaran pihak perusahaan memberikan pelatihan sigap kebakaran untuk

semua karyawan setahun sekali. Pengadaan alat dan barang untuk memadamkan api

diserahkan kepada pihak ketiga. Di dalam ruang produksi dan pengemasan ditemukan Alat

Pemadam Api Ringan (APAR) disetiap ruang produksi atau diluar gedung, hydrant ada

disetiap ruang produksi dan diluar gedung, sprinkle tidak ditemuka, alarm kebakaran,

ditemukan detector asap, tersedia detector panas. Sehingga pada saat terjadi kebakaran

didalam pabrik bisa segera ditangani. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa resiko

kebakaran di PT Ajinomoto tergolong kategori sedang berdasarkan NO. KEP-

186/MEN/1999 namun dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang ada, resiko tersebut

dapat diminimalkan.

F. Instalasi Listrik dan Konstruksi

Dari hasil observasi yng dilaksanakan dapat diketahui bahwa instalasi listrik di PT. NIPPON

INDIOSARI CORPINDO, Tbk penggunaan listri semuanya dari PLN namun untuk instalasi

melalui pihak swasta, kemudian dalam hal perencanaan, pembuatan, serta pemasangannya
sudah sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam bidang listrik

sesuai dengan Permenaker No. Per 02/MEN/1989.

Konstruksi di PT. Nippon indosari corpindo Tbk. sudah cukup baik untuk keselamatan

pekerja, Berdasarkan observasi bangunan secara keseluruhan, ruang produksi dapat

menampung banyak pekerja. Dinding bangunan terbuat dari tembok yang dicat dengan

warna terang dan tampak kokoh. Sedangkan lantai berupa ubin dengan ukuran berwarna

dan kasar sehingga tidak menyebabkan peningkatan risiko terpeleset dalam ruangan. Dalam

ruang produksi di dapatkan AC sentral untuk memberikan rasa kenyamanan bagi pekerja

dan mengurangi suhu panas di ruang produksi. Penerangan di dalam pabrik baik sehingga

mengurangi resiko terjadinya kecelakaan. Terdapat pula lampu emergency untuk keadaan

darurat.

Dimana data tersebut sudah memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi

perusahaan dalam bidang konstruksi bangunan sesuai dengan Permenkertrans

tahun 1980, lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut :

Konstruksi Tersedia/tidak Kondisi

Langit-langit V Baik

Dinding V Baik

Lantai V Tidak licin

Jendela V Ada

Pencahayaan V Kurang

Atap V Baik
Data kecelakaan kerja PT Nippon Indosari Corpindo Tbk pada bulan MARET

2018 belum ada kecelakaan kerja yang terjadi, perusahaan juga selalu

mengusahakan untuk zero accident.

G. Penggunaan Alat APD ssuai dengan Resiko Pekerjaan

Penggunaan APD di Pt Ajinomoto sudah sesuai dengan resiko pekerjaan, dari hasil

observasi secara umum, segala bentuk potensi kecelakaan kerja dapat diatasi melalui

eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, dan pengendalian administratif. Berikut merupakan

gambaran umum mengenai pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan ini dalam rangka

menekan angka kecelakaan kerja secara internal

1. Perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri seperti pakaian, masker.

Helm, sarung tangan, apd lainnya

2. Pekerjaan dilakukan dengan cara berdiri dan duduk secara bergantian, namun

pekerja lebih banyak berdiri dan duduk pada saat senggang dan pada saat

istirahat saja.

3. Pencucian pakaian untuk bagian produksi diwajibkan dicuci dipabrik

sedangkan untuk sepatu boleh dibawa pulang, untuk masker diganti setiap

hari, kebisingan udara satu bulan sekali untuk tempat kerjanya, untuk MCU

karyawan dilakukan setahun sekali dan untuk sterilisasi ruangan dilakukan 9

hari sekali untuk menjaga hygiene untuk mencegah terjadinya bakteri untuk

pembersihan hanya digunakan air saja tidak menggunakan bahan kimia.

Penggunaan APD saat bekerja :


Bagian Masker Glove Baju produksi Hairnet

SPOGE MIXING √ - √ √

FERMENTASI √ √ √ √

DOUGH MIXING √ √ √ √

DIVIDING √ √ √ √

ROUNDING √ √ √ √

FRESHING √ √ √ √

FANNING √ √ √ √

FINAL FERMENTASI √ √ √ √

BAXING √ √ √ √

COOLING √ √ √ √

PACKAGING √ √ √ √

DISTRIBUSI - - - -

H. SMK3 dan ahli K3

SMK3 di perusahaan Pt Nippon Indosari Corpindo Tbk sudah sesuai

dengan sistem SMK3 yang tertulis dalam UU nomor 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaaan pasal 87, dengan adanya kebijakan ini, adanya ahli K3 mampu
menciptakan Keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan manajemen,

tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka

mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan PAK serta terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif

Manajemen K3 di pt Nippon Indosari Corpindo Tbk, manajemen sistem

tersertifikasi OHSAS 18001 : safety

Kebijakan K3 di Pt Nippon Indosari Corpindo Tbk yaitu :

1. Sistem manajemen K3 secra berkelanjutan untuk mencegah terjadinya bahaya

dan kejadian yang berpotesi sbagai bahaya serta tidak ada gangguan kesehatan

akibat kerja atau lingkungan kerja

2. Persyaratan dan peraturan perundang-undangan K3 yang berlaku serta

persyaratan yang terkait lainnya

3. Bersifat preventif dalam melayani masalah-masalah yang berkaitan dengan

dampak K3 dari kegiatan pekerja

Dengan berjalannya SMK3 data kecelakaan kerja PT Nippon Indosari

Corpindo Tbk pada bulan Maret 2018 belum ada kecelakaan kerja yang

terjadi, perusahaan juga selalu mengusahakan untuk zero accident.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk sudah melaksanakan Keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja dengan baik, sistem penanggulanngan kebakaran dan Emergency

Respon Plan baik, penempatan petunjuk jalur evakuasi, titik kumpul, lantai tidak

licin, dan pencahayaan sudah sangat baik. Penggunaan APD sudah optimal

digunakan dilingkungan Pt Nippon Indosari Corpindo Tbk, terlihat dari beberapa

pekerja yang sudah menggunakan APD pada seluruh bagian produksi. Dengan

berjalannya SMK3 ini angka kecelakaan kerja Bulan Oktober ini adalah 0 accident,

ini terlihat bahwa Pt Nippon Indosari Corpindo Tbk mempunyai tujuan zero point

accident pada pekerjanya.

B. Saran

1. Sebaiknya dalam bagian tertentu pada proses produksi yang berpotensi bahaya,

ditempelkan kertas tentang SOP APD sesuai dengan tempat kerjanya, sehingga

dapat mengingatkan tenaga kerja dan meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan

pentingnya penggunaan APD selama bekerja.

2. Pengecekan APAR secara berkala didalam lokasi produksi.

3. Adanya sanksi Tegas kepada karyawan yang melanggar Prosedur SMK3, Hal ini

disampaikan agar karyawan disiplin dan terhindar dari kecelakaan kerja


4. Terus meningkatkan SMK3 di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk untuk

keselamatan, kesehatan dan kenyamanan bekerja agar produksi semakin

meningkat.

Anda mungkin juga menyukai