Anda di halaman 1dari 10

Journal of Env. Engineering & Waste Management, Vol. 1, No.

1, April 2016: 46-54

MIKROALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR PERMUKAAN


Studi Awal : Hubungan Antara Konsentrasi Pigmen dan Berat Kering dalam Penentuan
Kandungan Mikroalga Pada Sampel Air Artifisial

Rijal Hakiki
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik, Universitas Presiden
Jl. Ki Hajar Dewantara, Jababeka Education Park, Cikarang, Jawa Barat 17550
Email: rijalhakiki@president.ac.id

Abstrak: Mikroalga merupakan salah satu organisme akuatik yang dapat difungsikan sebagai bioindikator
kualitas air permukaan. Konsentrasi klorofil yang terkandung di dalam sel mikroalga dapat diukur untuk
mengetahui tinggi rendahnya kelimpahan mikroalga pada suatu badan air. Pengukuran berat kering biomasa
merupakan metode lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelimpahan mikroalga dalam suatu badan air.
Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada pengukuran konsentrasi
klorofil, kehadiran senyawa-senyawa lain selain klorofil a yang dapat menyerap spektrum cahaya pada panjang
gelombang pengukuran (Strickland and Parsons menggunakan panjang gelombang 665 nm, 645 nm dan 630
nm) mengakibatkan nilai absorbansi yang terukur menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Tingkat kekeruhan
akibat kandungan patikel tersuspensi menjadi masalah pada metode pengukuran berat kering. Penentuan berat
kering biomasa berdasarkan pada pendekatan konsentrasi klorofil merupakan hal yang dikaji pada penelitian ini.
Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil dan berat kering biomasa
mikroalga pada perlakuan a mempunyai korelasi positif yang cukup erat (Ra = 0,870), yang kecenderungannya
mengikuti persamaan regresi linier y = 302,35x + 17,121. Penentuan berat kering berdasarkan pada pendekatan
pengukuran konsentrasi klorofil dapat diaplikasikan pada sampel air dengan kondisi kandungan padatan
tersuspensi yang cenderung konstan dan bersifat inert (tidak menghasilkan zat yang dapat bereaksi dengan
pelarut organik pada saat dilakukan dilakukan proses ekstraksi klorofil). Selain itu, berdasarkan hasil olah data
dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh kandungan partikel tersuspensi lainnya di dalam sampel air tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik.
Kata Kunci: Berat Kering Biomasa, Bioindikator, Kekeruhan, Klorofil a, Mikroalga

Abstract: Microalgae is the one of aquatic organism wich can be a bioindicators for surface water quality.
Chlorophyll contain in a microalgae cell can be measured to know the abundance of microalga in a water body.
Dry-weight biomass measurements is another method that can be used to know the abundance of microalga in a
water body. both method have advantages and disadvantanges of each. In chlorophyll concentration
measurements, the present of other compounds that can absorb light spectrum at measurements wavelength
(Strickland and Parsons use 665 nm, 645 nm and 630 nm) result absorbance value higher than it should be.
Turbidity level result by suspended particle content being a problem for dry-weight biomass measurements.
Dry-weight biomass determination based on the approximation of chlorophyll content measurements was
studied in this research. The Results of simple regression analysis showed that there is a fairly strong positive
correlation between chlorophyll content and dry-weight biomass (Ra = 0.870), which has the tendency to follow
the linear regression equation y = 302,35x + 17,121. Dry-weight determination based on approximation of
clorophyll content can be applied to the sample of water that has suspended particle content tend to be constant
and inert (did not produce subtances that can react with organic solvent when chlorophyll extraction process
occurred). Based on the processed datas, it can be conclude that the influence of another suspended particle
content in a sample of water is not statistically significant.
Keywords: Dry-Weight Biomass, Bioindicator, Turbidity, Chlorophyll a, Microalgae

PENDAHULUAN pada badan air tersebut. Perubahan kompo-


sisi yang terjadi secara tidak langsung
Organisme akuatik merupakan komponen
dapat menggambarkan kondisi suatu badan
biotik yang memerlukan kondisi tertentu
air, sehingga dapat dikatakan bawa
untuk mempertahankan kelangsungan hi-
organisme akuatik merupakan bioindikator
dupnya. Perubahan kondisi badan air seba-
bagi suatu badan air.
gai tempat hidup dapat mengakibatkan
perubahan komposisi organisme akuatik

