Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DAN RISIKO PADA PRODUKSI ROKOK

SIGARET KRETEK MESIN (SKM)


(Studi Kasus Pada PT. Cakra Guna Cipta Malang)

THE MEASUREMENT OF PRODUCTIVITY AND RISK IN MACHINE KRETEK


CIGARETTE (SKM)
(Case Study at PT. Cakra Guna Cipta Malang)

Bagoes Julianto1), Ishardita Pambudi Tama2), Rahmi Yuniarti3)


Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail : bagoesjulianto@gmail.com1), kangdith@gmail.com2), rahmi_yuniarti@ub.ac.id3)

Abstrak
PT. Cakra Guna Cipta Malang merupakan salah satu perusahaan rokok yamg ada di kota Malang.
Perusahaan ini memproduksi rokok berjenis Sigaret Kretek Tanngan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM)
dimana rokok-rokok tersebut dipasarkan di Pulau Jawa sendiri maupun di luar Pulau Jawa. Pada proses
produksi rokok tersebut, efeiktifitas dan efisiensi produksi perusahaan masih kurang. Untuk mengatasi
masalah teresebut dilakukan pengukuran produktivitas menggunakan Objective Matrix (OMAX) yang
bertujuan untuk mengidentifikasi indikator produktivitas yang berpengaruh pada produktiivtas perusahaan
dan mengukur tingkat produktivitas perusahaan. Pengukuran produktivitas diawali dengan pendefinisian
indikator produktivitas, melalui pendefinisian ini didapatkan indikator produktivitas yang berpengaruh
terhadap produktivitas perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisa risiko dari setiap indikator produktivitas
perusahaan menggunakan Risk Map dan dibantu dengan Root Cause Analysis untuk memberikan
rekomendasi berdasarkan akar penyebab timbulnya risiko. Usulan rekomendasi perbaikan yang diberikan
terkait produktivitas dan risiko perusahaan adalah perlunya pengecekan barang dari supplier,
pemberlakuan kebijakan dari perusahaan yang tegas dan sesuai dengan kondisi pegawai serta kondisi
perusahaan, tidak memaksakan penggunaan mesin dan perawatan mesin secara rutin.

Kata kunci : Pengukuran Produktivitas, Manajemen Risiko, OMAX, Risk Map, RCA

1. Pendahuluan Menurut Sumanth (1985), produktivitas harus


PT. Cakra Guna Cipta Malang adalah salah didefinisikan sebagai rasio antara efektifitas
satu perusahaan rokok yang ada di kota Malang. pencapaian tujuan pada tingkat tertentu (output)
Perusahaan ini memproduksi rokok yang dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya
berjenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan (input). Efektifitas merupakan suatu ukuran
Sigaret Kretek Mesin (SKM) dimana rokok- yang memberikan gambaran seberapa jauh
rokok tersebut dipasarkan di Pulau Jawa sendiri target dapat tercapai baik secara kualitas
maupun di luar Pulau Jawa. Dalam memasarkan maupun waktu, hal ini berorientasi pada
hasil produksinya, perusahaan banyak keluaran. Peningkatan efektifitas belum tentu
mendapatkan persaingan dan lingkungan yang diimbangi dengan peningkatan efisiensi dan
kompetitif dari perusahaan rokok lain, terutama sebaliknya. Efisiensi merupakan suatu ukuran
yang berasal dari wilayah Malang sendiri dalam membandingkan penggunaan masukan
seperti perusahaan rokok Jagung Padi Malang, (input) yang direncakan dengan penggunaan
perusahaan rokok Saga Malang, perusahaan masukan yang sebenarnya. Pengertian efisiensi
rokok Grendel Malang, perusahaan rokok berorientasi pada masukan. Dari Tabel 1 dapat
Sukun Malang dan perusahaan rokok lainnya dilihat data produksi aktual perusahaan dan
yang tersebar di Kota Malang, sehingga target yang harus dicapai perusahaan. Dari tabel
perusahaan harus mampu berkembang sesuai tersebut bisa terlihat perbandingan antara output
dengan kondisi dan permintaan pasar dengan aktual dan output yang direncanakan oleh
melakukan kinerja yang bagus dan penggunaan perusahaan. Dari Tabel 1 tersebut terlihat masih
strategi yang tepat. belum tercapainya output yang direncakan oleh
Produktivitas merupakan istilah dalam perusahaan, sehingga bisa dikatakan efektifitas
kegiatan produksi sebagai perbandingan antara dari perusahaan masih kurang. Masih tingginya
luaran (output) dengan masukan (input). jam lembur dan total jam kerusakan mesin pada

600
PT. Cakra Guna Cipta juga dapat bertujuan agar lebih mengetahui bagian mana
mempengaruhi efisiensi produktivitas yang harus menjadi fokus terlebih dahulu untuk
perusahaan. Hal ini bisa terlihat pada data meningkatkan produktivitas dari perusahaan
kerusakan mesin dan total jam lembur tersebut.
perusahaan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat
terlihat efisiensi perusahaan yang masih rendah 2. Metode Penelitian
karena input yang akan digunakan berkurang Metode penelitian ini merupakan penelitian
karena waktu kerusakan mesin dan masih harus deskriptif yang meliputi beberapa langkah.
menambahkan input jam kerja pegawai untuk Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai
mengejar target yang telah ditetapkan. Menurut berikut:
Gaspersz (2000), ada beberapa permasalahan 1. Studi Lapangan (Field Research)
yang dapat menyebabkan penurunan Metode ini digunakan dalam pengumpulan
produktivitas perusahaan yaitu, tidak ada data yang dilakukan secara langsung ke
evaluasi produktivitas, keterlambatan tempat penelitian. Studi lapangan dapat
pengambilan keputusan oleh manajemen, dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
motivasi rendah dalam pekerjaan, perusahaan a. Observasi
tidak mampu berkompetisi dan beradaptasi Pada survei pendahuluan ini dilakukan
pada kemajuan teknologi dan informasi. pengumpulan data dan informasi
mengenai produktivitas perusahaan pada
Tabel 1. Data Produksi Aktual dan Target PT. Cakra Guna Cipta Malang.
Perusahaan b. Wawancara
Wawancara digunakan untuk
mengidentifikasi sistem organisasi, dan
mengidentifikasi indikator produktivitas.
Pihak yang diwawancarai antara lain
Kabag. SKM dan Kabag. Produksi.
Sumber: PT. Cakra Guna Cipta Malang c. Kuesioner
Kuesioner ini merupakan data primer
Tabel 2. Data Waktu Kerusakan Mesin dan Jam yang datanya langsung diambil dari objek
Lembur Karyawan penelitian oleh peneliti perorangan
maupun organisasi. Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini antara
lain:
1) Kuesioner Validasi Key Performance
Indicator (KPI) Produktivitas
2) Kuesioner Pembobotan Tingkat
Sumber: PT. Cakra Guna Cipta Malang
Kepentingan Indikator Produktivitas
3) Kuesioner Penilaian Risiko Indikator
Dari permasalahan yang telah dikemukakan
Produktivitas.
diatas dapat disimpulkan bahwa diperlukan
d. Dokumentasi
adanya pengukuran produktivitas pada PT.
Data-data sekunder yang diperlukan
Cakra Guna Cipta Malang yang dapat
dalam penelitian ini adalah:
memberikan pandangan untuk meningkatkan
1) Data tinjauan umum tentang
produktivitas dari perusahaan menjadi lebih
perusahaan
baik. Maka dari itu, penelitian ini akan
2) Data penggunaan bahan baku
menganalisa produktivitas pada perusahaan
3) Data penggunaan energi listrik
menggunakan model penilaian Objective Matrix
4) Data jumlah jam lebur karyawan
(OMAX) sebagai alat bantu untuk
5) Data jumlah breakdown mesin
mengidentifikasi indikator produktivitas dan
6) Data proses produksi dan jumlah
mengukur tingkat produktivitas dari PT. Cakra
produksi
Guna Cipta, selain itu menganalisa potensi akan
2. Studi Literatur (Library Research)
terjadinya risiko dari setiap indikator yang
Studi literatur merupakan suatu metode
berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan.
untuk mendapatkan data dengan
Dengan memberikan tambahan menganalisa
mempelajari literatur di perpustakaan serta
risiko setelah melakukan analisa produktifitas
membaca sumber-sumber data informasi

601
lainnya yang berhubungan dengan yang lainnya menggunakan interpolasi
pembahasan. dengan persamaan 2 :
3. Pengerjaan OMAX
a. Langkah awal melakukan identifikasi (pers.2)
produktivitas dengan menggunakan
matriks OMAX yaitu dengan d. Kemudian mengisi bagian monitoring
menentukan indikator produktivitas yang berdasarkan posisi level pada angka
mempengaruhi produktivitas perusahaan. performance dengan menggunakan skala
Untuk mengetahui indikator, dibantu oleh linier sebagai berikut (Christopher dan
kuisioner yang diberikan kepada Kabag. Thor, 2003):
Produksi dan Kabag. SKM untuk (pers.3)
membantu menentukan indikator
produktivitas yang valid, yaitu indikator keterangan:
apa saja yang ada dan berpengaruh = interval antara level high
terhadap produktivitas produksi rokok dengan low
SKM pada perusahaan. = level high
b. Setelah itu dilakukan pembobotan untuk = level low
setiap indikator produktivitas = angka pada level high
menggunakan Analitical Hierarchy = angka pada level low
Proses (AHP) untuk mengetahui e. Kemudian setelah pengisian matriks
seberapa besar bobot setiap indikator OMAX secara lengkap bisa diketahui
produktivitasnya. Semakin besar value dari setiap indikator produktivitas
bobotnya maka semakin penting pula dengan mengalikan antara nilai level dan
indikator produktifitas tersebut terhadap bobot dari setiap indikator produktivitas.
produktivitas perusahaan. Pembobotan Setelah itu seluruh value dijumlahkan
dilakukan dengan membandingkan setiap dan akan didapatkan indeks
indikator dan diberikan skala seberapa produktivitasnya.
besar tingkat kepentingan setiap indikator f. Setelah pengolahan OMAX maka dapat
tersebut. diketahui tingkat produktivitas dari hasil
c. Sebelum mengisi matriks OMAX, pegolahan data. Maka tahap selanjutnya
dilakukan perhitungan nilai produktivitas akan dianalisa jenis risiko pada masing-
berdasarkan data aktual, data target dan masing kriteria produktivitas yang
data terendah perusahaan. Perhitungan menyebabkan penurunan produktivitas
menggunakan rumus sebagai berikut: tersebut. Dari hasil pengolahan OMAX,
setiap indikator produktivitas yang
(pers.1) termasuk ke dalam kategori kuning dan
merah dilanjutkan untuk pengolahan
Kemudian pengerjaan OMAX bisa risikonya.
dilanjutkan dengan pengisian baris 4. Pengukuran Tingkat Risiko
performance dengan menggunakan hasil a. Tahap selanjutnya adalah masuk kedalam
perhitungan nilai produktivitas dari tahap identifikasi risiko. Setiap kriteria
periode yang akan diukur tingkat produktivitas diidentifikasi jenis risiko
produktivitasnya berdasarkan data aktual yang menyebabkan produktivitas
pencapaian perusahaan. Kemudian menurun, dibantu dengan brainstorming
mengisikan pada level 3 pada matriks bersama pihak perusahaan.
OMAX menggunakan data perhitungan b. Selanjutnya adalah tahapan analisa risiko,
produktivitas periode sebelumnya dalam melakukan analisa risiko
berdasarkan data aktual pencapaian digunakan hasil dari expert judgement
perusahaan. Level 10 menggunakan data oleh risk owner. Risk owner yang
perhitungan nilai produktivitas dilibatkan dalam penelitian terdiri dari
berdasarkan target perusahaan, dan level Kabag. Produksi dan Kabag. SKM di PT.
0 menggunakan data perhitungan Cakra Guna Cipta. Pada tahap analisa
produktivitas berdasarkan data risiko akan dilakukan analisa tingkat
pencapaian terendah yang pernah dicapai kemungkinan peluang (likelihood)
perusahaan. Setelah itu mengisikan level terjadinya suatu risiko dan dampaknya

602
(consequence) untuk memperkirakan Karton Box (Biji), Filter (Biji), Karton Bal
besarnya tingkat risiko. Pengelompokan (Biji), dan Lem (Kg). Produktivitas material
tingkat risiko mulai dari rendah, sedang, dihitung dengan menggunakan rasio
tinggi ditentukan dengan menggunakan perbandingan antara jumlah produksi aktual
standar AS/NZS 4360:2004 yang sudah dibagi dengan jumlah pemakaian setiap
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. material.
Tahap berikutnya adalah evaluasi dan 4. Produktivitas Mesin
rekomendasi pengendalian risiko. Evaluasi Produktivitas mesin dihitung dengan
risiko dilakukan untuk mendapatkan prioritas menggunakan rasio perbandingan antara total
risiko. Setelah diketahui prioritas risiko, maka jam kerusakan mesin dibagi dengan total jam
langkah selanjutnya adalah melakukan mitigasi kerja mesin normal dengan satuan jam.
risiko. Untuk membantu dalam mitigasi risiko
dibantu dengan menggunakan metode Root 3.2 Ukuran Produktivitas Parsial
Cause Analysis (RCA) untuk menganalisa akar Langkah selanjutnya dalam penghitungan
penyebab terjadinya permasalahan. OMAX adalah menghitung berbagai indikator
yang akan menjadi inputan tabel OMAX. Hasil
3. Hasil Penelitian perhitungan nilai produktivitas di tiap
Terdapat dua proses yang akan dilakukan semesternya pada tahun 2011 dan tahun 2012
untuk membantu menyelesaikan permasalahan dihitung berdasarkan rumus-rumus yang telah
yang terdapat pada perusahaan, yaitu proses didefinisikan sebelumnya dan berdasarkan data
menghitung produktivitas dan menganalisa aktual perusahaan. Nantinya hasil perhitungan
risiko yang dapat mengganggu produktivitas. ini akan menjadi input tabel OMAX di kolom
pencapaian atau performance. Sedangkan hasil
3.1 Pendefinisian Kriteria Produktivitas dari periode sebelumnya digunakan untuk
Pendefinisian kriteria produktivitas mengisi Level 3 pada OMAX.
didapatkan dari referensi literature dan Hasil perhitungan produktivitas parsial
brainstorming dengan pihak perusahaan. Selain untuk target tahun 2011 dan tahun 2012
itu juga digunakan kuisioner yang disebar dihitung dengan rumus-rumus yang telah
kepada dua responden, Kabag. SKM dan didefinisikan sebelumnya yang berdasarkan
Kabag. Processing yaitu pihak perusahaan yang terhadap data target pemakaian input yang telah
mengatur proses produksi pada departemen ditetapkan oleh perusahaan. Nantinya, data
SKM. Berdasarkan dari kondisi perusahaan, hasil perhitungan tersebut akan dipergunakan
dapat diidentifikasi 4 kriteria produktivitas yang sebagai Level 10.
akan diukur tingkat produktivitasnya dengan Hasil perhitungan produktivitas parsial
menggunakan metode OMAX. Keempat pada tahun 2011 dan 2012 berdasarkan rumus-
kriteria itu antara lain: rumus yang telah didefinisikan sebelumnya
1. Produktivitas Tenaga Kerja dengan mengacu kepada data pemakaian input
Kriteria produktivitas tenaga kerja dihitung terendah yang mungkin dicapai dalam keadaan
dengan menggunakan rasio perbandingan antara terburuk perusahaan yang didapatkan dari
jumlah produksi aktual dalam satuan kilogram perusahaan. Nantinya, data hasil perhitungan
dibagi dengan jam orang (JO). tersebut akan dipergunakan sebagai Level 0.
2. Produktivitas Energi
Kriteria produktivitas energi yang dihitung 3.3 Penentuan Bobot Masing-Masing
adalah produktivitas penggunaan energi listrik Indikator Produktivitas
pada perusahaan. Produktivitas energi listrik Pembobotan Indikator Produktivitas
dihitung dengan menggunakan rasio digunakan untuk mengetahui tingkat
perbandingan antara jumlah produksi aktual kepentingan setiap indikator sesuai dengan
yang dihasilkan dalam satuan kilogram dibagi kebutuhan perusahaan. Pembobotan ini
dengan pemakaian listrik dalam satuan KWh. dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner
3. Produktivitas Material/Bahan Baku pembobotan tingkat kepentingan indikator
Pada kriteria produktivitas bahan baku yang produktivitas kepada perwakilan dari bagian
dihitung produktivitasnya adalah, produktivitas Produksi, Kabag. SKM dan Kabag. Produksi.
penggunaan Tembakau (Kg), Cengkeh (Kg), Dalam menggunakan metode AHP
Saos (Liter), Ambri (Keping), Alkohol (Liter), dimungkinkan untuk diperoleh penilaian yang
Etiket (Keping), Opipi (Keping), Slop (Biji), didasarkan pada penilaian dengan

603
menggunakan kuesioner, ada beberapa hal yang Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kriteria
harus diperhatikan yaitu jika suatu kelompok produktivitas material memiliki nilai
ikut berpartisipasi dalam proses penilaian, maka pembobotan yang paling tinggi diantara kriteria
seluruh anggota kelompok tersebut sedapat produktivitas lainnya, sehingga memiliki
mungkin diusahakan untuk mencapai konsensus tingkat kepentingan yang lebih diprioritaskan.
dalam penilaiannya. Sehingga perlu dilakukan Begitu juga pada tembakau yang dapat dilihat
perhitungan geometric mean, karena ciri pada Tabel 4 memiliki nilai tertinggi daripada
reciprocality dari matriks yang digunakan indikator produktivitas lainnya. Nilai
dalam proses analisis hierarki ini harus Consistency Ratio pembobotan antar kriteria
dipertahankan. Geometric mean ini dapat adalah sebesar 0.02805. Nilai Consistency Ratio
digunakan untuk menghitung rata-rata penilaian pembobotan antar indikator produktivitas
perbandingan berpasangan dengan tetap adalah 0.06095. Kedua nilai Consistency Ratio
mempertahankan ciri reciprocality dari matriks memiliki nilai kurang dari 0.1. Dari nilai
tadi (Saaty, 1993). Persamaan 4 berikut tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
merupakan rumus geometric mean. perhitungan prioritas dari kuisioner yang sudah
disebarkan telah konsisten dan tidak bersifat
√ (pers. 4) acak.
Kemudian data tersebut diolah
menggunakan Analytic Hierarchy Process 3.4 Pengoperasian Matriks OMAX
(AHP) dengan bantuan software Super Menurut Sumanth (1985), langkah-langkah
Decision. Hasil pembobotan yang telah untuk menyusun metode OMAX adalah sebagai
dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil berikut:
pembobotan antar kriteria dan indikator 1. Identifikasi kriteria-kriteria mayor dan
produktivitas disajikan pada Tabel 3 dan Tabel metode atau rumusan pengukuran yang
4. sesuai untuk kriteria tersebut.
2. Tingkatan produktivitas sebelum dilakukan
Tabel 3. Pembobotan Kriteria Produktivitas penilaian baru diletakkan pada level 3, dan
Kriteria Produktivitas Bobot level 10 merupakan target yang hendak
0.1142 dicapai perusahaan.
Energi
0.25696
3. Produktivitas tujuan untuk setiap kriteria
Manusia
ditentukan berdasarkan target perusahaan.
Material 0.53962
4. Menggunakan skala linear, jenjang
Mesin 0.08922
pencapaian tujuan yang akan ditentukan dan
Total 1
diisikan dalam tingkatan antara tiga sampai
Consistency Ratio 0.02805 dengan sepuluh. Adapun perhitungan skala
Kesimpulan Konsisten linear dapat ditunjukkan pada persamaan 3
sebelumnya.
Sedangkan untuk hasil pembobotan antar 5. Dikarenakan beberapa kriteria lebih penting
subkriteria kinerja dapat dilihat pada Tabel 4. dibandingkan dengan kriteria lainnya,
pembobotan dilakukan untuk tiap parameter
Tabel 4. Pembobotan Indikator Produktivitas kinerja yang jumlahnya secara keseluruhan
Indikator Produktivitas Bobot adalah 1.
Alkohol 0.05843 6. Pada setiap penutupan periode pengukuran,
Ambri 0.08983
hasil aktual untuk setiap kriteria atau
Cengkeh 0.21613
Etiket 0.03125 parameter kinerja dihitung dan ditempatkan
Filter 0.07291 pada baris “performance”.
Karton Bal 0.02221 7. Pada baris level diisi dengan hasil asosiasi
Karton Box 0.02522 “performance” dengan tingkat atau level
Lem 0.02629 dari nol hingga 10.
Opipi 0.02808 8. Setiap level dikalikan dengan bobot setiap
Saos 0.12112 kriteria untuk mendapatkan nilai “value”.
Slop 0.02329
Tembakau 0.28524
9. Penjumlahan dari seluruh “value” adalah
Total 1 indeks produktivitas. Pergerakan dari indeks
Consistency Ratio 0.06095 tersebut merupakan total pergerakan
Kesimpulan Konsisten

604
pencapaian proudktivitas unit bisnis Dari hasil OMAX diatas dapat
perusahaan. diketahui indeks produktivitas yang didapatkan
10. selanjutnya pada bagian monitoring dapat dari menjumlah seluruh kolom nilai. Kolom
diisi berdasarkan posisi level pada angka nilai didapatkan dari perkalian antara score dan
performance yang merupakan produktivitas weight. Dari hasil perhitungan didapatkan
perusahaan pada tahun 2012. Untuk mengisi indeks produktivitas pada semester 1 di tahun
level di bagian monitoring, langkah yang 2012 adalah 5.49 dan pada semester 2 di tahun
dilakukan adalah dengan menggunakan 2012 indeks produktivitasnya sebesar 5.65.
rumus interpolasi. Nilai level yang diisikan Indeks produktivitas tiap periode didapatkan
pada bagian monitoring dan nilai tersebut dari total value dari tiap periode tersebut. Dari
akan dikategorikan berdasarkan Traffic kedua hasil nilai indeks produktivitas tersebut,
Light System. Untuk weight diisi dengan maka kita dapat mengetahui juga perubahan
nilai bobot indikator produktivitas. Nilai pada tingkat produktivitas. Perkembangan
value merupakan hasil perkalian antara nilai produktivitas total perusahaan pada tahun 2012
level dan nilai weight. Tabel skema sebesar 3%.
pengukuran produktivitas tiap indikator
disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Model OMAX Semester 1 Tahun 2012

Tabel 6. Model OMAX Semester 2 Tahun 2012

605
3.5 Identifikasi Risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk tiap
Setelah mengukur produktivitas kemudian indikator produktivitas. Pada produktivitas
mengidentifikasi risiko yang akan tenaga kerja, risiko yang teridentifikasi yaitu
mempengaruhi tingkat produktivitas. Proses usaha kerja karyawan yang rendah. Hal ini
identifikasi dilakukan untuk mengethaui dan disebabkan karena sikap kerja yang kurang
menemukan potensi-potensi risiko yang baik, karyawan tidak puas dengan kebijakan
mungkin terjadi dalam proses operasi PT. Cakra perusahaan, kurangnya motivasi untuk bekerja
Guna Cipta Malang. Berikut merupakan tabel dan kurang nyamannya lokasi produksi. Risiko
identifikasi risiko pada tiap indikator pada produktivitas pemakaian listrik yaitu
produktivitas: konsumsi energi lebih banyak daripada target
yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh
Tabel 7. Identifikasi Risiko Tiap Indikator memaksakan penggunaan mesin, penggunaan
Produktivitas energi lebih untuk memproduksi ulang, dan
N
o
Produktivitas Risk Event Risk Agent maintenance mesin yang rusak. Risiko pada
Produktivitas Tenaga Kerja produktivitas material yaitu pemakaian bahan
Sikap kerja kurang baku yang melebihi target. Hal ini disebabkan
baik oleh produk yang cacat dan pemakaian bahan
Tidak puas dengan
Usaha kerja kebijakan baku yang tidak sesuai standar. Sedangkan
Produktivitas
1
Tenaga Kerja
karyawan yang perusahaan risiko yang teridentifikasi pada produktivitas
rendah Lokasi produksi
kurang nyaman
mesin yaitu penurunan kapasitas produksi
Kurang motivasi mesin. Hal ini disebabkan oleh mesin yang
untuk bekerja tidak beroperasi dan tidak berfungsi dengan
Produktivitas Energi
Memaksakan
baik.
Konsumsi penggunaan mesin
Produktivitas energi lebih Menggunakan energi 3.6 Analisa Risiko
2 pemakaian banyak lebih untuk produksi
listrik daripada target ulang
Analisa risiko merupakan proses penilaian
yang ditetapkan Maintenance mesin risiko dari risiko-risiko yang telah
rusak teridentifikasi. Penilaian diberikan kepada
Produktivitas Material/Bahan Baku
Produktivitas
dampak (Consequences) dan peluang
Pemakaian Produk cacat
3 pemakaian tembakau yang Pemakaian lebih dari (Likelihood). Berdasarkan data-data yang ada
Tembakau melebihi target standar dan hasil brainstorming dengan Kabag. SKM
Produktivitas Pemakaian Produk cacat dan Kabag. Produksi pada perusahaan dengan
4 pemakaian ambri yang Pemakaian lebih dari
Ambri melebihi target standar mengacu kepada AS/NZS 4360:1999 dan sudah
Produktivitas Pemakaian saos Produk cacat disesuaikan dengan kondisi di dalam
5 pemakaian yang melebihi Pemakaian lebih dari perusahaan, maka pengkategorian tingkat
Saos target standar
Produktivitas Pemakaian Produk cacat
peluang bisa dilihat pada Tabel 8. Sedangkan
6 pemakaian filter yang Pemakaian lebih dari pengkategorian tingkat dampak bisa dilihat
Filter melebihi target standar pada Tabel 9.
Produktivitas Pemakaian Produk cacat
7 pemakaian etiket yang Pemakaian lebih dari
Etiket melebihi target standar Tabel 8. Kategori Penilaian Tingkat Peluang
Produktivitas Pemakaian Produk cacat Tingkat Peluang Keterangan Tingkat Peluang
8 pemakaian alkohol yang Pemakaian lebih dari
Alkohol melebihi target standar 1.Rare Risiko terjadi 1 tahun sekali
Produktivitas Pemakaian Produk cacat 2.Unlikely Risiko terjadi dalam 6 bulan sekali
9 pemakaian opipi yang Pemakaian lebih dari 3.Possible Risiko terjadi dalam 1 bulan sekali
Opipi melebihi target standar
Produktivitas Pemakaian Produk cacat 4.Likely Risiko terjadi dalam 1 minggu
10 pemakaian karton box yang Pemakaian lebih dari sekali
Karton Box melebihi target standar
5.Almost Certain Risiko terjadi setiap hari
Produktivitas Pemakaian Produk cacat
11 pemakaian karton bal yang Pemakaian lebih dari (Sumber: AS/NZS 4360:1999 Yang Sudah
Karton Baal melebihi target standar Disesuaikan Dengan Kondisi Perusahaan)
Produktivitas Pemakaian lem Produk cacat
12 pemakaian yang melebihi Pemakaian lebih dari
Lem target standar
Produktivitas Mesin
Produktivitas Penurunan tidak beroperasi
13 pemakaian kapasitas tidak berfungsi
Mesin produksi mesin dengan baik

