Anda di halaman 1dari 9

ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MODUL 9

KB 1

Pengertian dan Fungsi Daerah Otonom

1. Uraian dan contoh


Negara Indonesia adalah Negara kesatuan berbentuk Republik dan keadaan
geografisnya yang terpisah dan terdiri dari berbagai kepulauan serta di diami oleh
berbagai suku bangsa, agama dan kebudayaan yang berbeda. Hal itu dapat kita
jumpai dalam pasal 18 UUD 1945 yang memiliki pohon pikiran :
a. Bahwa Wilayah Negara Republik dibagi dalam daerah-daerah baik daerah
otonom maupun daerah bersifat administratif yang ditetapkan berdasarkan
undang-undang.
b. Bahwa daerah otonom akan mempunyai pemerintahan sendiri.
c. Dalam pembentukan daerah-daerah itu terutama daerah otonom dan dalam
menentukan sistem pemerintahan harus diingat dasar permusyawaratan.
d. Untuk melaksanakan sistem pemerintahan daerah akan diadakan Badan
Perwakilan Daerah.
Untuk melengkapi hal tersebut, kita lihat pengertian daerah otonom dalam
undang-undang No.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.
Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan Peraturan Perundang undangan yang berlaku dalam
sistem pemerintahan Negara. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk terbentuknya
daerah otonom mencakup berbagai aspek :
a. Aspek sosial politis
b. Pertahanan keamanan
c. Sosial budaya
Pembentukan daerah otonom dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No.5
tahun 1974 sebagai berikut :
Daerah dibentuk dengan memperhatikan syarat-syarat kemampuan ekonomi,
jumlah penduduk, luas daerah, pertahanan keamanan Nasional dan syarat lain
yang memungkinkan daerah melaksanakan pembangunan, pembinaan kestabilan
politik dan kesatuan bangsa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata
dan bertanggung jawab.
Istilah nyata dan tanggung jawab adalah merupakan ciri daerah otonom yang
berlaku sekarang karena sebelumnya di negara kita pernah berlaku otonomi yang
riil, segala sistem penyerahan urusan ataupun tugas-tugas dan kewenangan kepada
daerah didasarkan pada faktor-faktor yang nyata dan riil dari daerah manapun,
kemungkinan terjadi perbedaan wewenang dan tugas antara daerah yang satu
dengan yang lain berbeda besar.
Prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab digariskan sebelum
keluarnya Undang-Undang No.5 tahun 1974 yaitu ketetapan MPR No.Tap
IV/MPR/1973 tentang GBHN sebagai berikut :
Untuk melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar diseluruh pelosok
Negara dan dalam membina kestabilan politik dan kesatuan bangsa, maka
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas dasar keutuhan
yang nyata dan tanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan
pembangunan daerah dan dilaksanakan bersama-sama dengan demokrasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggarakan pemerintahan daerah.
a. Pelaksanaan pemberian otonomi harus menunjang aspirasi perjuangan rakyat.
b. Pada hakikatnya otonomi daerah adalah merupakan kewajiban daripada hak
sebagai sarana untuk kesejahteraan rakyat.
c. Pemberian otonomi daerah mengutamakan aspek keserasian dengan tujuan
disamping pendemokrasian sehingga dapat dipersempit dan diperluas
berdasarkan pertimbangan yang efektif dan efesien.
d. Dengan sistem otonomi yang nyata dan tanggung jawab.
e. Pemberian otonomi kepada daerah merupakan otomoni yang nyata dan
kebijakan yang dapat menjamin rumah tangga sendiri.
2. Pendapatan daerah
Agar daerah otonom dapat melaksanakan fungsinya dengan baik maka perlu
diberikan sumber-sumber penerimaan daerah. Daerah otonomi termasuk daerah
otonomi tingkat I atau dati I dan daerah otonomi tingkat II atau dati II. Ketentuan
mengenai sumber-sumber penerimaan asli daerah terdapat pada Pasal 55 UU
No.05 tahun 1974, yaitu :
a. Pendapatan asli daerah :
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan daerah
4. Lain-lain usaha daerah yang sah
b. Pendapatan dari pemerintah :
1. Sumbangan pemerintah
2. Sumbangan-sumbangan lain yang diatur dalam perundang-undangan
c. Lain-lain pendapatan yang sah :
1. Penerimaan daerah asli
2. Penerimaan dari instansi yang lebih tinggi
Karena daerah otonom menyelenggarakan tugas-tugas pemerintah pusat
dalam rangka dekonsentrasi dan perbantuan maka negara berkewajiban memberi
pembiayaan atas pelaksanaan tugas-tugas tersebut pada daerah yang
melaksanakan yang diatur dalam undang-undang No.32 tahun 1956 mewajibkan
negara untuk :
a. Menyerahkan beberapa sumber pendapatan negara pada daerah.
b. Memberikan pada daerah bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak
negara.
c. Memberi ganjaran, subsidi dan sumbangan.
Dalam hal tersebut tidak sumber pembiayaan dapat diberikan pada daerah
yang diatur dalam penjelasan UU No.5 tahun 1974 yaitu agar daerah dapat
mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya maka kepadanya
diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup, maka daerah diwajibkan
menggali segala sumber keuangannya sendiri berdasarkan perundang undangan
yang berlaku.

KB 2
Pajak dan Retribusi Daerah

1. Pengertian dan fungsi pajak daerah


Pengertian pajak daerah adalah merupakan pungutan yang dapat dipaksakan
berdasarkan ketentuan perundang undangan yang berlaku. Dalam hal ini
perundangundangan daerah dikenal dengan istilah PERDA.
Ketentuan pajak daerah diatur dalam undang-undang No 11 tahun 1957 Pasal 2
sebagai berikut :
Pajak daerah adalah pungutan daerah untuk membiayai rumah tangganya sebagai
badan hukum publik, selanjutnya ditetapkan pula bahwa lapangan pajak daerah
adalah yang belum diusahakan oleh negara,sedang bagi negara bawahan
lapangannya adalah lapangan pajak yang belum diusahakan oleh negara atau
daerah tingkat atas.
R.Rohmat Sumitro mengatakan maksud diadakannya pembagian pajak
umum dan pajak daerah adalah untuk membedakan pajak yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat yaitu pajak umum dan pajak yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yaitu pajak daerah sesuai dengan otonomi daerah, bedanya
dalam bidang pemungutannya. Fungsi pajak sesuai dengan UU No. 5 tahun 1974
adalah untuk mengisi kas daerah dalam rangka melaksanakan otonominya (fungsi
budgeter) mengenai fungsi pengaturan (reguleren) dengan adanya lapangan pajak
daerah. UUD tahun 1945 pasal 23 ayat 2 tentang PERDA menyebutkan bahwa
segala pajak untuk keperluan negara ditetapkan dengan undang-undang. Peraturan
sendiri disahkan oleh DPRD yang mendapat pengesahan dari instansi yang lebih
tinggi dari PERDA dati I adalah DPRD. Pajak daerah berasal dari dua macam :
a. Jenis pajak yang telah ditentukan untuk daerah pada saat pembentukannya
yang terdiri dari :
1. Pajak atas pertunjukan dan keramaian umum.
2. Pajak atas reklame tidak dimuat dalam majalah
3. Pajak anjing
4. Pajak minuman yang mengandung alkohol
5. Pajak atas penjualan atau pembuatan
6. Pajak atas kendaraan tidak bermotor
7. Pajak atas ijin mengadakan perjudian
8. Pajak atas tanda kemewahan luas dan hiasan
9. Pajak karena berdiam disuatu daerah lebih dari 120 hari dalam 1 tahun
pajak
10. Pajak atas milik berupa banguna suatu halaman.
b. Pajak pusat tapi kemudian diserahkan kepada daerah,yaitu :
1. Pajak jalan
2. Pajak potong
3. Pajak bangunan I
4. Pajak radio
5. Bea balik nama kendaraan bermotor
2. Peraturan Daerah
Peraturan daerah ditetapkan dalam Pasal 39 UU No. 5 tahun 1974 dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Peraturan daerah atau keputusan daerah tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang undangan atau peraturan daerah
yang lebih tinggi tingkatannya.
b. Peraturan daerah tidak boleh mengatur sesuatu hal yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan atau peraturan daerah yang lebih tinggi
tingkatannya.
c. Peraturan daerah tidak boleh mengatur sesuatu hal yang termasuk urusan
rumah tangga daerah tingkat bawahannya.
Peraturan daerah untuk mendapatkan pengesahan dari instansi yang lebih tinggi
dengan ketentuan ;
a. Peraturan daerah tingkat I dan tingkat II dikirim dalam waktu 14 hari setelah
pengesahan PERDA oleh gubernur ( dati I) dan bupati atau walikota ( dati II)
28 hari setelah penerimaan PERDA oleh gubernur harus disampaikan kepada
presiden melalui menteri dalam negeri.
b. Dalam tempo 6 hari setelah diterima peraturan daerah dikirim menteri dalam
negeri PERDA dati I atau gubernur untuk PERDA dati II harus mengirim
kabar.
c. Dalam tempo 3 bulan setelah menerima dan dapat diperpanjang lagi dalam
tempo 3 bulan lagi maka harus terjadi pemisahan.
3. Asas pemungutan pajak daerah
Dalam pemungutan pajak harus memperhatikan 4 asas, yaitu :
a. Asas keadilan : pungutan dilakukan dengan seadil-adilnya.
b. Asas turidis : adanya jaminan hukum yang tegas.
c. Asas ekonomis : tidak ada penghalang perekonomian rakyat.
d. Asas finansial : pengenaan pajak sesuai dengan fungsi budgeter.
Landasan pungutan pajak daerah berdasarkan UU No.11 tahun 1957 sebagai
berikut ;
Dalam peraturan pajak daerah tidak boleh diadakan perbedaan-perbedaan atau
perubahan keistimewaan yang menguntungkan perseorangan , golongan atau
keagamaan.
4. Peranan dan fungsi retribusi daerah
Pengertian retribusi adalah pungutan kepada masyarakat sebagai balas jasa atas
pelayanan yang diberikan oleh daerah menurut UU No.12 tahun 1957, retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena
memperoleh jasa pelayanan,usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan
atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.
Retribusi mengandung 3 unsur ;
a. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah
(PERDA)
b. Pembayaran retribusi terjadi bila ada prestasi atau jasa yang diberikan oleh
pemerintah.
c. Berlakunya terbatas pada daerah itu sendiri.
Sifat pajak :
a. Memaksa secara kuat, yuridis dan ekonomis
b. Tidak ada imbalan langsung kepada pembayar
c. Sepanjang memenuhi syarat-syarat formal dan materil maka tidak ada
alternatif untuk menolak pembayaran
d. Peraturan pajak dapat digunakan untuk tujuan budgeting, regulerand dan
tujuan tambahan lainnya
Sifat retribusi ;
a. Paksaan bersifat ekonomi
b. Ada imbalan langsung kepada pembayar tetapi ada alternatif untuk menolak
atau menerima pembayaran
c. Walaupun memenuhi persyaratan-persyaratan formal dan materil tapi tetap
ada alternatif untuk menolak atau menerima pembayaran.
d. Merupakan pungutan pada umumnya sifat budgetingnya terlalu menonjol
e. Dalam hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu tapi
dalam banyak hal retribusi tidak lebih dari pengembalian biaya yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
Sedang pada UU No.12 tahun 1957 terdapat 8 jenis retribusi :
a. Uang leges
b. Uang tol, bea jalan, bea pangkalan dan bea pertambangan
c. Bea pembantaian dan pemeriksaan
d. Uang sempadan dan ijin bangunan
e. Retribusi atas pemakaian tanah
f. Bea penguburan
KB 3
Pajak dan Retribusi Daerah yang Penting

1. Kendaraan bermotor
Subyek PKB adalah pemegang kendaraan, sedangkan obyeknya adalah
kendaraan bermotor. Pengertian kendaraan bermotor adalah :
a. Kendaraan bermotor yang digerakkan oleh motor yang dihidupkan oleh
generator gas arang atau motor yang memakai bahan minyak tanah dengan
bensin.
b. Segala kendaraan bermotor lainnya yang tidak digerakkan oleh suatu dengan
semata-mata menggunakan bensin sebagai bahan bakar.
c. Kendaraan bermotor yang digerakkan dengan menggunakan bensin sebagai
bahan bakar yang memiliki berat 3500 kg atau lebih.
d. Kendaraan bermotor yang mempunyai berat total kurang dari 3500 kg.
e. Kereta tambahan dari kendaraan bermotor.
Jenis kendaraan bermotor yang dikecualikan tidak dikenakan pajak merupakan :
a. Kendaraan milik negara
b. Kendaraan yang dipergunakan untuk pembuatan dan perbaikan jalan.
c. Kendaraan pemadam kendaraan
d. Kendaraan dari para modul diplomatik, konsul dan lain-lain wakil dari negara
asing.
e. Kendaraan para wisatawan dan lain-lain orang yang tinggal di Indonesia lebih
dari 90 hari.
2. Bea balik nama kendaraan bermotor
Bea balik nama kendaraan adalah merupakan pungutan yang dikenakan
terhadap penyerahan hak milik atas kendaraan bermotor yang dilakukan di
Indonesia. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1968 Junto PP No.5 tahun 1969. Dasar
dari hukum peringatan bea balik nomor UU No.27 tahun 1959 :
a. Subyek bea balik nomor kendaraan adalah orang atau badan yang menerima
penyerahan kendaraan.
b. Obyek bea adalah penyerahan kendaraan bermotor yang dilakukan di
Indonesia.
Tarif bea balik nomor 10 % dari nilai jualnya atas penyerahan kendaraan.
3. Pajak pembangunan 1
Dasar dari pajak pembangunan I adalah UU No.14 tahun 1947 diubah dan
ditambah dengan UU No.27 tahun 1957.
a. Subyak pajak adalah orang atau badan yang melakukan pembayaran atas
suatu transaksi pembelian makanan dirumah makan dan penginapan.
b. Obyek pajak adalah pembayaran atas pembelian makanan atau minuman
dirumah makan dan pembayaran semua honor dirumah penginapan.
Tarif pajaknya 10% terhadap jumlah pembayaran atau pembelian makanan atau
minuman serta semua honor.
4. Pajak tontonan
Pajak tontonan adalah pertunjukan atas keramaian. Pajak ini milik pemerintah
daerah tingkat II.
a. Subyek pajak adalah pengusaha yang menyelenggarakan tontonan baik atas
namanya sendiri maupun atas pertanggung jawabannya.
b. Obyeknya adalah bentuk tontonan yang memberi kesempatan untuk umum
untuk mengunjungi dengan atau suatu pembatasan.
5. Retribusi pasar
Retribusi pasar adalah merupakan pungutan yang dilakukan oleh Daerah
Tingkat II kepada mereka yang telah memperoleh kenikmatan yang diberikan oleh
pemerintah daerah dalam penjualan atau pembelian barang.
a. Subyek adalah orang atau badan yang melakukan usaha di pasar tertentu yang
menjadi milik pemerintah daerah.
b. Obyeknya adalah tempat yang dipergunakan untuk berusaha yang tidak
disediakan pemerintah daerah.
Tarifnya berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai