oleh
Penyuluhan adalah sistem pendidikan non formal yang pada umumnya ditujukan
kepada masyarakat tani, terutama yang tinggal di pedesaan. Hal ini bertujuan agar
para petani tahu, mau, dan mampu melakukan anjuran atau inovasi teknologi
sehingga terjadi peningkatan produksi, produktivitas, dan pendapatannya yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraannya. Penyuluhan pertanian sangat
berperan dalam kegiatan pembangunan, terutama dalam usaha mencapai
swasembada. Peran penyuluh di lapangan sangat dominan dalam pelaksanaan
penyuluhan. Kegiatan penyuluhan telah memotivasi petani untuk selalu mengikuti
perkembangan informasi dan teknologi di bidang pertanian, meskipun masih ada
beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya (Gitosaputro dkk., 2012).
Menurut Sasongko (2011), penyuluh adalah seseorang yang memiliki kewajiban atas
nama pemerintah atau lembaga untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi materi
penyuluhan yang disampaikan. Seseorang yang bertugas di lapangan yang telah
diberi pelatihan dengan kemampuan tertentu sesuai dengan kegiatan penyuluhan yang
akan diberikan adalah penyuluh atau dapat disebut sebagai agen perubahan (agent of
change). Beberapa peranan penyuluh, antara lain, sebagai pembimbing petani,
organisator, motivator dan dinamisator petani, pendamping teknis bagi petani,
penghubung komunikasi antara petani dengan lembaga penelitian dan pemerintah dan
sebagai agen pembaruan bagi petani dalam membantu masyarakat petani dalam usaha
tani mereka. Tujuan penyuluhan pertanian dapat terbagi menjadi dua, yaitu tujuan
jangka pendek (memberikan atau mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap dan
tindakan petani, serta mengubah sifat petani yang pasif dan statis menjadi lebih aktif
dan dinamis) dan tujuan jangka panjang (meningkatkan taraf hidup masyarakat tani).
Petani merupakan pelaku utama, sebagai pengelola atau pelaksana dalam kegiatan
usaha tani dan termasuk bagian dari masyarakat Indonesia yang memerlukan
peningkatan kesejahteraan hidup. Dengan adanya peranan penyuluh, seluruh
perkembangan informasi pertanian diharapkan dapat diteruskan kepada petani.
Salah satu faktor efektivitas penyuluhan adalah banyaknya informasi yang dapat
diterima dan dimanfaatkan oleh petani. Sebagian besar kelompok tani telah
dikembangkan, tetapi eksistensinya sering dipertanyakan seiring dengan adanya
bantuan kredit subsidi, alat produksi, dan anjuran penerapan teknologi. Namun fakta
telah menunjukkan bahwa kelompoknya berakhir dan anjuran teknologi mulai
ditinggalkan dengan berhentinya bantuan tersebut. Oleh karena itu, konsistensi
penyuluh pertanian diperlukan dalam menjalankan fungsinya pada kelompok tani,
sehingga dapat mendorong sistem agribisnis berbasis pertanian tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, serta peternakan (Nongoloy dkk., 2019).
1.2. Tujuan
Menurut Van den Ban dan Hawkins (2011) dalam Sari (2018), penyuluhan adalah
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi dengan sadar dan
bertujuan untuk membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga dapat
membuat keputusan yang benar. Penyuluhan secara sistematis dapat didefinisikan
sebagai proses yang:
1. Membantu menganalisis situasi yang sedang dihadapi saat ini dan
memperkirakan ke depannya;
2. Membantu petani agar sadar terhadap kemungkinan munculnya masalah dari
analisis yang dilakukan tersebut;
3. Memperluas pengetahuan dan wawasan terhadap suatu masalah, serta
membantu menyusun kerangka atas dasar pengetahuan petani;
4. Membantu petani mendapatkan pengetahuan khusus yang berkaitan dengan
pemecahan masalah yang dihadapi dan akibat yang disebabkannya sehingga
mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan;
5. Membantu petani mengambil keputusan mengenai pilihan tepat yang menurut
pendapat mereka telah optimal;
6. Meningkatkan motivasi petani agar dapat menerapkan pilihannya;
7. Membantu petani dalam proses evaluasi dan peningkatan keterampilan mereka
dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.
Dengan adanya rangkaian proses ini, keberhasilannya tidak hanya menjadi tanggung
jawab penyuluh seacara keseluruhan, tetapi juga bergantung pada peran aktif dari
petani. Komunikasi sangat berperan dalam menghubungkan penyuluh dengan petani
agar seluruh proses dapat berjalan dengan lancer tanpa rintangan.
Menurut Pangerang (2016) dalam Sari (2018), UU RI Nomor 16 Tahun 2006
menyatakan bahwa sistem penyuluhan pertanian merupakan seluruh rangkaian
pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama
(pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Oleh karena itu,
penyuluhan pertanian dapat menjadi suatu proses belajar bagi pelaku kegiatan
pertanian serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan,
dan sumberdaya lainnya. Hal tersebut dilakukan sebagai usaha peningkatan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Ardianto dan Elvinaro (2009) dalam Sari (2019) menyatakan bahwa komunikasi
merupakan sebuah proses untuk menyampaikan pengertian antarindividu. Pada
hakikatnya, komunikasi adalah proses dimana penyampaian suatu pesan kepada
penerima yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku dari penerima pesan tersebut.
Komunikasi memiliki tiga tujuan, yaitu:
1. Informatif, yaitu komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi-
informasi berupa fakta yang bersifat objektif dan nyata;
2. Persuasif, berarti komunikasi bertujuan untuk menggerakkan hati dan perasaan
penerima manfaat atau komunikan sehingga mau mengikuti anjuran atau
melakukan perubahan atas kemauan sendiri sesuai yang harapan komunikator;
3. Entertainment, dapat diartikan bahwa komunikasi bertujuan untuk menghibur
komunikan, membuat mereka senang, dan tidak bersikap apatis maupun
pesimis dalam suatu kegiatan.
Penyuluh pertanian memiliki tugas mendorong petani agar mampu mengubah cara
berpikir, bekerja, dan hidup sesuai dengan perkembangan pengetahuan, budidaya, dan
teknologi. Beberapa peranan penyuluh pertanian adalah sebagai berikut:
1. Penyuluh sebagai inisiator, yang senantiasa selalu memberikan gagasan atau
ide-ide baru kepada penerima manfaat;
2. Penyuluh sebagai fasilitator, yang memberikan jalan keluar atau kemudahan-
kemudahan, baik dalam proses belajar, maupun fasilitas dalam memajukan
usahataninya. Penyuluh dalam penyuluhan pertanian memfasilitasi beberapa
hal, yaitu kemitraan usaha, akses ke pasar, permodalan dan sebagainya;
3. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani menjadi
tahu, mau dan mampu;
4. Penyuluh sebagai penghubung (penghubung dengan pemerintah) yang dapat
menyampaikan aspirasi masyarakat tani dalam bentuk program penyuluhan
pertanian serta kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan bidang
pertanian;
5. Penyuluh sebagai penghubung dengan peneliti, yang membawa inovasi baru
dari hasil-hasil penelitian yang dapat memajukan usaha tani;
6. Penyuluh sebagai guru dan pembimbing petani, yang mengajar dan melatih
petani selayaknya orang dewasa;
7. Penyuluh sebagai organisator dan dinamisator, yang dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kelompok tani agar dapat memiliki fungsi sebagai kelas
belajar-mengajar, tempat bekerja sama, dan sebagai unit produksi;
8. Penyuluh sebagai penganalisis, dalam hal ini penyuluh dituntut untuk dapat
menganalisis masalah, karena anlisis tentang kebutuhan petani dan keluarganya
adalah masukan dalam membuat program penyuluhan pertanian selanjutnya;
9. Penyuluh sebagai agen perubahan, penyuluh harus mampu mempengaruhi
petani dan keluarganya agar mengubah perilakunya ke arah kemajuan. Dalam
hal ini penyuluh berperan sebagai katalis, pembantu dalam pemecahan masalah,
pembantu proses, dan sumber penghubung (BPTP Maluku, 2019).
Mardikanto (2007) dalam Ali dkk. (2018) menyatakan bahwa seorang penyuluh
wajib memahami potensi wilayah kerja dalam pelaksanaan penyuluhan karena
pemahaman tersebut dapat membantu penyuluh dalam memahami keadaan
masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan; keadaan lingkungan fisik dan sosial
masyarakat sasaran; masalah yang pernah, sedang, dan akan dihadapi dalam
pelaksanaan penyuluhan; dan faktor-faktor pendukung kegiatan penyuluhan yang
akan dilaksanakan. Dalam perencanaan kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh
harus mengetahui kebutuhan petani agar sesuai dengan program yang akan diberikan.
Oleh karena itu, penyuluh perlu mengidentifikasi tentang hal-hal apa saja yang
dibutuhkan oleh petani. Setelah itu, informasi yang didapatkan kemudian dianlisis
sehingga penyuluh dapat memahami kebutuhan petani, baik kebutuhan yang
dirasakan (felt need) maupun kebutuhan yang nyata (real need).
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Peranan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah sebagai
inisiator, fasilitator, motivator, penghubung dengan pemerintah, penghubung
dengan peneliti, guru dan pembimbing petani, organisator dan dinamisator,
penganalisis, serta agen perubahan.
2. Kelompok masyarakat yang berperan dalam pembangunan pertanian, yaitu
pelaku utama, penentu kebijakan, dan pendukung.
3. Contoh kegiatan antara penyuluh dan petani dalam kegiatan penyuluhan
pertanian adalah pekarangan pangan lestari (P2L) dan pembuatan pupuk
organik dari limbah pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Tolinggi, W., dan Saleh, Y. 2018. Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh
Pertanian Lapangan di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo. UNG. Gorontalo. Jurnal Agrinesia. 2 (2) : 112-120.
Anwar, K., Rangga, M. F., Kifli, H., Ridha, I. M., Lestari, P. P., Wulandari, H. 2008.
Kombinasi Limbah Pertanian dan Peternakan sebagai Alternatif Pembuatan
Pupuk Organik Cair melalui Proses Fermentasi Anaerob. UII. Yogyakarta.
Indraningsih, K. S., Sugihen, B. G., Tjitropranoto, P., Asngari, P. S., dan Wijayanto,
H. 2010. Kinerja Penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh
Swadaya sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. IPB. Bogor. Jurnal Analisis
Kebijakan Pertanian. 8 (4) : 303 – 321.