46
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

Mikroalga merupakan salah satu organis- akuatik sebagai bioindikator kualitas air
me akuatik yang memiliki kepekaan permukaan.
terhadap perubahan kandungan nutrien
pada suatu perairan, sehingga dapat METODOLOGI
digolongkan sebagai bioindikator kualitas Penelitian ini dilakukan pada skala labo-
air. Kshirsagar (2013) menyatakan bahwa ratorium menggunakan sampel artifisial
kelimpahan biomasa alga pada suatu badan yang merupakan campuran antara kultur
air dipengaruhi oleh konsentrasi posfor alga hasil isolasi dengan suspensi kaolin
dan nitrogen anorganik pada badan air dengan perbandingan tertentu. Sampel
tersebut. Lavoie, dkk. (2004) telah me- artifisial merupakan objek penelitian yang
lakukan studi mengenai evaluasi pengaruh komposisinya dibuat sedemikian rupa
pencemaran aliran sungai Quebec sebagai pendekatan dalam pengambilan
(Kanada) yang disebabkan oleh kegiatan kesimpulan pada akhir penelitian.
pertanian terhadap benthic alga sebagai
bioindikator kualitas perairan. Hasil pe- Tahap Persiapan
nelitian tersebut menunjukkan bahwa
periphyton dapat difungsikan sebagai Tahapan ini meliputi proses kultur mikro-
bioindikator pada pengukuran kualitas air alga yang merupakan sumber klorofil dan
terintegrasi, yang selanjutnya dapat di- pembuatan sampel air artifisial sebagai
fungsikan sebagai strategi pemantauan objek penelitian.
kualitas psiko-kimia air. Selain itu, orga-
nisme ini juga merupakan organisme a. Kultur Mikroalga Campuran
fotosintetik yang memiliki kandungan Kultur mikroalga diperoleh dari hasil
klorofil sehingga dapat menyerap sinar isolasi pada penelitian sebelumnya yang
matahari yang dibutuhkan dalam proses telah dilakukan oleh Rinanti, dkk (2013)
fotosintesis. mengenai penapisan mikroalga potensial
Kuantifikasi kandungan klorofil untuk penangkapan dan penyimpanan
dalam sel mikroalga dapat dilakukan karbondioksida. Hasil penelitian tersebut
sebagai pendekatan untuk mengetahui kan- menunjukkan bahwa genus Chlorella sp.,
dungan mikroalga dalam suatu sampel air Scenedesmus sp. dan Ankistrodesmus sp.
permukaan. Selain kuantifikasi kandungan merupakan isolat dominan yang dapat
klorofil, penentuan berat kering juga me- hidup bersamaan dalam suatu media
rupakan metode yang dapat dilakukan artifisial dalam kondisi terkontrol. Ber-
sebagai salah satu pendekatan untuk me- dasarkan hal tersebut, maka konsorsium
ngetahui kandungan mikroalga. mikroalga hasil isolasi diasumsikan dapat
Penelitian ini dilakukan untuk mewakili kondisi aktual sehingga dapat
mengkaji hubungan antara konsentrasi pig- digunakan sebagai objek penelitian.
men (klorofil a) yang terkandung dalam Masing-masing genus ditumbuhkan dalam
organisme fotosintetik dengan berat kering reaktor terpisah hingga mencapai usia
biomasanya (pendekatan penentuan berat inokulum optimumnya.
kering berdasarkan pada pengukuran kon- Menurut Rinanti, dkk (2013), usia
sentrasi klorofil), serta pengaruh kandu- inokulum optimum untuk genus Chlorella
ngan partikel tersuspensi lainnya terhadap sp., Scenedesmus sp. dan Ankistrodesmus
hasil pengukuran konsentrasi pigmen sp. berturut-turut adalah 2 hari, 5 hari dan
dalam penentuan kandungan mikroalga. 3 hari. Medium yang digunakan adalah
Hal ini dianggap perlu dikaji lebih dalam, media cair PHM yang memiliki pH 7,
mengingat keberagaman kandungan matrix proses kultur dilakukan pada temperatur
dalam air permukaan dapat mempengaruhi ruangan. Reaktor pertumbuhan dilengkapi
hasil pengukuran kandungan organisme dengan unit aerasi dengan laju udara 800
ml/menit dan menggunakan sumber

