PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
penyakit Hirschsprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur.
Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom
down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. Selain pada anak,
penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan
konstipasi faktor penyebab penyakit Hirschsprung diduga dapat terjadi karena
faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung
sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan
radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan
melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan
colostomi. (Behrman, 2000)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian penyakit hirschsprung?
2. Bagaimana patofiologi penyakit hirschsprung?
3. Bagaimana evaluasi diagnostik penyakit hirschsprung?
4. Bagaimana diagnosis penyakit hirschsprung?
5. Bagaimana penatalaksanaan terapeutik penyakit hirschsprung?
6. Bagaimana manifestasi klinis penyakit hirschsprung?
7. Bagaimana pertimbangan keperawatan penyakit hirschsprung?
C. Tujuan Masalah
1. Pengertian penyakit hirschsprung
2. Patofiologi penyakit hirschsprung
3. Evaluasi diagnostik penyakit hirschsprung
4. Diagnosis penyakit hirschsprung
5. Penatalaksanaan terapeutik penyakit hirschsprung
6. Manifestasi klinis penyakit hirschsprung
7. Pertimbangan keperawatan penyakit hirschsprung
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
mengakibatkan tidak adanya gerakan mendorong (peristaltik) sehingga isi usus
bertumpuk dan terjadi distensi usus di sebelah proksimal defek (megakolon).
Di samping itu, ketidakmampuan sfingter ani interna untuk melakukan
relaksasi turut menimbulkan manifestasi klinis obstruksi karena keadaan ini
mencegah evaluasi kotoran yang berbentuk padat, cair, atau gas. Distensi
intestinal dan iskemia dapat terjadi karena distensi dinding usus yang ikut
menyebabkan terjadinya enterekolitis (inflamasi usus halus dan kolon), yaitu
penyebab utama kematian pada anak-anak yang menderita penyakit
Hirschsprung.
4
1. Periode Bayi Baru Lahir
a. Kegagalan untuk mengeluarkan mekonium dalam waktu 24 jam
hingga 48 jam sejak lahir
b. Keengganan untuk mengonsumsi cairan
c. Muntah yang bernoda empedu
d. Distensi abdomen
2. Bayi
a. Kegagalan tumbuh kembang
b. Konstipasi
c. Distensi abdomen
d. Episode diare dan vomitus
e. Tanda-tanda yang mengancam (yang sering menandai adanya
enterokolitis)
f. Diare yang menyeruapi air dan menyemprot
g. Demam
h. Keadaan umum yang buruk
3. Anak-Anak
a. Konstipasi
b. Feses mirip tambang dan berbau busuk
c. Distensi abdomen
d. Peristalsis yang terlihat
e. Massa feses yang mudah diraba
f. Anak biasanya tampak malnutrisi dan anemik
5
satu prosedur yang paling sering dilakukan, terdiri atas tindakan menarika
ujung usus yang normal lewat sleeve muskular rektum dan sari situ bagian
mukosa yang aganglionik dibuang. Ostomi biasanya ditutup pada saat
dilakukan prosedur pull-through.
1. Perawatan Prabedah
Perawatan prabedah bagi anak bergantung pada usia dan kondisi
klinisnya. Seorang anak yang menderita malnutrisi mungkin tidak mampu
bertahan terhadap pembedahan sebelum kondisi jasmaninya diperbaii.
Kerap kali perbaikan ini meliputi tindakan simtomatik dengan pemberian
enema; diet tinggi-kalori tinggi-protein dengan kandungan serat yang
rendah; dan pada situasi gizi yang sangat buruk, pemberian nutrisi
parenteral total (TPN).
6
Persiapan fisik prabedah mencakup tindakan sebagaimana lazim
dilakukan pada setiap pembedahan. Pada bayi baru lahir yang ususnya
masih steril tidak diperlukan persiapan tambahan. Akan tetapi, persiapan
untuk operasi pull-through pada anak yang lebih besar meliputi
pengosongan usus dengan pemberian enema salin yang berulang dan
pengurangan jumlah flora bakteri lewat pemberian antibiotik sistemik serta
irigasi kolon yang menggunakan larutan antibiotik. Antibiotik oral dapat
dipreskripsikan pula.
7
penjelasan mengenai prosedur operasi tersebut dengan istilah yang konkret
seraya menunjukkan alat bantu visual. Kita harus menentukan batas waktu
yang tepat dalam memberikan penjelasan tersebut untuk mencegah rasa
cemas dan kebingungan yang dapat timbul jika informasi yang
disampaikan terlalu banyak.
Kepada orang tua dan anak yang besar, harus ditekankan bahwa
kolostomi untuk penyakit Hirschsprung hanya bersifat sementara kecuali
jika terdapat banyak bagian usus yang terkena sehingga harus dilakukan
ileostomi permanen. Pada kebanyakan kasus, luasnya reseksi usus sudah
diketahui sebelum operasi sekalipun perawat harus waspada terhadap
kasus-kasus yang kemungkinan reparasinya meragukan. Perawat harus
ingat kendati kolostomi temporer lebih disukai dalam pengertian kesehatan
dan penyesuaian diri di masa mendatang, namun tindakan ini memerlukan
pembedahan tambahan yang bisa sangat menimbulkan stres bagi orang tua
dan anak.
2. Perawatan Pascabedah
8
orang tuanya, dengan menggulung lubang kantong penampung kolostomi
yang sudah kodong atau dengan mengoleskan salep pelindung pada kulit
disekitar kolostomi. Walaupun diagnosis penyakit Hirschsprung lebih
jarang ditegakkan diantara anak-anak usia sekolah atau remaja, namun jika
keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih besar, anak tersebut harus
dilibatkan dalam perawatan kolostomi agar memiliki tanggung jawab
penuh atas perawatan ini.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Wong L Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Ed. 6 Vol. 2.
Jakarta: Kedokteran EGC
Behrman Kliegman dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed. 15 Vol.
2. Jakarta: Kedokteran EGC
Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.
Agung Setyo
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Volume 2 Kebidanan Teori dan
Asuhan. Jakarta: EGC
Betz Cecily L dan Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed.
3. Jakarta: Kedokteran EGC
11