606
Tabel 9. Kategori Penilaian Tingkat Dampak Nilai Tingkat
Tingkat No Produktivitas Risiko Risiko
Keterangan Tingkat Dampak D P
Dampak
Risiko yang dapat mempengaruhi Produktivitas Pemakaian
produktivitas produksi namun tidak 7 pemakaian etiket yang 3 3 Medium
1.Insignificant Etiket melebihi target
sampai mengakibatkan pemborosan
sumber daya Produktivitas Pemakaian
Risiko yang apabila tidak segera ditangani 8 pemakaian alkohol yang 3 3 Medium
dapat mengakibatkan pemborosan Alkohol melebihi target
2.Minor Produktivitas Pemakaian
sumber daya namun tidak
mempengaruhi target 9 pemakaian opipi yang 3 3 Medium
Risiko yang apabila tidak segera ditangani Opipi melebihi target
dapat mengakibatkan pemborosan Produktivitas Pemakaian
3.Moderate pemakaian karton box
sumber daya dan menimbulkan tidak 10 3 2 Medium
tercapainya target Karton Box yang melebihi
Risiko yang apabila tidak segera ditangani target
dapat menimbulkan pemborosan sumber Produktivitas Pemakaian
4.Major pemakaian karton baal
daya, tidak tercapainya target dan 11 3 2 Medium
dapat berakibat ke periode berikutnya Karton Baal yang melebihi
Risiko yang apabila tidak segera ditangani target
5. Catastrope dapat menimbulkan kegagalan suatu Produktivitas Pemakaian lem
proses produksi 12 pemakaian yang melebihi 3 3 Medium
(Sumber: AS/NZS 4360:1999 Yang Sudah Lem target
Produktivitas Mesin
Disesuaikan Dengan Kondisi Perusahaan) Produktivitas Penurunan
13 pemakaian kapasitas 5 2 High
Dampak dan peluang dari setiap risiko yang Mesin produksi mesin
telah diidentifikasi diperoleh berdasarkan
brainstorming dengan pihak perusahaan dan 3.7 Evaluasi Risiko
penyebaran kuisioner penilaian risiko, kuisioner Setelah melakukan analisa risiko, maka
penilaian risiko tersebut telah disebarkan dan tahap selanjutnya adalah mengevaluasi risiko.
dinilai oleh Kabag. Processing dan Kabag. Hasil dari evaluasi risiko adalah berupa daftar
SKM dari perusahaan yang mengetahui tentang tingkat prioritas untuk tindakan lebih lanjut.
produksi di departemen SKM tersebut. Tingkat Dari hasil analisa risiko akan dipetakan ke
risiko diperoleh dari hasil perkalian antara dalam peta risiko sehingga dapat diketahui
dampak dan peluang. Hasil penilaian tersebut tingkat risikonya. Dari hasil analisa tingkat
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini: risiko setiap indikator produktivitas yang
dibahas sebelumnya, dapat dilihat pemetaan
Tabel 10. Tingkat Risiko Setiap Indikator setiap indikator produktivitas tersebut. Hasil
Produktivitas pemetaan didapatkan dari hasil perkalian
Nilai Tingkat dampak dan peluang di tahap analisa risiko.
No Produktivitas Risiko Risiko
D P Berikut merupakan Tabel 11 yang
Produktivitas Tenaga Kerja menunjukkan hasil pemetaan dari evaluasi
Produktivitas
Usaha kerja risiko:
1 karyawan yang 5 5 Extreme
Tenaga Kerja
rendah
Tabel 11. Pemetaan Risiko
Produktivitas Energi
Konsumsi
Produktivitas energi lebih
2 pemakaian banyak 2 2 Low
listrik daripada target
yang ditetapkan
Produktivitas Material/Bahan Baku
Produktivitas Pemakaian
3 pemakaian tembakau yang 4 4 High
Tembakau melebihi target
Berdasarkan wawancara dengan pihak
Produktivitas Pemakaian perusahaan yaitu Kabag. Produksi dari
4 pemakaian ambri yang 4 4 High departemen SKM, didapatkan informasi bahwa
Ambri melebihi target
Produktivitas Pemakaian saos
untuk tahun 2013 setelah dilakukan evaluasi
5 pemakaian yang melebihi 4 4 High untuk risiko yang terjadi pada perusahaan, ada
Saos target beberapa risiko yang terjadi pada setiap
Produktivitas Pemakaian
6 pemakaian filter yang 3 3 Medium
indikator produktivitas yang ada pada
Filter melebihi target perusahaan. Pada indikator produktivitas tenaga
kerja terjadi usaha kerja karyawan yang rendah

