Disusun Oleh:
PUTRI CAHYANING FUADIYAH
NIM. 2002032
1) Hidung.
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan
2) Faring.
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara
dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring
yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang
masuk bersama udara.
3) Laring.
Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan
yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil
suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan
dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
b. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru
yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru dan pleura.
1) Trakea.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan
oleh cincin kartilago yang menghubungkan laring dan
bronkus utama kanan dan kiri.
2) Paru.
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri.
Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru
kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu
bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas
serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic.
Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung
yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral
membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah gerakan friksi selama bernafas.
.
2. Proses oksigenasi
Proses pemenuhan kebuthan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga
tahap, yaitu :
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin
tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance
dan recoil yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu yaitu
adanya surfaktan yang terdapat pada alveoli lapisan.
Pada alveoli lapisan yang berfungsi menurunkan tegangang
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps serta gangguan torak. Recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2/kontrakasi penyempitan
paru.Pusat pernafasaan adalah medulaoblongata dan pons yang
dapat mempengaruhi proses ventilasi karena CO2 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernafasan dan bila PCO2
kurang dari samadengan 60 mmHg dapat menyebabkan
deperasi pusat pernafasan.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakaan pertukaran antara O2 di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.Proses
pertukaran ini dipengaruhi ole beberapa faktor yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interfesial(keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan),perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, PCO2
dalam arteri pulmonalis akan berdifusi dalam alveoli dan
aktifitas gas(kemampuan menembus dan saling mengikat Hb).
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan pendistribusiaan O2 kapiler
kejaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh kekapiler. Pada
proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin(97,7) dan larut dalam plasma (3,1) Sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (301) larut dalam plasma (5,1) dan
sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (651)
transportasi gas dipengarui oleh beberapa faktor yaitu curah
jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah,latihan
(exeraise), perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada
anemia
2) Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti
pada Obstruksi saluran pernafasan bagian atas
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya oksigen.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam
luka
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang
abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang.
2) Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan koroner
4) Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi / Fe
mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan.
5) Kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
C. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Jenis-jenis gangguan oksigenasi
a. Flu
Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi
hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Virus penyebab gangguan
respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda yang telah
terkontaminasi, maupun kontak fisik dengan penderita flu.
Flu dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah
pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin, tidak
menyentuh wajah, dan menjauhi keramaian.
b. Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring.
Keluhan ini disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus.
Faringitis dapat ditangani bedasarkan penyebabnya. Misalnya,
faringitis yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati
menggunakan antibiotik.
c. Laringitis
Gangguan respirasi lainnya adalah laringitis, yaitu
peradangan yang terjadi pada laring atau pita suara. Keluhan ini
umumnya disebabkan oleh penggunaan laring yang berlebihan,
iritasi, atau infeksi.
Gejala yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, hingga kehilangan
suara.
d. Asma
Asma merupakan gangguan respirasi yang ditandai dengan
peradangan pada saluran pernapasan. Keluhan ini membuat
saluran napas mengalami penyempitan. Penyebabnya bisa
karena alergi, paparan asap, polusi, hingga udara dingin.
Gejala khas yang umumnya dialami penderita asma adalah
mengi, sesak napas, dada terasa sesak, dan batuk.
e. Bronkitis
Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke
paru-paru atau bronkus mengalami peradangan. Akibatnya,
gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya batuk
berdahak.
Selain batuk berdahak, gejala yang
menyertai bronkitis adalah dada sesak, dahak berwarna kuning
atau hijau, hingga demam.
f. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat
kerusakan pada alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-
paru. Gangguan respirasi ini lebih sering dialami oleh perokok
aktif.
Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis
dan sesak napas, bahkan saat berolahraga ringan atau menaiki
tangga.
g. Pneumonia
Pneumonia adalah gangguan respirasi pada paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Pneumonia
juga bisa disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang
menyebabkan COVID-19.
Gejala pneumonia cukup bervariasi. Namun, pneumonia
umumnya ditandai dengan gejala, seperti batuk, demam, sesak
napas, dan menggigil.
h. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling
berbahaya dengan angka kematian yang tinggi. Baik perokok
aktif maupun pasif berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
Oleh karena itu, untuk mencegah kanker paru-paru, Anda
disarankan agar berhenti merokok dan menghindari paparan
asap rokok.
2. Tanda dan gejala
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
D. Penatalaksanaan
1. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveoliatau memelihara pertukaran gas, mencegah
ateletaksis, meningkatkan efisiensibatuk dan mengurangi stress.
2. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien
yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efetif dengan tujuan
untukmembersihkan laring, trakea, dan bronkiolusdari secret atau
benda asing di jalan napas.
3. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula,
nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
4. Kanul hidung
Pemberian oksigen melalui kanul tidak bias lebih dari 6
liter/menit karena tidak berguna untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen dan iritatif untuk penderita.
5. Rebreathing mask
Masker dengan lubang pada sisinya, pemakaian face mask
dalam pemberian oksigen lebih baik disbandingkan kanul hidung
karena konsentrasi oksigen yang dihasilkan lebih tinggi.
6. Non rebreathing mask
Pada fase mask dipasang reservoir oksigen yang mempunyai
katub. Bila diinginkan konsentrasi oksigen yang tinggi, maka non
rebreathing mask paling baik.
Konsentrasi oksigen menurut cara pemberian :
Udara bebas
Kanul hidung dengan O2 1 – 3 liter/menit : 21 %
Kanul hidung dengan O2 4 – 6 liter/menit : 21 % - 32 %
Hitam diagnostic
menggunaka
/warnater n barium.
(melena) Pengonsumsi
an zat besi
atau
Merah perdarahan
saluran GI
bagian atas
Pucat Perdarahansa
mengandun luran GI
g lemak bagian
bawah,
hemoroid
Malabsorpsil
emak
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrontestinal meliputi ehnik
visualissi lansung / tidak lansung dan pemeriksaan laboratorium
terhadap unsur-unsur yang tidak normal
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia SDKI (2017), di antaranya adalah :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak efektif (D.0001)
2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
3. Gangguan pola Tidur (D.0055)
C. Perencanaan/Intervnsi Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obsruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Batuk tidak efektif, tidak bisa batuk, sputum berlebih
c. Gejala dan tanda mior
Subjektif : Dispnea, sulit bicara, Ortopnea
Objektif : Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah
d. Luaran
1) Luaran utama : Bersihan jalan napas
2) Kriteria hasil :
a) Batuk efektif
b) Produksi sputum menurun
c) Dispnea membaik
d) Ortopnea membaik
e) Frekuensi napas membaik
e. Intervensi Keperawatan
1) Intervensi utama : Latihan baruk efektif
2) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejalan infeksi saluran napas
Terapeutik
a) Atur posisi semi fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c) Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selam 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan hibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik.
c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d) Anjukan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau exspektoran, jika
perlu
2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
a. Definisi
Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Dispnea
Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif : Ortopnea
Objektif : Pernapasan cuping hidung, kapasitas vital menurun,
tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi
dada berubah
d. Luaran
1) Luaran utama : pola Napas
2) Kriteria hasil :
a) Tekanan ekspirasi meningkat
b) Tekanan inspirasi meningkat
c) Dispnea menurun
d) Penggunaan ottot bantu napas menurun
e) Frekuensi napas membaik
f) Ekskursi dada membaik
e. Intervensi keperawatan
1) Intervensi utama : Manajemen Jalan Napas
2) Tindakan :
Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aaroma)
Terapeutik
a) Posisikan semi fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
b) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
a) Kolaborasi oemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI