Anda di halaman 1dari 20

PAPER ADMINISTRASI KEBIJAKAN RUMAH SAKIT

PENERAPAN KEBIJAKAN AKREDITASI RS SERTA

DAMPAKNYA TERHADAP KARS, KESELAMATAN PASIEN DAN


KEPUASAN PASIEN

Dosen Pengampu:

Safari Hasan, S. IP,MMRS

DISUSUN OLEH:

MAYANG HAWWIN APHRODITA 10821013

Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Teknologi Manajemen


Kesehatan,

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, Jl. KH Wachid Hasyim No.65,
Bandar Lor, Kec. Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur 64114

Telp : (0354) 773299 Website : https://g.page/iikbwkediri?share


ABSTRAK

Akreditasi rumah sakit adalah akreditasi yang diberikan oleh badan independen yang
melaksanakan akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah ditetapkan
bahwa rumah sakit tersebut memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan.
Tujuan dibuatnya adalah untuk mengkaji definisi akreditasi dan memberikan
informasi untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien berdasarkan akreditasi
rumah sakit. Metode penulisan ini adalah literature

review yang menganalisis artikel terkait dan fokus pada topik yang sudah pasti
akreditasi rumah sakit.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan.
Rumah sakit menyediakan layanan pengobatan yang komprehensif, layanan
darurat, pusat transfer pengetahuan dan teknologi dan bertindak sebagai pusat
rujukan. Rumah sakit perlu senantiasa meningkatkan kepuasan pengguna jasa.
Pasal 9b Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
mewajibkan rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, tidak diskriminatif, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Setelah itu, Pasal 40 (1)
Ditetapkan bahwa rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi sekurang-
kurangnya setiap tiga tahun sekali dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa akreditasi rumah sakit sangat
penting untuk menjaga kualitas dan mengintegrasikan ke dalam sistem pelayanan
rumah sakit.
Undang-undang Akreditasi Rumah Sakit No. 012 Tahun 2012 menyebutkan
bahwa akreditasi bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien rawat inap
dan meningkatkan perlindungan rumah sakit sebagai pasien, masyarakat, staf
rumah sakit, dan institusi. Di era global saat ini, tuntutan masyarakat akan
kesehatan tidak terbatas pada kebutuhan hidup sehat. Tuntutan masyarakat
terhadap kesehatan telah berkembang ke arah kualitas pelayanan medis. Mutu
pelayanan medis menjamin masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Prastiwi, 2010). Dalam hal ini, tuntutan pelayanan medis, termasuk pelayanan
keperawatan profesional berstandar internasional, menjadi sangat penting.
Pelayanan kesehatan tidak hanya berfokus pada kepuasan pasien dan pasien,
tetapi juga keselamatan pasien. Untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien dan
menjamin keselamatan pasien, rumah sakit harus memiliki program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau seluruh unit kerja di
lingkungan rumah sakit. Pelaksanaan program memerlukan koordinasi dan
komunikasi yang baik antara manajer departemen/departemen medis,
keperawatan, penunjang medis, manajemen, dan lain-lain, termasuk manajer
departemen/unit/departemen/fasilitas pelayanan.
Proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan
mutu rumah sakit, sehingga kami senantiasa berupaya meningkatkan mutu
pelayanan. Melalui proses akreditasi ini, fokus rumah sakit terhadap keselamatan
pasien dan mutu pelayanan menjadi sarana membangun kepercayaan masyarakat.
Kriteria Akreditasi Rumah Sakit merupakan upaya Kementerian Kesehatan RI
untuk menyediakan sarana yang dapat mendorong rumah sakit untuk terus
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya. Oleh karena itu, rumah sakit
harus mau menerapkan standar akreditasi rumah sakit, termasuk standar lain
yang berlaku untuk rumah sakit yang tercantum dalam standar akreditasi rumah
sakit edisi 2012.
Data dari KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit) dikumpulkan hanya dari
284 rumah sakit yang terakreditasi secara nasional pada tahun 2015. 2.415 rumah
sakit terdaftar di Indonesia. Karena jumlah rumah sakit yang belum bersertifikat
adalah 2.131, hanya 11,75% rumah sakit di Indonesia yang bersertifikat. Oleh
karena itu, komitmen untuk mengelola dan mendukung seluruh personel di rumah
sakit juga memegang peranan penting dalam keberhasilan rumah sakit.
Pencapaian tujuan akreditasi tidak mudah dicapai tanpa adanya kewajiban
akreditasi dari operator rumah sakit.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat perawatan pasien
lebih aman, termasuk penilaian risiko, identifikasi risiko dan manajemen pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dari insiden dan tindak
lanjut, serta penerapan solusi mitigasi dan pencegahan risiko. Sebagai akibat dari
tindakan atau kelalaian dari tindakan yang seharusnya diambil.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian
2.1.1 Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi rumah sakit adalah akreditasi pemerintah terhadap rumah
sakit yang memenuhi standar yang ditetapkan. Tujuan umum akreditasi
adalah untuk memahami seberapa baik standar yang ditetapkan oleh rumah
sakit Indonesia terpenuhi dan untuk dapat menunjukkan kualitas pelayanan
rumah sakit. Akreditasi memiliki manfaat yang besar tidak hanya bagi
rumah sakit itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dan pemilik rumah
sakit. Akreditasi rumah sakit Indonesia dikelola oleh Komite Akreditasi
Rumah Sakit (KARS). Akreditasi rumah sakit merupakan cara untuk
menilai mutu pelayanan rumah sakit. Peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit sangat penting karena rumah sakit melaksanakan pelayanan
terpenting dan berbahaya dalam sistem pelayanan dan sasaran kegiatannya
adalah jiwa manusia.
Akreditasi Rumah Sakit berkaitan dengan penilaian mutu, sebenarnya
mutu itu sendiri merupakan hasil dari pelaksanaan akreditasi, akreditasi
tidak mengukur mutu pelayanan, hanya menilai pelayanan saja apakah
memenuhi kriteria. Lebih lanjut definisi akreditasi rumah sakit di tingkat
internasional dijelaskan dengan akreditasi yang diberikan oleh beberapa
lembaga yaitu pemerintah dan/atau badan akreditasi rumah sakit
independen di tingkat internasional yang memenuhi standar dan standar
yang telah ditetapkan.
Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah sakit adalah Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan Permenkes
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Fungsi Kementerian
Kesehatan. . nomor. Pasal 12 Pasal 1 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit menjelaskan bahwa akreditasi rumah sakit adalah akreditasi
rumah sakit yang dievaluasi oleh badan independen yang melaksanakan
akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri untuk memenuhi standar pelayanan
rumah sakit yang berlaku.
Setelah evaluasi, rumah sakit memenuhi kriteria akreditasi
Ensiklopedia Nasional. Ketentuan Akreditasi Akreditasi merupakan salah
satu kewajiban rumah sakit yang dilaksanakan sekurang-kurangnya per
lembaga, per pemerintah, atau tiga kali dalam tiga tahun, sebagaimana
diatur dalam Permenkes No. 012 UU 012. Hal ini merupakan bentuk
pengakuan sebagai. Pasal tentang rumah sakit, 44 tahun 2012 tentang
sertifikasi perumahan tahun 2009 terkait rumah sakit, menyebutkan
pengertian 40 ayat 1. Kegiatan ini dilakukan dengan akreditasi rumah sakit
untuk meningkatkan kualitas dan kesadaran rumah sakit yang menjamin
keselamatan pasien. Hampir semua tindakan medis yang dilakukan oleh
institusi independen di dalam rumah sakit memiliki penyedia yang
