Anda di halaman 1dari 2

1. Mengapa tertarik melakukan penelitian terkait TB Paru?

Karena masih banyaknya kasus Tb paru yang terjadi di masyarakat untuk wilayah

provinsi Lampung kementrian kesehatan melalui Riskesdas (2018) menyatakan bahwa

provinsi Lampung memiliki prevalensi 4.0%, angka tersebut mengalami peningkatan dari

data Riskesdas (2013) angka meningkat hingga 2x lipat dengan nilai prevalensi sebesar

2.0%

2. Apa saja regulasi pemerintah dalam penanganan Tb paru ?

Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

menetapkan target prevalensi TBC pada tahun 2024 menjadi 190 per 100.000 penduduk.

Sementara prevalensi TBC tahun 2018 sebesar 319 per 100.000 penduduk. Sedangkan di

Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan

target program Penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan

Indonesia Bebas TBC Tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya jumlah kasus TBC

1 per 1.000.000 penduduk.

3. Mengapa angka penularan TB masih sangat tinggi ?

Kurangnya edukasi secara langsung dengan meninjau keadaan rumah oleh tenaga medis

menjadi salah satu indicator meningkatnya penularan TB, keadaan rumah yang lembab,

kurangnya ventilasi dan sirkulasi udara, kurangnya pencahayaan di dalam ruangan, alat-

alat makan yang masih digunakan secara bersamaan, hingga pembuangan dahak yang

tidak benar dapat menjadi potensi penularan

4. Apakah ada factor lain yang mempengaruhi Penularan TB?

a. Pengobatan tidak Tuntas


Pengobatan pada pasien TB Paru dengan menggunakan obat OAT harus dilakukan

secara tuntas hingga 6 bulan konsumsi obat, jika terjadi putus obat TB Paru

berpotensi menjadi TB MDR yang akan sangat menular, terutama kepada orang

orang yang selalu berinteraksi dengan pasien.

b. Kondisi fisik lingkungan rumah

Kualitas lingkungan fisik rumah yang tidak sehat memegang peranan penting dalam

penularan dan perkembang biakan Mycobacterium tuberculosis. Kurangnya sinar

matahari yang masuk ke dalam rumah, ventilasi yang buruk cenderung menciptakan

suasana yang lembab dan gelap, kondisi ini menyebabkan kuman dapat bertahan

berhari-hari sampai berbulan – bulan di dalam rumah. Faktor risiko lingkungan fisik

rumah yang berperan dalam menentukan terjadinya interaksi antara host (penjamu)

dengan unsur penyebab (agent) dalam proses timbulnya kejadian penyakit

tuberkulosis paru yaitu kepadatan penghuni, kelembaban, luas ventilasi,

pencahayaan, lantai dan dinding rumah yang terkontaminasi dahak yang tidak di

tampung dengan benar sangat berpotensi menyebarkan virus Mycobacterium

tuberculosis.

Anda mungkin juga menyukai