Anda di halaman 1dari 23

VII-1

ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton
serta penggunaan aldehid dan keton untuk indentifikasi senyawa.
Pada uji fehling menggunakan fehling A dan fehling B, fehling A yaitu
CuSO4 dan fehling B yaitu larutan NaOH dan kalium natrium tatrat. Pada uji
tollens menggunakan larutan AgNO3 dan NaOH. Pengujian pembentukan damar
digunakan NaOH pekat. Reaksi asam karboksilat menggunakan KMnO4 dan asam
sulfat pekat.
Uji fehling bertujuan untuk mengetahui kemampuan aldehid dan keton
untuk teroksidasi. Pada uji tollens, reaksi positif akan ditandai dengan adanya
endapan cermin perak. Uji pembentukan damar ditandai dengan warna larutan
berubah menjadi kuning hingga coklat dan terbentuknya gumpalan amorf. Reaksi
pembentukan asam karboksilat untuk membuktikan apakah aldehid atau keton
dapat dioksidasi dengan KMnO4 encer.

Kata kunci: aldehid, keton, tollens, fehling


VII-2

PERCOBAAN 7

ALDEHID DAN KETON

7.1 PENDAHULUAN

7.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton
2. Penggunaan aldehid dan keton untuk identifikasi senyawa

7.1.2 Latar Belakang


Senyawa karbon merupakan senyawa yang banyak melimpah dan beragam
di alam semesta. Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil yang memiliki persamaan dan perbedaan baik dari
segi sifat-sifat fiisika,kimia,maupun kegunaan. Suatu aldehid memiliki sau gugus
alkil atau aril dan satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus
R-C-H-O. Sedangkan suatu keton mempunyai dua gugus alkil atau aril yang
terikat pada karbon karbonil dengan rumus R-C-O-R.
Aldehid dan keton umumnya mengalami reaksi pada gugus karbonil, oleh
karena itu struktur dan fungsi sifat gugus karbonli diketahui terlebih dahulu.
Gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp 2 yang dihubungkan ke sebuah
atom O oleh suatu ikatan dan satu ikatan. Meski sama-sama merupakan senyawa
organik yang mempunyai gugus sp2 yang terhubung dengan atom O , dalam
penggunaan senyawa ini berbeda.
Dalam industri kimia ,aldehid dan keton mempunyai banyak manfaat,
contohnya adalah senyawa aldehid yaitu formalin yang digunakan untuk
pengawet, dan keton digunakan sebagai zat pelarut dan zat perantara.
VII-3

7.2 DASAR TEORI

Salah satu gugus fungsi yang diketahui yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu
senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada satu atau dua
buah atom hidrogen. Nama IUPAC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan
mengganti akhiran " ana " dengan " al ". Nama umumnya didasarkan pada nama
asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran " dehida " ( Petrucci, 1987 : 256 ).
Aldehida dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C
sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
antara lain dengan cara, oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam dari glikol,
hidroformilasi alkana, dan reaksi Stephens untuk pembuatan aldehida aromatik.
Aldehid biasanya terdapat banyak dan melimpah serta beragam di alam semesta
ini ( Fessenden, 1997 : 17 ).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehida adalah dengan cara oksidasi
dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan
megoksidasi aldehidnya menjadi asam karbosilat. Oksidasi dengan khrompiridin
komplek seperti piridinium khlor khromat adalah salah satu oksidator yang dapat
merubah alkohol primer menjadi aldehida tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat ( Petrucci, 1987 : 169 ).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai suatu gugus
karbonil yang terikat pada dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat
dikatakan sebagai senyawa organik yang karbonilnya dapat dihubungkan dengan
karbon lainnya. Keton tidak mengandung gugus atom hidrogen yang terikat pada
gugus karbonil, oleh karena itu senyawa keton sangat sulit untuk teroksidasi
layaknya senyawa aldehida. Hal ini adalah salah satu ciri khas dari masing-masing
senyawa yang dapat membedakan aldehid dan keton. Seperti halnya senyawa
aldehid, keton juga banyak terdapat dan melimpah dalam semesta ini. Keton dapat
juga menjadi suatu senyawa yang paling sulit untuk dapat teroksidasi
( Willbraham, 1992 : 3).
Senyawa aldehid dan keton memiliki sepasang senyawa gugus. Gugus
karbonil ialah satu atom karbon dan satu atom oksigen yang dihubungkan dengan
VII-4

