Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DINAS KESAHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


PALANGKARAYA
21 – 26 Februari 2022

DISUSUN OLEH:

AGHITA TIFANI NIM.19.71.020999


BERSIANI NIM.19.71.021623
MARSELA NIM.19.71.020982
MUHAMMAD BAGAS NIM.19.71.021041
NADIA AULIA OKTAVIANI NIM.19.71.020981
NUR WAHDINA NIM.19.71.020992
TRIA APRILIANI NIM.19.71.021042

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
21 - 26 Februari 2022

Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi

(apt. Marlinae, S.Si.,M.Si) (apt. Dra. Hj. Agustinawati U, M.Si.)

Mengetahui,

Koordinator Praktek Kerja Lapangan Ketua Program Studi D-III Farmasi

(apt. Evi Mulyani, M. Farm) (apt. Guntur Satrio P., M.Si)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, serta shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan bagi Rasullullah SAW, sahabat, keluarga, beserta
mereka yang istiqomah mengikuti jalan beliau. Berkat curahan ilmu pengetahuan-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Keria Lapangan
(PKL) di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 21 – 26
Februari 2022 serta menyelesaikan laporan ini dengan tepat pada waktunya
dengan baik dan lancar.
Praktik Keria Lapangan (PKL) ini dilaksanakan sebagai salah satu untuk
memenuhi syarat dalam menyelesaikan syarat pendidikan Program Studi D-III
Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Selain itu, sebagai calon Ahli Madya dengan harapan dari yang diberikan ini
banyak memberikan manfaat kepada kami baik secara segi akademik maupun dari
segi pengalaman.
Selama proses penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis
tidak terlepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati dan penuh penghargaan ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang
tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja
Lapangan dengan baik.
2. Bapak Dr. Sonedi, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palangka
Raya.
3. Ibu apt. Nurul Chusna, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
4. Bapak apt.Guntur Satrio P., M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.

iii
5. Ibu apt. Evi Mulyani, M.Farm, selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan
Mahasiswa/i Tahun Angkatan 2022.
6. Ibu apt. Dra. Hj. Agustinawati U. M.Si, selaku Dosen Pembimbing Institusi
Praktek Kerja Lapangan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
7. Ibu apt. Marlinae, S.Si.,M.Si selaku Pembimbing Lapangan di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
8. Seluruh Karyawan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang telah
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
9. Kedua Orang Tua yang telah banyak memberi dukungan moral, materi dan
do'anya sehingga Laporan Praktik Keria Lapangan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
10. Serta semua pihak yang terkait yang telah membantu selama Praktik Kerja
Lapangan berlangsung hingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Keria Lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tentu saja masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang sangat dinantikan
guna menyempurnakan di masa akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan tentunya bagi para
pembaca.

Palangkaraya, Februari 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).....................2
C. Manfaat...........................................................................................3
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
A. Instalasi Farmasi.............................................................................4
1. Definisi Instalasi Farmasi........................................................4
2. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi..............................4
a. Tugas Pokok Instalasi Farmasi................................................4
b. Fungsi Instalasi Farmasi..........................................................4
B. Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan Instalasi Farmasi...............5
1. Perencanaan.............................................................................5
2. Pengadaan................................................................................7
C. Penyimpanan..................................................................................9
1. Penyiapan Sarana Penyimpanan..............................................9
2. Pengaturan Tata Ruang..........................................................10
3. Penyusunan Stok Obat...........................................................12
4. Pengamatan Mutu Obat.........................................................13
D. Distribusi......................................................................................13
E. Pencatatan dan Pelaporan.............................................................14
F. Penghapusan.................................................................................14
G. Vaksin...........................................................................................14
BAB III TINJAUAN KHUSUS.......................................................................17

v
A. Sejarah Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah..........................................................................................17
B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.....18
C. Lokasi dan Tata Letak Ruang.......................................................18
D. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah........................................................18
E. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah.......................................................................20
F. Kegiatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah.......................................................................21
G. Gudang Buffer Stock dan Program..............................................22
H. Gudang Vaksin.............................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................27
BAB V PENUTUP..........................................................................................86
A. Kesimpulan...................................................................................86
B. Saran.............................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................87
LAMPIRAN..........................................................................................................88

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan obat merupakan salah satu pendukung penting dalam
pelayanan kesehatan. Demikian juga halnya pengelolaan obat di pelayanan
kesehatan provinsi mempunyai peran sangat signifikan dalam pelayanan
kesehatan di Provinsi. Oleh karena itu pengembangan dan penyempurnaan
pengelolaan obat di Provinsi harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini
perlu dilakukan agar dapat mendukung kualitas pelayanan kesehatan.
Perbaikan secara menyeluruh di semua aspek pelayanan kesehatan diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49
tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang dimaksud dengan dinas kesehatan
provinsi adalah unsur pelaksana urusan pemerintahan daerah dalam bidang
kesehatan yang dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas (Kadis) yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah
(Gubernur) melalui sekertaris daerah.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
yang dimaksud dengan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia. Obat merupakan salah satu komponen penting dan
barang yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
obat perlu dikelola dengan baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, sehingga
mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu,
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi

1
memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan obat untuk pelayanan kesehatan.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah adalah
salah satu unit pelaksana di bawah Seksi Farmasi, Alkes dan PKRT Bidang
Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang
melaksanakan pengelolaan obat untuk keperluan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang tersedia bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) serta bantuan/hibah. Tugas pokok Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah yaitu melaksanakan pengelolaan obat yang
meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian serta
pencatatan dan pelaporan.
Keberadaan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah pada dasarnya untuk menjamin pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan khususnya di pelayanan kesehatan, dapat menjamin
ketersediaan obat dan akserbilitas publik terhadap obat. Seiring dengan
perkembangannya, pada tahun 2006 dimana Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah mendapat bantuan dana untuk pembangunan gedung obat
dan sarana prasarana gedung. Obat yang dikelola adalah obat buffer stok
nasional yang diserahkan ke provinsi. Gudang obat buffer stok provinsi
Kalimantan Tengah berubah nama menjadi Instalasi Farmasi Provinsi
Kalimantan Tengah.
B. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
1. Mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang ada di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Mengetahui pengelolaan seluruh perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
3. Mengetahui peran dan fungsi ahli madya di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.

2
C. Manfaat
Praktek kerja lapangan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa di dalam lingkungan
pekerjaan.
2. Sebagai sarana untuk mengenal lingkungan kerja di masa yang akan
datang.
3. Dapat menyesuaikan dan mengembangkan teori yang sudah di terima
dengan di lapangan untuk dijadikan sebagai pembelajaran.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 5 (Lima) hari kerja
sejak tanggal 21 - 25 Februari 2022 di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah yang beralamat di jalan Yos Sudarso nomor 09
Palangkaraya Kalimantan Tengah, dengan waktu pelayanan hari Senin sampai
Jumat dari pukul 07.30 WIB – 15.00 WIB.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Farmasi
1. Definisi Instalasi Farmasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Uji Mutu Obat Pada
Instalasi Farmasi Pemerintah, pada pasal 1 yaitu, Instalasi Farmasi
Pemerintah adalah sarana tempat penyimpanan dan penyaluran sediaan
farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, dalam rangka pelayanan kesehatan.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi
a. Tugas Pokok Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi memiliki tugas pokok melaksanakan
pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi
dan peralatan kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, mengadakan dan
mensosialisasikan keputusan menteri kesehatan tentang informasi yang
terkait dengan obat dan pembekalan kesehatan, mengelola obat buffer
stock nasional di provinsi, menyedikan obat buffer stock dan obat
program di provinsi, serta melaksanakan semua aspek pengelolaan
obat publik yang meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, monitoring,
supervisi dan evaluasi.
b. Fungsi Instalasi Farmasi
Fungsi instalasi farmasi adalah sebagai berikut,
1) Melakukan seleksi obat publik dan pembekalan kesehatan untuk
pelayanan kesehatan dasar.
2) Melakukan perhitungan kebutuhan obat publik dan pembekalan
kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar.

4
3) Membuat perencanaan dan melaksanakan pengadaan obat dan
pembekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah.
4) Melakukan penerimaan obat publik dan pembekalan kesehatan
yang berasal dari sumber anggaran termasuk obat program.
5) Melakukan penyimpanan obat publik dan pembekalan kesehatan
yang berasal dari berbagai sumber anggaran termasuk obat
program.
6) Menentukan pendistribusian obat publik dan pembekalan
kesehatan sesuai dengan permintaan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
7) Melakukan monitoring, supervisi, dan evaluasi penggunaan obat
publik dan pembekalan kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi.
8) Melaksanakan bimbingan teknologi pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan.
9) Melaksanakan administrasi instalasi farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi.
B. Kegiatan Perencanaan dan Pengadaan Instalasi Farmasi
1. Perencanaan
Instalasi Farmasi memiliki tugas pokok salah satunya
melakukan perencanaan kebutuhan obat-obatan, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai permintaan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Perencanaan adalah kegiatan pemilihan jenis, dan
jumlah harga pembekalan farmasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan anggaran, untuk menghindari dari kekosongan stok obat.
Perencanaan obat tersebut menggunakan metode yang dapat di
pertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang di tentukan
yaitu konsumsi, morbiditas, dan kombinasi.
Pengelolaan obat yang baik idealnya dilakukan berdasarkan
atas data yang di peroleh dari tahap akhir pengelolaan yaitu
penggunaan obat periode lalu.Tujuan dari perencanaan obat untuk

5
mendapatkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan,
menghindari terjadinya stock out obat dan meningkatkan penggunaan
obat secara rasional.
Ada beberapa macam metode perencanaan yang bisa dilakukan,
diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Konsumsi
Metode perencanaan konsumsi didasarkan pada kebutuhan
obat pada periode lalu, dengan penyesuaian dan koreksi
berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya. Hal yang
perlu diperhatikan pada metode konsumsi yaitu,
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
b. Metode Morbiditas
Metode ini didasarkan pada penyakit yang ada.Dengan kata
lain, obat yang disediakan pada jumlah kebutuhan obat yang
digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load), yaitu
didasarkan pada penyakit yang sering muncul di masyarakat.
1) Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit.
3) Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
4) Menghitung perkiraan kebutuhan obat
5) Penesuaian dengan alokasi dana yang tersedia
c. Metode Kombinasi
Metode ini merupakan kombinasi dari metode konsumsi
dan metode morbiditas yang bertujuan untuk menutupi kelemahan
kedua metode tersebut, karena keduanya masih ada beberapa
keterbatasan masing-masing. Penggabungan dari kedua metode ini

6
diharapkan dapat meminimalisir kekurangan dari masing-masing
metode pendahulunya.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan tugas instalasi farmasi untuk
mengadakan penyediaan kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang telah direncanakan sebelumnya.yang bertujuan
untuk memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga yang layak,
mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, serta proses berjalan
lancar dengan tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.
a. Hal-hal Dalam Pengadaan
1) Kriteria obat dan perbekalan kesehatan/memilih metode
pengadaan
a) Kriteria Umum
(1) Obat yang tercantum dalam daftar obat generik, daftar
obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), daftar obat
program kesehatan, berdasarkan Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) yang masih berlaku.
(2) Obat telah memiliki izin edar atau nomor registrasi dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan BPOM.
(3) Batas kadaluwarsa obat saat pengadaan minimal 2
tahun.
(4) Khusus untuk vaksin dan preparat biologis ketentuan
kadaluwarsa diatur tersendiri.
(5) Obat memiliki sertifikat analisa dan uji mutu sesuai
dengan nomor batch masing-masing produk.
(6) Obat diproduksi oleh industri farmasi yang memiliki
sertifikat CPOB.
b) Kriteria Mutu Obat
(1) Persyaratan mutu obat harus sesuai dengan persyaratan
mutu yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi
terakhir.

7
(2) Industri Farmasi yang memproduksi obat bertanggung
jawab terhadap mutu obat melalui pemeriksaan mutu
(Quality Control) yang dilakukan oleh Industri Farmasi.
2) Persyaratan Pemasok
a) Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF)/Industri
Farmasi yang masih berlaku.
b) Harus memiliki dukungan dari Industri Farmasi yang
memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang Baik
(CPOB) bagi masing-masing jenis sediaan obat yang
dibutuhkan.
c) Harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang pengadaan
obat.
d) Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggung
jawab Pedagang Besar Farmasi tidak sedang dalam proses
pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan profesi
kefarmasian.
e) Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai
dengan masa kontrak.
3) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
Waktu pengadaan dan waktu kedatangan obat dari berbagai
sumber anggaran perlu ditetapkan berdasarkan hasil analisis
data :
a) Sisa stok dengan memperhatikan waktu
b) Jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun
anggaran.
c) Rata-rata pemakaian
d) Waktu tunggu (lead time)
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat :
a) Profil pemakaian obat
b) Penetapan waktu pesan
c) Waktu kedatangan obat

8
4) Penerimaan dan Pemeriksaan Obat
Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis dan
jumlah serta sesuai dengan dokumen yang menyertainya.
5) Pemantauan Status Pesanan
Pemantauan status pesanan bertujuan untuk :
a) Mempercepat pengiriman sehingga efisiensi dapat
ditingkatkan.
b) Pemantauan status pesanan dilakukan berdasarkan sistem
VEN.
c) Petugas Instalasi Farmasi Dinas Kesehatann Provinsi
memantau status pesanan secara berkala.
d) Pemantauan dan evaluasi pesanan harus dilakukan dengan
memperhatikan :
(1) Nama obat
(2) Satuan kemasan
(3) Jumlah obat yang diadakan
(4) Obat yang sudah diterima
(5) Obat yang belum diterima
C. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Dalam penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan terdapat beberapa
kegiatan penyimpanan yaitu sebagai berikut:
1. Penyiapan Sarana Penyimpanan
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2007
tentang Pedoman Penggeloaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan di
Daerah Kepulauan, sarana penyimpanan obat yang minimal sebaiknya
tersedia adalah sebagai berikut :
a. Gedung dengan luas 300 m² - 600 m²

9
b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1-3 unit
c. Komputer + Printer dengan jumlah 1-3 unit
d. Telepon & Facesimile dengan jumlah 1 unit
e. Sarana penyimpanan:
1) Rak : 10-15 unit
2) Pallet : 40- 60 unit
3) Lemari : 5-7 unit
4) Lemari khusus (Narkotika & Psikotropika) : 1 unit
f. Sarana Administrasi Umum
1) Brankas : 1 unit
2) Komputer : 1-2 unit
3) Lemari Asip : 1-2 unit
g. Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan Kesehatan.
1) Kartu stok/Kartu Persediaan Obat
2) Kartu Induk Persediaan Obat
3) Buku harian pengeluaran barang
4) SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
5) LPLPO (Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat)
6) Kartu rencana distribusi
7) Lembar bantu penentuan proporsi stok optimum
2. Pengaturan Tata Ruang
Letak tata ruang instalasi farmasi untuk mendapatkan kemudahan
dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian, dan pengawasan obat, maka
diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata
ruang selain harus memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari
kebocoran dan hewan pengerat juga harus diperhatikan ergonominya.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang
adalah sebagai berikut:
a. Kemudahan bergerak, untuk memudahkan pergerakan maka gudang
perlu ditata sebagai berikut:

10
1) Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi
pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi
dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang
gudang dapat ditata berdasarkan sistem:
a) Arus garis lurus
b) Arus U
c) Arus L
3) Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang.
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan stabilitas obat sekaligus
bermanfaat dalam memperbaiki kondisi kerja petugas. Idealnya
dalam gudang terdapat pendingin ruangan berupa air conditioner
(AC), namun biayanya akan menjadi mahal untuk ruang gudang
yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas
angin/ventilator/rotator. Perlu adanya pengukur suhu di ruangan
penyimpanan obat dan dilakukan pencatatan suhu.
b. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat. Keuntungan
penggunaan pallet:
1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,
serangan serangga (rayap)
2) Melindungi sediaan dari kelembaban
3) Memudahkan penanganan stok
4) Dapat menampung obat lebih banyak
5) Pallet lebih murah dari pada rak
c. Kondisi Penyimpanan Khusus
1) Vaksin dan serum memerlukan cold chain khusus dan harus
dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik (harus

11
tersedianya generator), dan dengan dilengkapi alat pengatur suhu
dengan suhu rata-rata sebesar 2°C sampai dengan 8°C.
2) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2015 tentang penyimpanan narkotika dan psikotropika
harus memiliki ruang khusus sebagaimana yang dimaksud harus
memenuhi syarat yaitu, dinding dan langit-langit terbuat dari bahan
yang kuat, jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi
dengan jeruji besi, mempunyai harus disimpan dilemari yang
berkunci ganda dengan kunci dibawa oleh dua orang yang berbeda,
satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab dan satu
kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
3) Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti alkohol, eter dan
pestisida harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya
disimpan di bangunan khusus terpisah dan gudang induk (Depkes,
2010).
d. Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukkan bahan-bahan yang mudah
terbakar misalnya Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti alkohol,
eter dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran seperti APAR harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang
cukup.
3. Penyusunan Stok Obat
Penyusunan obat berdasarkan bentuk sediaan seperti sediaan tablet,
sirup, injeksi, salep, dan tetes mata yang di tata berdasarkan alphabet
diurutkan dari nama awalan obat dari A-Z, untuk memudahkan
pengendalian stok maka digunakan prinsip First Expired First Out (FEFO)
yang artinya obat yang masa kadaluwarsanya lebih dekat digunakan lebih
awal dan First In First Out (FIFO) yang artinya barang yang diterima
lebih awal harus digunakan lebih awal, karena umumnya obat yang datang
lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih
tua dari masa kadaluwarsanya.

