Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas : 1B MANAJEMEN
Tugas:
Jelaskan Maksud dan Tujuan mengapa “Shalat” itu diperintahkan kepada Umat Islam?
Jelaskan konsekuensi: Orang yang melaksanakan Shalat dan Orang meninggalkan
Shalat?
Dalam salah satu hadits, Rasulullah menegaskan bahwa Shalat itu “Tiang Agama”,
jelaskan maksud dan alasan mengapa shalat dianggap sebagai tiang agama ?
Shalat yang Wajib itu hanya 5 kali sehari semalam (5 waktu saja); tapi jelaskan mengapa
masih perlu ada Shalat Sunnah? Jelaskan alasan-alasan sampai shalat sunnah masih tetap
dilaksanakan!
Jelaskan pula mengapa antara shalat dan zakat selalu digandengkan penyampaiannya
dalam al-Qur’an?
Zakat termasuk ibadah “kebendaan”; mengapa seseorang yang memiliki harta kekayaan
harus menunaikan zakat, infak, dan sedekahnya?
Jelaskan hubungan kewajiban zakat dengan masalah ekonomi?
Jelaskan pula, dilihat dari aspek jumlah umat Islam di Indonesia; apakah zakat dapat
menjadi bagian dari pengembangan keuangan Negara atau bagaimana menurut anda
orang ahli ekonomi?
Jawaban
1. Shalat adalah tolok ukur amal, yang berarti bahwa kualitas amal seseorang ditentukan
oleh Shalatnya. Hal ini seperti disebutkan dalam hadist Rasulullan yang diriwayatkan
Abu Dawud dan Tirdzi, “hal pertama yang akan dihisab kelak di hari pembalasan
adalah Shalat. Apabila baik Shalatnya, maka akan baik pula amal-amal lainnya. Dan
apabila Shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal lainnya,”
2. Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Baihaqi “Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa
mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa
meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama”
3. Shalat adalah kunci surga. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang dikutip dari kitab Ihya Uumuddin karya
Imam Ghazali.
4. Shalat merupakan perintah langsung dari Allah swt tanpa perantara malaikat kepada
Nabi Muhhamad saw ketika perjalanan Isra dan Mi’raj.
5. Shalat menjadi benteng yang menjaga diri kita dari perbuatan keji dan maksiyat. Hal
ini disebutkan dalam Al-Ankabut: 45, “Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
6. Shalat sebagai pengingat kita kepada Allah swt, seperti yang dituliskan dalam Surat
Ta Ha ayat 14, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
2) Berikut balasan yang didapat dari melaksankan dan meninggalkan sholat :
Berikut ini adalah lima balasan atau keutamaan bagi orang yang shalatnya selalu
dilaksanakan tepat waktu.
1. Dicintai Allah
Rasulullah ﷺbersabda: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah shalat pada waktunya,
berbakti kepada kedua orang tua, dan jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari & Muslim).
“Allah Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku
berjanji bahwa barang siapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke
dalam surga, dan barang siapa yang tidak menjaganya maka Dia tidak mendapatkan apa yang
Aku janjikan."
3. Diampuni dosa-dosanya
“Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena
Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya.”
(HR. Ahmad).
Rasulullah ﷺbersabda:
Seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf). Pertama, lalu mereka tidak
akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan Berundi. Dan seandainya
nereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu, Niscaya mereka akan
berlomba-lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala shalat Isya dan
Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan jalan merangkak.” (HR. Bukhari).
Barang Siapa selalu mengerjakan Shalat Lima waktu tepat pada waktu utamanya, Maka Allah
akan Memuliakan nya dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu :
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan hidayah dan Taufiq nya. Aamiin.