ikatan ganda dua. Gugus ini merupakan salah satu gugus fungsi yang paling lazim
atau umum ditemukan di alam dan terdapat karbohidrat,lemak,protein,dan steroid.
Gugus fungsi ini dapat ditemukan dan dijumpai pada senyawa aldehid dan keton
( Matta, 1992 : 82 ).
Formaldehid, suatu gas tak berwarna dan mudah terlarut dalam air.
Larutan 40% dalam air disebut juga dengan formalin, yang digunakan dalam
pengawetan cairan dan juga pengawetan jaringan-jaringan. Formaldehid juga
digunakan dalam pembuatan resin-resin sintetik. Polimer dan formaldehid atau
disebut juga dengan paraformaldehida, digunakan sebagai antiseptik dan
insektisida. Senyawa aldehid adalah bahan baku penting dalam pembuatan asam
asetat,dan anhidrida asetat serta esternya, yaitu etil asetat sodium.
( Petrucci, 1987 : 273 ).

Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan senyawa cairan


volatile ( titik didih 56°C ) dan mudah terbakar. Senyawa aseton adalah pelarut
yang baik untuk macam-macam pembuatan senyawa organik. Banyak digunakan
sebagai pelarut pernis, atau cat dan plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut
organik yang lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sifat-
sifat ini digabungkan dengan volatilitisnya juga sering membuat aseton digunakan
sebagai pengering alat-alat gelas laboratorium. Alat-alat laboratorium yang masih
basah dibilas dengan mudah dan cepat oleh aseton ( Basset, 1993 : 192 ).
Walaupun reaksi adisi umum untuk aldehida, hanya terdapat sejumlah
terbatas dari senyawa keton yang dapat membentuk hasil reaksi bisulfit dalam
jumlah yang berarti. Aldehida yang lebih bersifat tinggi berlaku hampir sama,
tergantung dari ukuran gugusan-gugusan yang melekat. Karena semua zat-zat ini
mempunyai lebih banyak kesamaan gugus formil. Reaksi adisi adalah salah satu
cara yang dapat digunakan untuk membuat senyawa keton untuk membentuk
suatu hasil reaksi bisulfit ( Louis, 1964 : 39 )
Oksidasi keton, keton merupakan reduktor yang lebih lemah daripada
aldehid. Maka dari itu aldehid dan keton dapat digunakan dengan pereaksi-
VII-5

pereaksi tollens dan pereaksi-pereaksi fehling. Hasil reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

Aldehid + Pereaksi Tollens Cermin Perak


Keton + Pereaksi Tollens
Aldehid + Pereaksi Fehling Endapan Merah Bata
Keton + Pereaksi Fehling

Ketal adalah senyawa karbon dengan dua gugus eter dan terikat pada satu
atom karbon sekunder. Apabila gugus yang terikat itu adalah satu gugus eter dan
satu gugus alkohol. Maka disebut hemikal ( Wilbraham, 1992 : 3 ).
Aldehid dan keton adalah isomer fungsional. Namun demikian, kedua
golongan senyawa ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Salah satu cara untuk
membedakan aldehid dan keton adalah dengan menggunakan pereaksi fehling dan
pereaksi tollens. Aldehid bereaksi positif terhadap kedua pereaksi tersebut,
sedangkan keton tidak. Gugus fungsi dalam senyawa karbon menentukan sifat
senyawanya, karena pada reaksi organik, pereaksi akan menyerang gugus
fungsinya. terjadinya perubahan pada gugus fungsi menyebabkan perubahan sifat
senyawa. Oleh karena masing masing gugus fungsi mempunyai sifat spesifik
( Petrucci, 1987: 253 ).

Keton kurang reaktif jika dibandingkan dengan aldehida sebagai elektrofil


dalam reaksi aldol. Faktor elektron dan keruangan yang sama yang telah ditinjau
terlebih dahulu untuk kereaktifan gugus karbonil yang berlaku. Reaksinya dapat
bersifat balik dan tetapan kesetimbangan kearah produk. Sebuah cara untuk
melakukan reaksi aldol ialah menggunakan alat yang mengalirkan aseton secara
sinambung melalui tempat yang berisi katalis barium hidroksida. Jika campuran
produk dan aseton meninggalkan tabung reaksi, produk dengan titik lebih tinggi
tertinggal dalam tabung reaksi. Reaksi aldehid-alkohol ( aldol ) adalah reaksi
penggabungan dari dua molekul atau lebih dari gugus aldehid sehingga
membentuk endapan atau gumpalan ( Basset, 1993 : 58 ).
VII-6

Keton terlibat dalam berbagai macam reaksi organik seperti contoh adalah
Adisi nukleofilik atau reaksi keton dengan nukleofil menghasilkan senyawa adisi
karbonil tetrahedral. Reaksi dengan reagen Grignard menghasilkan magnesium
alkoksida dan setelahnya alkohol tersier reaksi dengan alkohol, asam atau basa
menghasilkan hemiketal dan air, reaksi lebih jauh menghasilkan ketal dan air. Ini
adalah bagian dari reaksi pelindung karbonil. reaksi RCOR' dengan natrium amida
menghasilkan pembelahan dengan pembentukan amida RCONH2 dan alkana R'H,
reaksi ini dikenal sebagai reaksi Haller-Bauer (1909). Reaksi keton juga
merupakan Adisi elektrofilik yaitu reaksi dengan sebuah elektrofil menghasilkan
kation yang distabilisasi oleh resonansi. Reaksi enol dengan halogen
menghasilkan haloketon-α, misalnya yang paling umum digunakan sebagai
sumber antioksidan adalah α-tocopherol bermanfaat untuk mencegah atau
menghambat autooksidasi dari lemak dan minyak. Reaksi pada karbon-α keton
dengan air berat menghasilkan keton-d berdeuterium fragmentasi pada fotokimia
reaksi Norrish (Pine, Stanley, 1988 : 200). Reaksi-reaksi yang terjadi dalm
alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan
esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka
semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini
mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat
memperbesar kelarutan dalam air. Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi
aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton
saja. Sedangkan pada alkohol tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam
larutan asam, alkohol mengalami dehidrsi menghasilkan alkena yang kemudian
dioksidasi (Fessenden, 1994 : 125).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan
aseton yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat
netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak,
tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga
dan di dalam industri wangi-wangian (Riawan, 1989 : 90).
VII-7

7.3 METODOLOGI PERCOBAAN

7.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
- Gelas beker 250 mL , 500 mL , 1000 mL
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Kompor Listrik
- Rak tabung reaksi
- Gegep

Rangkaian alat

Keterangan :

1. Kompor Listrik
2. Gelas Beker
3. Tabung Reaksi

Gambar 7.1 Alat Pemanas Tabung Reaksi Aldehid dan Keton

7.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- AgNO3 10% - Akuades
- Amoniak - H2SO4 10%
- KMnO4 - Formaldehid
- Benzaldehid - Aseton
- NaOH 10% - Pereaksi fehling A dan fehling B
VII-8

7.3.3 Prosedur Percobaan


7.3.3.1 Uji Fehling
1. Aseton ( larutan sampel ) dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Fehling A dan fehling B ditambahkan ke dalam larutan sampel masing-masing
sebanyak 7 tetes.
3. Warna larutan diamati kemudian dipanaskan dalam gelas beker selama 5
menit.
4. Setelah dipanaskan diamati perubahan yang terjadi.
5. Diulangi langkah 2-4 dengan sampel aldehid dan keton yang lain, yaitu
benzaldehid dan formaldehid.

7.3.3.2 Uji Tollens ( uji cermin perak )


1. Larutan-larutan sampel dibuat kembali.
2. 7 tetes AgNO3, 7 tetes NaOH, dan 4 tetes amonia ditambahkan kemasing-
masing larutan sampel .
3.Warna larutan diamati kemudian dipanaskan dalam gelas beker selama 5
menit.
4. Setelah dipanaskan diamati perubahan yang terjadi.

7.3.3.3 Pembentukan Damar


1. Larutan-larutan sampel dibuat kembali.
2. NaOH ditambahkan masing-masing ke dalam larutan sampel sebanyak 7 tetes.
3. Larutan sampel dipanaskan dalam gelas beker selama 5 menit (terbentuk
gumpalan amorf atau endapan).

7.3.3.4 Pembentukan Asam Karboksilat


1. Larutan-larutansampel dibuat kembali.
2. 7 tetes KMnO4 dan 4 tetes asam sulftat pekat ditambahkan kemasing-masing
larutan sampel.
3. Larutan dipanaskan dalam gelas beker selama 5 menit dan bau yang timbul
diperhatikan.
VII-9

7.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

7.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Uji Fehling

NO PROSEDUR PERCOBAAN HASIL

1 10 tetes aseton, 7 tetes fehling A, dan 7 Larutan berwarna biru putih


tetes fehling B dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

2 Larutan dipanaskan Larutan berwarna biru tua

3 10 tetes benzaldehid, 7 tetes fehling A, Larutan biru dengan dasar


dan 7 tetes fehling B dimasukkan ke bening dan permukaan meniskus
dalam tabung reaksi sedikit bening
VII-10

4 Larutan dipanaskan Larutan berwarna biru putih


dengan endapan kuning

5 10 tetes formaldehid, 7 tetes fehling A, Larutan berwarna biru


dan 7 tetes fehling B dimasukkan ke
dalam tabung reaksi

6 Larutan dipanaskan Larutan berwarna tosca dengan


endapan hijau

Tabel 7.2 Hasil Pengamatan Uji Tollens


VII-11

No. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL


1. 10 tetes aseton, 7 tetesAgNO3, 7 tetes NaOH, Larutan berwarna bening
dan 4 tetes amonia dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

2. Larutan dipanaskan Larutan berwarna kuning


bening

3. 10 tetes benzaldehid, 7 tetes AgNO3, 7 tetes Larutan berwarna putih


NaOH, dan 4 tetes amonia dimasukkan ke keruh kuning
dalam tabung reaksi

4. Larutan dipanaskan Larutan berwarna putih


keruh
VII-12

5 10 tetes formaldehid, 7 tetes AgNO3, 7 tetes Larutan berwarna keabu-


NaOH, dan 4 tetes ammonia dimasukkan ke abuan cermin perak, larutan
dalam tabung reaksi tidak menyatu

6 Larutan dipanaskan Terbentuk cermin perak


pada tabung reaksi

Tabel 7.3 Hasil Pengamatan Pembentukan Damar

No. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL


1. 7 tetes aseton dan 7 tetes NaOH dimasukkan Larutan bening
kedalam tabung reaksi
VII-13

2. Larutan dipanaskan Larutan bening terdapat


endapan putih

3. 7 tetes benzaldehid dan 7 tetes Larutan berwarna bening


NaOHdimasukkan kedalam tabung reaksi dan terbentuk amorf

4. Larutan dipanaskan Larutan berwarna bening


dan terdapat gumpalan
VII-14

5. 7 tetes formaldehid dan 7 tetes NaOH Larutan berwarna bening


dimasukkan ke dalam tabung reaksi

6. Larutan dipanaskan Larutan bening

Tabel 7.4 Hasil Pengamatan Pembentukan Asam Karboksilat

No. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL


1. 10 tetes aseton, 7 tetes KMnO4, dan 7 tetes Larutan berwarna ungu
H2SO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi pekat
VII-15