12
Penyusunan obat kemasan dengan jumlah besar diletakkan diatas
pallet secara rapi dan teratur. Untuk obat dengan kemasan kecil dan
jumlahnya sedikit disimpan dalam rak dan dipisahkan antara obat
pemakaian dalam dan obat untuk pemakaian luar dengan memperhatikan
keseragaman nomor batch. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika
dalam lemari khusus yang berpintu rangkap dua dan selalu terkunci rapat
yang dikuasakan kepada 2 (dua) apoteker penanggung jawab. Serta
penyimpanan obat yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh temperatur,
udara, cahaya, dan kontaminasi bakteri ditempatkan pada tempat yang
sesuai (Depkes, 2010).
4. Pengamatan Mutu Obat
Mutu obat yang disimpan di ruang penyimpanan dapat mengalami
perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi yang dapat diamati
secara visual. Jika dari pengamatan visual di duga ada kerusakan yang
tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptis, harus dilakukan
pengujian laboratorium. Tanda-tanda perubahan mutu obat umumnya
muncul apabila obat mengalami kerusakan. Kerusakan pada sediaan tablet
umumnya terjadinya perubahan warna, bau, atau rasa, kerusakan berupa
noda, berbintik-bintik, lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi
bubuk dan lembab. Kemasan rusak sehingga mempengaruhi mutu obat.
Kerusakan pada sediaan kapsul biasanya ditandai dengan perubahan warna
isi kapsul dan juga kondisi bentuk kapsul seperti kapsul dalam keadaan
terbuka, kosong. rusak, atau melekat satu dengan yang lainnya. Pada
sediaan tablet salut, ciri-ciri kerusakan yang umum terjadi yaitu tablet
pecah sehingga terjadi perubahan warna dan tablet lengket satu dan yang
lainnya. Tindak lanjut obat yang rusak yaitu dilakukan pengumpulan obat-
obatan yang rusak dan disimpan di tempat terpisah.
D. Distribusi
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat, jenis dan jumlah secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan obat di kabupaten/kota. Kegiatan distribusi obat

13
di Provinsi terdiri dari kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi
untuk kebutuhan pelayanan di kabupaten/kota serta kegiatan distribusi khusus
yang mencakup distribusi obat untuk program kesehatan, Kejadian Luar Biasa
(KLB), dan bencana alam dan sosial.
E. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatausahaan obat-obatan secara tertib baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribusikan, maupun yang digunakan di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya (Depkes, 2010). Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan bentuk digital maupun manual seperti kartu stok. Pencatatan
dan pelaporan adalah untuk mengetahui gambaran umum pengelolaan obat di
provinsi selama satu tahun anggaran dan mengukur tingkat kinerja
pengelolaan obat.
Fungsi dari pencatatan yaitu untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa) yang mana tiap lembar kartu stok
hanya dikhususkan untuk mendata mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari
1 (satu) sumber anggaran. Sehingga persediaan obat yang ada di instalasi
dapat di kontrol dengan baik yang memudahkan dalam penyusunan laporan
obat, perencanaan pengadaan obat, dan distribusi obat.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah rangkaian kegiatan penghapusan sediaan farmasi
dalam rangka pembebasan barang milik atau kekayaan Negara. Tujuan
penghapusan adalah untuk menghapus data sediaan farmasi yang telah rusak,
kadaluarsa, atau sudah tidak terpakai lagi yang terdapat di sistem komputer di
Intalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi.
G. Vaksin
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu
menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari
bakteria, virus dan dapat berupa suspensi organisme hidup (inaktif) atau
fraksi-fraksinya seperti toksoid. Vaksin adalah produk biologi yang berisi

14
antigen yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Zat yang dimasukkan
(suntikan) kedalam tubuh untuk menstimulasi sistem imun tubuh. Vaksin
merupakan produk biologi yang kehilangan potensinya seiring dengan waktu.
Oleh sebab itu, faktor-faktor berikut harus diperhatikan terkait penyimpanan
vaksin, agar potensi dan khasiatnya tetap terjaga sampai saat akan digunakan.
1) Suhu
Potensi vaksin akan cepat menurun apabila terpapar suhu yang tinggi.
Untuk menjaga kualitasnya, vaksin harus disimpan pada suhu yang sesuai
dengan karakteristik vaksin. Sekali vaksin kehilangan potensinya, tidak
akan dapat diperbaiki, dan vaksin tidak akan memberi perlindungan
terhadap penyakit sesuai yang diharapkan. Vaksin sensitif terhadap panas,
dan beberapa vaksin juga sensitif terhadap dingin (pembekuan). Vaksin
beku-kering menjadi lebih sensitif terhadap panas setelah dilarutkan. Oleh
sebab itu perlu diperhatikan suhu penyimpanan yang sesuai untuk masing-
masing vaksin.
2) Sinar Matahari
Beberapa vaksin sangat sensitif terhadap cahaya, paparan terhadap sinar
ultraviolet dapat menyebabkan hilangnya potensi vaksin. Vaksin Bacille
Calmette-Guerin (BCG) dan campak, memiliki tingkat sensitivitas yang
sama terhadap cahaya dan terhadap panas. Agar tidak mengalami
kerusakan dalam waktu yang sangat singkat, bahan biologi termasuk
vaksin dan antisera harus dilindungi terhadap paparan sinar matahari.
3) Kelembaban
Pengaruh kelembaban dapat dihindari jika vaksin dikemas dengan baik
(menggunakan ampul atau botol bertutup kedap), dan tidak disimpan
secara terbuka.
4) Cara Pengemasan Selama Pengiriman
Pada umumnya vaksin harus dikirimkan dalam keadaan dingin karena
vaksin dapat rusak ketika terpapar suhu tinggi.

15
5) Kadaluwarsa
Walaupun disimpan pada suhu yang sesuai, potensi vaksin tidak akan
terjaga selamanya. Setiap vaksin memiliki tanggal kadaluwarsa yaitu
tanggal dimana vaksin harus digunakan sebelum tanggal kadaluwarsa.
Tanggal kadaluwarsa tercantum pada setiap etiket vial dan dus vaksin, dan
valid selama vaksin disimpan dan ditransportasikan sesuai kondisi yang
dipersyaratkan. Jika vaksin rusak oleh panas atau sebab lain, potensinya
akan menurun sebelum tanggal kadaluwarsa yang tercantum pada vial atau
dus.

16
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

A. Sejarah Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah


Gudang Instalasi Farmasi pada awalnya di tahun 2002 hanya berupa
gedung bantuan sosial dan belum memiliki gedung tersendiri tetapi
ditempatkan pada ruangan yang awalnya digunakan untuk laboratorium pada
Dinas Kesehatan Tingkat I. Kemudian satu tahun setelahnya pada tahun 2003,
Gudang Farmasi memiliki tempat baru yaitu di Dinas Kesehatan Provinsi dan
mempunyai gudang tersendiri dan didalam gudang tersebut terbagi menjadi
tiga gudang yaitu, gudang gizi, gudang pemberantasan penyakit menular, dan
gudang obat bantuan sosial.
Pada tahun 2005 terjadi penggabungan antara Dinas Kesehatan
Tingkat I Provinsi Kalimantan Tengah dengan Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah menjadi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah untuk gedung obat bantuan sosial diserahkan pada pihak
lain yaitu seksi obat, alat kesehatan, dan narkoba.
Satu tahun kemudian pada tahun 2006 dengan berbagai perubahaan
dan perkembangan Dinas Kesehatan Provinsi mendapatkan bantuan dana
untuk pembangunan gudang Farmasi serta dana untuk sediaan obat-obatan
serta sarana dan prasarana gudang Farmasi. Pengelolaan obat yang ada di
gudang Farmasi adalah obat buffer stock, penempatan untuk semua obat buffer
stock ditempatkan di Dinas Kesehatan Provinsi, jika terjadi kekosongan atau
kehabisan sediaan obat atau terjadi kejadiaan luar bisa atau bencana alam,
maka dapat meminta sediaan obat dari obat buffer stock.
Tahun 2009 pengadaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan bantuan ataun hibah obat program (TB, Filariasis, Malaria, Flu Burung,
Bencana, Kusta, dan Covid-19) yakni dengan menggunakan sistem One Gate
Policy (Satu Pintu) dimana semua obat baik pengadaan obat program maupun
dari pengadaan lain harus masuk dan dikelola oleh instalasi farmasi.

17
B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 sampai
2021 merujuk pada visi Gubernur dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 yaitu “Kalimantan Tengah Maju,
Mandiri & Adil untuk Kesejahteraan Segenap Masyarakat Menuju Kalimantan
Tengah BERKAH “(bermartabat, elok, religius, kuat, amanah dan harmonis)”
Sesuai pokok-pokok visi bahwa Dinas Kesehatan berupaya untuk
Mewujudkan Masyarakat Kalimantan Tengah Sehat Yang Paripurna Mulai
Dari Fisik, Mental, Emosional, Spiritual Dan Kultural Serta Dengan
Kemampuan Yang Optimal Bisa Memelihara Kesehatan Secara Mandiri.
Dalam rangka pencapaian Visi maka disusun Misi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Mewujudkan Masyarakat Kalimantan
Tengah Sehat Yang Paripurna dengan :
a. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.
b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.
c. Peningkatan kualitas dan pemerataan dokter dan paramedis.
d. Meningkatkan sistem informasi kesehatan terintegrasi.
C. Tata Letak Ruang
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
terbagi menjadi beberapa ruang yaitu ruang tunggu, ruang administrasi serta
ruang karantina yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti troli
sebanyak sebanyak 4 unit, 64 buah rak besi, 45 buah pallet, 2 unit lemari yaitu
lemari narkotika dan psikotropika, 1 unit generator, 3 unit lemari besi arsip, 11
unit CCTV, serta dilengkapi dengan 20 unit AC (Air Conditioner) dan 2 unit
mobil operasional.
D. Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah
Tugas pokok Instalasi Farmasi Dinas Provinsi Kalimantan Tengah
adalah melaksanakan semua aspek pengelolaan obat publik yang meliputi
perencanaan kebutuhan obat, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian penggunaan, pencatatan dan pelaporan, monitoring dan evaluasi.

18
Fungsi Instalasi Farmasi yaitu melakukan seleksi obat publik dan perbekalan
kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar, melakukan perhitungan
kebutuhan, membantu perencanaan dan pelaksanaan pengadaan obat,
melakukan penerimaan obat publik dan perbekalan kesehatan yang berasal
dari berbagai sumber anggaran, melakukan distribusi obat publik dan
perbekalan kesehatan sesuai dengan permintaan. Melakukan monitoring,
supervisi dan evaluasi pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan ke
Kabupaten/Kota, melaksanakan bimbingan teknis pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan, melaksanakan administrasi Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah juga
berperan untuk menggandakan dan mensosialisasikan kemenkes serta
informasi yang terkait dengan obat dan perbekalan kesehatan, mengelola obat
buffer stok Nasional di Provinsi, menyediakan dan mengelola obat buffer stok
dan obat program, melakukan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
ketersediaan obat public dan perbekalan kesehatan ke Kabupaten/Kota, dan
melaksanakan Advokasi Penyediaan Anggaran kepada Pemerintah Provinsi.

19
E. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah

KEPALA DINAS
Dr. dr. Suyuti Syamsul. MPPM

KEPALA BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN


dr. Damar Pramusinta, MPH

Plt. KEPALA SEKSI FARMASI, ALKES DAN PKRT


apt. Marlinae, S. Si. M. Si

PENGELOLA OBAT PENGELOLA VAKSIN


Rini Suciatma apt. Eka Marethi, S. Si
Evie Herdiana, Amd. Farm apt. Safrizal Hartu Riadi, S. Farm

PENGELOLA LOGISTIK
apt. Aline, S. Farm
Yenus, S. Ap
Brilimanus Setiawan. H, Amd. Farm

20
F. Kegiatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah
Kegiatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah dimulai dari pukul 07.30 WIB - 15.00 WIB setiap hari Senin - Jumat.
Adapun kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan
Tengah adalah :
1. Penerimaan Obat
Penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi terlebih dahulu dilakukan kegiatan
pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut meliputi pengecekan bukti pengiriman
berdasarkan faktur barang, mengecek kesuaian jumlah obat yang datang
dengan faktur pengiriman, mengecek jenis dan banyaknya obat, mengecek
nomor batch mengecek tanggal kadaluwarsa obat (Expired Date),
mengecek kondisi barang seperti rusak atau tidaknya barang, adanya
lampiran Berita Acara Serah Terima Obat (BAST) atau faktur. Tujuannya
untuk memastikan bahwa obat yang diterima dalam keadaan baik serta
jenis dan jumlahnya sesuai yang tercantum dalam dokumen.
2. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Dinas
Provinsi Kalimantan Tengah disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk
sediaannya, serta kategori obat (khusus obat program, contoh TB, HIV)
dengan menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO). Tujuan penyimpanan adalah agar mutu obat tetap
terpelihara, aman dan mudah dalam pencarian.
3. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan Dinas
Provinsi Kalimantan Tengah dimulai dari surat permintaan obat dari Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota kemudian dilakukan pengecekan stok
obat. Apabaila stok obat tersedia, Instalasi Farmasi Dinas Provinsi
Kalimantan Tengah membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
kemudian menyiapkan obat yang diminta dan mencatat di kartu stok

21
(manual) dicek ulang sebelum dikemas atau di packing dan
penandatanganannya oleh petugas pengelola obat/alkes.
4. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan buffer stock di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah menggunakan kartu stok manual dan e-
logistik laporan bulanan serta dinamika obat yang berfungsi untuk
mengetahui jumlah persediaan obat, pengendalian persediaan dan
penyusunan laporan. Pencegahan kekosongan obat pada buffer stock
provinsi dengan cara memonitor melalui ketersediaan obat yang
dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi setiap triwulan dan dilaporkan
juga secara berkala ke Pusat.
Laporan penggunaan atau pemakaian obat sesuai dengan Dinamika
Obat dan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), serta koreksi dan kartu stok
untuk pusat yang dilaporkan meliputi ketersediaan 144 item obat utama,
stok akhir pada tiap tahun, data stok obat dan vaksin pada setiap triwulan,
laporan dinamika obat dilaporkan ke kepala bidang tiap bulan, laporan
Tahunan Penggunaan Obat dan Laporan hasil Stok Opname Gudang pada
akhir triwulan.
G. Gudang Buffer Stock dan Program
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
memiliki gudang yang dikhususkan untuk buffer stock dan juga obat-obat
program yang dikelola dengan sistem satu pintu (one gate policy) Obat
Program yang dikelola di Instalasi Farmasi antara lain Program Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), TB (Tuberkulosis), Kusta, Malaria, Gizi, Filariasis dan
Bencana.
H. Gudang Vaksin
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki gudang yang
dikhususkan untuk penyimpanan vaksin. Vaksin yang datang ke gudang
langsung dimasukkan kedalam cooling room dengan suhu 2°C sampai dengan
8°C yang bertujuan untuk menjaga mutu vaksin. Distribusi vaksin harus
menggunakan cool box yang didalamnya disertai dengan cool pack untuk

22
menjaga kualitas vaksin dan diberi segel dari Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
1. Pengelolaan Rantai Vaksin
a) Distribusi Vaksin
1) Distribusi dari pusat ke provinsi
(a) Permintaan pengiriman vaksin harus mempertimbangkan
tingkat stok maksimun kebutuhan yang diperlukan.
(b) Setiap pengiriman vaksin harus menggunakan cool box yang
berisi kotak dingin (cool pack) untuk vaksin DPI (Defteri,
Pertuisis, Tetamus), TT (Tetanus Toksoid, Hepatitis B
ADSPID (Auto Disable Syringe-Preflil Injection Device) dan
DTP-HB (Defteri Tetanus Pertuisis-Hepatitis B) serta kotak
beku (cool pack) untuk vaksin BCG (Bacillus CalmetteGuerin)
dan campak khusus untuk vaksin polio menggunakan dry ice.
(c) Pelarut dan penetes dikemas tanpa menggunakan pendingin.
(d) Setiap pengiriman harus disertai laporan kedatangan Vaccine
Arrival Report (VAR), Certificated of Release (COR),
Certificate of Analysis (COA) untuk setiap nomor batch.
(e) Pada semua vaksin dilengkapi Vial Vaccine Monitor (VVM)
yang melekat pada setiap kemasan vaksin hal ini dikarenakan
bila paparan panas berlebih akan menyebabkan kerusakan
vaksin. Khusus vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG)
menggunakan Vaccine Cold Chain Monitor (VCCM).
(f) Pada pengepakan vaksin yang sensitif pembekuan (DPT, DT,
TT, Hepatitits B ADS-PID dan DPT-HB) dilengkapi dengan
label pembeku (freeze tag)
2) Distribusi dari Provinsi ke Kabupaten/Kota
(a) Distribusi vaksin dari Provinsi ke Kabupaten atau Kota
berdasarkan surat/telepon/fax permintaan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan berdasarkan ketersediaan/stok.

23
(b) Dalam setiap pengambilan vaksin, dari Dinas Kesehatan
Provinsi atau pengiriman dari Dinas Kesehatan Provinsi ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan
tingkat persediaan (stock level) dan daya tampung
penyimpanan vaksin di Kabupaten/Kota.
(c) Setiap pengiriman vaksin menggunakan cold box yang berisi
kotak dingin (cool pack) untuk vaksin OPT, TT, DT, Hepatitis
B ADS-PID, dan DTP-HB, serta kotak beku (cool pack) untuk
vaksin BCG, campak dan polio.
(d) Dalam pengepakan vaksin disertakan freeze tag untuk
memantau paparan dingin selama transportasi.
b) Penerimaan Vaksin
1) Penerimaan Vaksin di Provinsi
(a) Setiap jenis vaksin yang diterima jumlahnya harus sama
dengan yang tercantum dalam Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK) yang disertakan.
(b) Penerimaan vaksin di Provinsi harus dibuat berita acara yang
ditandatangani oleh penerima dan diketahui oleh pejabat
struktural.
(c) Berita acara penerimaan vaksin harus memuat jenis dan jumlah
vaksin yang dinyatakan dalam satuan ampul, vial atau dosis,
Vial Vaccine Monitor (VVM), kondisi freezrer tag saat vaksin
diterima masih menunjukkan tanda rumput (✓), untuk vaksin
BCG dengan Vaccine Cold Chain Monitor (VVM) pada saat
diterima menunjukkan jendela C dan D masih putih dan
Vaccine Arrival Report (VAR), Certificated of Release (COR),
Certificate of Analysis (COA)
(d) Apabila pada saat penerimaan vaksin diketahui kondisi VVM
pada kondisi C atau D, kondisi VCCM pada jendela C dan D
biru maka dilakukan tindakan, yaitu vaksin disimpan pada

24
tempat dan suhu yang disesuaikan dengan ketentuan yang telah
ditentukan.
c) Cara penyimpanan vaksin
1) Menyimpanan vaksin di provinsi, kabupaten, kota dan puskesmas
diatur sebagai berikut:
(a) Cooling room dengan suhu 2°C sampai dengan 8°C untuk
vaksin DP, DT, Hepatitis B, ADS (ND) dan DTP-HB, Campak
dan BCG.
(b) Tingkat provinsi dan kabupaten/kota vaksin polio disimpan
didalam freezer dengan suhu -15°C sampai -25C°.
(c) Pelarut dan dropper (pipet) disimpan pada suhu kamar.
2) Penempatan vaksin didalam freezer disusun dengan rapi di
golongkan sesuai dengan jenis vaksin.
3) Di dalam freezer harus tersedia dial termometer dengan sensor
diletakkan disela-sela vaksin. Petugas harus selalu mencatat suhu
freezer, memeriksa kondisi Vial Vaccine Monitor (VVM) dan
freeze-tag dua kali sehari pagi dan sore dan mencatat pada grafik
suhu. Untuk cooling room dan freezer pencatatan suhu dilakukan
dengan suhu menggunakan Thermograph (Pencatatan suhu dengan
otomatis).
d) Penghapusan dan Pemusnahan Vaksin
Sebelum vaksin dimusnahkan terlebih dahulu dilakukan
penghapusan secara administrasi, kriteria vaksin yang dihapus adalah
vaksin yang telah rusak, vaksin yang kadaluwarsa dan vaksin sisa.
1) Vaksin rusak adalah vaksin yang kadaluwarsanya masih panjang
tetapi sudah tidak dapat dipergunakan lagi karena terjadi kesalahan
pada penyimpanan atau pengiriman, seperti Vial Vaccine Monitor
(VVM) telah berubah menjadi C dan vaksin peka pembekuan yang
pernah mengalami pembekuan.
2) Vaksin kadaluwarsa adalah vaksin yang tersisa belum digunakan
tetapi masa penggunaan telah berakhir (expired date).

25
3) Vaksin sisa adalah vaksin yang tersisa setelah pelayanan imunisasi
dilapangan atau unit statistik dan sudah tidak dapat dipergunakan
lagi.
4) Penghapusan vaksin dilakukan apabila vaksin rusak atau
kadaluwarsa. Untuk vaksin sisa dipisahkan dari vaksin lain,
selanjutnya disimpan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan,
penghapusan dan pemusnahan dilakukan di tingkat administrasi
masing-masing.
5) Pemusnahan vaksin dilakukan dengan inaktivasi vaksin dengan
metode chlorinasi dan memusnahkan vial kosong vaksin dengan
cara enkapsulasi yaitu memasukkan vial vaksin yang sudah
kosong ke dalam pipa PVC 30cm lalu kedua ujung pipa diisi
dengan pasir/semen kemudian ditutup lalu pipa ditanam jauh dari
sumber air bersih.

26
BAB IV
PEMBAHASAN

NAMA : AGHITA TIFANI


NIM : 19.71.020999
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai tempat
pendistribusian dan penyaluran di bidang kesehatan seperti sediaan Farmasi,
Alkes dan BMHP kemudian disalurkan ke dinas kesehatan kabupaten atau
kota.Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah berstatus
sebagai Buffer Stock yang berarti sebagai penyangga persediaan obat-obatan dan
perbekalan kesehatan yang ditujukan untuk menunjang pelayanan kesehatan
selama bencana. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai tugas
pokok dibidang pelayanan kesehatan dasar, kesehatan masyarakat, sumber daya
kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit serta manajemen kesehatan di
Kalimantan Tengah.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Kesehatan merupakan
kegiatan penjabaran disiplin ilmu pengetahuan dan teori yang didapat selama
pendidikan dengan kenyataan yang ada dilapangan. Praktek Kerja Lapangan
(PKL) juga bertujuan untuk menghasilkan tenaga farmasi yang terampil, terlatih,
dan mampu mengembangkan diri dengan baik sebagai tenaga kesehatan yang
professional.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah dari tanggal 21 Februari sampai dengan tanggal 26
Februari 2022.Pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, mahasiswa ditempatkan di bagian
Instalasi Farmasi dengan tujuan, untuk mengetahui kegiatan-kegiatan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan
pelaporan obat, alkes dan BMHP serta mengetahui bagaimana manajemen
pengelolaan.

27
1. Perencanaan obat
Perencanaa obat merupakan hal yang penting karena perencanaan obat
sangat mempengaruhi ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah.Dengan perencanaan obat yang tepat dapat
mencegah terjadinya kekurangan obat, kekosongan obat maupun kelebihan
obat di Instalasi Farmasi.Pemilihan obat di Instalasi Kesehatan, bahan medis
habis pakai, dan perbekalan kesehatan rumah tangga tersebut direncanakan
untuk diadakan terlebih dahulu , hal ini dilakukan agar tidak terjadi
penumpukan pada saat penyimpanan.
Perencanaan obat pada Buffer stok Provinsi Kalimantan Tengah
mengacu pada Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang meliputi perencanaan
kebutuhan dengan menetapkan kebutuhan jenis dan kebutuhan obat yang
sesuai dengan penyakit dan pola konsumsi.Untuk perencanaan Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan metode
konsumsi.Metode perencanaan obat ini berdasarkan atas analisa data konsumsi
obat pada tahun sebelumnya.
2. Pengadaan
Tujuan dari pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan
dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses
berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang
berlebihan.Pengadaan obat dilakukan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncakan dan disetujui. Sumber anggaran pengadaan sediaan farmasi
berasal dari APBD, APBN, dan bantuan/hibah.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan bagian penting dalam proses pengelolaan
sediaan farmasi. Sediaan farmasi yang diterima haruslah memenuhi ketentuan
diantaranya adalah tepat jenis, tepat jumlah dan waktu kadaluarsa obat serta
dicatat secara manual/kartu stok dan elektronik (e-logistik). Masing-masing
pengelola wajib melakukan pengecekan terhadap sediaan farmasi yang
diterima, meliputi jumlah, bentuk sediaan harus sesuai denga faktur barang
dan surat jalan dan ditandangani oleh penerima dan diketahui oleh pejabat

28
stuktural. Bila terdapat ketidaksesuaian antara surat jalan/faktur barang maka
harus dikonfirmasi dahulu dengan pengirim/distributor. Penerimaan obat di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah meliputi
nomor batch, expired date, kemasan fisik dan jumlah apakah telah sesuai
dengan faktur.
4. Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin bahwa obat tetap dalam bentuk
sediaan awalnya tanpa mengalami perubahan fisik maupun kimia yang dapat
mempengaruhi efek pada saat digunakan.Penyimpanan sumber penerimaan
dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya seperti tablet, salep, sirup,
ampul dan lainnya.Untuk obat tertentu seperti obat psikotropika dan infus
disimpan diruang terpisah.Pada suhu, obat-obatan disimpan pada suhu 25 oC
serta sebaiknya tidak melebihi dari 30oC atau tidak kurang dari 15oC.Cahaya,
obat-obatan atau alat kesehatan yang dapat merusak sediaan atau sensitif
terhadap pencahayaan khususnya sinar matahari, oleh karena itu apabila
mendapatkan obat yang diberikan dalam wadah gelap, jangan dipindahkan
obat tersebut ketempat lain yang intensitas pencahayaan tinggi atau transparan
terhadap sinar matahari.Masing-masing obat maupun BMHP disimpan diatas
pallet dan rak berdasarkan alfabetis.Barang yang baru datang sebelum
disimpan akan dilakukan pengecekan obat diruang penerimaan barang untuk
mengetahui apakah sudah sesuai atau belum dengan faktur.
5. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan obat dan
perbekalan Kesehatan kepada unit pelayanan kesehatan.Pendistribusian obat
di Gudang Farmasi dimulai dari adanya permintaan obat lalu menyiapkan obat
sesuai dengan permintaan, kemudian dicatat di kartu stok, dicek ulang
sebelum dikemas atau di packing, lalu membuat Surat Bukti Barang Keluar
dan yang dilengkapi dengan harga obat, penandatangannya diketahui oleh
petugas gudang.Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah menggunakan dokumen SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dua
rangkap, satu untuk Instalasi Farmasi dan satu untuk unit pelayanan yang

29
didistribusikan.Selanjutnya, unit pelayanan kesehatan atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya menyerahkan kembali kebagian Instalasi Farmasi dokumen
yang diserahkan sudah dicap dan ditandatangani oleh kepala unit pelayanan
kesehatan dilampirkan dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) bulan berikutnya. Sistem Penyerahan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
6. Pencatatan dan pelaporan
Tujuan dari pencatatan adalah sebagai bukti kegiatan yang telah
dilakukan dan mengatur serta mengendalikan agar tepat dan akurat.Pencatatan
sediaan farmasi dilakukan terhadap penerimaan obat, Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP) dan vaksin yang berasal dari berbagai sumber anggarab
pengadaaan obat, pencatatan nama obat, jenis obat, masa kadaluarsa obat,
pencatatan harga obat dan penyimpanan di Instalasi Farmasi. Pencatatan dan
pelaporan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
dilakukan berdasarkan indikator pencatatan yaitu, setiap barang yang keluar
harus selalu dicatat di kartu stok untuk memudahkan pengecekan sisa barang,
sedangkan obat yang masuk ke gudang dicatat pada buku penerimaan barang
untuk mengetahui jumlah barang. Kartu persediaan barang digunakan untuk
mencatat semua kegiatan mutasi obat di instalasi, antara lain mencatat jumlah
penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa. Hasil pencatatan ini
merupakan basis data yang selanjutnya digunakan sebagai bahan uji silang
terhadap stok obat dalam gudang penyimpanan.
7. Pemusnahan
Tujuan dilakukannya pemusnahan ini untuk melindungi masyarakat
dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat atau perbekalan kesehatan
yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan manfaat, selain itu
pemusnahan juga bertujuan untuk menghindari pembiayaan seperti biaya
penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat atau perbekalan kesehatan
lainnya yang sudah tidak layak untuk dipelihara. Pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi dan BMHP yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perlindungan dan

30
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan BMHP bila, produk tidak memenuhi standar persyaratan mutu,
telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
Kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya.
8. Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenic yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”.Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit.Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan
manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan pathogen tertentu,
terurtama virus, bakteri dan toksin.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah juga mengelola vaksin Covid-19 yang terdiri dari
vaksin Sinovac (CoronaVac), vaksin Moderna, vaksin Pfizer dan vaksin
AstraZeneca.
a. Vaksin Sinovac
Sinovac (CoronaVac) merupakan vaksin yang mengandung virus
SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Penyuntikan vaksin Sinovac akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak
aktif ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga tidak
terjadi infeksi.Di dalam produk vaksin ini juga terkandung aluminium
hidroksida sebagai bahan tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan
respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin.
Vaksin Sinovac dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. Vaksin
ini sudah melewati uji klinis fase ketiga yang dilakukan di Brazil, Turki,
dan Indonesia. Uji klinis fase ketiga di Indonesia menunjukkan nilai
efikasi vaksin, yaitu efek perlindungan terhadap COVID-19, sebesar
65,3%.Efek samping dari vaksin Sinovac yaitu, nyeri atau bengkak di
tempat bekas penyuntikan, demam, badan terasa lelah, nyeri otot, sakit
kepala dan mual serta muntah. Vaksin Sinovac disimpan dalam lemari

31
pendingin dengan suhu 2oC sampai dengan 8oC dan dapat bertahan hingga
3 tahun. Vaksin ini juga harus terhindar dari paparan sinar matahari
langsung.
b. Vaksin Moderna
Vaksin Moderna merupakan jenis vaksin mRNA (messenger RNA).
Vaksin ini tidak menggunakan virus yang dilemahkan atau dimatikan,
melainkan menggunakan komponen materi genetik yang membuat sistem
kekebalan tubuh memproduksi spike protein. Protein tersebut merupakan
bagian dari permukaan virus Corona.
Vaksin Moderna telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk
mencegah infeksi COVID-19 pada orang dewasa usia di atas 18 tahun.
Dari uji klinis yang sudah dilakukan, vaksin ini menunjukkan nilai efikasi,
yaitu efek perlindungan terhadap COVID-19, sebesar 94,1%. Efek
samping dari vaksin Moderna yaitu, nyeri atau bengkak di tempat bekas
penyuntikan, badan terasa lelah, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, mual
serta muntah dan demam. Vaksin Moderna disimpan dalam lemari
pendingin dengan suhu -15oC sampai dengan -20oC.
c. Vaksin Pfizer
Vaksin Pfizer atau BNT162b2 adalah vaksin untuk mencegah
infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Vaksin Pfizer
merupakan hasil kerja sama perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech
dengan perusahaan farmasi asal Amerika, Pfizer. Vaksin ini mulai
dikembangkan sejak tahun 2020. Vaksin Pfizer adalah vaksin mRNA
(messenger RNA). Jenis vaksin ini akan memicu sistem sistem kekebalan
tubuh membentuk spike protein, yang nantinya akan membantu tubuh
membentuk antibodi yang dapat melawan virus Corona.
Berdasarkan uji klinis tahap III yang dilakukan di Amerika Serikat,
Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, dan Argentina, vaksin Pfizer
memiliki nilai efikasi, yaitu efek perlindungan terhadap COVID-19,
sebesar 95%. Efek samping dari vaksin Pfizer yaitu, sakit kepala, nyeri
sendi atau nyeri otot, menggigil, demam ringan, mual dan bengkak di

32
kelenjar getah bening. Vaksin Moderna disimpan dalam lemari pendingin
dengan suhu 2oC sampai dengan 8oC.
d. Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca atau AZD1222 adalah vaksin untuk mencegah
penyakit COVID-19. Vaksin ini merupakan hasil kerja sama antara
Universitas Oxford dan AstraZeneca yang dikembangkan sejak Februari
2020.Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19 telah menjalani uji klinis di
Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan. Vaksin ini memiliki nilai efikasi (efek
perlindungan terhadap COVID-19) sebesar 63,09%.
Vaksin AstraZeneca berasal dari virus hasil rekayasa genetika
(viral vector). Vaksin ini bekerja dengan cara menstimulasi atau memicu
tubuh untuk membentuk antibodi yang dapat melawan infeksi virus SARS-
Cov-2. Efek samping dari vaksin AstraZeneca yaitu, sakit kepala, tubuh
terasa lelah, diare, demam, nyeri otot atau sendi dan gejala flu. Vaksin
AstraZeneca disimpan di kulkas atau pendingin pada suhu 2oC sampai
dengan 8oC, dan tidak boleh dibekukan. Setelah dibuka, stabilitas vaksin
dapat bertahan hingga 48 jam pada suhu 2oC sampai dengan 8oC.
Untuk penanganan vaksin di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan tengah, vaksin yang baru datang harus segera
dimasukkan ke dalam lemari es atau ruang pendingin agar mutu vaksin
tetap terjaga. Vaksin disimpan dengan suhu 2°C sampai dengan 8°C.
Untuk pendistribusian vaksin-vaksin seperti Covid-19, vaksin DPT
(Difteri Pertuisis Tetanus), vaksin TT (Tetanus Toksoid), vaksin DT
(Difteri Toksoid), dan vaksin Hepatitis B, harus menggunakan kotak
pendingin (cool box) yang berisi larutan bantalan beku (cool pack) untuk
tetap menjaga mutu dari vaksin tersebut.
Pelaporan dan pencatatan vaksin dan logistik vaksinasi dilakukan
setiap penerimaan atau pengeluaran vaksin pada aplikasi Sistem
Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik (SMILE). Setiap vaksin
yang keluar akan dibuatkan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK).

33
NAMA : BERSIANI
NIM : 19.71.021623

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah adalah unsur pelaksanaan


otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan dipimpin langsung oleh kepala dinas.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai tugas pokok dibidang
pelayanan kesehatan dasar, kesehatan masyarakat, sumber daya kesehatan,
pencegahan dan pengendalian penyakit serta manajemen kesehatan di Kalimantan
Tengah.
Instalasi farmasi dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah adalah unit
pelaksana teknis daerah dinas kesehatan dibawah seksi farmasi, ALKES dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dinas kesehatan provinsi yang
melaksanakan pengelolaan obat untuk keperluan dinas Kesehatan kabupaten/kota
di provinsi Kalimantan Tengah. Instalasi farmasi dipimpin oleh seorang kepala
instalasi farmasi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan. Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai tugas pokok yaitu
melaksanakan pengelolaan obat, BMHP dan vaksin yang meliputi perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan yang
diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan
penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, instalasi farmasi
dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah sangat berperan penting dalam
pengelolaan obat.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
dimaksud dengan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah bentuk penyelenggaraan kegiatan
pendidikan dan pelatihan dengan bekerja secara langsung, secara sistematik dan
terarah dengan supervisi yang kompeten. Adapun kegiatan Praktek Kerja

34
Lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh saya sebagai mahasiswa program studi
D-III Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangka Raya dilaksanakan dari
tanggal 21 - 25 Februari 2022 di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah yang beralamat di jalan Yos Sudarso nomor 09 Palangka
Raya. Adapun tujuan dari melaksanakan PKL ini yaitu untuk mengetahui
kegiatan-kegiatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
serta pencatatan dan pelaporan obat, alkes dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
serta mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mulai
beroperasi pada tahun 2000 yang pada awalnya berupa Gudang Bantuan Sosial
(Bansos) kemudian pada tahun 2006 Gudang Obat Bantuan Sosial berubah nama
lagi menjadi Gudang Obat Buffer Stok Provinsi Kalimantan Tengah yang sekarang
telah dikelola oleh Ibu apt. Marlinae, S.Si. M.Si sebagai Plt. Kepala Seksi
Farmasi, Alkes dan PKRT dan sekaligus sebagai apoteker penanggung jawab di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dengan dibantu
oleh 4 orang apoteker, 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan 4 orang
pelaksana teknis yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sesuai uraian
tugas masing-masing. Waktu kerja di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah adalah pada hari Senin - Jumat dimulai dari pukul
07.00 WIB - 15.30 WIB.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
merupakan sarana pengelolaan obat buffer stock untuk kepentingan pelayanan
dasar dan penanggulangan bencana serta memenuhi kekurangan obat di
Kabupaten/Kota, sehingga dengan adanya Instalasi Farmasi ini dapat memberikan
keuntungan yaitu mempermudah jangkauan serta mempercepat ketersediaan obat
di Kabupaten/Kota.
Adapun tugas Instalasi farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
tengah yaitu melaksanakan semua aspek pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan

35
pendistribusian obat, BMHP, dan vaksin dengan optimal, sehingga tujuan dari
pengelolaan obat tersebut dapat tercapai yaitu agar arus keluar masuknya obat
terkendali dan tidak terjadi kekosongan obat (stock out) serta untuk mengurangi
terjadinya kadaluarsa obat.
Manajemen dan pengelolaan obat yang ada di instalasi farmasi dinas
kesehatan provinsi Kalimantan Tengah menggunakan sistem satu pintu dimana
semua sediaan farmasi yang ada dikelola oleh Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan.
Sumber anggaran pengadaan sediaan farmasi berasal dari APBD, APBN,
dan bantuan/hibah. Obat program terdiri dari beberapa yaitu program malaria,
filariasis, TB paru, kesehatan ibu dan anak, gizi dan imunisasi.
Pengelolaan sediaan farmasi dilakukan agar tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan, bahkan untuk mengurangi terjadinya obat kadaluarsa terutama yang
pendek dan untuk mempermudah melakukan monitoring dan evaluasi obat, serta
mengawasi penggunaan obat rasional. Tujuan pengelolaan obat yaitu untuk
menjamin tersedianya obat dengan mutu yang baik. Tersebar secara merata dan
teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Sedangkan
obat program bertujuan untuk menjamin akses maupun ketersediaan obat program
bagi masyarakat sebagai sarana program kesehatan.
Perencanaan merupakan kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan
jumlah obat sesuai dengan pola penyakit masyarakat serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar termasuk program kesehatan. Tujuan perencanaan yaitu sebagai
dasar atau acuan untuk melakukan pengadaan sediaan farmasi serta agar
terjadinya kesinambungan antara permintaan dan distribusi, sehingga distribusi
obat berjalan lancar dari pihak Instalasi Farmasi ke pihak yang membutuhkan.
Perencanaan juga dilakukan untuk menghindari terjadinya stok out (kekosongan)
obat.
Perencanaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah mengacu pada Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang
meliputi perencanaan kebutuhan dengan menetapkan jenis dan jumlah obat yang

36
sesuai dengan penyakit dan pola konsumsi (sesuai permintaan dari
Kabupaten/Kota). Untuk perencanaan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah berdasarkan metode konsumsi dan pola penyakit. Metode
perencanaan obat ini berdasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Pengadaan obat dilakukan melalui E-Catalogue yaitu dengan cara
sistem online (e-purchasing). E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik
yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari
berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui sebelumnya. Tujuan dari pengadaan adalah
memperoleh sediaan farmasi yang di butuhkan dengan harga layak, mutu baik,
pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan
waktu dan tenaga yang berlebihan. Pengadaan obat dan alat kesehatan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah bersumber dari APBN
(Pemerintah Pusat)/hibah/bantuan dan APBD Provinsi. Adapun kriteria yang
harus diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi adalah batas kadaluarsa obat,
BMHP dan vaksin pada saat pengadaan minimal 2 tahun (24 bulan), telah
memiliki ijin edar atau nomor registrasi dari Kementrian Kesehatan RI dan
BPOM, obat di produksi oleh industri farmasi yang telah memiliki sertifikat Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi
dari distributor ke bagian gudang atau logistik, bertujuan agar obat yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika menerima sediaan farmasi dari distributor atau
Kementrian Kesehatan RI adalah sumber sediaan farmasi, kondisi sediaan
farmasi, jumlah barang dan kesesuaian fisik serta kelengkapan dari administrasi
pengadaan barang.
Sumber sediaan farmasi obat dan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah bersumber dari pemerintah pusat
(pengadaan APBN)/hibah/bantuan dan pemerintah daerah/provinsi (pengadaan
APBD). Dalam menerima sediaan farmasi, kondisi barang yang diterima harus

37
dalam keadaan baik dan tidak rusak serta tidak kadaluarsa. Hal lain yang juga
perlu diperhatikan adalah jumlah barang dan kesesuaian fisik. Jumlah barang dan
kesesuain fisik harus di perhatikan dalam penerimaan obat dan perbekalan farmasi
karena hal ini berkaitan dengan mutu dari barang yang di terima, dalam hal ini
yang harus diperhatikan adalah jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa
obat, nama produk, nomor batch, dan isi barang. Kelengkapan dari adminitrasi
pengadaan barang juga harus diperhatikan dalam menerima sediaan farmasi.
Kelengkapan dari adminitrasi barang yang diterima meliputi surat pemesanan
obat, BMHP dan vaksin, Surat Bukti Barang Keluar, dan faktur.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat dan perbekalan kesehatan. Penyimpanan obat, BMHP dan vaksin di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah disusun berdasarkan jenis
obat, bentuk sediaan, serta disusun menggunakan sistem FIFO (First In First Out)
dan FEFO (First Expired First Out). FIFO (First In First Out) yaitu obat yang
datang lebih dahulu maka itu obat yang pertama dikeluarkan atau
didistribusikan,dan sistem FEFO (First Expired First Out) artinya barang atau
obat yang masa kadaluarsanya lebih dahulu dikeluarkan atau didistribusikan,
sehingga dapat mengurangi terjadinya kadaluarsa obat sebelum dikeluarkan.
Adapun tujuan dari penyimpanan obat, BMHP, dan vaksin berdasarkan jenis obat,
bentuk sediaan, dan sistem FIFO dan FEFO adalah agar mempermudahkan
pengawasan terhadap ketersedian stok obat dan perbekalan kesehatan, kualitas
obat dalam perbekalan kesehatan dapat di pertahankan, pencarian obat dan
perbekalan kesehatan mudah dan cepat serta obat dan perbekalan kesehatan aman
dari pencurian.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
mempunyai luas bangunan gudang farmasi seluas 600m2 dengan arah arus
penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi menggunakan sistem arus U, hal ini
dilakukan untuk memudahkan pergerakan dalam penyimpanan, pengeluaran, dan
pencarian obat, BMHP, dan vaksin. Penyusunan obat kemasan dengan jumlah

38
besar diletakkan diatas pallet secara rapi dan teratur. Untuk obat dengan kemasan
kecil dan jumlahnya sedikit disimpan dalam rak dan dipisahkan antara obat
pemakaian dalam dan obat untuk pemakaian luar dengan memperhatikan
keseragaman nomor batch, serta penyimpanan obat yang stabilitasnya dapat
dipengaruhi oleh temperatur, udara, dan cahaya ditempatkan pada tempat yang
sesuai dengan stabilitas obatnya, misalnya suppositoria, ovula, dan beberapa
injeksi, maka harus disimpan dilemari pendingin dengan suhu 2°C sampai dengan
8°C. Sedangkan untuk obat-obat yang stabil pada suhu ruangan disimpan di
ruangan dengan suhu 25°C sampai dengan 30°C. Untuk penyimpanan obat
narkotika dan psikotropika di dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah adalah
di simpan pada sebuah ruangan yang berada pada lantai dua gudang instalasi
farmasi provinsi Kalimantan Tengah dengan pintu diberi dua lapis, lapisan
pertama menggunakan pintu besi dan lapisan kedua menggunakan pintu kayu.
Kunci yang digunakan juga kunci ganda serta kunci dipegang oleh apoteker
penanggungjawab dan pegawai lain yang dikuasakan. Gudang penyimpanan obat
narkotika dan psikotropika dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah juga
dilengkapi dengan fasilitas CCTV untuk memantau keamanan obat dari tindakan
pencurian, Air Condition (AC) untuk mengatur suhu ruangan penyimpanan obat,
palet, lemari narkotika, dan rak obat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi gudang penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika harus memenuhi syarat antara lain dinding dibuat dari tembok dan
hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua)
buah kunci yang berbeda; langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji
besi; jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung
jawab; dan kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai
lain yang dikuasakan.
Sediaan farmasi yang disimpan perlu dilengkapi dengan kartu stok. Kartu
stok berfungsi sebagai alat pemantau/kontrol keluar dan masuknya sediaan

39
farmasi yang disimpan serta untuk memonitoring persediaan obat-obatan yang ada
di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Informasi
yang tertera dalam kartu stok antara lain nama obat, kemasan, satuan, sumber,
nomor, tanggal, dok, exprade date, nomor batch, dari/ke, penerimaan,
pengeluaran, saldo serta nama/paraf.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah masih
menggunakan kartu stok secara manual dan elektronik (E-logistik) yang berarti
obat tercatat dalam sistem tersebut, hal tersebut untuk mencegah jika ada
pemeriksaan stok obat dan perbekalan kesehatan kartu stok dapat menjadi bukti
tertulis. Kartu stok yang digunakan ada 2 macam yaitu kartu stok APBD untuk
daftar stok obat yang berasal dari sumber anggaran daerah dan kartu stok APBN
untuk daftar stok obat yang berasal dari sumber anggaran pusat.
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan sediaan farmasi ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pendistribusian obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan adanya
permintaan dengan memberikan pengajuan surat permohonan permintaan obat
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi,
kemudian ditujukan ke Instalasi Farmasi. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah akan menyiapkan permintaan yang diajukan dengan
mengeluarkan dibuatkan surat pengantar, Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
sesuai dengan ketersediaan obat yang diberikan dan tanda terima obat. Obat dan
perbekalan farmasi didistribusikan dengan cara dapat diantar langsung oleh
instalasi farmasi dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah ke kabupaten/kota
atau ke fasilitas kesehatan lainnya yang melakukan permintaan maupun diambil
langsung oleh pemohon. Semua obat yang keluar maupun yang masuk dicatat di
kartu stok yang terdapat pada masing-masing obat, kemudian dimasukkan
kedalam data program obat di Instalasi Farmasi untuk mempermudah
pengecekkan stok obat yang tersedia dan untuk mempermudah monitoring jumlah
stok obat dalam gudang.
Pendistribusian sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah disalurkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

40
Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan sediaan
farmasi secara tertib, baik obat-obatan, BMHP dan vaksin yang diterima,
disimpan, didistribusikan. Ketepatan dan kebenaran pencatatan laporan atau
informasi merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan manajemen
logistik obat. Tujuan dilakukannya pencatatan dan pelaporan adalah tersediannya
data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan
data mengenai waktu dan seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.
Pencatatan dan pelaporan dilakukan sebagai bukti kegiatan telah dilakukan
dan mengatur serta mengendalikan data agar tepat dan akurat. Adapun sarana
pencatatan dan pelaporan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah yaitu aplikasi elektronik (e-logistik) dan kartu stok obat.
Pencatatan sediaan farmasi dilakukan terhadap penerimaan obat, BMHP dan
vaksin yang berasal dari berbagai sumber anggaran pengadaan obat, pencatatan
nama obat, jenis obat, dan masa kadaluarsa obat.
Disamping melaksanakan perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, serta pencatatan dan pelaporan, Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah juga melakukan pemusnahan obat rusak
atau kadaluarsa yang dilaksanakan minimal setiap 2 tahun sekali. Pemusnahan
adalah rangkaian kegiatan pemusnahan sediaan farmasi yang sudah mengalami
kerusakan fisik, kadaluarsa, serta sudah tidak terpakai lagi dalam rangka
pembebasan Barang Milik Negara dan tanggung jawab berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tujuan pemusnahan
sediaan farmasi adalah pemusnahan merupakan bentuk pertanggung jawaban
petugas terhadap sediaan farmasi atau obat-obatan yang dikelolanya, yang sudah
ditetapkan untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti obat,
BMHP dan vaksin yang telah rusak, kadaluarsa atau sudah tidak terpakai lagi,
menghindari pembiayaan (biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan dan lain-
lain) atau barang yang sudah tidak layak untuk dipelihara serta menjaga

41
keselamatan dan terhindar dari pengotoran lingkungan serta terhindar dari orang-
orang yang dapat menyalahgunakan sediaan farmasi tersebut.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah selain
mengelola logistik farmasi seperti obat, Alkes, BMHP, PKRT juga mengelola
vaksin. Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenic yang mampu
menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.Vaksin dibuat dari bakteri,
riketsia atau virus dan dapat berupa suspense organisme hidup (inaktif) atau
fraksi-fraksinya seperti toksoid.
Vaksin yang terdapat pada Instalasi Farmasi berasal dari distributor
Biofarma, dengan jenis vaksin antara lain vaksin DPT (Difteri Pertuisis Tetanus),
vaksin DT (Difteri Toksoid), vaksin TT (Tetanus Toksoid), vaksin Hepatitis B
ADS-PID (Auto Dissable Syeringe-Prefiil Injection Device), DPT-HB (Difteri
Pertuisis Tetanus-Hepatitis B), BCG (Bacillus Calmette Guerin), dan vaksin
Campak.
Cara penanganan untuk vaksin yang baru datang adalah langsung
dimasukkan ke dalam cool room dan cool chain agar mutu vaksin tetap terjaga.
Vaksin yang disimpan di dalam cool room/lemari es dengan suhu 2°C sampai
dengan 8°C diantaranya vaksin pentabio, vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin),
vaksin campak, vaksin TT (Tetanus Toksoid), vaksin DPT (Difteri Pertuisis
Tetanus), vaksin DT (Difteri Toksoid), dan vaksin Hepatitis B. Sedangkan untuk
vaksin polio disimpan didalam freezer dengan suhu -15°C sampai dengan -25ºC.
Untuk pelarut dan dropper (pipet) disimpan pada suhu kamar.
Pada semua vaksin dilengkapi dengan VVM (Vial Vaccine Monitor) yang
melekat pada setiap kemasan vaksin. VVM (Vial Vaccine Monitor) berfungsi
untuk mengontrol kondisi vaksin berupa indikator A dan B yang menunjukkan
vaksin tersebut masih baik, hal ini dikarenakan bila terjadi paparan panas berlebih
akan menyebabkan kerusakan vaksin. Khusus untuk vaksin BCG (Bacillus
Calmette-Guerin) menggunakan VCCM (Vaccine Control Chain Monitor) yang
ditunjukkan dengan indikator C dan D masih putih. Sedangkan untuk vaksin yang
sensitif terhadap pembekuan seperti vaksin pentabio, vaksin DPT (Difteri
Pertuisis Tetanus), vaksin TT (Tetanus Toksoid), vaksin, DT (Difteri Toksoid),

42
dan vaksin Hepatitis B menggunakan Freeze-tag yang ditunjukkan dengan tanda
(√) bahwa vaksin dalam kondisi yang baik. Vaksin yang mendekati tanggal
kadaluarsa harus digunakan terlebih dahulu. Apabila ditemukan vaksin dengan
kondisi VVM (Vial Vaccine Monitor) menunjukkan indikator B maka vaksin
tersebut harus digunakan terlebih dahulu.
Pendistribusian vaksin menggunakan cool box yang berisi kotak dingin
(cool pack) untuk vaksin DPT (Difleri Pertuisis Tetanus), vaksin TT (Tetanus
Toksoid), vaksin DT (Difieri Toksoid), dan vaksin Hepatitis B. Untuk vaksin BCG
(Bacillus Calmette-Guerin) dan Campak menggunakan kotak beku (cool pack)
sedangkan untuk vaksin polio menggunakan ice pack. Pada masa pandemi Covid-
19 Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah juga
mengelola vaksin Covid-19 yang terdiri dari vaksin Sinovac, Astra Zeneca
(USA/Australia/France/Korea), Moderna, dan vaksin Prizer.
Vaksin Sinovac adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2
atau COVID-19. Vaksin Sinovac yang dikenal juga dengan nama CoronaVac.
CoronaVac merupakan vaksin yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah
tidak aktif (inactivate virus). Penyuntikan vaksin Sinovac akan memicu sistem
kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif ini dan
memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga tidak terjadi infeksi COVID-
19. Vaksin Sinovac dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. Penggunaan vaksin
Sinovac dengan cara disuntikkan ke dalam otot sebanyak dua kali dalam jangka
waktu 2 hingga 4 minggu, sesuai anjuran World Health Organization (WHO).
Dosis yang direkomendasikan oleh WHO untuk vaksin sinovac adalah 0,5 ml
untuk setiap kali suntik dan diberikan sebanyak 2 kali untuk setiap orang. 1 box
vaksin sinovac berisi 40 vial. 1 vial berisi 1 ml. Vaksin Sinovac disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu 2°C sampai dengan 8°C dan dapat bertahan hingga
3 tahun. Vaksin ini juga harus terhindar dari paparan sinar matahari langsung.
Logistik yang di dibutuhkan ketika menggunakan vaksin Sinovac meliputi spuit
0,5 ml, alkohol swab, sarung tangan steril, masker dan safety box. Untuk logistik
BMHP yang akan digunakan untuk penggunaan vaksin Sinovac adalah
menyesuaikan dengan jumlah dosis yang akan digunakan.

43
Vaksin AstraZeneca atau yang juga dikenal dengan Vaksin Oxford
dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi asal Inggris bersama beberapa peneliti
dari Universitas Oxford. Jika vaksin Sinovac memanfaatkan virus Corona
nonaktif untuk memicu antibodi, vaksin tipe AstraZeneca dengan metode yang
lebih mutakhir memanfaatkan virus hasil modifikasi untuk membentuk antibody
yaitu vektor adenovirus simpanse. Penggunaan vaksin AstraZeneca dengan cara
disuntikkan ke dalam otot sebanyak dua kali dalam jangka waktu 8 hingga 12
minggu, sesuai anjuran World Health Organization (WHO). Dosis yang
direkomendasikan oleh WHO untuk vaksin AstraZeneca adalah 0,5 ml untuk
setiap kali suntik dan diberikan sebanyak 2 kali untuk setiap orang. 1 box vaksin
AstraZeneca berisi 10 vial.Vaksin COVID-19 AstraZeneca tersedia dalam bentuk
larutan injeksi.Vaksin ini tersedia dalam kemasan multidose vial. Setiap vial berisi
5 mL larutan yang dapat diberikan untuk sepuluh dosis, sehingga satu dosis
injeksi terdiri dari 0,5 mL larutan. Satu dosis vaksin mengandung 5x10 10 partikel
virus (ChAdO x1-S recombinant) untuk proteksi terhadap COVID-19.
Vaksin AstraZeneca disimpan di kulkas atau pendingin pada suhu 2°C
sampai dengan 8°C, dan tidak boleh dibekukan. Setelah dibuka, stabilitas vaksin
dapat bertahan hingga 48 jam pada suhu 2°C sampai dengan 8°C. Setelah dibuka,
vaksin dalam vial sebaiknya disuntikkan secepatnya dalam waktu 6 jam pada suhu
20C samapi dengan 250C. Sisa vaksin yang tidak digunakan dalam jangka waktu
tersebut harus dibuang.Vaksin AstraZeneca, maksimal lamanya penyimpanan
adalah 6 bulan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2°C sampai dengan 8°C.
Logistik yang di dibutuhkan ketika menggunakan vaksin AstraZeneca meliputi
spuit 0,5 ml, alkohol swab, sarung tangan steril, masker dan safety box.Untuk
logistik BMHP yang akan digunakan untuk penggunaan vaksin AstraZeneca
adalah menyesuaikan dengan jumlah dosis yang akan digunakan.
Vaksin Moderna adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-
2 atau COVID-19. Vaksin Moderna atau mRNA-1273 dikembangkan sejak
Januari 2020 oleh Moderna and Vaccine Research Center at the National Institute
of Allergy and Infectious Disease (NIAID) di Amerika.

44
Vaksin Moderna merupakan jenis vaksin mRNA (messenger
RNA).Vaksin ini tidak menggunakan virus yang dilemahkan atau dimatikan,
melainkan menggunakan komponen materi genetik yang membuat sistem
kekebalan tubuh memproduksi spike protein.Protein tersebut merupakan bagian
dari permukaan virus Corona. Vaksin Moderna tersedia dalam bentuk sediaan
injeksi.Vaksin ini tersedia dalam kemasan multidose vial. Terdapat dua jenis
kemasan vial vaksin Moderna, yaitu vial yang berisi maksimal 11 dosis dan
maksimal 15 dosis (0,5 mL per dosis). Vaksin ini diberikan dalam dua dosis
dengan jarak antara dosis pertama dan kedua sekitar 4 minggu. Vaksin Moderna
akan diberikan langsung oleh dokter atau petugas medis, dosisnya adalah 0,5 ml.
Penyuntikan dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 28 hari. Vaksin ini akan
disuntikkan ke dalam otot (intramuskular/IM).Area kulit yang akan disuntikkan
vaksin harus dibersihkan dengan alcohol swab sebelum dan sesudah penyuntikan.
Alat suntik sekali pakai yang sudah selesai digunakan akan dibuang ke dalam
safety box tanpa ditutup kembali jarumnya. Vaksin Moderna disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu -150C sampai dengan -200C. Logistik yang di
dibutuhkan ketika menggunakan vaksin moderna meliputi spuit 0,5 ml, alkohol
swab, sarung tangan steril, masker dan safety box. Untuk logistik BMHP yang
akan digunakan untuk penggunaan vaksin Moderna adalah menyesuaikan dengan
jumlah dosis yang akan digunakan.
Vaksin Pfizer merupakan merupakan vaksin Covid-19 berbasis mRNA
(messenger RNA) yang diproduksi perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech,
dengan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer. Bentuk vaksin Covid-19
Pfizer adalah konsentrat untuk injeksi, yang tersedia dalam kemasan multidose
vial 0,45 ml. Setelah diencerkan, satu vial (0,45 ml) dapat digunakan untuk 6
dosis. Masing-masing dosis sebanyak 0,3 ml, digunakan untuk mencegah
Covid-19. Vaksin Covid-19 Pfizer diberikan dengan cara di injeksi sebanyak 2
kali dengan jarak interval dosis 1 dan 2 adalah 21 hari. Dosis vaksin prizer dalam
sekali suntik adalah 0,3 ml. Sebelum digunakan, vaksin Pfizer harus dicairkan
dengan cara memindahkan vial beku ke lingkungan bersuhu 2°C sampai dengan
8°C. Kemudian, vaksin diencerkan di dalam vial aslinya dengan memasukkan 1,8

45
ml larutan natrium klorida 0,9%. Vial yang sudah diencerkan harus disimpan pada
suhu 20°C sampai dengan 30°C dan digunakan dalam 6 jam. Cara pemberian
vaksin Pfizer adalah injeksi intramuskular (IM), dengan menggunakan jarum 21
gauge atau yang lebih kecil dan teknik aseptik.
Vaksin Prizer di simpan didalam freezer pada suhu -70°C sampai dengan
-80°C serta terhindar dari paparan sinar matahari langsung, hal ini di lakukan
untuk menjaga supaya vaksin tidak rusak oleh pengaruh suhu dan cahaya
matahari. Logistik yang di dibutuhkan ketika menggunakan vaksin Prizer meliputi
spuit 0,5 ml, alkohol swab, sarung tangan steril, masker dan safety box. Untuk
logistik BMHP yang akan digunakan untuk penggunaan vaksin Prizer adalah
menyesuaikan dengan jumlah dosis yang akan digunakan. Vaksin di instalasi
farmasi dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah di simpan menurut sifat
sediaan vaksin (kestabilan suhu) dan jenis vaksin.
Pelaporan dan pencatatan vaksin dan logistik vaksinasi dilakukan setiap
penerimaan atau pengeluaran vaksin pada aplikasi Sistem Monitoring Imunisasi
and Logistik Elektronik (SMILE). Setiap vaksin yang keluar dibuat Surat Bukti
Barang Keluar (SBBK).
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kalimantan Tengah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
terhadap mahasiswa khususnya dalam pengelolaan obat, BMHP dan vaksin
seperti perencanaan, pengadaan kebutuhan obat, BMHP dan vaksin,
penyimpanan, pendistribusian, serta pelaporan dan pencatatan. Dengan adanya
pelaksanaan praktek kerja lapanagan (PKL) di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kalimantan Tengah dapat mempersiapkan para calon Ahli Madya Farmasi dalam
menghadapi dunia kerja sehingga siap melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang farmasis.

46
NAMA : MARSELA
NIM : 19.71.020982
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah terdapat Instalasi gudang
farmasi sebagai sarana pendistribusian dan penyaluran sediaan kefarmasian
seperti obat- obatan, vaksin, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
(BMHP), untuk pendistribusianya sendiri akan disalurkan ke Dinas Kesehatan
Kota dan Dinas Kesehatan Kabupaten, kemudian Dinas Kesehatan Kota dan
Kabupaten akan mendristribusikan ke Rumah Sakit dan Pukesmas setempat.
Status Dinas Kesehatan Provinsi adalah sebagai penyangga persediaan obat-
obatan dan pembekalan kesehatan selama bencana. Kegiaatan yang ada di
Instalasin farmasi Dinas Kesehatan Provinsi berupa perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan, pemusnahan, dan
pelaporan.
Dinas Kesehatan Provinsi di Instalasi Farmasi memiliki 3 gudang yaitu:
1. Gudang buffer stock/logistik adalah sebagai tempat penyimpanan,
pendistribusian dan pemeliharaan Obat, BMHP, dan perbekalan lainnya.
Adapun gudang buffer memiliki suhu ruangan 25°C untuk menjaga kestabilan
sediaan obat yang ada didalamnya, dan dilengkapi juga dengan 11 CCTV
untuk fasilitas keamanan gudang.
2. Gudang obat narkotika dan psikotropika yang berada di lantai 2 gudang
sebagai tempat penyimpanan obat narkotika dan psikotropik, ruangan dibuat
khusus dengan lemari yang kokoh dan kuat serta terpisah untuk obat narkotika
dan psikotropika, dengan suhu ruangan 25°C, Lemari penyimpanan obat
golongan narkotika dan psikotropika di terdiri dari 2 pintu dan 2 kunci yang
tidak terlihat oleh umum dan tidak dapat dipindah-pindah posisi
peletakkannya, dan kunci lemari dipegang oleh Apoteker, dan difasilitasi 11
CCTV untuk sistem keamanan.
3. Gudang vaksin sebagai tempat penyimpanan vaksin, gudang vaksin memiliki
6 freezer dintaranya untuk penyimpanan vaksin Covid-19 seperti vaksin
sinovac, moderna, astrazaneca dan vaksin pfizer, selain itu juga terdapat

47
beberapa vaksin lainnya yaitu vaksin polio, hepatitis, dan BCG, dan memiliki
3 CCTV untuk menjaga sistem keamana ruang vaksin.
Perencanaan adalah kegiaan pemilihan jenis serta jumlah obat dan
perbekalan kesehatan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
dasar termasuk obat program kesehatan yang telah ditetapkan. Perencanaan obat
tersebut menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan yaitu metode konsumsi, epidemiologi,
dan kombinasi.
Tujuan dari kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah untuk menghindari
terjadinya kekosongan (stok out) sedian obat, vaksi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai (BMHP). Perencanaan obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mengacu pada rencana kebutuhan obat
yang meliputi perencanaan kebutuhan dengan menetapkan jenis dan jumlah obat
yang sesuai komsumsi masyarakat. dengan penyakit dan pola konsumsi sesuai
permintaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota. Untuk perencanaan
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan
metode konsumsi dan pola penyakit. Metode perencanaan obat ini berdasarkan
atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Pengadaan obat dilakukan
melalui E-katalog yaitu dengan cara sistem online (e-purchasing). E-katalog
adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis,
dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah.
Pengadaan adalah kegiatan yang mewujudkan kebutuhan yang disetujui
pada tahap perencanaan, tujuan dari pengadaan adalah memperoleh obat yang
dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu,
dan proses berjalan lancar, untuk pengadaan yang ada di Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah bersumber dari APBN (Pemerintah
Pusat)/hibah/bantuan dan APBD Provinsi. .Pengadaan obat dilakukan dengan
pemesanan online melalui E-katalog. E-katalog adalah aplikasi atau sistem yang
dijalankan melalui media elektronik yang dapat diakses secara online yang berisi
daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang dari berbagai penyedia
barang/jasa pemerintah.

48
Penerimaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiaan pengadaan,
untuk menjamin kesesuaian jumlah, mutu, dan waktu penyerahan barang dengan
kondisi fisik yang diterima. Untuk Dinas Kesehatan Provinsi sendiri saat
penerimaan obat, vaksin, alat kesehatan, ataupun bahan medis habis pakai
(BMHP) harus memperhatikan hal-hal berikut seperti, sumber barang dari mana
asal usul barang tersebut, kondisi barang dalam keadaan baik atau rusak (tidak
layak), tanggal kadarluasanya, serta jumlah obat, vaksin, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai (BMHP) yang datang sesuai surat permintaan.
Penyimpanan obat-obatan dan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
(BMHP) di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
disimpan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan seperti tablet, injeksi, sirup, tetes
mata, dan salep, dan disusun secara alphabet yaitu disusun menurut huruf awalan
sediaan obat dari a-z, kestabilan terhadap perubahan fisika dan kimia obat,
diurutkan berdasarkan FIFO (First In First Out) yang pertama masuk maka
sediaan itu yang pertama keluar atau FEFO (First Expired First Out) yang
pertama kadarluasa maka sediaan obat itu yang pertama keluar. Penyimpanan
obat-obatan dan alat kesehatan harus diperhatikan secara detail karena
penyimpanan yang tidak benar akan mempengaruhi kualitas dan mutu obat dan
alat kesehatan yang disimpan. Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan bentuk
sediaannya seperti tablet, salep, sirup, ampul dan lainnya. Untuk obat tertentu
seperti obat narkotika dan psikotropik disimpan diruang terpisah, suhu /
temperature, sangat berperan penting untuk menghindari terjadinya percepatan
kerusakan akibat panas. Obat-obatan disimpan pada (25°C) serta sebaiknya tidak
melebihi (30°C) atau kurang (15°C). Ada 3 jenis yang disarankan untuk
penyimpanan pada suhu ruangan (15-30°C), disimpan sejuk (8-15°C) dan
disimpan dingin (2-8°C). Cahaya, dapat merusak sediaan farmasi atau sensitif
terhadap pencahayaan khususnya sinar matahari, oleh karena itu apabila
mendapatkan obat yang diberikan dalam wadah gelap, jangan dipindahkan obat
tersebut ketempat lain yang intensitas pencahayaan tinggi atau transparan terhadap
sinar matahari. Masing-masing obat maupun BMHP disimpan diatas pallet dan
rak berdasarkan alfabetis. Barang yang baru datang sebelum disimpan akan

49
dilakukan pengecekan obat diruang penerimaan barang untuk mengetahui apakah
sudah sesuai atau belum dengan faktur.
Pendistribusian adalah tahap penyaluran yang dilakukan oleh Instalasi
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kota dan
Kabupaten. pendistribusian obat di Instalasi Farmasi dimulai dari adanya
permintaan obat dari Kabupaten/Kota, mengecek ketersediaan stok sediaan
farmasi, mengalokasi jumlah obat, membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK),
menyiapkan obat sesuai alokasi kemudian dicatat di kartu stok, dicek ulang
sebelum dikemas atau di packing. SBBK ditanda tangani oleh petugas pengelola
(yang menyerahkan) dan penerima. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah menggunakan dokumen SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
dua rangkap, satu untuk Instalasi Farmasi dan satu untuk unit pelayanan yang
didistribusikan. Sasaran pendistribusian sediaan farmasi ke 14 Dinas Kesehatan
Kabupaten dan Kota yang selanjutnya didistribusikan lagi ke puskesmas untuk
pelayanan pengobatan dasar. Dalam tahap ini ada beberapa alur pendistribusian
untuk permintaan obat, vaksin, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
(BMHP) di Dinas Kesehatan Provinsi.
Pemusnahan adalah rangkaian kegiatan pemusnahan sediaan farmasi dalam
rangka pembebasan barang milik Negara dari tanggung jawab berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan penghapusan adalah
kegiatan penghapusan data dari sistem adminitrasi . Tujuan penghapusan sediaan
farmasi adalah sebagai berikut :
a. Penghapusan merupakan bentuk pertanggung jawaban petugas terhadap
sediaan farmasi atau obat-obatan yang diurusinya, yang sudah ditetapkan
untuk dihapuskan atau di musnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Menghindari pembiayaan (biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan dan
lain-lain) atau barang yang sudah tidak layak untuk dipelihara.
c. Menjaga keselamatan dan terhindar dari pengotoran lingkungan.
Pelaporan dilakukan sebagai bukti kegiatan yang telah dilakukan dan
mengatur serta mengendalikan data agar tepat dan akurat. Ketetapan dan
kebenaran pencatatan dan laporan atau informasi merupakan faktor yang sangat

50
penting dalam keberhasilan manajemen logistic obat. Proses perencanaan
dilakukan berdasarkan rekapitulasi pemakaian obat ke seluruh kabupaten dan data
pendukung lainnya. Pencatatan dan pelaporan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan berdasarkan indikator
pencatatan yaitu, kartu stock untuk mencatat mutasi (pengeluaran barang), buku
penerimaan untuk mencatat obat yang masuk, buku pengeluaran untuk mencatat
pengeluaran dari LPLPO, stock opname,
Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu. Biasanya, vaksin
mengandung agen atau zat yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit
dan sering kali dibuat dari mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan, dari
toksinnya, atau dari salah satu protein permukaannya. Agen dalam vaksin
merangsang sistem imun agar dapat mengenali agen tersebut sebagai ancaman,
menghancurkannya, dan mengingatnya agar sistem imun dapat kembali mengenali
dan menghancurkan mikroorganisme yang berhubungan dengan agen tersebut saat
ditemui pada masa depan. Vaksin dapat bersifat profilaksis (misalnya untuk
mencegah atau memperbaiki dampak akibat infeksi patogen pada masa depan)
atau terapeutik (misalnya vaksin terhadap kanker. Pemberian vaksin disebut
vaksinasi, yang merupakan salah satu bentuk imunisasi. Vaksinasi merupakan
metode paling efektif untuk mencegah penyakit menular.
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992,
sarana penyimpanan vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat
pusat, sarana penyimpan vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan ini
seluruh dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas masuk ke dalam
ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu 2C sampai 8C dan suhu 20 C
sampai 25C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan untuk mengatasi
putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin
dengan suhu -20C sampai -25C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan
vaksin menggunakan lemari es dan freezer, untuk penyimpanan vaksin terdapat
beberapa suhu tertentu sesuai jenis vaksin seperti untuk vaksin polio, vaksin BCG,
vaksin hepatitis, vaksin DPT HB (Fentabio), vaksin TD dan DT, vaksin sinovac,

51
dan vaksin astrazaneca disimpan pada suhu 2-8°C, vaksin moderna 20°C,
sedangkan vaksin pfizer penyimpananya disuhu -70°C.
Dinas Kesehatan Provinsi memiliki berbagai jenis vaksin yang didistribusikan
diantranya vaksin polio, vaksin BCG, vaksin Hepatitis, vaksin DPT HB,
(Fentabio),vaksin TD dan DT, dan untuk vaksin Covid-19 sendiri ada beberapa
jenis yaitu Sinovac, Moderna, Astrazneca, dan Prizer.
1. Vaksin polio
Vaksin polio adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis atau polio. Pemerintah Republik Indonesia menetapkan
vaksin polio sebagai salah satu jenis vaksin yang wajib diberikan kepada anak-
anak. Sesuai dengan jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio merupakan salah satu vaksin yang wajib
diberikan kepada anak. Vaksin polio pada anak akan diberikan sebanyak 4 kali
dan vaksin booster sebanyak 1 kali. Untuk penyimpanan vaksin ini di Dinas
Kesehatan Provisi memiliki ruangan khusus yang yang bersuhu 2-8C.
2. Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-
CoV-2 atau COVID-19. Vaksin Sinovac yang dikenal juga dengan nama
CoronaVac sudah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) RI. CoronaVac merupakan vaksin yang
mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Penyuntikan vaksin
Sinovac akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang
sudah tidak aktif ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga
tidak terjadi infeksi COVID-19. Di dalam produk vaksin ini juga terkandung
aluminium hidroksida sebagai bahan tambahan yang berfungsi untuk
meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin. Vaksin
Sinovac dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. Vaksin ini sudah melewati
uji klinis fase ketiga yang dilakukan di Brazil, Turki, dan Indonesia. Uji klinis
fase ketiga di Indonesia menunjukkan nilai efikasi vaksin, yaitu efek
perlindungan terhadap COVID-19, sebesar 65,3%. Vaksin ini membutuhkan

52
suhu 2 hingga 8 derajat celcius, dan memerlukan gudang penyimpanan vaksin
dan kulkas untuk penyimpanan dalam suhu 2-8°C
3. Vaksin Moderna
Vaksin Moderna adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-
CoV-2 atau COVID-19. Vaksin Moderna atau mRNA-1273 dikembangkan
sejak Januari 2020 oleh Moderna and Vaccine Research Center at the National
Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) di Amerika. Vaksin
Moderna merupakan jenis vaksin mRNA (messenger RNA). Vaksin ini tidak
menggunakan virus yang dilemahkan atau dimatikan, melainkan
menggunakan komponen materi genetik yang membuat sistem kekebalan
tubuh memproduksi spike protein. Protein tersebut merupakan bagian dari
permukaan virus Corona. Spike protein akan memicu sistem imun untuk
menghasilkan antibodi yang bisa melindungi tubuh saat terinfeksi virus
Corona.Vaksin Moderna telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk
mencegah infeksi COVID-19 pada orang dewasa usia di atas 18 tahun. Dari
uji klinis yang sudah dilakukan, vaksin ini menunjukkan nilai efikasi, yaitu
efek perlindunga sebesar 94,1%. jenis vaksin mRNA membutuhkan ruang
penyimpanan rantai dingin bersuhu minus 20 derajat celcius di dalam
kontainer khusus.n terhadap COVID-19.
4. Vaksin Astrazaneca
Vaksin Astrazeneca atau AZD1222 adalah vaksin untuk mencegah
penyakit COVID-19. Vaksin ini merupakan hasil kerja sama antara
Universitas Oxford dan Astrazeneca yang dikembangkan sejak Februari 2020.
Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19 telah menjalani uji klinis di Inggris,
Brazil, dan Afrika Selatan. Vaksin ini memiliki nilai efikasi (efek
perlindungan terhadap COVID-19) sebesar 63,09%. Vaksin Astrazeneca
berasal dari virus hasil rekayasa genetika (viral vector). Vaksin ini bekerja
dengan cara menstimulasi atau m Vaksin AstraZeneca akan diberikan
langsung oleh dokter. Dosis dalam sekali suntik adalah 0,5 ml. Penyuntikan
vaksin dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 4–12 minggu. Vaksin ini akan
disuntikkan ke dalam otot (intramuskular/IM). Jika sebelumnya Anda pernah

53
terkena COVID-19, vaksin Astrazeneca dapat diberikan setidaknya 6 bulan
setelah Anda sembuh. Jika Anda baru saja menerima terapi plasma
konvalesen, vaksinasi harus ditunda hingga minimal 90 hari setelah terapi.
emicu tubuh untuk membentuk antibodi yang dapat melawan infeksi virus
SARS-Cov-2.
5. Vaksin Prizer
Vaksin Pfizer atau BNT162b2 adalah vaksin untuk mencegah infeksi
virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Vaksin Pfizer merupakan
hasil kerja sama perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech dengan
perusahaan farmasi asal Amerika, Pfizer. Vaksin ini mulai dikembangkan
sejak tahun 2020. Vaksin Pfizer adalah vaksin mRNA (messenger RNA).
Jenis vaksin ini akan memicu sistem sistem kekebalan tubuh membentuk spike
protein, yang nantinya akan membantu tubuh membentuk antibodi yang dapat
melawan virus Corona. Berdasarkan uji klinis tahap III yang dilakukan di
Amerika Serikat, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, dan Argentina, vaksin
Pfizer memiliki nilai efikasi, yaitu efek perlindungan terhadap COVID-19,
sebesar 95%. Vaksin Pfizer disuntikkan ke otot (intramuskular/IM) oleh
dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Suntikan vaksin
Pfizer diberikan sebanyak 2 kali dengan jarak 21 hari. Dosis vaksin Pfizer
dalam sekali suntik adalah 0,3 ml.

54
NAMA : MUHAMMAD BAGAS
NIM : 19.71.021041
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Praktek Kerja Lapangan (PKL)
dilakukan dari tanggal 21 – 25 februari 2022. Dan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
dilaksanakan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) agar
mahasiswa D-III farmasi dapat mengetahui bagaimana kegiatan pengelolaan obat
di Instalasi Farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Waktu kerja di instalasi farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu senin - jumat pada pukul 07.30 - 15.00 WIB dan untuk jam istirahat
yaitu pukul 12.00 - 13.00 WIB. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan provinsi
Kalimantan Tengah terdiri dari 4 Apoteker dan 6 Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK).
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah
merupakan sarana pengelola obat buffer stock untuk kepentingan pelayanan dasar
dan penanggulangan bencana (Bencana Alam & Non Alam) dan KLB (Kejadian
Luar Biasa) untuk memenuhi kekurangan obat di kabupaten/kota dengan adanya
Instalasi Farmasi dapat memberikan keuntungan mempermudah jangkauan serta
mempercepat ketersediaan obat di Kabupaten/Kota.
Tugas dari Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
melaksanakan semua aspek pengelolaan Obat, BMHP, dan perbekalan kesehatan
dengan perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat dengan
optimal, sehingga tujuan dari pengelolaan obat tersebut dapat tercapai yaitu agar
terus keluar masuknya obat terkendali dan tidak kekosongan obat (stock out) serta
mengurangi terjadinya kadaluwarsa pada obat.
A. Perencaaan
Perencanan di Instalasi Farmasi Dinas kesehatan provinsi Kalimantan
Tengah dilakukan berdasarkan pola penyakit dan konsumsi masyarakat. Obat,
Alkes, BMHP dan PKRT direncanakan untuk dipilih berdasarkan sisa stok
sebelumnya artinya jika ada kekurangan stok maka obat, alat kesehatan, bahan

55
medis habis pakai dan perbekalan kesehatan rumah tangga tersebut
direncanakan untuk diadakan terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar tidak
terjadi penumpukan pada saat penyimpanan. Tujuan dari perencanaan ini
adalah agar terjadi kesinambungan antara permintaan dan distribusi, sehingga
distribusi obat berjalan lancer dari pihak Instalasi Farmasi ke pihak yang
membutuhkaan.
B. Pengadaan
Pengadaan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan
Tengah dilakukan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui. Pengadaan obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah bersumberkan dari APBN
(Pemerintah Pusat), APBD Provinsi dan Program. Pengadaan obat dilakukan
melalui E-Catalogue yaitu dengan cara sistem online. E-Catalogue adalah
sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan
harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa pemerintah. Tujuan
dari pengadaan ini adalah untuk memperoleh obat yang dibutuhkan dengan
harga laya, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan
lancer tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.
C. Penerimaan
Penerimaan obat dan BMHP di Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan
Tengah bertujuan untuk agar obat dan BMHP yang diterima dalam keadaan
baik serta dalam jenis, bentuk, jumlah, no batch dan tanggal kadaluwarsa yang
sesuai dengan dokumen. Dalam hal penerimaan barang harus diperhatikan
yaitu, Sumber barang, obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah bersumber dari APBN
(Pemerintah Pusat), APBD Provinsi dan program. Kemudian melakukan
pengecekan kesesuaian antara dokumen yang menyertainya, Kondisi barang,
Tanggal kadaluwarsa, Jumlah barang yang diterima.
D. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan BMHP di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
provinsi Kalimantan Tengah disesuaikan berdasarkan jenis, golongan, bentuk

56
sediaan dan disususn secara alphabetis, suhunya, kestabilannya, mudah
tidaknya terbakar/meledak, tahan/tidaknya terhadap cahaya yang
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First
Out). Penyimpanan juga merupakan salah satu kegiatan pengaturan perbekalan
Farmasi dan Perlengkapan Kesehatan. Penyimpanan harus dapat menjamin
bahwa obat tetap dalam bentuk sediaan awalnya tanpa mengalami perubahan
fisik maupun kimia yang bisa mempengaruhi efek klinik data digunakan.
Untuk penyimpanan Obat Narkotik dan Psikotropika pada Gudang
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak di lantai 2 dan
mempunyai kunci pintu ganda, karena untuk penyimpanan obat Narkotik dan
Psikotropika harus mempunyai tempat penyimpanan tersendiri dan jauh dari
paparan obat-obatan lainnya. Menurut Permenkes no 3 Tahun 2015 tentang
penyimpanan obat Narkotik dan Psikotropika yaitu: Pasal 32 (1) Instalasi
Farmasi Pemerintah yang menyimpan Narkotika atau Psikotropika harus
memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa ruang
khusus atau lemari khusus. (2) Ruang khusus atau lemari khusus tempat
penyimpanan Narkotika atau Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab atau Apoteker yang
ditunjuk. Dan Pasal 33 (1) Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan harus
memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa lemari
khusus. (2) Lemari khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam
penguasaan Apoteker penanggung jawab.
E. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan BMHP di Instalasi Farmasi Dinas kesehatan
provinsi Kalimantan Tengah merupakan kegiatan medistribusikan Obat dan
BMHP kepada unit pelayanan kesehatan serta pelayanan kesehatan lainnya.
Pendistribusian obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan adanya
permintaan dengan memberikan pengajuan surat permohonan permintaan obat
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah menggunakan

57
dokumen SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dibuat sebanyak 2 rangkap, 1
untuk Instalasi Farmasi 1 untuk unit pelayanan yang didistribusikan, pada
bulan berikutnya unit pelayanan kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan
laiinya menyerahkan kembali kebagian Instalasi Farmasi dokumen yang
diserahkan sudah dicap dan ditanda tangani oleh kepala unit LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) atau Pejabat Struktural.
Pendistribusian obat dan BMHP di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan provinsi
Kalimantan Tengah disalurkan ke 14 Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
F. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan dilakukan sebagai bukti kegiatan yang telah
dilakukan dan mengatur serta mengendalikan data agar tepat dan akurat.
Ketetapan dan kebenaran pencatatan dan laporan atau informasi merupakan
faktor yang sangat penting dalam keberhasilan manajemen logistic obat.
Proses perencanaan dilakukan berdasarkan rekapitulasi pemakaian obat ke
seluruh kabupaten dan data pendukung lainnya. Pencatatan dan pengelolaan
data untuk mendukung perencanaan dan pengadaan obat yaitu buku Expired
Date, kartu stok obat, SBBK, Berita Acara Serah Terima (BAST) serta
laporan Narkotika dan Psikotropika melalui Aplikasi Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP).
G. Pemusnahan
Pemusnahan sediaan Farmasi dalam rangka pembebasan barang milik
Negara dari tanggung jawab berdasarkan UU-PPLH yang berlaku. Instalasi
Farmasi DInas Kesehatan provinsi juga melakukan Pemushnahan Obat rusak
atau kadaluwarsa yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah juga
mengelola vaksin. Vaksin merupakan sediaan mengandung zat antigenik yang
mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin terbuat
dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi organisme hidup
(inakatif) atau fraksi-fraksinya.

58
H. Penyimpanan Vaksin
Vaksin merupakan produk yang diperhatikan terkait penyimpanan vaksin,
agar potensi dan khasiatnya terjaga saat digunakan. Faktor yang
mempengaruhi penyimpanan vaksin:
1. Untuk menjaga kualitas vaksin, vaksin harus disimpan pada suhu yang
sesuai dengan vaksinnya agar tidak kehilangan potensinya. Apabila
kehilangan potensinya tidak dapat diperbaiki, dan vaksin akan tidak akan
memberi perlindungan sesai yang diharapkan.
2. Sinar Matahari
Beberapa jenis vaksin yang tidak tahan terkena sinar matahari,
karena paparan sinar ultraviolet dapat menyenbabkan hilangnya potensi
pada vaksin. Salah satu contohnya yaitu vaksi Campak mengalami
kerusakan dalam waktu yang sangat singkat, bahan biologi dan antisera
harus dilindungi dari sinar matahari.
3. Kelembapan
Kelembapan juga berpengaruh terhadap vaksin, jika vaksin
dikemas dengan baik menggunakan ampul atau botol tertutup kedap maka
vaksin akan terhindar dari kelembapan.
4. Cara Pengemasan Selama Pengiriman
Vaksin dan antisera harus dikirim dalam keadaan dingin sesuai
dengan karakteristik vaksin masing-masing dan juga kemasan harus dalam
keadaan dan kondisi suhu yang terjaga.
5. Kadaluwarsa
Vaksin dan antisera juga memiliki tanggal kadaluwarsa yaitu
tanggal dimana vaksin tidak dapat digunakan lagi apabila sudah
kadaluwarsa. Tanggal kadaluwarsa dapat dilihat pada etiket pada vial dan
dus vaksin.
Pengiriman vaksin di Instalasi Farmasi Dinas kesehatan provinsi
Kalimantan Tengah menggunakan box colling vaksin yang berisi cool
pack untuk vaksin. Untuk pengiriman vaksin ada yang menggunakan dry
ice pada setiap pengirimannya dan juga harus diserati laporan kedatangan

59
vaksin untuk setiap nomor batch. Contoh Vaksin dan Suhu
Penyimpanannya:
1. Vaksin Pfizer dan Moderna
Vaksin covid-19 Pfizer yang disimpan dalam kulkas atau lemari
pendingin dengan suhu stabil -60ºC s.d -80ºC dan Moderna -15ºC s.d. -
25ºC dikategorikan pada kelas A,
2. Vaksin BCG, Campak dan MR
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin adalah vaksin untuk mencegah
TBC atau tuberculosis). TBC disebabkan oleh infeksi bakteri
mycobacterium tuberculosis), Vaksin Campak (Vaksin campak adalah
vaksin yang sangat efektif untuk mencegah penyakit campak). dan
Vaksin MR (Vaksin MR singkatan dari Measles and Rubela adalah
pengganti vaksin MMR yang sudah menghilang dari pasaran. Vaksin
ini diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh virus campak dan rubella. Vaksin diatas disimpan dalam kulkas
atau lemari pendingin dengan suhu stabil yaitu 2ºC s.d. 8ºC.
3. Vaksin Sinovac dan AstraZeneca
Vaksin diatas merupakan vaksin yang digunakan untuk mengatasi
covid-19 yang disimpan dalam kulkas atau lemari pendingin dengan
suhu stabil yaitu 2ºC s.d. 8ºC dikategorikan pada kelas C.

60
NAMA : NADIA AULIA OKTAVIANI
NIM : 19.71.020981

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah bentuk implementasi keilmuan di


bidang yang ditekuni selama menjalani perkuliahan dengan praktik nyata dalam
dunia kerja. Sebagaimana diketahui bahwa teori merupakan suatu ilmu
pengetahuan dasar bagi perwujudan Praktik Kerja Lapangan. Mengingat sulitnya
untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas maka banyak
perguruan tinggi berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan cara meningkatkan mutu pendidikan dan menyediakan sarana-sarana
pendukung agar dihasilkan lulusan yang baik dan handal. Melalui praktek kerja
ini mahasiswa akan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku
perkuliahan kedalam lingkungan kerja yang sebenarnya serta mendapat
kesempatan untuk mengembangkan cara berfikir, menambah ide-ide yang berguna
dan dapat menambah pengetahuan mahasiswa terhadap apa yang ditugaskan dan
tanggung jawab yang di berikan.
Tujuan diadakannya kegiatan Praktek Kerja Lapangan yaitu memberikan
pengetahuan dan wawasan mengenai kondisi pekerjaan yang harus dijalani
seorang karyawan baru di awal waktu bekerjanya. Adaptasi yang paling penting
adalah mempersiapkan mental dan cara pandang fresh graduate dari yang
sebelumnya seorang mahasiswa menjadi pekerja. Praktek Kerja Lapangan akan
sangat membantu membuka mata mahasiswa akan kondisi di dunia kerja sehingga
dapat diterapkan di dunia kerja kelak. Praktek Kerja Lapangan juga meningkatkan
keterampilan dan keahlian mahasiswa. Selama praktik berlangsung, mahasiswa
dapat menerapkan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya. Seiring
berjalannya waktu, permasalahan dan praktik di dunia kerja akan membantu
mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan dan keahlian tersebut.
Mahasiswa akan didorong menjadi kreatif dan inovatif dalam keterlibatan secara
langsung di dalam pekerjaan. Praktek Kerja Lapang juga dapat menumbuhkan
profesionalisme mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja. Profesionalisme
merupakan bagian dari pola pikir dan perilaku seseorang terkait kewajiban atau

61
pekerjaannya. Praktek Kerja Lapangan merupakan sarana yang sangat tepat dalam
upaya mencapai tujuan tersebut. Pengalaman selama pelaksanaan akan
mendukung pembentukan sikap professional yang sangat dibutuhkan saat terjun
ke dunia kerja nantinya.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) diselenggarakan oleh Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya untuk program studi D-III Farmasi yang terencana
dilaksanakan di berbagai tempat seperti rumah sakit, dinas kesehatan, Pedagang
Besar Farmasi (PBF), dan apotek. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas
Kesehatan dilaksanakan dari tanggal 21 - 25 Februari 2022 di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang beralamat di jalan Yos
Sudarso No.09 Palangka Raya. Adapun tujuan dari melaksanakan PKL ini yaitu
untuk mengetahui kegiatan-kegiatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan obat, alkes dan
BMHP serta mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
merupakan pengelola obat-obatan dari pemerintah pusat. Pengelolaan obat
merupakan salah satu pendukung penting dalam pelayanan kesehatan yang baik.
Pengelolaan yang baik dapat mendukung kualitas pelayanan kesehatan. Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah merupakan sarana
pengelola obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yaitu bagian perencanaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan/pelaporan, monitoring dan evaluasi.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Instalasi Farmasi dan Logistik
Kesehatan melayani Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Tengah, kegiatan bakti sosial, pengobatan gratis dari lembaga sosial/institusi/
keagamaan/perorangan dan lain-lain. Ketersediaan obat dan bahan medis habis
pakai yang diterima dari berbagai sumber tersebut diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan di Kabupaten/Kota. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya Instalasi Farmasi dan Logistik Kesehatan terus
berusaha untuk memberikan pelayanan yang maksimal sehingga pelayanan dapat

62
berjalan cepat, tepat, sesuai kebutuhan dan mutu yang terjamin, sehingga
masyarakat dapat terlayani dengan baik.
Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan Tengah dikelola oleh Ibu apt.
Marlinae, S.Si. M.Si sebagai Plt. Kepala Seksi Farmasi, Alkes dan PKRT dan
sekaligus sebagai apoteker penanggung jawab di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dengan dibantu oleh 4 orang apoteker, 3
orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan 4 orang pelaksana teknis yang
memiliki tugas pokok dan fungsi sesuai uraian tugas masing-masing. Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki jam kerja pada
hari Senin - Jumat dimulai dari pukul 07.00 WIB -15.30 WIB.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
merupakan sarana pengelolaan obat buffer stock untuk kepentingan pelayanan
dasar dan penanggulangan bencana serta memenuhi kekurangan obat di
Kabupaten/Kota, sehingga dengan adanya Instalasi Farmasi ini dapat memberikan
keuntungan yaitu mempermudah jangkauan serta mempercepat ketersediaan obat
di Kabupaten/Kota. Tugas pokok Instalasi farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan tengah yaitu melaksanakan semua aspek pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian obat, BMHP, dan vaksin secara optimal, sehingga tujuan dari
pengelolaan obat tersebut dapat tercapai yaitu agar arus keluar masuknya obat
terkendali dan tidak terjadi kekosongan obat dan untuk mengendalikan kualitas
dan kelayakan obat yang baik untuk di distribusikan. Instalasi Farmasi Dinas
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 3 gudang yaitu:
4. Gudang buffer stock/logistik yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan,
pendistribusian dan pemeliharaan Obat, BMHP, dan perbekalan lainnya.
Adapun gudang buffer memiliki 11 CCTV dan 6 AC.
5. Gudang vaksin berfungsi sebagai tempat penyimpanan vaksin. Gudang vaksin
memiliki 3 CCTV.
6. Gudang psikotropika yang berada di lantai 2 gudang sebagai tempat
penyimpanan obat psikotropik.

63
1. Alur Permintaan Sediaan Farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah

A. Perencaaan
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
melakukan perencanaan pengadaan obat berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Pengadaan obat-obatan, BMHP, dan lainnya direncanakan untuk diadakan
berdasarkan sisa stok sebelumnya dan dari permintaan yang diperlukan oleh
masyarakat agar tidak terjadi penumpukan pada saat penyimpanan sehingga
obat-obatanan dan BMHP dapat dimanfaatkan dengan baik. Perencanaan
pengadaan obat bertujuan untuk menata alur permintaan dan distribusi obat,
sehingga distribusi obat dapat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan.
Perencanaan obat pada Buffer stok Provinsi Kalimantan Tengah mengacu
pada Rencana Kerja Operasional (RKO) yang meliputi perencanaan
kebutuhan dengan menetapkan kebutuhan jenis dan kebutuhan obat yang
sesuai dengan penyakit dan pola konsumsi (sesuai permintaan dari
Kabupaten/Kota). Rencana Kerja Operasional (RKO) merupakan rencana
kerja operasional yang disusun secara triwulan dan sebagai alat pengawasan
dan pengendali situasi dan kondisi di lapangan. Perencanaan Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan metode konsumsi.

64
Perencanaan obat data analisa data konsumsi obat pada tahun sebelumnya.
Perencanaan merupakan kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan jumlah
obat sesuai dengan pola penyakit masyarakat serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar termasuk program kesehatan. Tujuan perencanaan yaitu
sebagai dasar atau acuan untuk melakukan pengadaan sediaan farmasi serta
agar terjadinya kesinambungan antara permintaan dan distribusi, sehingga
distribusi obat berjalan lancar dari pihak Instalasi Farmasi ke pihak yang
membutuhkan. Perencanaan juga dilakukan untuk menghindari terjadinya
kekosongan stok obat. Untuk perencanaan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan metode konsumsi dan pola penyakit.
Metode perencanaan obat ini berdasarkan atas analisa data konsumsi obat
tahun sebelumnya.
B. Pengadaan
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah
melakukan pengadaan obat setelah dilakukan perencanaan pengadaan obat
sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat yang telah disetujui oleh
Kepala Dinas Provinsi Kalimantan Tengah. Pengadaan obat dilakukan dengan
pemesanan secara online melalui E-katalog. E-katalog adalah aplikasi atau
sistem yang dijalankan melalui media elektronik yang dapat diakses secara
online yang berisi daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga barang dari
berbagai penyedia barang/jasa pemerintah. Pengadaan merupakan kegiatan
untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui
sebelumnya. Tujuan dari pengadaan adalah memperoleh sediaan farmasi yang
di butuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat
waktu, proses berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang
berlebihan. Pengadaan obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), Pemerintah Pusat/hibah/bantuan dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi adalah batas kadaluarsa obat,
BMHP dan vaksin pada saat pengadaan minimal 2 tahun, telah memiliki ijin

65
edar atau nomor registrasi dari Kementrian Kesehatan RI dan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), obat di produksi oleh industri farmasi
yang telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
C. Penerimaan
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan
farmasi dari distributor ke bagian gudang atau logistik, bertujuan agar obat
yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menerima obat dan Bahan
Medis habis Pakai (BMHP) adalah kondisi sediaan farmasi, jumlah barang
dan kesesuaian fisik serta kelengkapan dari administrasi pengadaan barang.
Penerimaan obat dan alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah bertujuan agar obat dan alat kesehatan yang diterima dalam keadaan
baik sesuai dengan surat permintaan. Barang yang diterima harus dalam
kondisi baik, tidak rusak serta tidak kadaluarsa. Hal lain yang juga perlu
diperhatikan adalah jumlah barang dan kesesuaian fisik. Jumlah barang dan
kesesuain fisik harus di perhatikan dalam penerimaan obat dan perbekalan
farmasi karena hal ini berkaitan dengan kualitas dari barang yang di terima.
Karena apabila kualitas obat atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tidak
layak digunakan dapat membahayakan pasien. Kelengkapan adminitrasi
pengadaan barang juga harus diperhatikan dalam menerima sediaan farmasi
meliputi surat pemesanan obat, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan
vaksin, Surat Bukti Barang Keluar, dan faktur.
D. Penyimpanan
Penyimpanan obat-obatan dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah disimpan sesuai dengan jenis,
golongan, bentuk sediaan obat dan disusun secara alphabetis, suhu, kestabilan
terhadap perubahan fisika dan kimia obat, diurutkan berdasarkan First In First
Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO). FEFO adalah metode
pengelolaan barang dengan cara mengeluarkan atau memanfaatkan barang
yang punya masa kadaluarsa paling dekat terlebih dahulu. Semakin dekat
tanggal kadaluarsanya maka semakin cepat keluar gudangnya. Metode

66
pengelolaan ini terbilang efektif karena dapat mencegah penyimpanan stok
yang hampir kadaluarsa terlalu lama. Hal ini juga dapat menghindari potensi
kerugian karena dapat memanfaatkan semua persediaan secara efektif. FIFO
merupakan salah satu sistem penyimpanan dengan cara memakai stok barang
di gudang sesuai dengan waktu masuknya. Stok yang pertama kali masuk ke
gudang adalah stok yang harus pertama kali keluar dari gudang sehingga
penyimpanannya di susun di paling depan. Penyimpanan obat-obatan dan alat
kesehatan harus diperhatikan secara detail karena penyimpanan yang tidak
benar akan mempengaruhi kualitas dan mutu obat dan alat kesehatan yang
disimpan.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
memiliki gudang penyimpanan dengan distribusi obat menggunakan arah arus
penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi menggunakan sistem arus U.
Penggunaan sistem penerimaan dan pengeluaran tersebut bertujuan untuk
memudahkan pergerakan dalam penyimpanan, pengeluaran, dan pencarian
obat, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), dan vaksin. Penyusunan obat
kemasan dengan jumlah besar diletakkan diatas pallet secara rapi dan teratur.
Obat dengan kemasan kecil dan jumlahnya sedikit disimpan dalam rak dan
dipisahkan antara obat pemakaian dalam dan obat untuk pemakaian luar
dengan memperhatikan keseragaman nomor batch, serta penyimpanan obat
yang stabilitasnya dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, dan cahaya
ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan stabilitas obatnya, misalnya obat
suppositoria di simpan pada lemari pendingin dengan suhu antara 2ºC - 8ºC.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah berada di lantai dua. Ruang
penyimpanan obat dan narkotika memiliki 2 pintu. Pada pintu pertama
menggunakan pintu besi dan pintu kedua menggunakan pintu kayu. Kunci
yang digunakan juga kunci ganda serta kunci dipegang oleh apoteker
penanggungjawab dan pegawai lain yang dikuasakan. Gudang penyimpanan
obat narkotika dan psikotropika dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah
juga dilengkapi dengan fasilitas CCTV untuk memantau keamanan obat dari

67
tindakan pencurian, pendingin ruangan untuk mengatur suhu ruangan
penyimpanan obat, palet, lemari narkotika, dan rak obat.
Setiap obat yang ada di gudang penyimpanan Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah harus memiliki kartu monitoring stok.
Kartu stok berfungsi sebagai alat pencatatan mutasi obat mulai dari
penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, dan kedaluwarsa di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Informasi yang tertera dalam
kartu stok antara lain nama obat, kemasan, satuan, sumber, nomor, tanggal,
dok, exprade date, nomor batch, dari/ke, penerimaan, pengeluaran, saldo serta
nama/paraf. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
menggunakan sistem monitoring barang menggunakan kartu stok manual dan
elektronik (E-logistik). Kartu stok yang digunakan ada 2 macam yaitu kartu
stok yang dikhususkan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Daftar stok
obat yang berasal dari sumber anggaran daerah dan kartu stok APBN untuk
daftar stok obat yang berasal dari sumber anggaran pusat.
a. Penyimpanan Vaksin
Vaksin merupakan antigen yang diinaktivasi atau dilemahkan yang
bila diberikan kepada orang yang sehat untuk menimbulkan antibodi
spesifik terhadap mikroorganisma tersebut, sehingga bila kemudian
terpapar, akan kebal dan tidak terserang penyakit. Bahan dasar membuat
vaksin tentu memerlukan mikroorganisma, baik virus maupun bakteri.
Menumbuhkan mikroorganisma memerlukan media tumbuh yang
disimpan pada suhu tertentu. Mikroorganisme yang tumbuh kemudian
akan dipanen, diinaktivasi, dimurnikan, diformulasi dan kemudian
dikemas. Rangkaian proses pembuatan vaksin berada dibawah regulasi
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang juga dikenal sebagai Good
Manufacturing Practice (GMP) sehingga produk akan terjaga dalam
kualitas yang baik. Setiap lot yang diproduksi harus lulus pengujian mutu
(Quality Control), dan jaminan mutu (Quality Assurance). Setiap lot
produk yang dihasilkan akan dilaporkan pada Badan Pengawas Obat dan

68
Makanan (BPOM) untuk kemudian diperiksa dan bila sudah lulus, BPOM
akan mengeluarkan sertifikat lulus uji untuk setiap lot vaksin. Dengan
demikian dapat dilihat bagaimana setiap lot yang dihasilkan sangat terjaga
kualitasnya. Penyimpanan vaksin harus disesuaikan standar dan
karakteristik tiap vaksin. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki beberapa penyimpanan vaksin yaitu,
1. Penyimpanan Vaksin pada Suhu 2-8 °C
Ruang penyimpanan harus terhindar dari paparan sinar
matahari langsung. Penyimpanan vaksin COVID-19 diatur sedemikian
rupa untuk menghindari kesalahan pengambilan, perlu disimpan secara
terpisah dalam rak atau keranjang vaksin yang berbeda agar tidak
tertukar dengan vaksin rutin. Apabila memungkinkan, vaksin COVID-
19 disimpan dalam vaccine refrigerator yang berbeda, dipisahkan
dengan vaksin rutin. Penyimpanan vaksin bagi fasilitas pelayanan
kesehatan yang belum memiliki vaccine refrigerator standar (buka atas
sesuai Pre-Kualifikasi WHO), masih dapat memanfaatkan lemari es
domestik/rumah tangga, penataan vaksin dilakukan berdasarkan
penggolongan sensitivitas terhadap suhu dan sesuai manajemen vaksin
yang efektif. Vaksin tidak boleh diletakkan dekat dengan evaporator.
Vaksin di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah yang tergolong vaksin sensitive beku (freeze
sensitive) yang perlu disimpan pada suhu 2 – 8 ºC, jika disimpan pada
suhu dingin di bawah 0 ºC dapat mudah rusak adalah vaksin hepatitis,
B, DPT, DPT-HB, TT, BBIBP, sinovac, dan astrazeneca.
2. Penyimpanan Vaksin pada Suhu -15 ºC – -25 ºC.
Ruang penyimpanan harus terhindar dari paparan sinar
matahari langsung. Penyimpanan vaksin COVID-19 diatur sedemikian
rupa untuk menghindari kesalahan pengambilan Perlu disimpan secara
terpisah dalam rak atau keranjang vaksin yang berbeda agar tidak
tertukar dengan vaksin rutin. Apabila memungkinkan, vaksin COVID-

69
19 disimpan dalam freezer atau vaccine refrigerator yang berbeda,
dipisahkan dengan vaksin rutin.
Vaksin di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah yang tergolong vaksin sensitif panas (heat
sensitive), vaksin ini mudah rusak terhadap paparan panas secara
berlebih karenanya, perlu disimpan dalam suhu -15 ºC – -25 ºC.
Vaksin BCG, polio, campak, dan moderna.
3. Penyimpanan Vaksin pada Suhu -80 °C
Penyimpanan jenis vaksin COVID-19 ini membutuhkan sarana
Ultra Cold Chain (UCC). Ruang penyimpanan harus terhindar dari
paparan sinar matahari langsung. Sarana UCC yang dimaksud adalah
freezer dengan suhu sangat rendah (Ultra Low Temperature/ULT) dan
alat transportasi vaksin khusus. Alat transportasi vaksin UCC (berupa
kontainer pasif) terdiri dari dua:
a. Arktek menggunakan kotak dingin berupa PCM (Phase Change
Materials)
b. Thermoshipper menggunakan dry ice
Vaksin di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah yang di haruskan untuk disimpan di suhu -80
°C adalah vaksin Pfizer.
E. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan sediaan farmasi
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Pendistribusian obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
berdasarkan adanya permintaan dengan memberikan pengajuan surat
permohonan permintaan obat dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian ditujukan ke Instalasi Farmasi. Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah akan menyiapkan
permintaan yang diajukan dengan mengeluarkan dibuatkan surat pengantar,
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dibuat sebanyak 2 rangkap, 1 untuk
Instalasi Farmasi 1 untuk unit pelayanan yang didistribusikan, pada bulan

70
berikutnya unit pelayanan kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan lainnya
menyerahkan kembali kebagian Instalasi Farmasi dokumen yang diserahkan
sudah dicap dan ditanda tangani oleh kepala unit Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dibuat
sesuai dengan ketersediaan obat yang diberikan dan tanda terima obat. Obat
dan perbekalan farmasi didistribusikan dengan cara dapat diantar langsung
oleh instalasi farmasi dinas kesehatan provinsi Kalimantan Tengah ke
kabupaten/kota atau ke fasilitas kesehatan lainnya yang melakukan permintaan
maupun diambil langsung oleh pemohon. Semua obat yang keluar maupun
yang masuk dicatat di kartu stok yang terdapat pada masing-masing obat,
kemudian dimasukkan kedalam data program dinamika obat di Instalasi
Farmasi untuk mempermudah pengecekkan stock obat yang tersedia dan
untuk mempermudah monitoring jumlah stock obat dalam gudang.
Pendistribusian sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah disalurkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pencatatan dan pelaporan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan sediaan farmasi secara tertib, baik obat-obatan, Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) dan vaksin yang diterima, disimpan, didistribusikan.
Ketepatan dan kebenaran pencatatan laporan atau informasi merupakan faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan manajemen logistik obat. Tujuan
dilakukannya pencatatan dan pelaporan adalah tersediannya data mengenai
jenis dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan data
mengenai waktu dan seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.
Pendistribusian obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah didistribusikan ke 13 kabupaten dan 1
kota yaitu Kota Palangkaraya, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Barito
Timur, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Sukamara.

71
F. Pencatatan dan Pelaporan
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
melakukan pencatatan dan pelaporan sebagai bukti bahwa obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) yang telah di distribusikan dapat dijadikan bukti
sah dan dibenarkan dan juga untuk memonitor data barang yang keluar dari
gudang. Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan rekapitulasi
distribusi obat ke seluruh daerah yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah
dan data pendukung lainnya. Pencatatan dan pengelolaan data untuk
mendukung perencanaan dan pengadaan obat yaitu buku Expired Date, kartu
stok obat, Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), Berita Acara Serah Terima
(BAST).
Adapun sarana pencatatan dan pelaporan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu aplikasi elektronik (e-logistik)
dan kartu stok obat. Pelaporan dan pencatatan vaksin dan logistik vaksinasi
dilakukan setiap penerimaan atau pengeluaran vaksin pada aplikasi Sistem
Monitoring Imunisasi and Logistik Elektronik (SMILE). Setiap vaksin yang
keluar dibuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK).
G. Pemusnahan
Pemusnahan obat-obatan rusak atau kadaluwarsa di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dilaksanakan setiap 2 tahun
sekali. Pemusnahan adalah rangkaian kegiatan pemusnahan sediaan farmasi
yang sudah mengalami kerusakan fisik, kadaluarsa, serta sudah tidak terpakai
lagi. Tujuan pemusnahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) farmasi
yaitu untuk menghindari stok barang yang sudah tidak layak pakai di
distribusikan/digunakan pada pasien dan juga untuk menghindari
penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

72
NAMA : NUR WAHDINA
NIM : 19.71.020992
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebagai tempat
pendistribusian dan penyaluran Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP kemudian
disalurkan ke Dinas Kesehatan kabupaten atau kota Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah berstatus sebagai Buffer atau Buffer
Stock yang berarti sebagai penyangga persediaan obat-obatan dan perbekalan
kesehatan yang ditujukan untuk menunjang pelayanan kesehatan selama bencana.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintah dan tugas pembantu Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah juga mengelola persediaan
logistik. Kegiatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu ada perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan.
Mahasiswa berkesempatan untuk menambah ilmu, wawasan, serta
pengalaman berharga dengan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Mahasiswa melakukan Kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah yang beralamat di jalan Yos Sudarso nomor 09 Palangka Raya. Dari
tanggal 21 Februari - 26 Februari 2022. Dari pukul 07.30 WIB – 15.00 WIB dan
untuk jam istirahat mahasiswa diberikan waktu selama 1 jam dari pukul 12.00
WIB – 13.00 WIB. Pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, mahasiswa ditempatkan di bagian
Instalasi Farmasi agar Mahasiwa mengetahui semua kegiatan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan obat,
alkes dan BMHP serta mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan.
Perencanaan agar tidak terjadi kesinambungan antara permintaan dan
distribusi sehingga distribusi obat berjalan lancar dari pihak Instalasi Farmasi ke
pihak yang dibutuhkan. Perencanaan juga dilakukan untuk menghindari terjadinya
stok out (kekosongan) obat. Pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan

73
dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses
berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan. Pengadaan
obat dilakukan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncakan dan
disetujui.
Sumber anggaran pengadaan sediaan farmasi berasal dari APBD, APBN,
dan bantuan/hibah. Obat program terdiri dari beberapa yaitu program malaria,
filariasis, TB paru, kesehatan ibu dan anak, gizi dan imunisasi. Penerimaan
merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya
berdasarkan faktur pembelian atau surat pengiriman barang yang asli atau sah.
Penerimaan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah meliputi nomor batch, expired date yang masih berlaku,
kemasan fisik bagus tidak rusak, kembung, dan bocor, serta jumlah apakah telah
sesuai dengan faktur atau surat jalan.
Penyimpanan merupakan salah satu kegiatan pengaturan Perbekalan
Farmasi dan Perlengkapan Kesehatan menurut persyaratan yang di tetapkan yaitu
dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhunya, kestabilannya, mudah
tidaknya meledak/terbakar, tahan tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan
sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan. Penyimpanan harus dapat menjamin bahwa obat tetap dalam bentuk
sediaan awalnya tanpa mengalami perubahan fisik maupun kimia yang dapat
mempengaruhi efek kliniknya saat digunakan.
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan Obat dan
Perbekalan Kesehatan kepada unit pelayanan kesehatan serta pelayanan kesehatan
lainnya. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
menggunakan dokumen SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dibuat sebanyak 2
rangkap, I untuk Instalasi Farmasi I untuk unit pelayanan yang didistribusikan,
pada bulan berikutnya unit pelayanan kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan
lainnya menyerahkan kembali kebagian Instalasi Farmasi dokumen yang

74
diserahkan sudah dicap dan ditandatangani oleh kepala unit pelayanan kesehatan
dilampirkan dengan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
bulan berikutnya. Sistem Penyerahan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO).
Penerimaan dan Pelaporan atau informasi merupakan faktor yang sangat
penting dalam keberhasilan manajemen logistik obat. Proses perencanaan
dilakukan berdasarkan rekapitulasi pemakaian obat seluruh Kabupaten dan data
pendukung lainnya seperti data epididemiologi atau pola penyakit. Dengan
demikian ketepatan data dan informasi pemakaian obat sangat mempengaruhi
ketersediaan obat di Kabupaten Berdasarkan fungsinya kegiatan pencatatan dan
pelaporan terbagi atas pencatatan dan pengelolaan data untuk mendukung
perencanaan dan pengadaan obat serta pencatatan dan pengolahan data untuk
mendukung pengendalian persediaan obat
Kartu persediaan barang digunakan untuk mencatat semua kegiatan mutasi
obat di instalasi, antara lain mencatat jumlah penerimaan barang, pengeluaran
barang, barang hilang, barang rusak barang yang akan kadaluarsa atau barang
yang sudah kadaluarsa. Hasil pencatatan ini merupakan basis data yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan uji silang terhadap stok obat dalam gudang
penyimpanan. Pencatatan obat dilakukan terhadap : Penerimaan obat yang berasal
dari berbagai sumber anggaran pengadaan obat, Pencatatan nama obat jenis obat,
masa kadaluarsa obat, Pencatatan harga obat, sesuai dengan SK menkes,
Penyimpanan di Instalasi Farmasi.
Pemusnahan Penghapusan adalah rangkaian kegiatan pemusnahan Sediaan
Farmasi dalam rangka pembebasan barang milik Negara dari tanggung jawab
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penghapusan
merupakan bentuk pertanggung jawaban petugas terhadap sediaan farmasi atau
obat-obatan yang diurusinya, yang sudah ditetapkan untuk dihapuskan atau di
musnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan penghapusan sediaan
farmasi adalah untuk menghindari pembiayaan (biaya penyimpanan,
pemeliharaan, penjagaan dan lain-lain) atau barang yang sudah tidak layak untuk
dipelihara serta menjaga keselamatan dan terhindar dari pengotoran lingkungan

75
Vaksin adalah bahan antigenic yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat
berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak
menimbulkan penyakit.Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia
atau hewan untuk bertahan terhadap serangan pathogen tertentu, terurtama virus,
bakteri dan toksin.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah juga mengelola vaksin Covid-19 yang terdiri dari
vaksin Sinovac (CoronaVac), vaksin Moderna, vaksin Pfrizer dan vaksin
AstraZeneca.
a. Vaksin Sinovac
Sinovac (CoronaVac) merupakan vaksin yang mengandung virus
SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Penyuntikan vaksin Sinovac akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif
ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga tidak terjadi
infeksi.Di dalam produk vaksin ini juga terkandung aluminium hidroksida
sebagai bahan tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan respons sistem
kekebalan tubuh terhadap vaksin.
Vaksin Sinovac dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd. Vaksin ini
sudah melewati uji klinis fase ketiga yang dilakukan di Brazil, Turki, dan
Indonesia. Uji klinis fase ketiga di Indonesia menunjukkan nilai efikasi
vaksin, yaitu efek perlindungan terhadap COVID-19, sebesar 65,3%. Efek
samping dari vaksin Sinovac yaitu, nyeri atau bengkak di tempat bekas
penyuntikan, demam, badan terasa lelah, nyeri otot, sakit kepala dan mual
serta muntah. Vaksin Sinovac disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu
2⁰C - 8⁰C dan dapat bertahan hingga 3 tahun. Vaksin ini juga harus terhindar
dari paparan sinar matahari langsung.
b. Vaksin Moderna
Vaksin Moderna merupakan jenis vaksin mRNA (messenger RNA).
Vaksin ini tidak menggunakan virus yang dilemahkan atau dimatikan,

76
melainkan menggunakan komponen materi genetik yang membuat sistem
kekebalan tubuh memproduksi spike protein. Protein tersebut merupakan
bagian dari permukaan virus Corona.
Vaksin Moderna telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk
mencegah infeksi COVID-19 pada orang dewasa usia di atas 18 tahun. Dari
uji klinis yang sudah dilakukan, vaksin ini menunjukkan nilai efikasi, yaitu
efek perlindungan terhadap COVID-19, sebesar 94,1%. Efek samping dari
vaksin Moderna yaitu, nyeri atau bengkak di tempat bekas penyuntikan, badan
terasa lelah, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, mual serta muntah dan
demam. Vaksin Moderna disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -
15⁰C sampai dengan -20⁰C.
c. Vaksin Pfizer
Vaksin Pfizer adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-
2 penyebab penyakit COVID-19. Vaksin Pfizer merupakan hasil kerja sama
perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech dengan perusahaan farmasi asal
Amerika, Pfizer. Vaksin ini mulai dikembangkan sejak tahun 2020. Vaksin
Pfizer adalah vaksin mRNA (messenger RNA). Jenis vaksin ini akan memicu
sistem sistem kekebalan tubuh membentuk spike protein, yang nantinya akan
membantu tubuh membentuk antibodi yang dapat melawan virus Corona.
Berdasarkan uji klinis tahap III yang dilakukan di Amerika Serikat,
Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, dan Argentina, vaksin Pfizer memiliki
nilai efikasi, yaitu efek perlindungan terhadap COVID-19, sebesar 95%. Efek
samping dari vaksin Pfizer yaitu, sakit kepala, nyeri sendi atau nyeri otot,
menggigil, demam ringan, mual dan bengkak di kelenjar getah bening.
Vaksin Moderna disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu
2⁰C sampai dengan 8⁰C.
d. Vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca atau AZD1222 adalah vaksin untuk mencegah
penyakit COVID-19. Vaksin ini merupakan hasil kerja sama antara
Universitas Oxford dan AstraZeneca yang dikembangkan sejak Februari 2020.

77
Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19 telah menjalani uji klinis di
Inggris, Brazil, dan Afrika Selatan. Vaksin ini memiliki nilai efikasi (efek
perlindungan terhadap COVID-19) sebesar 63,09%.
Vaksin AstraZeneca berasal dari virus hasil rekayasa genetika (viral
vector). Vaksin ini bekerja dengan cara menstimulasi atau memicu tubuh
untuk membentuk antibodi yang dapat melawan infeksi virus SARS-Cov-2.
Efek samping dari vaksin AstraZeneca yaitu, sakit kepala, tubuh terasa lelah,
diare, demam, nyeri otot atau sendi dan gejala flu. Vaksin AstraZeneca
disimpan di kulkas atau pendingin pada suhu 2⁰C - 8⁰C, dan tidak boleh
dibekukan. Setelah dibuka, stabilitas vaksin dapat bertahan hingga 48 jam
pada suhu 2⁰C - 8⁰C. Setelah dibuka, vaksin dalam vial sebaiknya disuntikkan
secepatnya dalam waktu 6 jam pada suhu 2⁰C - 25⁰C. Sisa vaksin yang tidak
digunakan dalam jangka waktu tersebut harus dibuang.Vaksin AstraZeneca,
maksimal lamanya penyimpanan adalah 6 bulan di dalam lemari pendingin
dengan suhu 2⁰C - 8⁰C.
Untuk penanganan vaksin yang baru datang adalah langsung
dimasukkan ke dalam cool room dan cool chain agar mutu vaksin tetap
terjaga. Vaksin yang disimpan di dalam cool room/lemari es dengan suhu
2°C sampai dengan 8°C.
Pendistribusian vaksin Covid-19 menggunakan cool box yang berisi
kotak dingin (cool pack) dan juga untuk vaksin DPT (Difleri Pertuisis
Tetanus), vaksin TT (Tetanus Toksoid), vaksin DT (Difieri Toksoid), dan
vaksin Hepatitis B. Untuk vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) dan
Campak menggunakan kotak beku (cool pack) sedangkan untuk vaksin polio
menggunakan ice pack.
Pelaporan dan pencatatan vaksin dan logistik vaksinasi dilakukan
setiap penerimaan atau pengeluaran vaksin pada aplikasi Sistem Monitoring
Imunisasi and Logistik Elektronik (SMILE). Setiap vaksin yang keluar dibuat
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK).

78
NAMA : TRIA APRILIANI
NIM : 19.71.021042
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk emplementasi
secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di perkuliahan dengan
program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara
langsung didunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
Dalam hal ini Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang beralamat di Jl. Yos
Sudarso nomor 09 Palangka Raya. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan mulai
dari tanggal 21 – 26 Februari 2022 dimana diharapkan dalam waktu yang singkat
tersebut kami mampu memahami proses dan alur kegiatan kerja yang dilakukan di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi.
Dalam Instalasi Farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi pimpin oleh ibu
Marlinae,S.Si,Apt.M.Si sebagai PLT Kepala Seksi Farmasi,Alkes dan PKRT.
Waktu kerja di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
adalah dari hari senin sampai dengan hari jumat, dari pukul 07.30 WIB sampai
dengan pukul 15.00 WIB.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
merupakan tempat atau sarana pengelolaan Stok Penyangga (Buffer Stock) atau
cadangan yang disalurkan oleh Kementerian Kesehatan ke Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah untuk kepentingan pelayanan dasar dan
penanggulangan bencana dan juga memenuhi kebutuhan obat di Kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Tengah. Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksanaan
otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan dipimpin langsung oleh seorang
Kepala Dinas (Kadis).
Gudang Farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pencatatan pelaporan barang persediaan berupa obat, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya yang tujuannya akan digunakan
untuk melaksanakan program kesehatan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Gudang farmasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan
Provinsi dalam bidang pengelolaan obat, mulai dari penerimaan, penyimpanan,

79
pendistribusian obat, perbekalan kesehatan dan alat kesehatan yang diperlukan
dalam pelayanan.
Obat merupakan salah satu komponen penting dan tidak dapat tergantikan
dalam pelayanan kesehatan karena obat adalah bahan atau perpaduan bahan,
termasuk produk biologi yang dipergunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan.pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia. Oleh karena itu, obat harus dikelola dengan baik,
efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan farmasi tersebut
antara lain untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup sehingga mudah diperoleh
pada tempat dan waktu yang tepat.
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian
yang terdiri atas Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Oleh karena itu, tenaga
farmasi merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam menunjang
proses kesehatan dalam penyediaan obat dan alat kesehatan di Gudang Farmasi
untuk mewujudkan tenaga farmasi ahlimadya yang berkemampuan dan
berkompeten harus melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai
mahasiswa yang menekuni bidang kesehatan khususnya farmasi hendaklah
mengetahui gambaran umum, struktur organisasi, tugas di instalasi farmasi, obat-
obatan, BMHP, dan alat kesehatan yang ada di lapangan, agar saat kita bekerja di
instansi yang serupa tidak mengalami kesulitan-kesulitan dalam melakukan
kegiatan farmasi.
Dalam hal ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provins Kalimantan Tengah yaitu meliputi Perencanaan,
Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Pencatatan dan
Pelaporan, dan Pemusnahan.
Perencanaan merupakan kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan
jumlah obat sesuai dengan pola penyakit masyarakat serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar termasuk program kesehatan. Tujuan dari perencanaan adalah
agar terjadi kesinambungan antara permintaan dan distribusi, sehingga distribusi

80
obat berjalan lancar dari pihak Italass Farmasi ke pihak yang membutuhkan
Perencanaan juga dilakukan untuk menghindari terjadinya stok out (kekosongan)
obat. Pemilihan obat di Instalasi Farmast Dinas Kesehatan Provins Kalimantan
Tengah dilakukan berdasarkan pola penyakit dan konsumsi masyarakat. Obat,
Alat Kesehatan (Alkes), Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) direncanakan untuk dipilih berdasarkan sisa
stok sebelumnya artinya jika ada kekurangan stok maka obat, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai dan perbekalan kesehatan rumah tangga tersebut
direncanakan untuk diadakan terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar tidak terjadi
penumpukan pada saat penyimpanan.
Tujuan dan pengadaan adalah memperoleh obat yang di butuhkan dengan
harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan
lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan Pengadaan dilakukan
untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui Pengadaan
obat dan alat kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah bersumberkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi.
Dalam penerimaan barang yang harus diperhatikan yaitu sumber barang,
kondisi barang, tanggal kadaluarsa, dan jumlah barang. Pada sumber barang obat
dan Perbekalan Kesehatan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan program.
Kemudian melakukan pengecekan kesesuaian antara dokumen yang
menyertainya.
Penyimpanan merupakan salah satu kegiatan pengaturan Perbekalan
Farmasi dan Perlengkapan Kesehatan yang disimpan di bedakan menurut bentuk
sediaan, suhu, kestabilan, mudah tidaknya meledak/terbakar. Penyimpanan harus
dapat menjamin bahwa obat tetap dalam bentuk sediaan baik tanpa mengalami
perubahan fisik maupun kimia yang dapat mempengaruhi efek kliniknya saat
digunakan. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada

81
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat dan perbekalan kesehatan.
Obat-obat yang disimpan disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk
sediaannya, dengan menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First
Expired First Out (FEFO). Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi,
sanitasi temperatur, kelembahan, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Untuk gudang obat narkotika dan psikotropika
terletak di lantai 2, gudang tidak boleh dimasuki orang lain tanpa izin apoteker
penanggung jawab. Obat narkotik dan psikotropik di disimpan di dalam lemari
khusus secara tersendiri dan dipisah dari obat-obat golongan lain. Lemari khusus
penyimpanan obat narkotika dan psikotropika merupakan lemari yang terdiri dari
2 pintu dan 2 kunci, diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum,
dan kunci lemari khusus di kuasai oleh Apoteker penanggung jawab atau
Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lainnya yang dikuasakan.
Obat dan Perbekalan Kesehatan yang disimpan perlu dilengkapi dengan
Kartu Stok. Informasi yang tertera antara lain, Tanggal Obat atau Perbekalan
Kesehatan, Jumlah, Expired Date, Nomor Batch, dan Paraf petugas instalasi
farmasi. Dimana masih menggunakan kartu stok secara manual walaupun dalam
sistem pengadaannya menggunakan E-Porchasin berbasis E-catalog yang berarti
obat tercatat dalam sistem tersebut, hal tersebut untuk mencegah jika ada
pemeriksaan stok obat dan perbekalan kesehatan kartu stok berfungsi sebagai alat
pantau stok dari obat dan perbekalan kesehatan yang disimpan.
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan Obat dan
Perbekalan Kesehatan kepada unit pelayanan kesehatan serta pelayanan kesehatan
lainnya. Pendistribusian obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi
dimulai dari adanya permintaan obat dari Kabupaten/Kota dengan menyiapkan
obat yang diminta, kemudian dicatat di kartu stok, dicek ulang sebelum dikemas
atau di packing, membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Berita Acara
Serah Terima (BAST) yang dilengkapi dengan harga obat, penandatanganannya
diketahui oleh petugas gudang.

82
Pendistribusian menggunakan dokumen Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK) dibuat sebanyak 2 rangkap, 1 untuk instalasi farmasi dan 1 untuk unit
pelayanan yang didistribusikan, pada bulan berikutnya unit pelayanan kesehatan
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya menyerahkan kembali kebagian Instalasi
Farmasi dokumen yang diserahkan sudah dicap dan ditanda tangani oleh kepala
unit pelayanan kesehatan dilampirkan dengan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO).
Sasaran pendistribusian obat Instalasi Farmasi Provinsi Kalimantan
Tengah adalah Instalasi Farmasi yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu 13
(tiga belas) Kabupaten dan 1 (satu) kota yang selanjutnya didistribusikan lagi ke
Puskesmas untuk pelayanan pengobatan dasar dan untuk kegiatan seperti Baksos.
Pendistribusian mengunakan dokumen SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dibuat
sebanyak 2 rangkap, satu untuk Instalasi Farmasi dan satu untuk unit pelayanan
yang didistribusikan.
Pencatatan dan pelaporan informasi merupakan faktor yang sangat penting
dalam keberhasilan manajemen logistik obat. Proses perencanaan dilakukan
berdasarkan rekapitulasi pemakaian obat seluruh kabupaten dan data pendukung
lainnya seperti data pola penyakit. Dengan demikian ketepatan data dan informasi
pemakaian obat sangat mempengaruhi ketersediaan obat di Kabupaten. Kegiatan
pencatatan dan pelaporan memiliki fungsi yaitu pencatatan dan pengelolaan data
untuk mendukung perencanaan dan pengadaan obat, dan untuk mendukung
pengendalian persediaan obat, dan kartu persediaan barang digunakan untuk
mencatat semua kegiatan mutasi obat di instalasi, antara lain mencatat jumlah
penerimaan, pengeluaran, rusak atau kadaluarsa. Hasil pencatatan ini merupakan
basis data yang selanjutnya digunakan sebagai bahan uji silang terhadap stok obat
dalam gudang penyimpanan.
Pemusnahan perbekalan farmasi adalah tata cara untuk melakukan
pemusnahan obat, Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai dan yang termasuk
ke dalam perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi tersebut dimusnahkan karena
beberapa alasan yakni masuk tanggal kadaluarsanya atau rusak dalam
penyimpanan sehingga mutunya tidak dapat digunakan. Pemusnahan didasarkan

83
pada Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH). Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pemusnahan perbekalan
farmasi dilakukan satu tahun sekali. Selain mengelola sediaan farmasi seperti
Obat, Alkes, BHMP, dan PKRT, instalasi farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah juga mengelola vaksin.
Saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19, dimana sudah satu setengah
tahun lebih melanda dunia termasuk Indonesia. Salah satu upaya pemerintah
untuk menangani Pandemi Covid-19 yaitu dengan cara menerapkan protokol
kesehatan yang telah kita kenal dengan 5 M. Tidak cukup dengan protokol
kesehatan 5 M, pemerintah juga menerapkan upaya pencegahan yaitu dengan
vaksinasi.Untuk menyukseskan penyelenggaraan vaksinasi Covid-19 diperlukan
kerjasama dari semua pihak. Instalasi Farmasi Pemerintah dan pengampu program
imunisasi, baik di Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota, memiliki
peran yang sangat penting dalam mengelola vaksin Covid-19. Berbagai upaya
perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaan dan mutu vaksin Covid-19 yang
didistribusikan sehingga vaksin tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal di
fasilitas penyelenggara vaksinasi.
Secara teknis, penyimpanan vaksin dibagi menjadi beberapa kelas.
Misalnya untuk vaksin covid-19 Pfizer stabil pada suhu (- 70ºC) sampai dengan (-
80ºC) dan Moderna (-15ºC) sampai dengan (-25ºC), vaksin BCG (Bacillus
Calmatte-Guerin), campak dan MR (Measles and Rubela) stabil dalam suhu 2ºC
sampai dengan 8ºC. Sedangkan vaksin covid-19 Sinovac dan AstraZeneca stabil
pada suhu 2ºC sampai dengan 8ºC. Cara menyimpan vaksin yang benar adalah
susunan tidak rapat dan diberikan sirkulasi, pemisahan dan penandaan di setiap
batch, kemudian freeze alert didekatkan pada sumber dingin pada lokasi
penyimpanan vaksin.

84
Dengan kondisi alam Provinsi Kalimantan Tengah, dibutuhkan cara
distribusi yang lebih komplek. Misalnya, untuk pengiriman perlu menggunakan
kontainer yang tervalidasi dan memenuhi standar pengiriman. Hal perlu dilakukan
saat validasi adalah menyiapkan coolbox, kemudian memasukkan coolpack sesuai
produk vaksin yang akan divalidasi dengan jumlah sesuai besar coolbox. Setelah
itu produk vaksin dimasukkan ke dalam coolbox atau vaccine carrier, sensor
termometer terkalibrasi diletakkan di posisi terjauh atau terdekat dari sumber
dingin. Selanjutnya coolbox tersebut ditutup dan dilakukan pengiriman dengan
tujuan yang membutuhkan waktu terlama. Monitoring suhu dilakukan selama
pengiriman dengan interval waktu misalnya setiap 10 menit. ketika melakukan
monitoring suhu tersebut tutup coolbox dibuka dan dilakukan pencatatan suhu
yang ditunjukkan oleh termometer. Validasi dianggap berhasil apabila suhu
selama pengiriman sesuai persyaratan setelah dilakukan evaluasi suhu. Jika belum
sesuai, maka dapat diperbaiki dengan menukar atau menambah jumlah pendingin
dan mengganti coolbox. Selanjutnya hasil akhir validasi tersebut dapat digunakan
sebagai baku prosedur pengepakan vaksin.Untuk pengiriman vaksin yang lain
menggunakan coolbox yang berisi kotak dingin (cool pack) untuk vaksin DPT
(Difteri Pertuis Tetanus), TT (Tetanus Toksond), DT (Difteri Toksoid), Hepatitis
B ADS-PID (Auto Dissable Syringe-Prefil Injection Device) dan DPT-HB (Difteri
Tetame Pertuisis-Hepatitis B) serta kotak beku (cool pack) untok vaksin Polio,
BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Campak.

85
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yang kami laksanakan didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara
langsung serta dapat membandingkan antara teori yang diperoleh pada
perkuliahan dengan dunia kerja yang sebenarnya.
2. Mahasiswa mendapatkan ilmu tentang kegiatan yang dilakukan di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tentang
pengelolaan obat dan vaksin yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,
monitoring dan evaluasi.
B. Saran
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah ada beberapa saran yang dapat
di berikan yaitu sebaiknya dapat memberikan penambahan kegiatan kepada
mahasiswa PKL agar dapat menambah ilmu mengenai pengelolaan obat di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dan perlu
diperhatikan dalam penyusunan barang agar lebih tertata rapi serta diharapkan
dapat menambah fasilitas di gudang vaksin untuk mempermudah pembuatan
laporan serta SBBK.

86
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Depkes RI. 2015. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
di Daerah Kepulauan. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan.

Kemenkes RI. 2009. Surat Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perubahan Otonomi. Jakarta:


Sekretariat Negara Republik Indonesia.

87
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tampak Depan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Lampiran 2. Tampak Depan Gudang Instalasi Farmasi

88
Lampiran 3. Ruangan Administrasi

Lampiran 4. Rak Sediaan Obat, Alat Kesehatan, PKRT dan BMHP

89
Lampiran 5. Tampak Lantai 2

Lampiran 6. Mobil Angkutan

Lampiran 7. Ruangan Vaksin (Cooling Room)

90
Lampiran 8. Kartu Monitoring Suhu Vaksin

Lampiran 9. Forklift

91
Lampiran 10. Pallet

Lampiran 11. Hand pallet

Lampiran 12. Troli

92
Lampiran 13. Lemari Psikotropika

Lampiran 14. Freezer

93
Lampiran 15. Lift Barang

Lampiran 16. Lemari pendingin (Sediaan Injeksi)

94
Lampiran 17. Tangga

Lampiran 18. Stock Opname (Sediaan Obat dan BMHP)

95
Lampiran 19. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)

Lampiran 20. Kartu Stock Sediaan Obat

96
Lampiran 21. Kartu Stock BMHP

Lampiran 22. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

97

Anda mungkin juga menyukai