607
(risiko no.1 pada Tabel 7), pada indikator kepada pihak manajemen adalah sebagai
produktivitas bahan baku juga terjadi berikut:
pemborosan untuk setiap periodenya (risiko 1. Untuk mengatasi masalah sikap kerja yang
no.2 dan 5 pada Tabel 7). Masalah ini dapat kurang baik, perusahaan perlu memberikan
dilihat dari penggunaan bahan baku yang lebih treatment khusus kepada setiap karyawan
banyak daripada standarnya, terutama pada untuk menstimulus sikap kerja yang baik
bahan baku utama seperti tembakau dan saos. dari karyawan.
Untuk indikator produktivitas mesin, terjadi 2. Untuk mengatasi masalah karyawan yang
downtime mesin (risiko no.13 pada Tabel 7) di tidak puas dengan kebijakan perusahaan,
pertengahan Tahun 2013 yang mengakibatkan yaitu harus ada komunikasi yang baik
proses produksi di perusahaan terganggu. antara pihak manajemen dan para
Sedangkan untuk indikator produktivitas karyawan.
penggunaan energi listrik tidak terjadi risiko 3. Untuk mengatasi masalah kurangnya
pemborosan penggunaan energi pada motivasi karyawan untuk bekerja, selain
perusahaan, penggunaan energi listrik di Tahun adanya sanksi yang tegas atau punishment
2013 masih termasuk kedalam kategori yang dari perusahaan untuk setiap karyawan
aman dan tidak terjadi pemborosan pada yang sering melanggar peraturan,
indikator produktivitas tersebut. pemberitahuan akan target yang harus
dicapai untuk satu periode juga perlu
3.8 Rekomendasi Pencegahan Risiko disampaikan kepada semua karyawan
Dari hasil analisa peta risiko dan evaluasi untuk memberikan semangat kepada
risiko pada Tahun 2013 di setiap periodenya, karyawan dan perlu juga pemberian
dapat diketahui klasifikasi dari risiko tiap reward untuk setiap karyawan yang
indikator produktivitas, maka perlu dilakukan berprestasi seperti pemberian bonus
perbaikan atau pengkontrolan untuk mengatasi kepada pekerja.
setiap risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu 4. Untuk mengatasi kurangnya rasa nyaman
dilakukan identifikasi penyebab permasalahan di lantai produksi, masalah ini bisa terjadi
rendahnya produktivitas dengan menggunakan akibat berbagai macam penyebab, bisa
Root Cause Analysis (RCA) dan selanjutnya disebabkan oleh lingkungan kerja yang
diberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan kurang nyaman baik dari segi kondisi fisik
permasalahan yang ada. lantai produksi atau bisa juga akibat
kondisi antar pekerja yang ada di lantai
3.8.1 Rekomendasi Perbaikan Kriteria produksi itu sendiri. Terkadang antar
Produktivitas Tenaga Kerja pekerja saling iri dan tidak suka satu sama
lain sehingga dapat berpengaruh terhadap
Usaha Kerja kenyamanan karyawan dalam bekerja.
karyawan yang
rendah

3.8.2 Rekomendasi Perbaikan Kriteria


Karyawan tidak Kurangnya
Kurangnya rasa
Produktivitas Energi
Sikap kerja kerja puas dengan motivasi
yang kurang baik kebijakan karyawan untuk nyaman di lokasi
perusahaan bekerja produksi
Konsumsi Energi
Lebih Banyak
Dari Target yang
Nilai-nilai yang Pihak manajemen Ketidaktahuan Kurangnya Ditetapkan
Kondisi lantai Persaingan yang
dimiliki para kurang seluruh karyawan penerapan reward produksi yang kurang sehat antar
karyawan yang mengetahui akan target yang yang diberikan panas karyawan
kurang baik kondisi lapangan harus dicapai kepada karyawan
Memaksakan Penggunaan
atas kinerjanya Kebutuhan energi
penggunaan mesin energi lebih untuk
lebih untuk setting
Kurangnya untuk mengejar memproduksi
ulang mesin
komunikasi antara target ulang
Kurangnya Pensosialisasian Kurangya Sirkulasi udara
pihak manajemen Komunikasi yang
treatment untuk yang kurang pengalokasian yang kurang baik
dengan karyawan kurang baik antar
membentuk sikap terhadap dana untuk reward pada lantai Penetapan target
di lantai produksi karyawan Banyaknya
kerja karyawan karyawan karyawan produksi yang terlalu tinggi Kerusakan part
Produk yang
melebihi kapasitas mesin
Cacat
mesin

Gambar 1. RCA Kriteria Produktivitas Tenaga


Proses yang tidak
Kerja sesuai standart

Dari identifikasi penyebab permasalahan Kurangnya


pengawasan dan
di atas, maka diperlukan perbaikan agar kelalaian operator

produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan. Gambar 2. RCA Kriteria Produktivitas Energi
Rekomendasi perbaikan yang dapat disarankan

608
Kriteria produktivitas energi juga energi listrik yang digunakan untuk
berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan, maintenance mesin.
apalagi pada departemen SKM. Departemen
SKM cukup membutuhkan cukup banyak 3.8.3 Rekomendasi Perbaikan Kriteria
energi untuk mendukung jalannya mesin yang Produktivitas Material
digunakan untuk proses produksi. Sehingga
perlu diperhatikan penggunaan energi pada Pemakaian Bahan
Baku yang
departemen ini dan menjaganya agar tidak Melebihi Target

berlebihan dalam penggunaannya yang dapat


mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Dari Pemakaian bahan
hasil pengolahan data, untuk kriteria ini Produk Cacat baku yang tidak
sesuai standar
termasuk kedalam kategori Low Risk.
Meskipun produktivitas energi masuk Operator yang Keslahan proses
Kualitas Bahan baku
kedalam kategori Low Risk, tetapi tetap perlu yang diperoleh dari
kurang teliti dalam
memproses bahan
produksi yang
tidak sesuai
supplier kurang baik
segera ditangani, agar yang awalnya beresiko baku standar

kecil tidak berubah menjadi besar dan


Kurangnya Kurangnya Kurangnya pengetahuan
berdampak lebih banyak lagi. Dari pengecekan bahan Kelalaian Pengetahuan karyawan terhadap
baku ketika masuk karyawan operator akan standar proses produksi
permasalahan di atas, maka diperlukan perusahaan komposisi standar perusahaan

perbaikan agar produktivitas energi dapat


Kurangnya Kurangnya
ditingkatkan. Usulan perbaikan yang dapat pengawasan yang pelatihan Kurangnya
pelatihan
dilakukan oleh karyawan secara
dilakukan adalah: supervisor rutin karyawan secara
rutin
1. Untuk menanggulangi masalah terlalu
Perbandingan
memaksakan penggunaan mesin untuk antara supervisor
dan karyawan
mengejar target, biasanya kejadian ini terjadi kurang seimbang

di akhir periode, karena baru diketahui Gambar 3. RCA Kriteria Produktivitas Material
dengan waktu yang tersisa sedikit dan target
produksi yang masih belum tercapai, Dari permasalahan di atas, maka diperlukan
sehingga harus bekerja lebih keras daripada perbaikan agar produktivitas material dapat
hari-hari biasanya, biasanya ada ditingkatkan. Usulan perbaikan yang dapat
penambahan jam lembur untuk mengejar dilakukan adalah:
target tersebut. Sebaiknya dari awal sudah 1. Untuk mengatasi kualitas bahan baku yang
benar-benar dierhatikan masalah target dan diperoleh dari supplier yang kurang baik,
benar-benar diawasi dengan baik tidak maka perlu diadakan pengecekan sebelum
sampai melebihi kemampuan mesin bahan baku atau material tersebut masuk ke
sehingga dapat mengakibatkan pemborosan dalam pabrik untuk diolah. Pengecekan ini
energi. juga berguna untuk mengetahui bahan baku
2. Untuk masalah penggunaan energi berlebih yang kurang baik lebih awal, tidak pada saat
untuk memproduksi ulang, maka perlunya proses produksi sudah berjalan.
pengawasan oleh supervisor yang berjaga. 2. Untuk masalah operator yang kurang teliti
Gangguan pada proses yang terjadi seperti dalam memproses bahan baku, perlu
seringnya terjadi gangguan pada mesin diadakannya pelatihan terhadap karyawan
akibat kesalahan prosedur dapat terutama karyawan yang baru saja berada di
menyebabkan kecacatan pada hasil produksi departemen tersebut.
dan mengakibatkan berlebihnya penggunaan 3. Untuk masalah pengetahuan operator akan
energi dalam proses produksi tersebut. standar proses produksi, maka perlu
3. Untuk menanggulangi keseringan seringnya diadakan pelatihan atau
maintenance mesin yang rusak yang dapat pengarahan kepada para karyawan untuk
mengakibatkan pemborosan penggunaan mengetahui bagaimana standar prosedur
energi, yaitu dengan pengecekan yang rutin yang baik dan benar sehingga prosedur
dan pelumasan part yang rutin juga standar tersebut bisa tetap terjaga dengan
sangatlah penting, tidak harus menunggu baik untuk mengurangi produk yang cacat.
part mesin rusak baru diadakan pengecekan Selain itu perlu juga pengawasan yang baik
terhadap mesin tersebut, agar mengurangi oleh supervisor pada saat penggunaan bahan
keseringan dalam maintenance mesin baku tersebut untuk tetap menjaga prosedur
tersebut untuk menghemat penggunaan

609
proses produksi perusahaan tetap berjalan perawatan mesin yang baik juga perlu
dengan baik dan benar. dilakukan secara rutin.
2. Untuk mengatasi masalah mesin tidak
berfungsi dengan baik yang dikarenakan
3.8.4 Rekomendasi Perbaikan Kriteria tersumbatnya hasil produksi kedalam mesin,
Produktivitas Mesin diperlukan pengawasan dari operator untuk
mengurangi kejadian tersumbatnya mesin
Penurunan
Kapasitas
yang diakibatkan oleh masuknya hasil
Produksi Mesin
produksi ke dalam mesin. Jika mesin sampai
tersumbat maka akan mengakibatkan hasil
Mesin tidak
beroperasi
Mesin tidak
berfungsi dengan produksi yang cacat. Sisa hasil produksi juga
baik
harus dibersihkan dengan baik agar tidak
Part Mesin yang Hasil produksi
Sisa hasil mengganggu proses produksi yang sedang
produksi yang
Rusak menyumbat mesin
menyumbat mesin berjalan. Sehingga dibutuhkan pengawasan
yang baik juga dari operator yang sedang
Penggunaan mesin
tidak sesuai
Memaksakan
kinerja mesin
Perawatan part
mesin yang tidak
Jatohnya rokok
Pembersihan sisa
hasil produksi
berjaga. Untuk mengatasi mesin yang sering
melebihi dari kedalam mesin
prosedur
kapasitas normal
rutin kurang baik
macet, dengan perawatan dan pelumasan
Kurangnya
secara rutin dan terjadwal dengan baik
Penentuan target Tidak ada jadwal Kurangnya Kurangnya
pengetahuan
operator akan
yang melebihi
kapasitas mesin
perawatan mesin
secara rutin
pengawasan
operator
pengawasan
operator
diharapkan bisa mengurangi mesin yang
prosedur mesin
yang benar sering terjadi macet. Penggunaan mesin
sesuai dengan prosedurnya juga sangat
Kurangnya
pelatihan untuk
operator
Penetapan target
yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap kelancaran mesin
tersebut, sehingga butuh tenaga ahli untuk
Gambar 4. RCA Kriteria Produktivitas Mesin
memberikan pelatihan khusus untuk
mengoperasikan setiap mesin. Selain itu
Dari permasalahan di atas, maka diperlukan
perlu juga pengawasan yang baik dan tegas
perbaikan agar produktivitas mesin dapat
untuk pengoperasian setiap mesinnya.
ditingkatkan. Usulan perbaikan yang dapat
Karena untuk departemen SKM sendiri
dilakukan adalah:
mesin cukup penting dalam berjalannya
1. Untuk mengatasi masalah mesin tidak dapat
proses produksi.
beroperasi yang dikarenakan part mesin
yang rusak, ada beberapa faktor yang dapat
4. Kesimpulan
menyebabkan part mesin tersebut sering
Hasil yang dapat diambil dari penelitian ini
rusak, penggunaan mesin yang tidak sesuai
adalah kesimpulan mengenai analisis dan
prosedur, memaksakan kinerja mesin, dan
pembahasan pada bab sebelumnya adalah
perawatan part mesin yang tidak rutin.
sebagai berikut:
Sebaiknya di tempatkan tenaga ahli yang
1. Indikator produktivitas yang berpengaruh
benar-benar mengerti prosedur standar untuk
terhadap produktivitas untuk digunakan di
mengoperasikan mesin tersebut untuk
PT. Cakra Guna Cipta Malang adalah:
mengurangi kerusakan pada part-part mesin
a. Produktivitas tenaga kerja
tersebut. Jika harus diserahkan kepada
b. Produktivitas pemakaian energi listrik
pekerja lain harus dengan pengawasan dan
c. Produktivitas pemakaian bahan baku
pengarahan yang baik pula, sehingga bisa
seperti, tembakau, cengkeh, saos, ambri,
mengurangi penggunaan mesin yang tidak
etiket, opipi, alkohol, karton box, karton
sesuai prosedur. Perlu juga dibuatkan
bal, lem, slop dan filter
prosedur standar yang bisa dipahami oleh
d. Produktivitas mesin
setiap pekerja yang mengoperasikan mesin
2. Hasil pengukuran produktivitas
tersebut, tetapi tetap disertai dengan
menggunakan metode Objective Matriks
pengawasan dari tenaga ahli. Selain itu
(OMAX) menghasilkan:
janganlah memberikan beban terlalu berat
a. Pada periode semester 1 tahun 2012
terhadap mesin, harus sesuai dengan
Tingkat produktivitas dari perusahaan
kapasitas dari mesin tersebut, sebaiknya
pada periode pertama di Tahun 2012
tidak terlalu dipaksakan untuk memenuhi
didapatkan nilai sebesar 5.49, yang berarti
kapasitas maksimal mesin, agar mesin
termasuk kedalam kategori kuning dalam
tersebut bisa lebih tahan lama. Kemudian
OMAX, pencapaian suatu indikator

610
produktivitas belum tercapai meskipun nilai pemakaian karton bal, dan pemakaian
sudah mendekati target. Sehingga perusahan lem
perlu lebih hati-hati dan memperhatikan d. Indikator produktivitas yang termasuk
proses produksi dari perusahaan untuk kedalam kategori low risk yaitu,
menghindari adanya berbagai kemungkinan produktivitas pemakaian listrik.
yang dapat mengganggu kelancaran dari 5. Rekomendasi yang dapat disarankan untuk
berjalannya proses produksi perusahaan. produktivitas PT. Cakra Guna Cipta Malang
b. Pada periode semester 2 tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Untuk periode kedua di Tahun 2012, dari a. Untuk Produktivitas Tenaga Kerja
perhitungan OMAX menghasilkan nilai Untuk meningkatkan produktivitas
pencapaian sebesar 5.65. Nilai tersebut tenaga kerja, sebaiknya dilakukan
masih masuk kedalam kategori kuning treatment khusus kepada karyawan untuk
dalam OMAX, yang berarti juga pencapaian membentuk sikap kerja yang baik,
suatu indikator produktivitas belum tercapai kemudian pemberlakuan kebijakan-
meskipun nilai sudah mendekati target. kebijakan dari perusahaan harus tegas
Meskipun ada kenaikan dari periode dan sesuai dengan kondisi para pegawai
sebelumnya namun perusahaan harus tetap dan kondisi perusahaan, agar elemen-
memperhatikan proses produksi pada elemen yang ada pada perusahaan bisa
periode tersebut dan segera mengevaluasi berjalan dengan baik selain itu perlu juga
proses produksi yang telah berjalan pada pemberian reward terhadap karyawan
periode tersebut sehingga dapat menghindari untuk menambah motivasi kerja
segala kemungkinan yang dapat karyawan.
mengganggu proses produksi perusahaan. b. Untuk Produktivitas Energi
Dari perhitungan nilai antara periode Untuk meningkatkan produktivitas energi
pertama dan periode kedua di Tahun 2012, yang digunakan oleh perusahaan,
didapatkan indeks produktivitas total dengan sebaiknya tidak memaksakan
nilai 3%. penggunaan mesin dan meminimalkan
3. Risiko yang dapat teridentifikasi dari tiap kerusakan pada mesin. Kedua hal ini
indikator produktivitas dan dapat dapat mempengaruhi produktivitas dari
mengganggu produktivitas adalah risiko penggunaan energi tersebut.
terhadap rendahnya usaha kerja karyawan, c. Untuk Produktivitas Material/Bahan
risiko dalam pemborosan penggunaan energi Baku
listrik, risiko dalam pemborosan penggunaan Untuk meningkatkan produktivitas
bahan baku seperti tembakau, ambri, filter, material, sebaiknya dilakukan pelatihan
karton bal, alkohol, etiket, lem, saos, karton pegawai untuk standar komposisi rokok
box dan opipi, selanjutnya adalah risiko tersebut yang dilakukan secara rutin dan
akan penurunan kapasitas mesin. pengecekan Kualitas barang yang lebih
4. Dari hasil identifikasi risiko didapatkan teliti untuk setiap barang yang masuk
pemetaan risiko yang menunjukkan tingkat dari supplier.
risiko setiap indikator produktivitas dari d. Untuk Produktivitas Mesin
setiap kriterianya, yaitu sebagai berikut: Sebaiknya untuk meningkatkan
a. Indikator produktivitas yang termasuk produktivitas mesin pada perusahaan,
kedalam kategori extreme risk yaitu, yang terlihat berisiko dan harus segera
produktivitas tenaga kerja diambil tindakan yaitu pengecekan mesin
b. Indikator produktivitas yang termasuk yang sebaiknya dilakukan secara berkala
kedalam kategori high risk yaitu, agar mesin tetap terawat dan tahan lama.
produktivitas pemakaian tembakau,
pemakaian ambri, pemakaian saos dan
produktivitas pemakaian mesin
c. Indikator produktivitas yang termasuk
kedalam kategori medium risk yaitu,
produktivitas pemakaian filter,
pemakaian etiket, pemakaian alkohol,
pemakaian opipi, pemakaian karton box,

611
Daftar Pustaka Gaspersz, V. (2000). Manajemen Produktivitas
Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
AS/NZS 4360:1999. (1999). Risk Management
In Security Risk Analysis. Brisbane, Saaty, T. I. (1993). Decision Making for
Australia:ISMCPI Leader. The Analytical Hierarchy Process for
Decision in Complex World. Pittsburgh:
AS/NZS 4360:2004. (2004). Risk Management. Prentice Hall Coy.
Standards Australia and Standards New
Zealand Sumanth, David J. (1985). Productivity
Engineering and Management. McGraw Hill
Christopher, William F. & Thor, Carl G. Book Co., New York.
(2003). Handbook for Productivity
Measurement and Improvement. Portland:
Productivity Press.

612

Anda mungkin juga menyukai