2. Larutan dipanaskan Terbentuk endapan


berwarna coklat dan
baunnya tidak menyengat

3. 10 tetes benzaldehid, 7 tetes KMnO4, dan 7 Larutanberwana cokelat


tetes dimasukkan kedalam tabung reaksi muda dengan endapan
cokelat tua

4. Larutan dipanaskan Larutan kuning putih


dengan endapan coklat
dan berbau menyengat

5. 10 tetes formaldehid , 7 tetes KMnO4, dan 7 Larutan berwarna bening


VII-16

tetes H2SO4 ke dalam tabung reaksi

6 Larutan dipanaskan Larutan bening dengan


endapan cokelat berbau
menyengat

7.4.2 Pembahasan

7.4.2.1 Uji Fehling


Uji fehling dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu aldehid dan
keton teroksidasi. Pada percobaan ini digunakan 3 sampel yaitu, formaldehid,
benzaldehid, dan aseton. Setelah larutan pereaksi atau larutan fehling
ditambahkan, semua sampel berubah warna menjadi biru. Hal ini disebabkan
bahan yang terkandung dalam fehling A yaitu CuSO4 dan fehling B yaitu larutan
NaOH dan kalium natrium tatrat yang dicampurkan karena Cu 2+ mengandung ion
kompleks, sehingga tembaga mengalami reduksi dan tidak mengendap pada
hidroksida sehingga menghasilkan warna biru.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan hasil reaksi adalah positif
karena endapan sampel benzaldehid adalah berwarna kuning. Hal ini tidak sesuai
dengan teori ( warna endapan merah bata ) yang disebabkan karena pemanasan
VII-17

yang terlalu lama pada saat percobaan. Warna endapan formaldehid adalah hijau.
Terjadinya endapan karena aldehid memiliki atom hidrogen pada gugus karbonil,
sehingga mudah teroksidasi. Sedangkan pada aseton hasil reaksinya adalah
negatif, ditentukan dengan tidak terbentuknya endapan. Hal ini sesuai dengan
teori, karena larutan aseton tidak memiliki atom hidrogen pada gugus karbonilnya
sehingga sulit untuk teroksidasi. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah :

O O
║ ║
−¿→−C −O ¿
H−¿ C−¿ H +2 Cu2+¿+3 OH ¿
+Cu2O↓+3 H 2 O ... (7.1)
Formaldehid endapan
O O
║ ║
+Cu2O↓+3 H 2 O
−¿→−C −O ¿
R−C−H +2 Cu2+¿+3 OH ¿
... (7.2)
Benzaldehid endapan

O

−¿ ¿
2+¿+3 OH ¿
CH3−C−CH 3+ 2Cu ... (7.3)
Aseton

7.4.2.2 Uji Tollens ( uji cermin perak )


Pada percobaan ini dilakukan uji tollens yang bertujuan untuk mengetahui
dapat atau tidaknya suatu aldehid dan keton untuk diubah menjadi asam
karoboksilat. Pereaksi tollens dibuat dengan cara merekasikan AgNO3 dengan
larutan NaOH sehingga menghasilkan Ag2O yang berwarna coklat. Endapan
Ag2O kemudian dilarutkan dengan larutan NH3 sehingga terbentuk ion kompleks
Ag(NH3)2+ dan hasil samping OH-.
Reaksi tollens berupa larutan AgNO3 yang direaksikan dengan NaOH
akan menghasilkan endapan Ag2O. Ammonia ditambahkan guna bertujuan untuk
mencegah pengendapan perak sebagai oksidator pada suhu tinggi. Apabila larutan
tidak terbentuk endapan cermin perak, hal itu disebabkan karena tidak terjadi
VII-18

oksidasi. NaOH digunakan sebagai basa kuat.


Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, formaldehid menghasilkan
reaksi yang positif yang ditunjukkan melalui adanya endapan cermin perak pada
dinding tabung reaksi. Hal ini sesuai dengan teori dikarenakan adanya atom
hidrogen pada gugus karbonil aldehidnya. Namun sampel aldehid lainnya yaitu
benzaldehid tidak terbentuk endapan cermin perak seperti dalam teori. Hal ini
mungkin disebabkan karena benzaldehid merupakan turunan senyawa benzena
yang memiliki gugus siklik, sehingga senyawa ini sulit untuk melepaskan
ikatannya untuk bereaksi dengan pereaksi tollens. Sedangkan pada sampel keton
yakni aseton menunjukkan hasil negatif yang dibuktikan dengan tidak
terbentuknya endapan cermin perak. Hal ini sesuai dengan teori yang disebabkan
senyawa keton tidak memiliki atom hidrogen pada gugus karbonilnya sehingga
sullit teroksidasi. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah:

O

H−¿ C−¿ H +2 Ag ( NH 3 )2+ +2 OH −¿→ ¿ H−C−O−NH 4 ++3 NH 3+ 2 Ag↓+ H 2 .(7.4)
Formaldehid cermin perak

O

H−¿ C−¿ H +2 Ag ( NH 3 )2+ +2 OH −¿→−NH ¿ ++3 NH 3+ 2 Ag↓+ H 2 O . . . (7.5)
4

Benzaldehid cermin perak

CH3−C−CH 3+ 2 Ag ( NH 3 )2+ +2 OH −¿¿ . . . (7.6)


Aseton

7.4.2.3 Pembentukan Damar


Pembentukan damar ini bertujuan untuk mengetahui reaksi halogenasi alfa
pada senyawa aldehid dan keton. Halogenasi alfa adalah ikatan yang telah terjadi
pada senyawa aldehid dan keton dengan basa kuat sehingga mengalami
kondensasi aldol. Kondensasi aldol adalah penggabungan dari dua molekul atau
lebih dari gugus aldehid menjadi lebih besar sehingga membentuk amorf. Pada
VII-19

percobaan ini adalah NaOH yang digunakan sebagai basa kuat.


Pada sampel aledhid, yakni benzaldehid terbentuk gumpalan amorf karena
dapat bereaksi dengan NaOH. Hal ini disebabkan gugus –CHO yang dimilikinya
dengan ion hidrogen mudah lepas dengan pemanasan yang sesuai dengan suhu
titik didih senyawa benzaldehid dan membentuk senyawa natrium benzoat dan
hasil sampingnya berupa H2O. Hal ini sesuai dengan teori bahwa aldehid
mempunyai gugus –CHO yang mudah melepaskan ion hidrogen dalam air pada
suhu tertentu. Pada sampel formaldehid tidak terbentuk gumpalan amorf, ini
kemungkinan disebabkan belum sempurnanya reaksi yang terjadi. Hal ini
kemungkinan disebabkan suhu pemanasan melebihi titik didihnya sehingga
larutan teteap bening. Hal ini sesuai dengan teori bahwa aldehid mempunyai suhu
yang berbeda tergantung pada banyaknya atom karbon dan panjang rantainya.
Pada sampel aseton tidak menghasilkan gumpalan amorf karena tidak bereaksi
dengan NaOH. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keton
memiliki gugus fungsi -CO- yang mengikat gugus alkil sehingga tidak dapat
bereaksi dengan senyawa yang bergugus -OH. Reaksi yang terjadi adalah :