terakreditasi, dan risikonya harus diantisipasi oleh Menteri Kesehatan
sesegera mungkin. Setelah begitu banyak orang memutuskan bahwa rumah
sakit adalah profesi yang terlibat dalam perawatan untuk memenuhi
standar layanan rumah pasien. Kegagalan pelayanan kesehatan yang tepat
untuk memperbaiki kondisi tersebut dapat meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit dengan meningkatkan risiko kejadian diskontinu.
Tujuan umum diharapkan di rumah sakit. Akreditasi Akreditasi
memberikan gambaran rumah sakit yang berdampak positif pada seberapa
baik rumah sakit memenuhi kriteria yang diberikan kepada pasien
mengenai kualitas pelayanan dan kepuasan yang dicapai dalam kualitas
pasien (Yildiz, 2014). Layanan rumah sakit dapat ditagih. Menurut
Kementerian Kesehatan RI, sertifikasi memiliki beberapa keunggulan.
1. Bagi pasien dan masyarakat, antara lain:
Pasien dan masyarakat dilayani sesuai dengan kriteria yang
terukur, dan masyarakat dapat memilih rumah sakit yang
menawarkan pelayanan prima. Masyarakat akan lebih aman dalam
pelayanan di rumah sakit yang terakreditasi.
2. Bagi petugas kesehatan di rumah sakit, antara lain:
Rumah Sakit dilengkapi dengan sarana, prasarana, dan
peralatan berbasis standar untuk memberikan rasa aman dalam
menjalankan tugas.
3. Bagi rumah sakit, antara lain:
Sebagai alat ukur negosiasi dengan pihak ketiga seperti
perusahaan asuransi dan perusahaan.
Penerapan standar akreditasi akan memfasilitasi peralihan ke
layanan rumah sakit yang lebih berkualitas dan meningkatkan
kolaborasi antar bidang perawatan pasien (Manzo, 2012). Salah
satu manfaat penerapan standar akreditasi rumah sakit versi 2012
adalah rumah sakit lebih mendengarkan keluhan/kritik dan saran
dari pasien dan keluarganya. Selain itu, rumah sakit menghormati
hak pasien dan berupaya mengikutsertakan pasien sebagai mitra
dalam proses pengobatan. Pasien dan keluarganya diundang untuk
berpartisipasi dalam dialog untuk menentukan pengobatan terbaik.
Dampak yang diharapkan adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat (Rahma, 2012). Agar
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan dengan
baik, profesional kesehatan dan staf rumah sakit perlu secara aktif
mempromosikan implementasi program dan budaya mutu dan
keselamatan. Ini menyediakan layanan penting dan berbahaya.
Karena subyek kegiatannya adalah jiwa manusia, maka segala
bentuk pelayanan di rumah sakit harus berkualitas tinggi.
Proses akreditasi menilai kualitas pelayanan fasilitas kesehatan
dan dilakukan oleh badan independen yang berwenang. JCI (Joint
Commission International) adalah salah satu badan akreditasi
rumah sakit internasional yang diakui di dunia, badan akreditasi
nirlaba yang berbasis di AS yang misinya adalah untuk
menetapkan dan meninjau standar kinerja penyedia layanan
kesehatan. Akreditasi ISQua menunjukkan bahwa standar,
pelatihan, dan proses yang digunakan oleh JCI memenuhi standar
internasional tertinggi dari badan akreditasi dalam survei kinerja
layanan kesehatan. Institusi perawatan kesehatan memiliki akses
ke berbagai layanan dan sumber daya, dan masyarakat
internasional berpartisipasi melalui sertifikasi dan akreditasi JCI.
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien tanpa
meningkatkan biaya merupakan tujuan akreditasi internasional
rumah sakit JCI.
Adapun syarat-syarat yang ditentukan Joint Commission
Internasional (JCI) bagi rumah sakit pelayanan kesehatan yang
ingin diakreditasi sebagai berikut:
1. Rumah sakit tersebut harus bersedia dan berkomintmen
serta bersedia bertanggungjawab untuk menigkatkan
kualitas rawatan dan layanannya.
2. Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang
ditentukan oleh standar JCI.
3. Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi atas izin rumah
sakit peneydia layanan kesehatan di negara yang
bersngkutan.

Rumah sakit wajib melakukan akreditasi dalam upaya


peningkatan mutu pelayanan secara berskala. Akreditasi rumah
sakit adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerinta
pada amanjemen rumah sait dan wajib dilakukan setiap tiga
(tiga) tahun sekali. UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, pasal, 40 ayat 1. Akreditasi wajuib bagi semua rumh
sakit baik rumah sakit publik/ pemerintah maupun rumah sakit
privat/ swasta/ BUMN.

Proses akreditasi juga dirancang untuk meningkatkan budaya


keselamatan dan budaya kualitas rumah sakit, sehingga senantiasa
berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya.
Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat:
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit
menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan
mutu pelayanan
2. Menyediakan lingkungan kinerja yang aman dan efisien
ehngga staf merasa puas
3. Mendengaran pasien dan keluarga mereka, menghormati
ha-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra
dalam proses pelayanan
4. Menciptakan budaya mau belajar dari aporan insiden
keselamatan pasien
5. Membangun kemimpinan yang mengutamakan kerja sama.
Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demni
terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk
meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua
tingkatan.
2.1.2 Pengertian KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit)
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga independen
pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional,non struktural
dan bertanggung jawab kepada Mentri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk
pertama kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan
diperbarui, yang terakhir diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 417/ Menkes/ Per/ II/ 2011 tentang Akreditasi Rumah Sakit dengan
tugas dan fungsi melaksanakan akreditasi di Indonesia.
Tugas KARS adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan dan pembinaan di bidang akreditasi rumah sakit sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan perkembangan akreditasi internasional.
KARS menjalankan fungsi:
1. Perumusan kebijakan dan tata laksana akreditasi rumah sakit.
2. Penyusunan rencana strategi akreditasi rumah sakit.
3. Mengangkat dan memberhentikan tenaga surveyor.
4. Menetapkan statuta KARS dan dan aturan internal pelaksanaan
survei akreditas.
5. Penetapan status akreditasi dan penerbitan sertifikasi akreditasi.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang akreditasi dan
mutu layanan rumah sakit.
7. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang akreditasi.
Metode yang digunakan pada program akreditasi ialah sebagai
berikut:
1. Survei pra akreditasi, rumah sakit menilai diri sendiri (self
assessment) setelah menerima kuesioner pra akreditasi,
2. Survei akreditasi, survei dilakukan oleh surveyor yang
ditugaskan oleh KARS. Survei ini dilakukan di lokasi rumah
sakit setelah kuesioner pra akreditasi dievaluasi oleh KARS.
Namun pada pelaksanaannya rumah sakit diminta menyusun
rencana kegiatan akreditasi dan dari rencana kegiatan rumah
sakit tersebut Direktur Jendral Pelayanan Medik menentukan
jadwal pelaksanan survei, dan rumah sakit harus mengirimkan
self assessment.
KARS mempunyai surveyor yang bertugasmengadakan
kunjungan lapangan (site visit). Ada tiga kategori surveyor,
yaitu:
1. Surveyor administrasi, melakukan survei terhadap
administrasi dan manajemen, rekam medik,
pelayanan farmasi dan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
2. Surveyor medik, melakukan survei terhadap
pelayanan medis, pelayanan gawat darurat,
pelayanan radiologi, pelayanan laboratorium dan
pelayanan kamar operasi.
3. Surveyor keperawatan, melakukan survei pada
pelayanan keperawatan, pengendalian infeksi
nosokomial dan pelayanan perinatal risiko tinggi.

Status sertifikasi ditetapkan oleh Direktur Pelayanan Medik.


