Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Disusun Oleh:
PUTRI CAHYANING FUADIYAH
NIM. 2002032

PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEPERAWATAN


A. Pengertian
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel ( Hidayat A, 2008).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
Oksigenasi merupakan kebutuhkan untuk mempertahankan
kehidupan. Perawat sering kali menemukan klien yang tidak mampu
memenuhi oksigennya, fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah
menyuplai kebutuhan oksigen tubuh (Perry & Potter, 2005).
Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di
dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal.
ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara
optimal (Asmadi, 2018).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses
metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal
yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya
pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri,
oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi dan fisiologis
a. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan
laring.

1) Hidung.
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan
2) Faring.
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara
dan makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring
yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang
masuk bersama udara.
3) Laring.
Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan
yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil
suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan
dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
b. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru
yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru dan pleura.
1) Trakea.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan
oleh cincin kartilago yang menghubungkan laring dan
bronkus utama kanan dan kiri.
2) Paru.
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri.
Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru
kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu
bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas
serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic.
Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung
yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral
membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah gerakan friksi selama bernafas.
.
2. Proses oksigenasi
Proses pemenuhan kebuthan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga
tahap, yaitu :
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian
sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin
tinggi. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance
dan recoil yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu yaitu
adanya surfaktan yang terdapat pada alveoli lapisan.
Pada alveoli lapisan yang berfungsi menurunkan tegangang
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps serta gangguan torak. Recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2/kontrakasi penyempitan
paru.Pusat pernafasaan adalah medulaoblongata dan pons yang
dapat mempengaruhi proses ventilasi karena CO2 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernafasan dan bila PCO2
kurang dari samadengan 60 mmHg dapat menyebabkan
deperasi pusat pernafasan.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakaan pertukaran antara O2 di alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.Proses
pertukaran ini dipengaruhi ole beberapa faktor yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interfesial(keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan),perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, PCO2
dalam arteri pulmonalis akan berdifusi dalam alveoli dan
aktifitas gas(kemampuan menembus dan saling mengikat Hb).
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan pendistribusiaan O2 kapiler
kejaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh kekapiler. Pada
proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk
oksihemoglobin(97,7) dan larut dalam plasma (3,1) Sedangkan
CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (301) larut dalam plasma (5,1) dan
sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (651)
transportasi gas dipengarui oleh beberapa faktor yaitu curah
jantung (cardiac output), kondisi pembuluh darah,latihan
(exeraise), perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada
anemia
2) Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti
pada Obstruksi saluran pernafasan bagian atas
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya oksigen.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam
luka
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang
abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
b. Faktor Perilaku
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang.
2) Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan koroner
4) Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi / Fe
mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan.
5) Kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
C. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Jenis-jenis gangguan oksigenasi
a. Flu
Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi
hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Virus penyebab gangguan
respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda yang telah
terkontaminasi, maupun kontak fisik dengan penderita flu.
Flu dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah
pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin, tidak
menyentuh wajah, dan menjauhi keramaian.
b. Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring.
Keluhan ini disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus.
Faringitis dapat ditangani bedasarkan penyebabnya. Misalnya,
faringitis yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati
menggunakan antibiotik.
c. Laringitis
Gangguan respirasi lainnya adalah laringitis, yaitu
peradangan yang terjadi pada laring atau pita suara. Keluhan ini
umumnya disebabkan oleh penggunaan laring yang berlebihan,
iritasi, atau infeksi.
Gejala yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, hingga kehilangan
suara.
d. Asma
Asma merupakan gangguan respirasi yang ditandai dengan
peradangan pada saluran pernapasan. Keluhan ini membuat
saluran napas mengalami penyempitan. Penyebabnya bisa
karena alergi, paparan asap, polusi, hingga udara dingin.
Gejala khas yang umumnya dialami penderita asma adalah
mengi, sesak napas, dada terasa sesak, dan batuk.
e. Bronkitis
Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke
paru-paru atau bronkus mengalami peradangan. Akibatnya,
gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya batuk
berdahak.
Selain batuk berdahak, gejala yang
menyertai bronkitis adalah dada sesak, dahak berwarna kuning
atau hijau, hingga demam.
f. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat
kerusakan pada alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-
paru. Gangguan respirasi ini lebih sering dialami oleh perokok
aktif.
Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis
dan sesak napas, bahkan saat berolahraga ringan atau menaiki
tangga.
g. Pneumonia
Pneumonia adalah gangguan respirasi pada paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Pneumonia
juga bisa disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang
menyebabkan COVID-19.
Gejala pneumonia cukup bervariasi. Namun, pneumonia
umumnya ditandai dengan gejala, seperti batuk, demam, sesak
napas, dan menggigil.
h. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling
berbahaya dengan angka kematian yang tinggi. Baik perokok
aktif maupun pasif berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
Oleh karena itu, untuk mencegah kanker paru-paru, Anda
disarankan agar berhenti merokok dan menghindari paparan
asap rokok.
2. Tanda dan gejala
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
D. Penatalaksanaan
1. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveoliatau memelihara pertukaran gas, mencegah
ateletaksis, meningkatkan efisiensibatuk dan mengurangi stress.
2. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien
yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efetif dengan tujuan
untukmembersihkan laring, trakea, dan bronkiolusdari secret atau
benda asing di jalan napas.
3. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan
dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula,
nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
4. Kanul hidung
Pemberian oksigen melalui kanul tidak bias lebih dari 6
liter/menit karena tidak berguna untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen dan iritatif untuk penderita.
5. Rebreathing mask
Masker dengan lubang pada sisinya, pemakaian face mask
dalam pemberian oksigen lebih baik disbandingkan kanul hidung
karena konsentrasi oksigen yang dihasilkan lebih tinggi.
6. Non rebreathing mask
Pada fase mask dipasang reservoir oksigen yang mempunyai
katub. Bila diinginkan konsentrasi oksigen yang tinggi, maka non
rebreathing mask paling baik.
Konsentrasi oksigen menurut cara pemberian :
Udara bebas
Kanul hidung dengan O2 1 – 3 liter/menit : 21 %
Kanul hidung dengan O2 4 – 6 liter/menit : 21 % - 32 %

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas : Nama klien, Umur klien, Jenis kelamin klien, Pekerjaan
klien, Pendidikan klien, Alamat klien, Tanggal masuk RS,
Diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Yang biasa muncul pada klien dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit antara lain : nyeri abdomen,
kram, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia, distensi
abdomen, perasaan rektal penuh, feses keras dan berbentuk,
keletihan, sakit kepala, tidak dapat makan, mual, muntah,
konstipasi, dan diare.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dijelaskan/menjelaskan kronologi berjalannya penyakit
pasien :
1) Waktu terjadinya sakit : berapa lama sudah terjadinya
sakit.
2) Proses terjadinya sakit : kapan mulainya terjadinya sakit
dan bagaimana sakit mulai terjadi.
3) Upaya yang telah dilakukan : selama sakit sudah berobat
kemana dan obat-obatan yang pernah dikonsumsi.
4) Hasil pemeriksaan sementara/sekarang
Yang perlu dikaji dan ditanyakan : TTV, adanya
patofisiologi lain seperti saat dipalpasi adanya nyeri
abdomen, sakit kepala, dan kram? Apakah merasa mual,
muntah, dan anoreksia?
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pengobatan saat ini dan masa lalu, alergi terhadap obat
dan makanan, tempat tinggal/lingkungan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
sama dengan klien? Adakah riwayat penyakit keturunan
dalam keluarga?
3. Pola Fungsi Kesehatan (Virginia Henderson)
a. Pola bernafas dengan normal
Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan
bernafas, menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak,
adakah retraksi intercosta, adakah sesak nafas, hal-hal yang
dapat mengurangi atau memperberat sesak nafas.
b. Pola nutrisi
Berapa kali makan dalam sehari, makanan kesukaan,
berat badan sebelum dan sesudah sakit, frekuensi dan
kuantitas minum sehari.
c. Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAB sehari, adakah gangguan
dalam BAB, adakah nyeri saat BAB
d. Pola keseimbangan dan gerak
Bagaimana pola keseimbangan gerak dan aktivitas klien
(ADL : Acctivity Daily Living), skala ketergantungan ada
atau tidak, berapa kekuatan otot, ada gangguan berjalan atau
tidak.
e. Pola istirahat dan tidur
Jam berapa pasien mulai tidur, jumlah dan kualitas tidur
klien, apa kebiasaan menjelang klien tidur.
f. Pola mempertahankan temperatur tubuh
Apa kebiasaan klien dalam mempertahankan temperatur
tubuh?
g. Pola personal hygiene
Bagaimana pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien
(mandi, gosok gigi, keramas, potong kuku), berapa hari
sekali/berapa minggu sekali, menggunakan bantuan atau tidak
saat melakukan personal hygiene.
h. Pola komunikasi
Bagaimana komunikasi klien dengan orang lain, jenis
komunikasi yang dilakukan, penggunaan bahasa dan
kejelasan.
i. Pola spiritual
Bagaimana klien dalam menjalankan ibadahnya, agama
atau kepercayaan yang dianut klien, bagaimana mekanisme
koping klien dalam menghadapi masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kepercayaan yang dianut klien.
j. Pola berpakaian dan memilih pakaian
Bagaimana pola berpakaian klien (keserasian, waktu, dan
cara) jenis pakaian yang disukai atau tidak disukai klien.
k. Pola rasa aman dan nyaman
Adakah nyeri? Jika ada jelaskan hasil pengkajian nyeri .
l. Pola kebutuhan bekerja
Apa pekerjaan klien, apakah klien mampu melakukan
pekerjaannya, kapan waktu kerja (jam kerja).
m. Pola kebutuhan rekreasi
Apa hal-hal yang dilakukan klien untuk menghilangkan
kebodanan atau kejenuhan seperti nonton tv, mendengarkan
radio, jalan-jalan, dan lain-lain.
n. Pola kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap kesehatannya atau
penyakitnya, sejauh mana pengetahuan kluen tentang
penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Penampilan umum
2) Tingkat kesadaran
a) Kualitatif (composmentis, apatis, somnolen, sopor,
koma, delirium)
b) Kuantitatif (GCS : Glascow Coma Scale)
E = Eye M = Motorik V =
Verbal
b. Pengukuran klinik
1) Tanda-tanda vital
a) Suhu :Kekurangan volume cairan : < 36-37
°C
Kelebihan volume cairan : > 35-36 °C
b) Tekanan darah :Kekurangan volume cairan : < 120/80
Kelebihan volume cairan : >120/80
atau tetap
c) Nadi :Kekurangan volume cairan : <60-
100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 100
x/mnt
d) Pernafasan : Kekurangan
volume cairan : >24 x/mnt
Kelebihan volume cairan : <16-24
x/mnt
Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan
oral), cairan parental termasuk obat-obatan IV, makanan
yang cenderung mengandung air, irigasi kateter atau
NGT.
Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume,
kejernihan/kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi),
muntah, tube drainase, IWL.
2) Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan
menunjukkan adanya masalah keseimbangan asam basa
cairan :
a) Turun 2-5% : kekurangan volume cairan ringan
b) Turun 5-10% : kekurangan volume cairan sedang
c) Turun 10-15% : kekurangan volume cairan berat
d) Turun 15-20% : kematian
e) Naik 2% : kelebihan volume cairan ringan
f) Naik 5% : kelebihan volume cairan sedang
g) Naik 8% : kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada
waktu yang sama.
c. Kepala
Kekurangan volume cairan : ubun-ubun cekung
Kelebihan volume cairan : ubun-ubun menonjol, kepala besar
d. Mata
Kekurangan volume cairan: mata cekung, air mata berkurang
Kelebihan volume cairan : edema periorbital, pembengkakan,
diskus optikus (papiledema).
e. Telinga
Kekurangan volume cairan : bentuk simetris kanan dan kiri
Kelebihan volume cairan : bentuk simetris kanan dan kiri
f. Tenggorokan dan mulut
Kekurangan volume cairan : membran mukosa kering,
lengket, bibir kering, vena leher datar.
Kelebihan volume cairan : distensi vena jugularis.
g. Sistem kardiovaskuler
Kekurangan volume cairan : vena jugularis datar, denyut nadi
lemah dan kapiler menurun, tekanan darah rendah.
Kelebihan volume cairan : distensi vena jugularis, denyut nadi
kuat, edema pada jantung, dan hipertensi.
h. Sistem pernafasan
Kekurangan volume cairan : peningkatan frekuensi
pernafasan.
Kelebihan volume cairan : peningkatan frekuensi nafas,
dispnea dan krekels (ronki basah).
i. Sistem gastrointestinal
Kekurangan volume cairan : abdomen cekung, muntah.
Kelebihan volume cairan : abdomen cembung atau ada edema.
Adapun keadaan feses meliputi :
Karakteristik Feses Normal dan Abnormal

Karakterist Normal Abnormal Kemungkina


ik n penyebab

Warna Dewasa: Pekat/putih Adanya


kecoklatan pigmen
empedu
Bayi:
(obstruksiem
kekuninga
pedu),
n
pemeriksaan

Hitam diagnostic
menggunaka
/warnater n barium.
(melena) Pengonsumsi
an zat besi
atau
Merah perdarahan
saluran GI
bagian atas

Pucat Perdarahansa

mengandun luran GI

g lemak bagian
bawah,
hemoroid

Malabsorpsil
emak

Bau Baumenyen Perubahan Darahdidala


gatpengaru yang mfesesatauinf
holehtipem berbahaya eksi
akanan

Konsistensi Lunak, Cair, padat Diare,


berbentuk penurunan
absor
psikonstipasi

Frekuensi Bervariasi; Bayi lebih Hipomortilita


bayi 4-6 dari 6 kali s atau
x/hari (jika sehari atau hipermortilit
mengkonsu kurang dari
msi ASI), 1-2 hari, as
orang orang
dewasa dewasa
setiap hari lebih dari 3
atau 2-3 kali sehari
kali atau kurang
seminggu dari satu
kali
seminggu

Jumlah 160 grm/


hari (orang
dewasa)

Bentuk Menyerupa Sempit, Obstruksi,


i diameter berbentuk peristaltic
rektuk pensil yang cepat.

Unsur- Makan Darah, pus, Perdarahan


unsur tidak materiasing, internal,
dicerna, lender, infeksi,
bakteri cacing materi-
mati, materi yang
lemak, tertelan,
pigmen iritasi,
empedu, inflamasi
sel-sel yang
melapisi
mukosa
usus, air.
j. Sistem perkemihan
Kekurangan volume cairan : oliguria.
Kelebihan volume cairan : poliuria
k. Sistem integumen
Kekurangan volume cairan : turgor kulit buruk.
Kelebihan volume cairan : edema dan lembab.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrontestinal meliputi ehnik
visualissi lansung / tidak lansung dan pemeriksaan laboratorium
terhadap unsur-unsur yang tidak normal
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia SDKI (2017), di antaranya adalah :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak efektif (D.0001)
2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
3. Gangguan pola Tidur (D.0055)
C. Perencanaan/Intervnsi Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obsruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Batuk tidak efektif, tidak bisa batuk, sputum berlebih
c. Gejala dan tanda mior
Subjektif : Dispnea, sulit bicara, Ortopnea
Objektif : Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah
d. Luaran
1) Luaran utama : Bersihan jalan napas
2) Kriteria hasil :
a) Batuk efektif
b) Produksi sputum menurun
c) Dispnea membaik
d) Ortopnea membaik
e) Frekuensi napas membaik
e. Intervensi Keperawatan
1) Intervensi utama : Latihan baruk efektif
2) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejalan infeksi saluran napas
Terapeutik
a) Atur posisi semi fowler atau fowler
b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c) Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selam 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan hibir mecucu (dibulatkan) selam 8 detik.
c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d) Anjukan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau exspektoran, jika
perlu
2. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
a. Definisi
Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Dispnea
Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif : Ortopnea
Objektif : Pernapasan cuping hidung, kapasitas vital menurun,
tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi
dada berubah
d. Luaran
1) Luaran utama : pola Napas
2) Kriteria hasil :
a) Tekanan ekspirasi meningkat
b) Tekanan inspirasi meningkat
c) Dispnea menurun
d) Penggunaan ottot bantu napas menurun
e) Frekuensi napas membaik
f) Ekskursi dada membaik
e. Intervensi keperawatan
1) Intervensi utama : Manajemen Jalan Napas
2) Tindakan :
Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aaroma)
Terapeutik
a) Posisikan semi fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
b) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
a) Kolaborasi oemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

3. Gangguan Pola Tidur (D.0055)


a. Definisi : gangguan kulitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal
b. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Mengeluh sulit tidur, mengeluh pola tidur berubah,
mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif : (tidak tersedia)
c. Gejala dan tanda minor
Subjektif : mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif : (tidak terdia)
d. Luaran
1) Luaran utama : Pola tidur
2) Kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur meningkat
b) Keluhan sering terjaga meningkat
c) Keluhan pola tidur berubah meningkat
d) Kemampuan beraktivitas meningkat
e. Intervensi Keperawatan
1) Intervensi utama : Dukungan tidur
2) Tindakan :
Observasi
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi pola penggangu tidur
c) Identifikasi makanan dan minuman yang menggangu
tidur
Terapeutik
a) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras)
b) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c) Fasilitasi penghilang stress sebelum tidur
d) Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi
a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b) Anjurkan menpati kebiasaan waktu tidur
c) Anjurkan menghindari makanan dan minuman yang
menggangu tidur
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
(Mancini, et al. 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika
Asmadi. (2019). Konsep dan Aplikasi Kebuuhan Dasar Klien.: Jakarta: Salemba
Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC
Carperito, Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan .edisi 8, Jakarta: EGC
Mancini M. R, Gale A. T. (2011). Emergency care and the law. Maryland: Aspen
Publication.
Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Jakarta:
EGC.
Tarwanto, Wartonah. (2006). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
Edisi 3. Salemba:Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai