Anda di halaman 1dari 15

 

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN KLIEN
GANGGUAN MOBILISASI

DI SUSUN OLEH :

NOVIA PUTRI UTAMI


(P1337420615038)

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN KLIEN GANGGUAN MOBILISASI

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas. Mobilisasi mempunyai banyak tujuan diantaranya untuk mengekspesikan
emosi dengan gerakan non verbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar,
aktifitas hidup sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan
mobilitas fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap
utuh dan berfungsi baik.
Sedangkan imobilisasi atau gangguan mobilisasi fisik didefinisikan oleh
North American Nursing Diagnosis Association sebagai suatu keadaa ketika
individu mengalami keterbatasan gerak fisik. Perubahan dalam tingkat mobilisasi
fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring,
pembatasan gerak fisikselama pengguanaan alat bantu eksternal, atau kehilangan
fungsi motorik.

B. Tujuan Mobilisasi
1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Untuk mencegah terjadinya trauma
3. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
4. Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari-hari
5. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
C. Jenis Gangguan Mobilisasi (Imobilisasi)
Imobilisasi sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :
1. Imobilisasi fisik
merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2. Imobilisasi intelektual
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir.
3. Imobilitas emosional
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan
diri.
4. Imobilitas sosial
merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.

D. Patofisiologi
Banyak kondisi patofisiologi yang mempengaruhi keadaan kesejajaran tbuh dan
mobilisasi, seperti :
1. Kelainan postur yang didapat atau congenital mempengaruhi efisiensi fungsi
muskuluskeletal untuk keseimbangan, dan kesejajaran tubuh. Beberapa
kelainan postur mempengaruhi rentan gerak pada beberapa sendi, sehingga
gerak maupun keseimbangan akan terganggu.
2. Gangguan perkembangan otot yang disebabkan oleh degenerasi serat otot
skelet. Prevansi penyakit terbanyak terdapat pada anak, karakteristik
gangguan perkembangan ototadalah progresif, kelemahan simetris dari otot
skelet.
3. Kerusakan system saraf pusat, kerusakan system saraf yang mengatur
pergerakan volunteer mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh. Jalur
motorik dalam serebrum dapat dirusak oleh traumakarena cedera kepala,atau
bias juga karena infeksi bakteri karena meningitis.
4. Trauma langsung pada system muskuluskeletal, biasanya hal ini menyebabkan
memar, salah urat, dan bahkan fraktur. Kerusakan yang terjadi dapat berakibat
temporer atau permanen.

E. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot,ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebabutama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti
padademensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga
menyebabkanimobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat
menyebabkan orangusialanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di
rumah maupun dirumah sakit(Setiati dan Roosheroe, 2007). Penyebab secara
umum, antara lain :
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan system saraf pusat
4. Trauma langsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
F. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
1. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara
yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda
dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
2. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan
untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani
operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban.
Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit
tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.

3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala
keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
seorang wanita madura dan sebagainya.
4. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi
dengan seorang pelari.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan
dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya
akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang
sering sakit.
II. PATHWAYS
III. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Suku / bangsa
8. Alamat
9. Status perkawinan
B. Catatan Masuk
1. Tanggal masuk
2. Catatan masuk
C. Riwayat Keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem
muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas,
jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain, antara lain :
1. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan immobilitas, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan immobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan
mobilitas.
2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah di derita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis,
riwayat penyakit sistem kardiovaskuler, riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal, riwayat sistem penyakit pernafasan, riwayat pemakaian
obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan
lain-lain.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tngan kanan dan tangan kiri, kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau
spastis.
2. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
Tingkat 3 lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
Tingkat 4 dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
3. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda
pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi)
4. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskular.
5. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak.
Skala Procentase Kekuatan Normal Karakteristik
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat dipalpasi atau
2 25 dilihat
Gerakan otot penuh melawan
3 50 gravitasi dengan topangan
4 75 Gerakan yang normal
melawan gravitasi
5 100 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan
melawan tahan minimal
Kekuatan normal, gerakan
penuh yang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh
6. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
dan sebagainya.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar –X tulang
menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography)
menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon.
Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas
(mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.
5. Radiologis
a. Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral
b. Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
c. Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera
dan ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali
yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan)

F. Analisis dan Sintesis Data


1. Data Subjektif :
Data subjektif yang sering dijumpai pada pasien stoke adalah pada pasien stroke yang
masih memiliki kemampuan komunikasi biasannya mengeluh nyeri di bagian kepala, di
daerah tubuh yang menonjol akibat decubitus serta di bagian tertentu lainnya, klien juga
sering mengeluh sulit mengunyah dan menelan karena disebabkan kerusakan
neuramuskeler, akibat kesulitan meengunyah dan menelan, nafsu makan klien jadi
berkurang. Pada klien yang kehilangan komunikasi, keluarga pasien sering mengeluh
tentang kebersihan klien.
2. Data objektif :
Data objektif yang sering dijumpai pada klien stroke adalah peningkatan tekanan
intracranial, gangguan perfusi jaringan otak, gangguan eliminasi urin, gangguan
psikologis, gangguan penglihatan, peningkatan tekanan darah dan tanda vital lainnya,
mengalami kerusakan neuromuscular, keadaan umum pasien sering terlihat kotor, tidak
terawat dan lemah, akibat tirah baring lama pada pasien stroke sering dijumpai decubitus
atau peradangan pada tubuh yang menonjol, penurunan kesadaran, penurunan
kemampuan komunikasi, serta penurunan kemampuan mobilisasi. Kelemahan
neuromuskuler dapat menyebabkan tidak mencukupi kebutuhan nutrisi dan elektrolit.
IV. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cedera akibat orthostatik pneumonia
2. Tidak efektifnya pola nafas akibat menurunnya ekspansi paru.
3. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi.
4. Gangguan eliminasi akibat immobilitas.
5. Retensi urine akibat gangguan mobilitas fisik.
6. Inkontinensia urine akibat gangguan mobilitas fisik.
7. Perubahan nutrisi ( kurang dari kebutuhan ) akibat menurunnya nafsu makan
akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
8. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan ( intake )
9. Gangguan interaksi sosial akibat immobilitas.
10. Gangguan konsep diri akibat immobilitas.
V. PERENCANAAN
1. Rumusan Prioritas Masalah
2. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
b. Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
c. Meningkatkan fungsi kardiovaskular
d. Meningkatkan fungsi respirasi
e. Memperbaiki gangguan psikologis
3. Intervensi
a) Rencana Tindakan :
1) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh
yang benar
2) Ambulasi dini
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
4) Latihan isotonik dan isometric
5) Latihan ROM
6) Latihan napas dalam dan batuk efektif
7) Melakukan postural drainage
8) Melakukan komunikasi terapeutik
b) Pelaksanaan
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
2) Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas
sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
i. Posisi fowler
ii. Posisi sim
iii. Posisi trendelenburg
iv. Posisi Dorsal Recumbent
v. Posisi lithotomic
vi. Posisi genu pectoral
c) Ambulasidini 
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari
tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
d) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
e) Latihan isotonik dan isometrik 
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot
dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan
isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM)
secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan
dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
f) Latihan ROM Pasif dan Aktif 
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan
itu, yaitu :
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
ii. Fleksi dan ekstensi siku
iii. Pronasi dan supinasi lengan bawah
iv. Pronasi fleksi bahu
v. Abduksi dan adduksi
vi. Rotasi bahu
vii. Fleksi dan ekstensi jari-jari
viii. Infersi dan efersi kaki
ix. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
x. Fleksi dan ekstensi lutut
xi. Rotasi pangkal paha
xii. Abduksi dan adduksi pangkal paha
g) Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif 
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
h) Melakukan Postural Drainase 
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu sendiri.
Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak
terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan fungsi respirasi. Pada
penderita dengan produksi sputum yang banyak, postural drainase lebih
efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi dada.
i) Melakukan komunikasi terapeutik 
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu dengan
cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter.1997.Fundamental of Nursing.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC


Diagnosa NANDA (NIC & NOC). 2007-2008
Yudi. gangguan mobilisasi. http://yuudi.blogspot.com/2011_06_01_archive.html (di akses pada 9
Juni 2015 jam 15.00)
Krisna P. gangguan mobilisasi. http://pande-krisna.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-
gangguan-mobilisasi.html( di akses pada 9 Juni 2015 jam 15.00)
NN.gangguan mobilisasi.http://baloteli.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-gangguan-
pemenuhan_1308.html#(di akses pada 9 Juni 2015 jam 15.00)
Irul M.gangguan mobilisasi.http://masirul2197.blogspot.com/2013/07/lp-gangguan-
mobilisasi.html(di akses pada 9 Juni 2015 jam 15.00)
NN.gangguanmobilisasi.http://www.academia.edu/9895600/
LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWATAN_PEMENUHAN_KEBUTUHAN
_DASAR_MANUSIA_GANGGUAN_MOBILISASI(di akses pada 9 Juni 2015 jam 15.00)
Irul M.gangguan mobilisasi.http://masirul2197.blogspot.com/2013/07/laporan-pendahuluan-
pada-pasien-dengan_20.html (di akses pada 9 Juni 2015 jam 15.00)
NANDA ( NIC-NOC ) 2013

Anda mungkin juga menyukai