47
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

pencahayaan berupa lampu fluorescent nya diencerkan sesuai dengan keperluan


dengan intensitas cahaya 2500 lux, periode percobaan, kemudian dilakukan analisis
pencahayaan terang/gelap (24 jam / 0 jam). terhadap kandungan klorofil dan berat
Setelah usia inokulum optimum tercapai, kering biomasa untuk setiap perlakuan
masing-masing genus tersebut dipanen dan pengenceran.
di-simpan pada lemari pendingin untuk
mengurangi reaksi biologis lebih lanjut. Langkah Percobaan
Setelah semua genus dipanen, dilakukan
Pada penelitian ini dilakukan beberapa
pencampuran kultur menjadi kultur
percobaan sebagai pendekatan untuk
campuran dengan perbandingan Chlorella
mendapatkan kesimpulan akhir penelitian.
sp. : Scenedesmus sp. : Ankistrodesmus
Percobaan yang dilakukan meliputi :
sp.= 2:1:1.
(a) Penentuan kurva kalibrasi klorofil,
dilakukan untuk mengetahui linieritas
b. Sampel Air Artifisial
hasil pengukuran spektrofotometer
Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dengan membuat beberapa konsen-
telah dilakukan oleh Lindu, dkk (2010), trasi pengenceran 50%, 75%, 100%,
pembuatan sampel air artifisial dilakukan 125% dan 150% melalui pendekatan
dengan melarutkan kaolin kedalam air pengukuran kekeruhan.
dengan konsentrasi 50 mg/L, 100 mg/L (b) Pendekatan penentuan berat kering
dan 200 mg/L. Dilakukan pengadukan berdasarkan pada pengukuran konsen-
selama 3 jam, kemudian diendapkan trasi klorofil, dilakukan dengan me-
selama 17 jam sehingga didapat nilai lakukan pengukuran sampel suspensi
kekeruhan yang relatif stabil sesuai air mix mikroalga pada berbagai pe-
baku permukaan dengan tingkat kekeruhan ngenceran. Pengukuran yang dilaku-
rendah-sedang (10 NTU hingga 50 NTU). kan meliputi pengukuran konsentrasi
Hasil pengukuran kekeruhan menunjukkan klorofil dan berat kering biomasa.
nilai 15 NTU, 40 NTU dan 55 NTU. (c) Percobaan mengenai pengaruh kandu-
Pada penelitian ini dibuat suspensi ngan padatan terlarut (kekeruhan)
kaolin dengan konsentrasi 500 mg/L, terhadap penentuan konsentrasi kloro-
dilakukan pengadukan selama 3 jam dan fil akibat interferensi serapan
diendapkan selama 15 jam sehingga spektrum cahaya. Percobaan ini di-
diperoleh nilai kekeruhan 176 NTU yang lakukan pada sampel air artifisial yang
selanjutnya dibuat beberapa konsentrasi merupakan campuran suspensi mix
pengenceran untuk keperluan percobaan. mikroalga dan suspensi kaolin dengan
Suspensi kaolin yang telah dibuat kemu- perbandingan tertentu. Hasil pe-
dian dicampurkan dengan kultur mikroalga ngukuran disbandingkan dengan data
campuran dengan perbandingan tertentu pada percobaan (b) untuk melihat
disesuaikan dengan keperluan percobaan. signifikansinya.
Pembuatan sampel air artifisial
menggunakan pengukuran kekeruhan se- Semua perlakuan pengenceran mengguna-
bagai pendekatan dalam penentuan ting- kan pendekatan pengukuran kekeruhan
kat pengenceran untuk memperoleh sam- dalam penentuan konsentrasi pengenceran.
pel artifisial dengan konsentrasi yang Konsentrasi pengenceran tertinggi (pe-
diinginkan. Tingkat kekeruhan tertinggi ngenceran 150%) mengacu pada kekeruh-
suspensi mikroalga dan suspensi kaolin an suspensi kaolin, dibuat mendekati
masing-masing ditentukan ±170 NTU kekeruhan ±170 NTU. Konsentrasi pe-
(mengacu pada tingkat kekeruhan suspensi ngenceran tertinggi kemudian dibuat
kaolin), hal yang sama juga dilakukan beberapa pengenceran yang lebih rendah,
pada sampel air artifisial. Suspensi tersebut yaitu 50%, 75%, 100% dan 125%.
merupakan suspensi induk yang selanjut-