Kementerian Kesehatan diusulkan oleh KARS. Ada empat status
sertifikasi:

1. Tidak terakreditasi, yaitu rumah sakit gagal memenuhi standar yang


ditetapkan.
2. Akreditasi bersyarat, yaitu apabila nilai total lebih dari 65 % tapi
kurang dari 75 %, tidak ada nilai di bawah 60 %, dalam waktu satu
tahun akan dinilai lagi.
3. Akreditasi penuh, yaitu bila nilai total lebih dari 75 %, tidak ada
nilai di bawah 60 %, masa berlaku tiga tahun.
4. Akreditasi istimewa, untuk 5 tahun masa berlaku, didapat setelah
tiga kali berturutturut mendapat akreditasi penuh.
Menurut data KARS (Panitia Akreditasi Rumah Sakit 2015), dari
2.415 rumah sakit yang terdaftar di Indonesia, baru 284 yang terakreditasi
secara nasional. Karena jumlah rumah sakit yang belum bersertifikat adalah
2.131, hanya 11,75% rumah sakit di Indonesia yang bersertifikat. Oleh karena
itu, komitmen untuk mengelola dan mendukung seluruh personel di rumah
sakit juga memegang peranan penting dalam keberhasilan rumah
sakit.Pencapaian target akreditasi bukan hal yang mudah untuk dilakukan
tanpa adanya komitmen dari pemilik rumah sakit untuk diakreditasi.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat perawatan
pasien lebih aman, termasuk penilaian risiko, identifikasi risiko dan
manajemen pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar
dari insiden dan tindak lanjut, serta penerapan solusi mitigasi dan pencegahan
risiko. Ini adalah hasil dari tindakan atau kelalaian tindakan yang seharusnya
diambil.
2.2 Tujuan
Tujuan diberlakukannya penulisan ini supaya lebih mengerti tentang
sebagaimana pentingnya akreditasi bagi rumah sakit. Selain itu, tujuan umum
dari akreditas adalah untuk mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit
Indonesia yang sudah memiliki standar yang telah ditetapkan oleh mutu
pelayanan rumah sakit dan apakah dapat dipertanggung jawabkan oleh pihak
rumah sakit tersebut.
Tujuan khusus meliputi :
1. Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah
mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang
ditetapkannya.
2. Memberikan jaminan petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas tenaga
dan lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung
upaya penyembuhan dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya
3. Memberikan jaminan dan kepuasan kepada masyarakat abhwa pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit yang diselenggarakan sebaik mungkin.

Sedangkan tujuan pengaturan akreditas meliputi beberapa hal antara lain:

1. Dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan dapat melindungi


keselamatan dari pasien.
2. Dapat meningkatkan perlindungan bagi masyarakar, serta seumber daya
manusia di rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi.
3. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.
4. Dimungkinkan untuk meningkatkan spesialisasi rumah sakit Indonesia
dari perspektif masyarakat internasional.
Akreditasi rumah sakit Indonesia dilakukan untuk menilai kepatuhan
terhadap standar akreditasi rumah sakit. Kriteria akreditasi sendiri memiliki arti
pedoman yang mencakup tingkat kinerja yang harus dicapai rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan pasien.
2.3 Manfaat
Akreditas rumah sakit mempunyai dampak positif bagi berbagai pihak: bagi
negara, pemerintah, masyarakat, tenaga kesehatan, rumah sakit, tenaga medik,
dan tenaga kesehatan. Melalui penerapan standar akreditasi, kami akan
mendorong transisi ke layanan rumah sakit yang lebih berkualitas dan
meningkatkan kolaborasi antar bidang perawatan pasien. Hal ini akan
meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap rumah sakit.
Proses akreditasi rumah sakit yang baik dan profesional dapat meningkatkan
citra pelayanan medis kita di mata dunia internasional. Akreditasi rumah sakit
berdampak positif terhadap kualitas pelayanan pasien dan kepuasan pasien.
Penerapan standar akreditasi memfasilitasi transformasi ke layanan rumah
sakit yang lebih berkualitas, dan meningkatkan kolaborasi antar bidang
perawatan pasien. Akreditasi rumah sakit mendorong profesional kesehatan
untuk mengembangkan pengetahuan mereka tentang akreditasi rumah sakit dan
kemampuan mereka dalam profesi mereka untuk memenuhi persyaratan
akreditasi rumah sakit.
Seluruh insan rumah sakit serta tenaga kesehatan menjadi terlatih untuk
bekerjsama menjadi sebuah tim yang kompak untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pasien: sesuai dengan regulasi dan kewenangannya masing masing.
a. Ada beberapa manfaat akreditasi rumah sakit antara lain
1. Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultasi antara rumah
sakit dengan lembaga akreditasi yang akan memberikan saran
perbaikan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Melalui self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang
berada di bawah standar atau perlu diingatkan.
3. Penting untuk penerimaan tenaga.
4. Menjadi alat untuk negoisasi dengan perusahaan asuransi kesehatan.
5. Alat untuk memasarkan (marketing) pada masyarakat.
6. Suatu saat pemerinth akan mensyaratkan akreditasi sebagai kriteria
untuk memberi ijin rumah sakit yang menjadi tempat pendidikan
tenaga medis atau perawatan.
7. Meningkatkan citra dan kepercayaan pada rumah sakit.
b. Manfaat akreditasi rumah sakit bagi masyarakat
1. Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang menurutnya baik dalam
pelayanan kesehatan.
2. Masyarakat akan merasa lebih aman dalam mendapatkan pelayanan di
rumah sakit yang sudah diakreditasi.
c. Manfaat akreditasi bagi karyawan rumah sakit
1. Staff akan merasa aman dengan adanya sarana dan prasarana dengan
standar
2. Selft assessment menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan
standar dan peningkatan mutu.
2.4 Dampak Akreditasi
Dengan penerapan standar akreditasi dapat emnderong perubahan
pelayanan dalam rumah sakit yang lebih berkualitas serta peningkatan
kerjasama yang dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menambah
kepercayaan terhadap rumah sakit.
2.4.1 Dampak Positif dari Akreditasi Rumah Sakit
Dampak yang diharapkan bahwa rumah sakit yang melakukan
upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat (Rahma, 2012). Berdasarkan
hasil penelitian yang lainnya dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Persepsi manfaat akreditasi berpengaruh pada partisipasi
akreditasi.
2. Persepsi manfaat akreditasi berpengaruh pada komitmen
organisasional.
3. Persepsi manfaat akreditasi berpengaruh pada kepuasan kerja.
4. Partisipasi akreditasi berpengaruh pada komitmen organisasional.
5. Partisipasi akreditasi berpengaruh pada kepuasan kerja.
6. Partisipasi akreditasi berpengaruh pada kinerja.
7. Kepuasan kerja berpengaruh pada komitmen organisasional.
8. Komitmen organisasional berpengaruh pada kinerja, dan
9. Kepuasan kerja berpengaruh pada kinerja.
2.4.2 Dampak Akreditasi untuk Kepuasan pasien
Dengan diberlakukannya kreditas di rumah sakit tentu akan
memberikan dampak positif bagi pasien dikarenakan proses
akreditasi yang sudah memenuhi syarat untuk diberlakukannya
akreditasi di rumah sakit tersebut. Berikut dampak positif bagi pasien
yang sedang dirawat:
1. Pasien akan mendapatkan perawatan yang baik karena sudah
memenuhi syarat untuk pengajuan akreditas rumah sakit.
2. Pasien akan lebih aman ketika dirawat inap di rumah sakit.
3. Pasien akan lebih nyaman ketika sedang dirumah sakit.
2.4.3 Dampak Akreditasi Positif Bagi Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit memberikan asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi penilaian risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemmapuan belajar dari insiden dan tindakan lanjutannya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Depkes,
2006). Mengurangi atau meminimalkan angka kejadian atau cidera
merupakan salah satu dari sasaran keselamatan pasien atau
Internasional Ptient Safety Goal (ISPG), yang juga menjaadi salah
satu standar Joint Commission International (JCI), bagian tersebut
dikembangkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
berpotensi menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan. Perawat
dituntut untuk tidak berinteraksi selama 24 jam, waktu interaksi
paling banyak dibanding tenaga kesehatan yang lain, sehingga
memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan akreditas.
Dengan diberlakukannya pengakreditasi terhadap rumah sakit akan
membuat beberapa dampak positif bagi pasien yaitu:
1. Pasien akan lebih aman ketika dirawat di rumah sakit yang
sudah jelas akan akreditasinya karena sudah melewati
beberapa proses supaya dapat dirawat dengan aman.
2. Rumah sakit yang sudah jelas akan akreditasi pasti
mempunyai alat-alat yang lengkap jika akan melakukan
tindakan darurat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan
Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
secara berkesinambungan. Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu agar
mengetahui apa defenisi dari akreditasi dan memberi informasi tentang
peningkatan mutu dan keselamatan pasien berdasarkan akreditasi rumah sakit.
Tujuan umum akreditasi adalah untuk mendapat gambaran seberapajauh rumah
sakit yang ada diIndonesia yang telah memenuhi standar akreditas yang telah
ditetapkan sebagai mutu pelayanan rumah sakit yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembgaa independen
pelaksana akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional,non struktural dan
bertanggung jawab kepada Mentri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk pertama
kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga) tahun peraturan diperbarui, yang terakhir
diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 417/ Menkes/ Per/ II/
2011 tentang Akreditasi Rumah Sakit dengan tugas dan fungsi melaksanakan
akreditasi di Indonesia. Tugas KARS ialah melakukan perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan dan pembinaan di bidang akreditasi rumah sakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan perkembangan akreditasi internasional.
3.2 Saran
Akreditasi rumah sakit memiliki berbagai dampak positif seperti penerapn
standar akreditasi mendorong perubahan pelayanan rumah sakit yang lebih
berkualitas dan peningkatan kerjasama antara disiplin profesi dalam perawatan
pasien dan akreditas yang baik dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
menambah kepercayaan pada masyarakat untuk di rawat di rumah sakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sakit, Komisi Akreditasi Rumah. "Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi
1." Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2017): 217-225.

Sakit, K. A. R. (2017). Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1. Jakarta:


Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 217-225.

SAKIT, Komisi Akreditasi Rumah. Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi
1. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017, 217-225.

Deharja, Atma, and Selvia Juwita Swari. "Desain Formulir Assesment Awal Medis
Gawat Darurat Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah
Sakit Daerah Balung Jember." Prosiding (2017).

Deharja, A., & Swari, S. J. (2017). Desain Formulir Assesment Awal Medis Gawat
Darurat Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit
Daerah Balung Jember. Prosiding.

DEHARJA, Atma; SWARI, Selvia Juwita. Desain Formulir Assesment Awal Medis
Gawat Darurat Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah
Sakit Daerah Balung Jember. Prosiding, 2017.

Tarigan, Asyifa Permana Sari. "Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Yang


Terakreditasi." (2019).

Sakit, Komisi Akreditasi Rumah. "Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi
1." Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2017): 217-225.

Sakit, K. A. R. (2017). Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1. Jakarta:


Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 217-225.

SAKIT, Komisi Akreditasi Rumah. Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi
1. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017, 217-225.

Ismainar, Hetty. Keselamatan pasien di rumah sakit. Deepublish, 2015.

Sakit, Komisi Akreditasi Rumah. "Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi
1." Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2017): 217-225.
Safitri, Rahayu Aliya. "HAL-HAL YANG MENDORONG AKREDITAS RUMAH
SAKIT DENGAN KESELAMATAN PASIEN." (2019).

Mulyana, Dede Sri. "Analisis penyebab insiden keselamatan pasien oleh perawat di
unit rawat inap rumah sakit X Jakarta." Universitas Indonesia 3 (2013).

SAKIT, KOMISI AKREDITASI RUMAH. "Komisi Akreditasi Rumah Sakit."


(2018).

HASIBUAN, PUTRI LEONY. "PENTINGNYA AKREDITASI RUMAH SAKIT


DALAM PELAYANAN, KESELAMATAN, DAN PERLINDUNGAN KEPADA
PASIEN." (2019).

Jannah, Miftahul. "Penerapan Keselamatan Pasien yang Baik Berpengaruh Terhadap


Akreditasi Rumah Sakit." (2019).

Sakit, Komisi Akreditasi Rumah. "Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi
1." Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2017): 217-225.

Anda mungkin juga menyukai