O

H−¿ C−¿ H + NaOH ... (7.7)
Formaldehid

O O
║ ║
−¿ C−¿ H + NaOH −C−Na+ H 2 O ... (7.8)
Benzaldehid Gumpalan amorf

O

N3C−¿ C−¿ H −CH 3+ NaOH . . .
(7.9) Aseton
VII-20

7.4.2.4 Pembentukan Asam Karboksilat


Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah aldehid dan keton dapat
dioksidasi membentuk asam karboksilat atau tidak. Uji ini akan menghasilkan uji
positif apabila terciumnya bau yang menyengat atau bau asam akibat terbentuknya
gugus –COOH. Dalam percobaan ini digunakan KmNO 4 sebagai oksidator kuat,
karena senyawa aldehid lebih mudah dioksidasi dengan menggunakan oksidator
ini. Dan yang berperan sebagai katalis digunakan larutan H2SO4 karena tidak akan
menimbulkan reaksi samping.
Pada percobaan ini sampel aldehid yakni benzaldehid dan formaldehid
menghasilkan reaksi yang positif dengan terciumnya bau menyengat. Hal ini
sesuai dengan teori yakni aldehid memiliki atom hidrogen pada gugus karbonilnya
sehingga mudah teroksidasi dan terbentuk asam karboksilat. Sedangkan pada
sampel keton yakni aseton, tidak terbentuk asam karboksilat. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa keton tidak memiliki atom hidrogen pada gugus karbonilnya,
sehingga sulit teroksidasi menjadi asam karboksilat. Reaski yang terjadi adalah :

O O
║ ║
H−¿ C−¿ H + ¿ H−¿ C−O H ... (7.10)
Formaldehid

O O
║ ║
−¿C−¿H + ¿ −¿C−O H ... (7.11)

Benzaldehid

O

CH3 −¿C−¿ CH3 + ¿ ... (7.12)
VII-21

7.5 PENUTUP

7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini yaitu senyawa aldehid
lebih mudah direkasikan daripada senyawa keton. Hal ini dikarenakan senyawa
keton tidak memiliki atom hidrogen yang berada pada gugus karbonilnya
sehingga senyawa keton ini sulit untuk dioksidasi dan ini juga salah satu cara
membedakan senyawa aldehid dan keton.
Pada uji fehling, larutan benzaldehid dan formaldehid dapat dioksidasi
dengan pereaksi fehling dan menghasilkan endapan. Sedangkan aseton tidak dapat
bereaksi dengan fehling karena sifat gugus keton yang tidak mengandung atom
hidrogen dan tidak dapat direduksi fehling. Pada uji tollens,hanya formaldehid
yang menghasilkan endapan cermin perak sedangkan benzaldehid tidak, karena
belum bereaksi dengan sempurna. Pada pembentukan damar, hanya benzaldehid
yang membentuk gumpalan amorf. Sedangkan formaldehid dan aseton reaksi
belum terjadi dengan sempurna. Dan pada pembentukan asam karboksilat, hanya
aldehid yang dapat bereaksi dan membentuk senyawa asam karboksilat,
sedangkan keton tidak dapat membentuk asam karboksilat, karena kadar asamnya
berlebihan.
VII-22

7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu, seharusnya ketika
akan memanaskan tabung reaksi, suhu pada gelas beker yang berisi air harus
ditentukan terlebih dahulu, sehingga larutan pada tabung reaksi dapat berekasi
dengan sempurna dan memberikan hasil yang maksimal daripada menggunakan
suhu yang acak atau berubah-ubah.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1993. Kimia Terapan Analitik. Erlangga : Jakarta

Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joan S. 1997 Dasar-dasar Kimia Organik.


Binarupa Aksara : Jakarta

Louis, dkk. 1964. Prinsip Dasar Kimia Organik. Intan Pariwara : Jakarta

Matta, J. 1992. Kimia Terapan Organik. Erlangga : Jakarta

Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga :


Jakarta

Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. ITB : Bandung

Respati, M. 1986. Kimia Analitik II. Intan Pariwara : Jakarta

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara : Jakarta

Wilbraham, Antony. 1992 Pengantar Kimia Organik Jilid 2 . ITB : Bandung


VII-23

Anda mungkin juga menyukai