48
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

Penentuan Kandungan Mikroalga sampel pada panjang gelombang tersebut


adalah untuk mengukur besarnya absor-
Penentuan konsentrasi pigmen (klorofil a)
bansi oleh partikel tersuspensi lainnya
sebagai pendekatan untuk mengetahui
selain mikroalga. Data absorbansi yang
konsentrasi mikroalga mengacu kepada
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
metode standar pengujian air dan air
data total absorbansi hasil ektraksi dengan
limbah (bagian 10200 H) dengan beberapa
mengabaikan pengaruh absorbansi oleh
penyesuaian terhadap ketersediaan peralat-
partikel tersuspensi lain, dikarenakan pada
an dan bahan di laboratorium pengujian.
percobaan ini juga ditinjau mengenai
Metode ini meliputi proses ektraksi pig-
pengaruh kandungan partikel tersuspensi
men dari sel mikroalga kemudian dilanjut-
lainnya terhadap hasil pengukuran
kan dengan kuantifikasi klorofil secara
konsentrasi klorofil.
spektrofotometri. Proses ekstrasksi diawali
Selain pengukuran terhadap kon-
dengan pemekatan suspensi mikroalga
sentrasi klorofil, metode lain yang dilaku-
melalui proses filtrasi ataupun sentrifugasi.
kan dalam penelitian ini adalah metode
Pada penelitian ini, pemekatan sus-
penentuan kandungan mikroalga secara
pensi dilakukan dengan metode sentri-
gravimetri untuk keperluan perhitungan
fugasi. Suspensi mikroalga yang telah di-
biomasa mikroalga.
pekatkan kemudian dilumatkan dengan
bantuan batu pemecah dengan meng-
gunakan acetone 90% sebagai pelarut. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pelumatan (maserasi) dilakukan Untuk mempermudah pengambilan kesim-
dalam alat centrifuge pada 3000 rpm pulan, data hasil pengukuran disaikan
selama 20 menit. Ekstrak klorofil dalam dalam bentuk tabel, grafik dan dilakukan
aceton 90% kemudian dikuantifikasi juga pengolahan data secara statistik untuk
menggunakan spektrofotometer spektro- mengetahui pengaruh kandungan kekeruh-
nik tipe thermo scientific dengan metode an terhadap hasil pengukuran klorofil.
trikromatik. Hasil pembacaan absorbansi
pada tiga panjang gelombang 665 nm, 645
nm dan 630 nm kemudian dihitung Penentuan Kurva Kalibrasi
menggunakan persamaan empiris Strick- Data pada tabel 1 diperoleh dari hasil
land and Parsons. pengukuran tingkat kekeruhan dan konsen-
trasi klorofil pada berbagai pengenceran.
Data tersebut kemudian di plot pada grafik
untuk mengamati kecenderungan tingkat
Mengacu pada Henriques, dkk (2007) kekeruhan dan konsentrasi klorofil ter-
bahwa “Axxx” adalah absorbansi pada hadap perlakuan pengenceran suspensi
panjang gelombang xxx nm setelah Chlorella Sp.
dikurangi absorbansi sampel pada panjang
gelombang 750 nm terhadap solvent Tabel 1. Hasil pengukuran tingkat kekeruhan dan
konsentrasi klorofil pada Chlorella Sp. pada
sebagai blanko pengukuran. “v” adalah berbagai pengenceran
volume pelarut yang digunakan (mL), “l” Pengenceran Kekeruhan Klorofil a
adalah panjang sel pada spektrofotometer (%) (NTU) (mg/L)
(cm) dan “V” adalah volume sampel yang 50 46,9 1,196
diekstrak (mL). 75 80,1 0,975
Pengukuran absorbansi sampel 100 11,0 2,040
pada panjang gelombang 750 nm tidak 125 137,0 2,334
dilakukan dalam percobaan, karena ber- 150 163,8 3,192
dasarkan metode standar pengujian air dan
air limbah (bagian 10200 H) pengukuran

49
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

Pengenceran suspensi mikroalga dilakukan yang dibuat beberapa konsentrasi pe-


melalui pendekatan pengukuran kekeruhan ngenceran.
secara nephelometri. Pengadukan suspensi Berdasarkan hasil pengamatan
sebelum pengukuran dilakukan untuk me- pada gambar 1 dan gambar 2 dapat diamati
mastikan homogenitas sampel yang akan bahwa tingkat kekeruhan dan konsentrasi
diukur kekeruhannya secara nephelometri. klorofil memiliki kecenderungan meng-
ikuti tingkat pengenceran, sehingga pem-
buatan sampel artifisial dapat dilakukan
dengan pendekatan pengenceran berdasar-
kan pengukuran kekeruhan.

Penentuan berat kering berdasarkan


pada konsentrasi klorofil
Mengacu pada standard methods bagian
10200 H yang menyatakan bahwa konsen-
Gambar 1. Kurva linieritas tingkat kekeruhan pada trasi pigmen fotosintesis dapat digunakan
berbagai konsentrasi pengenceran sebagai pendekatan untuk memperkirakan
berat biomasa fitoplankton. Kandungan
Selain itu, sampel yang telah dihomogen- klorofil a pada mikroalga setara dengan
kan harus diukur sesegera mungkin agar 1% sampai 2% berat keringnya.
diperoleh kurva pengenceran yang memi- Data pada tabel 2 merupakan data
liki kecenderungan linier. hasil pengukuran tingkat kekeruhan,
konsentrasi klorofil dan berat kering
biomasa mikroalga yang ditentukan secara
gravimetri. Data konsentrasi klorofil dan
berat kering biomasa kemudian di plot
pada grafik untuk melihat hubungan antara
konsentrasi klorofil dengan berat kering
biomasa. Sampel yang digunakan pada
perlakuan ini adalah suspensi mix mikro-
alga yang merupakan campuran antara
Clorella Sp., Scenedesmus Sp. dan
Gambar 2. Kurva kalibrasi konsentrasi klorofil Ankistrodesmus Sp. dengan perbandingan
pada berbagai konsentrasi pengenceran
2:1:1 (perlakuan a).
Sampel hasil pengenceran diekstraksi Tabel 2. Data Pengenceran Suspensi Mikroalga
dengan aceton 90% kemudian diukur (C:S:A=2:1:1)
absorbansinya. Konsentrasi klorofil di- Pengenceran Kekeruhan Klorofil a
Berat
peroleh dengan memasukan nilai ab- Kering

sorbansi hasil pengukuran kedalam per- (%) (NTU) (mg/L) (mg/L)


samaan empiris Strickland and Parsons. 50 44,9 1,043 231,97
75 95,4 1,172 511,82
Hasil perhitungan kemudian di plot
100 137,3 2,523 615,51
kedalam grafik sehingga diperoleh kurva 125 157,3 2,680 783,11
kalibrasi untuk melihat linieritas hasil 150 154,7 2,806 1034,46
pengukuran absorbansi klorofil secara
spektrofotometri. Sampel yang digunakan
adalah suspensi mikroalga Chlorella Sp.

50
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

Selain suspensi mix mikroalga, sampel yang tentunya telah tervalidasi, sehingga
lain yang diukur adalah sampel air faktor validitas metode analisis dapat
artifisial yang merupakan suspensi mix dipastikan tidak menjadi masalah. Selain
mikroalga yang ditambahkan suspensi itu, setiap sampel yang dianalisis diper-
kaolin kedalamnya. Pada perlakuan ini, lakukan dengan metode dan perlakuan
suspensi mikroalga yang telah diencerkan yang sama dan konsisten agar diperoleh
data hasil analisis yang konsisten (sehing-
masing-masing ditambahkan 100 ml
ga diperoleh kesimpulan yang juga
suspensi kaolin yang telah dibuat sebelum- konsisten).
nya (perlakuan b). Hal ini dilakukan Pada gambar 3 dapat diamati
sebagai pendekatan pada air permukaan bahwa pada kedua perlakuan baik
yang pada kondisi aktualnya mengandung perlakuan a ataupun perlakuan b, konsen-
partikel tersuspensi yang lebih beragam. trasi klorofil memiliki korelasi positif
Data hasil pengukuran pada perlakuan a dengan berat kering biomasa mikroalga.
(tabel 2) dan perlakuan b (tabel 3) Dalam hal ini kedua variabel bukanlah
kemudian di plot pada grafik untuk merupakan faktor yang saling mem-
dianalisis lebih lanjut. pengaruhi satu sama lain, korelasi yang
dimaksud adalah bahwa berdasarkan
Tabel 3. Data Pengenceran Sampel Artifisial
grafik pada gambar 3 terdapat hubungan
(suspensi mix mikroalga + 100 ml suspensi kaolin pada
tiap pengenceran) antara konsentrasi klorofil dengan berat
Berat
biomasa sehingga konsentrasi klorofil
Pengenceran Kekeruhan Klorofil a dapat digunakan sebagai pendekatan
Kering
(%) (NTU) (mg/L) (mg/L)
dalam menentukan berat kering biomasa
50 52,5 1,014 351,06
berdasarkan pada persamaan regresi linier
75 101,3 1,094 677,38 y = 302,35x + 17,121 untuk perlakuan a
100 127,8 2,015 854,58 dan persamaan regresi linier y = 342,68x +
125 144,0 2,329 962,91 153,25 untuk perlakuan b. Hal ini ditandai
150 160,2 2,743 1071,24 dengan nilai Ra = 0,870 (R2 = 0,757) untuk
perlakuan a dan Rb = 0,924 (R2 = 0,857)
Berdasarkan hasil pengukuran dan pe- untuk perlakuan b (koefisien korelasi
ngolahan data pada tabel 2 dan tabel 3 perlakuan a dan perlakuan b), yang secara
diketahui bahwa kandungan klorofil a statistik dapat diartikan bahwa kedua
yang terukur adalah sekitar 0,2% sampai variabel tersebut mempunyai korelasi
0,5% dari berat kering biomasanya. Nilai positif yang cukup erat.
tersebut lebih rendah bila dibandingkan
dengan persentase klorofil a pada standard
methods bagian 10200 H yang menyatakan
bahwa Kandungan klorofil a pada mikro-
alga setara dengan 1% sampai 2% berat
keringnya. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti tidak optimumnya
proses ekstraksi klorofil yang mungkin
diakibatkan oleh kurangya waktu eks-
traksi, tidak sempurnanya proses maserasi
ataupun faktor non-teknis lainnya yang
mungkin terjadi pada proses penelitian. Gambar 3. Kurva hubungan konsentrasi klorofil a
Semua hal tersebut diatas telah coba dengan berat kering biomasa.
diantisipasi pada proses penelitian yaitu
dengan melakukan proses ekstrasksi Selain mengamati korelasi antara kedua
klorofil mengacu pada metode standar variabel, pada gambar 3 juga dapat diamati

51
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

bahwa hasil pengukuran berat kering pada mengetahui sejauh mana pengaruh kan-
perlakuan b (sampel air artifisial) lebih dungan padatan tersuspensi terhadap peng-
tinggi daripada hasil pengukuran berat ukuran konsentrasi pigmen. Pada tahap ini
kering pada perlakuan a (sampel mix dilakukan analisis secara statistik terhadap
mikroalga) pada setiap perlakuan pengen- data hasil pengukuran pada perlakuan a
ceran. Hal ini secara jelas menunjukkan (pengenceran sampel mix mikroalga) dan
bahwa pengukuran berat kering sangat perlakuan b (pengenceran sampel air
dipengaruhi oleh kandungan partikel ter- artifisial). Analisis statistik yang dilakukan
suspensi lain di dalam sampel air yang adalah independent sample T test meng-
dianalisis. Sehingga dapat dikatakan gunakan bantuan perangkat lunak SPSS
bahwa pada kondisi tertentu pada saat 17.0.
terdapat perbedaan konsentrasi partikel Prinsip analisis statistik ini ialah
tersuspensi lain pada beberapa sampel air, dengan membandingkan rata-rata dua
penentuan berat kering berdasarkan pada kelompok data yang bersiftat independent
pendekatan konsentrasi klorofil tidak dapat (tidak berhubungan satu sama lain) untuk
lagi dilakukan. Dengan kata lain, pen- melihat perbedaan berdasarkan pada per-
dekatan ini hanya dapat diaplikasikan pada bedaan rata-rata antara dua kelompok data
sampel air yang kandungan padatan ter- tersebut. Data yang dibandingkan adalah
suspensinya cenderung konstan. data hasil pengukuran pada perlakuan a
(tabel 2) dan data hasil pengukuran pada
Pengaruh Kandungan Padatan Ter- perlakuan b (tabel 3). Pada tabel 4 dapat
suspensi Lain Terhadap pengukuran diamati hasil analisis statistik yang telah
Konsentrasi Pigmen dilakukan pada kedua kelompok data pada
Dua jenis perlakuan berbeda telah tingkat kepercayaan 95%.
dilakukan terhadap objek percobaan untuk

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Secara Statistik


(independent sample T test)
Klorofil_a
Equal variances Equal variances
assumed not assumed
Levene's Test for F .574
Equality of Variances Sig. .471
t .400 .400
df 8 7.880
Sig. (2-tailed) .700 .700
t-test for Equality of
Mean Difference .20580 .20580
Means
Std. Error Difference .51483 .51483
95% Confidence Interval of Lower -.98139 -.98453
the Difference Upper 1.39299 1.39613

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada
signifikansi pada uji variansi adalah 0,471, perbedaan nyata antara kedua perlakuan.
nilai tersebut lebih besar dari α (0,05) yang Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan
artinya variansi kedua kelompok data data pada percobaan ini, secara statistik,
tersebut adalah identik. Nilai signifikansi kandungan partikel tersuspensi lain seba-
pada uji t adalah0.700, nilai tersebut lebih gai penyebab kekeruhan tidak mempunyai

52
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

pengaruh yang signifikan terhadap pe- UCAPAN TERIMA KASIH


nentuan konsentrasi klorofil secara Penulis ingin mengucapkan terima kasih
spektrofotometri. kepada Ibu Dr. Astri Rinanti Nugroho, MT
Perlu dilakukan penelitian lebih yang telah telah berkenan memberikan
lanjut mengenai permasalahan ini, arahan dan bantuan fasilitas dalam rangka
mengingat beragamnya kandungan partikel pelaksanaan penelitian ini (khususnya
dalam hubunganya dengan pemanfaatan
tersuspensi di dalam air. Pada penelitian
fasilitas laboratorium penelitian mikro-
ini kaolin yang diasumsikan sebagai
alga).
partikel tersuspensi lain selain mikroalga
dapat dikatakan tidak melepasakan pigmen
yang dapat mengganggu hasil penentuan DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi klorofil. Lain hal nya apabila APHA, AWWA and WEF. (2012) Standard
ditemukan adanya partikel tersuspensi lain Methods For The Examination of Water and
Wastewater, No. 2130, 22nd Edition ,
yang dapat melepaskan pigmen ketika
Washington DC.
dilakukan proses ekstraksi dengan pelarut Czaplicka-Kotas, Anna and olanta Lodowska
organik, hal ini tentu akan sangat ber- (2014) Biomonitoring of Surface Water by
pengaruh terhadap hasil pengukuran Synchronous Culture of Chlorella Vulgaris
Algae. Environmental Protection
klorofil. Engineering Vol. 40 No. 4. DOI:
10.5277/epel140403.
KESIMPULAN Fetscher, A. E. and Karen McLaughlin (2008)
Berdasarkan hasil percoban yang telah Technical Reports 563. Incorporating
Bioassessment Using Freshwater Algae into
dilakukan pada penelitian ini dapat California’s Surface Water Ambient
disimpulkan bahwa terdapat korelasi Monitoring Program (SWAMP).
positif yang cukup erat antara konsentrasi Henriques, Silva M. A. and Rocha J. (2007)
klorofil dengan berat kering biomasa Extraction and Quantification of Pigments
mikroalga yang kecenderungannya me- From A Marine Microalga : A Simple and
Reproducible Method. Communicating
ngikuti persamaan regresi linier y = Current Resesarch and Educational Topics
302,35x + 17,121. Penentuan berat kering and Trends In Applied Microbiology.
berdasarkan pada pendekatan pengukuran Formatex.
konsentrasi klorofil dapat diaplikasikan Kshirsagar, Ayodhya D. (2013) Use of Alga as a
pada sampel air dengan kondisi kandungan Bioindicator to Determine Water Quality of
River Mula from Pune City, Maharashtra
padatan tersuspensi yang cenderung (India). Universal Journal of Environmental
konstan dan bersifat inert (tidak meng- Research and Technology Volume 3, Issue
hasilkan zat yang dapat bereaksi dengan 1: 79-85. e-ISSN: 2249 0256.
pelarut organik pada saat dilakukan Montoya-Moreno, Yimmy and Nestor Aguirre-
dilakukan proses ekstraksi klorofil). Selain Ramirez (2013) Knowledge to Ecological
Preferences in a Tropical Epiphytic Algae to
itu, berdasarkan hasil olah data dapat Use with Eutrophication Indicators. Journal
disimpulkan pula bahwa pengaruh kandu- of Environmental Protection Vol. 4, 27-35.
ngan partikel tersuspensi lainnya di dalam Lavoie, I., Warwick F. C., Reinhard Pienitz and
sampel air tidak m-enunjukkan pengaruh Jean Painchaud (2004) Benthic Algae as
yang signifikan (secara statistik). Perlu di- Bioindicators of Agricultural Pollution in
the Streams and Rivers of Southern Quebec
lakukan penelitian lebih lanjut mengenai (Canada). Aquatic Ecosystem Health &
pengaruh kandungan partikel tersuspensi Management., 7(1):43-58. ISSN: 1463-4998
lainnya di dalam sampel air dalam penen- print / 1539-4077 online. DOI:
tuan konsentrasi klorofil yang terkandung 10.1080/14634980490281236.
dalam mikroalga. Lazic, Z. R. (2004) Design of Experiments in
Chemical Engineering. Wiley-VCH Verlag
GmbH & Co. KGaA, Weinheim ISBN: 3-
527-31142-4

53
JENV, Vol. 1, No. 1, April 2016: 46-54

Lindu, M., Tita P dan Dian A. R. (2010) Sintesis


dan Uji Kemampuan Membran Mikrofiltrasi
Seluosa dari Nata De Coco untuk
Penyisihan Kekeruhan Pada Air Artifisial.
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol. 12, No.
3, hal : 153-158. ISSN: 1411-1098.
Markert, B. A., A. M. Breure and H. G.
Zechmeister, editor (2003) Bioindicators
and Biomonitors. Elsevier Science.
Park, Hun Myoung (2009) Computing Group
Means : T-tests and One-way ANOVA
Using STATA, SAS, R and SPSS. Working
Paper. The University Information
Technology Services (UITS) Center for
Statistical and Matematical Computing,
Indiana University.
Rinanti, A., Edwan K., Dea Indriani A dan Kania
D. (2013) Screening of Potential
Photosynthetic Microalgae from Wasteater
Treatment Plant for Carbon dioxide Capture
and Storage. Asian Transactions on Science
Technology Vol. 03 Issue 01. ATST ISSN:
2221-4283).
Wan Maznah Wan Omar (2010) Perspectives on
the use of Algae as Biological Indicators for
Monitoring and Protecting Aquatic
Environments, with Special Reference to
Malaysian Freshwater Ecosystems. Trop
Life Sci Res. 21(2): 51-67.

54

Anda mungkin juga menyukai