Si mayit akan Disemprit Kan kuburnya oleh Allah SWT dan akan dihimpit sampai terasa
ke tulang rusuk
Kuburannya akan di penuhi dengan api neraka
Yang terakhir, akan datangnya Ular Syuja’al Aqro’ ular yang diciptakan dari api neraka
Mereka akan di kumpulkan bersama orang-orang yang diseret mukanya menuju neraka
jahanam
Mereka akan merasakan daging dan mukanya leleh berjatuhan
Dan yang terakhir Hisabnya akan di beratkan
Itulah sebagian balasan Allah kepada hambanya yang suka meninggalkan sholat. Tentunya masih
banyak lagi yang tidak kita ketahui. Semoga kita di jauhkan dari golongan tersebut, semoga setelah
kita mengetahui ini, bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kita Kepada Allah SWT. Dan
menjalankan perintah-perintahnya.
1. Shalat shubuh: Allah akan menenggelamkannya kedalam neraka jahanam selama 60 tahun,
sama halnya 1000 tahun di dunia = 1 hari di akhirat.
2. Dzuhur: Meninggalkan shalat dzuhur dosanya sama halnya seperti membunuh 1000 orang
muslim
3. Ashar: Ketika meninggalkan sholat ashar, sama halnya Seperti dosanya orang yang
menghancurkan ka’bah
4. Maghrib: Meninggalkan shalat maghrib sama halnya seperti berzina dengan orang tuanya
sendiri
5. Isya: “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: “Hai orang yang meninggalkan sholat
isya, bahwa Aku tidak ridho jika kamu tinggal di bumiku dan menggunakan segala nikmat-
nikmat Ku, segala yang dikerjakan dan digunakan ialah berdosa kepada Allah SWT.”
Islam, yang ibaratnya adalah sebuah bangunan dengan syahadat sebagai pondasinya, dakwah dan
jihad sebagai atap pelindungnya, dan shalat yang merupakan cerminan syariat Islam sebagai pilar
penyangganya. Bila kaum muslimin rajin mendirikan shalat yang 5 waktu secara berjamaah di
masjid maka berarti mereka telah mengokohkan pilar-pilar Islam.
Sebaliknya, apabila kaum muslimin malas, ogah-ogahan mendirikan shalat fardhu yang 5 waktu
secara berjamaah di masjid, maka berarti mereka telah melemahkan Islam itu sendiri dengan
‘merobohkan’ pilar-pilarnya. Mungkin ini salah satu maksud Islam itu terhalang oleh orang Islam
sendiri, Allohu a’lam. Bila kita pandang dalam lingkup yang lebih kecil, dalam diri seseorang bisa
kita lihat parameter “kekuatan” Islamnya.
Bahkan secara tegas dalam sebuah hadist Rasulullah disebutkan bahwa pembeda antara seorang
mukmin dan kafir adalah seorang tersebut meninggalkan shalat atau tidak, yang bisa kita maknai
bahwa agama Islam telah roboh dari diri seseorang tersebut bisa seorang tersebut meninggalkan
shalat, terlepas dari perbedaan pendapat tentang kafir tidaknya orang tersebut.
Oleh karena itu, ulama’ bersepakat bahwa hukuman seseorang yang meninggalkan shalat selama
hidupnya adalah dipenggal. Sungguh amatlah berat hukuman ini tentunya sebanding dengan
beratnya pelanggaran yang dilakukan seseorang tersebut.
Penyebutan shalat sebagai tiang Islam adalah tepat, dalam Al Quran kita akan menemukan kata-
kata yang digunakan adalah aqaama – yuqiimu (mendirikan).
Pemilihan kata tersebut adalah untuk menegaskan bahwa shalat memang benar-benar sebagai pilar
penyokong Islam yang dalam pelaksanaannya dihukumi wajib, 5 kali dalam sehari semalam, dan
dilaksanakan secara bersama-sama (berjamaah) di tempat yang tertentu yaitu masjid. Kita masih
ingat kisah isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan perintah shalat secara langsung
dari Allah Azza wa Jalla yang pada awalnya dibebankan 50 kali dalam sehari semalam.
Tentunya ada maksud dari Allah Yang Maha Mengetahui mengenai jumlah shalat yang awalnya
50 waktu menjadi hanya 5 waktu dalam sehari semalam dalam waktu yang tertentu. Firman Allah
Azza wa Jalla: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (Al ‘Ankabuut: 45).
4) Alasan-alasan sampai shalat sunnah masih tetap dilaksanakan
Sholat sunnah mempunyai keutamaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sholat sunnah
dalam banyak hadits menjadi pelapis utama amalan sholat wajib lima waktu.
Banyak hadits yang menjelaskan mengenai besarnya keutamaan dan pahala yang diperoleh dari
sholat sunnah. Sangat disayangkan jika tidak melaksanakannya dengan istiqamah.
Di antara keutamaan sholat sunnah adalah disempurnakannya kekurangan sholat kita seperti
disampaikan dari Abu Hurairah Hurairah RA, dia berkata Rasulullah SAW bersabda:
ا ِحيما مَ َِ وََِّ ِن: َِ م ملُّو ع ََّج َُِّ َِ ِِ حم ِي ِ م وََ م َّا حِ َا ُِ و ََيمِ ِِ ِ َ َ ِ َا ِي َا مَ وَي ِِِم ُ ا ِن و ََل م: َُِّاِا َ ِي ِِ ِما ُِّ ِما َ ِ َاهِ م
ِ ي ِ ََ ِا
َل ِ ِي ِا م عِ َج َِ َلِاَ َ ِ ِ َ َممَِاَ َِام َِ ِ َ ا َُِّ َج َِ جِ و ََلمِي
ِ ِا ََ ص ََِِي ِا َ ِ َُ َلِي
ِ ِِِِ َ َ ِ م ملُّو ِ ََّ َ ِ ََ ص و ََل م: َِ َِ ِع واطَ َمْ َ ا ِن
َِ ِاهِع وِو مَ ََم عِ َج َِ ج ِ َعمِام ِ َ َ ِ ِع وااا ا يمَ َ مَِ ِ وم َوتِ َا ِي م
ِ ََِ وياو َ ِ ََ ص عِلح: َِ ط ا ِن َ ام َ ِ ِع وا
"Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari kiamat adalah
sholatnya. "Rasulullah melanjutkan," Allah SWT berfirman kepada para malaikat-Nya, sedangkan
dia lebih mengetahui. Lihatlah sholat hamba-Ku, sudahkah dia melaksanakannya dengan
sempurna ataukah terdapat kekurangan?'Bila ibadahnya telah sempurna maka tuliskanlah
untuknya pahala yang sempurna pula, namun bila ada sedikit kekurangan darinya, maka Allah
berfirman, "Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah dan bila dia memiliki sholat
sunnah maka Allah berfirman sempurnakanlah untuk hamba-Ku kekurangannya pada sholat wajib
dengan sholat sunnahnya. Demikian semua ibadah akan menjalani proses yang serupa."
Hadits ini, kata Syekh Muhammad bin Suud Al Arifi, dalam bukunya "Air Mata Di Ujung Malam;
Sebuah Potret Ibadah Malam Nabi SAW dan Salafus Salih", mengatakan hadits ini menjelaskan
salah satu hikmah tentang disyariatkannya sholat sunnah.
Dalam hadits lain kata Syekh Muhammad bin Suud bahwa Rasulullah bersabda:
ع ا َ ََِِّع ِ ا
ِ ِّم َِل وَِلح َ ي َه ً َ ِ ِ َع َمَّ حِ َا َُ ي ََم ِ َ اَْلِِ َِ ََ ِ َ َِعا َ ِاَ وَ ِج ي َام َِّ َمم َ ع ِِ ِ َ ا ََ َ م
ِ يهَ حم
"Barang siapa melaksanakan sholat sunnah selain sholat fardhu dalam sehari sebanyak 12 rakaat,
maka Allah pasti akan membangunkannya untuk sebuah rumah di surga."
Perintah mendirikan shalat dan membayar zakat pada ayat di atas ditujukan kepada bani Israil
karena pangkal ayat 40 memuat seruan kepada mereka. Selain seruan untuk mendirikan shalat dan
membayar zakat terdapat juga seruan-seruan lain yang harus mereka laksanakan.
Seruan kepada bani Israil menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan shalat dan zakat bukanlah
ajaran baru yang dibawa oleh Islam tetapi sudah berlaku pada masa bani Israil. Dalam istilah ushul
fiqh hal ini disebut dengan syar’un man qablana (syariat orang-orang yang sebelum kita).
Pengulangan perintah ini oleh Alquran menunjukkan bahwa tidak ada istilah “kadaluarsa” dalam
urusan shalat dan zakat. Keduanya tetap saja urgen dalam kehidupan beragama sehingga Alquran
mengeksiskannya untuk membangun relasi dengan Tuhan dan dengan manusia.
Salah satu pengabdian yang wajib dilakukan manusia adalah shalat dan zakat. Shalat adalah media
menyucikan ruhani untuk mengakses kebesaran Tuhan sedangkan zakat adalah media mensucikan
jasmani karena jasmani terlibat juga dalam pengabdian.
Shalat dengan zakat adalah dua hal yang selalu digandengkan di dalam Alquran. Penggandengan
kedua kewajiban ini menunjukkan ada hubungan yang erat antara shalat dengan zakat dan
karenanya harus dilakukan secara seimbang.
Karena itu kesempurnaan shalat dapat dilihat dari kesempurnaan zakat. Hubungan keduanya
timbal balik dan saling memberikan kontribusi karena shalat simbol hubungan kepada Tuhan dan
zakat adalah simbol hubungan kepada sesama manusia.
Alasan ini yang digunakan Abu Bakar ra memerangi orang-orang yang enggan berzakat.
Menurutnya, orang-orang yang mengingkari kewajiban zakat sama dengan mengingkari
kewajiban shalat karena Alquran menyebutnya bersamaan.
Dari segi praktek terdapat hal yang paling kontras dimana shalat selalu diprioritaskan dari zakat.
Hal ini dapat dilihat dari persoalan zakat yang sampai sekarang belum memberikan kontribusi
terbaik dalam rangka mendongkrak angka-angka kemiskinan.
Urgensi menyamakan kedua perintah ini dapat juga dilihat dalam QS. al-Ma’un yang
mengidentikkan orang-orang yang mengabaikan zakat sama dengan pendusta agama. Meskipun
dalam ayat ini zakat tidak disinggung secara langsung namun sudah dapat dipahami ketika
menyebut anak yatim dan orang miskin.
Pada ayat selanjutnya disebutkan bahwa neraka wayl bagi orang-orang yang shalat karena mereka
lalai dari pesan-pesan shalatnya. Pesan shalat dimaksud disebutkan pada ayat sebelumnya yaitu
lalai membantu anak-anak yatim dan lalai memberi makan orang-orang miskin.
Tujuan pernyataan ini adalah sangat tidak etis jika ada yang mengerjakan shalat sementara di
sekelilingnya masih terdapat anak yatim dan orang miskin yang membutuhkan bantuannya.
Karena itu shalat yang baik akan membuat pelakunya memiliki respon terhadap penderitaan anak
yatim dan orang miskin.
Dalam tataran ini ada isyarat yang harus dipahami bahwa kajian terhadap kewajiban tidak dapat
dilakukan secara parsial tetapi harus menyeluruh. Kuat dugaan, karena selama ini kita selalu
mengkaji shalat maka kajian tentang zakat terabaikan sehingga muncul anggapan semua akan
beres jika shalat sudah beres.
Semua kewajiban ini adalah satu kesatuan yang masing-masing memberikan andil sesuai dengan
bidangnya. Ketika Alquran menggandeng shalat dengan zakat maka makna yang harus dipahami
adalah bahwa keduanya memiliki peran yang sama dalam mencapai keridhaan Tuhan.
Shalat adalah simbol dari tauhid langit karena shalat media yang dapat menghubungkan manusia
dengan Tuhan yaitu hubungan ruhani. Adapun zakat adalah simbol dari tauhid bumi karena zakat
dapat menghubungkan manusia dengan sesama manusia yaitu hubungan jasmani.
Penggandengan shalat dengan zakat dalam Alquran memuat pesan bahwa hubungan kepada Tuhan
harus dilakukan secara seimbang dengan hubungan kepada sesama manusia. Dengan demikian,
shalat dan zakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
6) Alasan mengapa orang yang mempunyai harta kekayaan harus menunaikan
zakat,infak dan sedekah
Menurut istilah fikih, zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-orang kaya
untuk disampaikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan aturan-aturan yang telah
ditentukan dalam syarat.
Kewajiban yang dikenal sebagai zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Namun,
permasalahan zakat tidak bisa dipisahkan dari usaha dan penghasilan masyarakat, baik yang
berlaku pada zaman zaman Nabi Muhammad SAW, maupun jauh sebelum masa hadirnya Islam.
Rasulullah pernah bersabda “tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan, kecuali ia
bertambah, bertambah dan bertambah” (HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, jika harta yang kita miliki untuk bersedekah tidak akan pernah berkurang ataupun
akan membuat diri kita menjadi miskin. Karena Allah sang Maha Pemberi Rezeki untuk Umat-
Nya yang senantiasa berbuat kebaikan seperti sedekah kepada orang yang membutuhkan.
Dengan bersedekah akan membersihkan rezeki dari harta yang kita punya, sebagiannya ada hak
untuk orang lain. Rezeki kita bahkan bisa makin lancar dengan bersedekah. Lihat saja para tokoh
dunia, mereka tidak pernah sungkan mendermakan sebagian kekayaan mereka untuk orang lain
sebagaimana kisah Abdurrahman bin Auf.
Jangan pernah takut jatuh miskin karena bersedekah. Justru, orang-orang yang bersedekah sering
mendapat keajaiban dan pertolongan tak terduga dari Allah.
kemudian bersedekah merupakan salah satu cara Kita untuk menjadi pribadi yang lebih bermanfaat
bagi orang lain. Dengan Mengeluarkan sedikit dari harta yang kita punya, kita telah membantu
meringankan beban saudara kita yang membutuhkan.
Sedekah tak harus dalam bentuk uang. Bisa jadi dalam tenaga atau jasa. Sedekah materi atau uang
bisa meringankan beban ekonomi orang lain. Sementara sedekah tenaga atau jasa bisa bantu
meringankan masalah yang dihadapi orang lain. Tak perlu menjadi orang kaya (secara materi)
untuk bersedekah, namun karena bersedekahlah kita akan dikayakan.
7) Pengaruh zakat terhadap masalah ekonomi
Pengaruh zakat dalam perekonomian dapat meningkatkan daya beli masyarakat,
meningkatkan produktifitas perusahaan yang berimbas pada penyerapan tenaga kerja serta
pendapatan negara dari pajak perusahaan. Diasumsikan bahwa bantuan zakat diberikan
dalam bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada mustahik akan
meningkatkan daya beli mustahik tersebut atas suatu barang yang akan berimbas pada
peningkatan produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah
penambahan kapasitas produksi yang berarti perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih
banyak. sementara itu disisi lain peningkatan produksi akan meningkatkan pajak yang
dibayarkan perusahaan kepada negara. Bila penerimaan negara bertambah, maka negara
mampu menyediakan sarana dan prasarana untuk membangun serta mampu menyediakan
fasilitas publik bagi masyarakat.
Dalam pandangan syariat, zakat menjadi komponen utama dalam keuangan negara. Zakat
menjadi pendapatan baitul maal yang pasti ada karena pasti ada umat Islam yang mampu
menunaikannya. Pembayaran zakat pun diwajibkan atas orang-orang yang sudah
berkewajiban menunaikannya.
Dana dari zakat sebagaimana fungsinya berpotensi besar dalam mengentas kemiskinan,
mengurangi pengangguran, memperkecil kesenjangan antara yang miskin dan kaya,
berperan dalam pertumbuhan ekonomi dimana hal tersebut merupakan peran negara untuk
masyarakat yang sumber dananya diambilkan dari penerimaan negara.