Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FITOKIMIA

“IDENTIFIKASI FLAVONOID”

Disusun Oleh :

1. Sefia Fitriani (A1201046)


2. Thalia Achmad (A1201051)
3. Wasis Utami (A1201057)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA

SEMARANG

2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Identifikasi flavonoid” dengan
baik. Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu apt. Margaretha
P. M.Sc dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan serta bantuan sehingga
tugas makalah ini dapat terselesaikan.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Fitokimia. Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi
terciptanya makalah yang lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 2022
DAFTAR ISI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA SEMARANG................................................................1


KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................8
2.1 PENGERTIAN FLAVONOID............................................................................................................8
2.2 PENGGOLONGAN FLAVONOID.....................................................................................................9
2.3 IDENTIFIKASI FLAVONOID..........................................................................................................15
2.4 MEKANISME REAKSI PADA UJI FLAVONOID...............................................................................16
2.4 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini)
.........................................................................................................................................................16
BAB III..................................................................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................20
3.2 SARAN........................................................................................................................................20
3.3 LAMPIRAN.................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar di alam, terdapat pada semua

tumbuhan hijau, termasuk ekstrak temu-temuan yang banyak dikonsumsi sebagai obat

tradisional. Flavonoid dikenal memiliki aktivitas sebagai senyawa antioksidan,

antimelanogenesis dan antimikroba yang berpotensi. Akan tetapi, flavonoid umumnya

memiliki kelarutan yang rendah serta tidak stabil terhadap pengaruh cahaya, oksidasi, dan

perubahan kimia. Apabila teroksidasi akan merubah struktu dan fungsinya sebagai bahan

aktif (Soeka, 2007).

Flavonoid mengandung 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6

yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan dengan satuan tiga karbon. Perbedaan

tingkat oksidasi -C3- inilah yang menjadi dasar penggolongan jenis flavonoid. Modifikasi

flavonoid lebih lanjut menghasilkan penambahan (atau pengurangan) hidroksilasi,

metilasi gugus hidroksi inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksi atau inti flavonoid,

metilenasi gugus orto-hidroksi, dimerisasi (pembentukan) biflavonoid, pembentukan

bisulfat, dan terpenting glikosilasi gugus hidroksi (pembentukan flavonoid O-glikosida)

atau inti flavonoid (pembentukan flavonoid C-glikosida (Nugrahaningtyas dkk, 2005)

Banyak senyawa flavonoid yang mudah larut dalam air sehingga pengekstraksian

kembali larutan dalam air tersebut dapat dilakukan dengan pelarut organik yang tidak

bercampur dengan air tetapi agak polar. Pemilihan pelarut organik untuk pengekstraksian

kembali senyawa flavonoid yang terlarut dalam air umumnya menggunakan kloroform,

dietil eter, etil asetat,dan n-butanol (Sari, 2006).

Pelarut alkoholik merupakan pilihan utama untuk semua jenis flavonoid. Pelarut

etanol bisa digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai relatif
rendah, karena etanol merupakan pelarut universal. Etanol mempunyai kelebihan

dibanding air yaitu tidak menyebabkan pembengkaan sel, menghambat kerja enzym dan

memperbaiki stabilitas bahan obat telarut. Etanol 70% sangat efektif menghasilkan bahan

aktif yang optimal, bahan balas yang ikut tersari dalam cairan penyari hanya sedikit,

sehingga zat aktif yang tersari akan lebih banyak (Prayoga, 2008).

Tumbuhan jamblang ini dilaporkan mengandung senyawa kimia antara lain suatu

alkaloid, flavonoid, resin, tannin, dan minyak atsiri (Arifin, 2006). Tumbuhan ini

memiliki banyak khasiat tidak lain karena memiliki kandungan kimia yang fungsinya

dapat mengobati suatu penyakit. Salah satunya adalah senyawa flavonoid. Flavonoid

meru- pakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa ini

dapat digunakan sebagai anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti jamur, anti virus, anti

kanker, dan anti tumor. Selain itu flavonoid juga dapat digunakan sebagai anti bakteri,

anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi (Sriningsih, 2008). Penelitian ini bertujuan

untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa Flavonoid dari daun Jamblang

(Syzygium cumini). Syzygium cumini termasuk kedalam keluarga suku jambu-jambuan

(Myrtaceae). Jenis ini termasuk jenis asli kawasan Indo-Malaysiana, termasuk Indonesia.

Masyarakat di kawasan ini telah lama mengenalnya sebagai tanaman buah yang dapat di

konsumsi. Informasi terakhir menge- nai tumbuhan jenis ini adalah kegunaannya sebagai

bahan baku obat diabetes militus (Mudiana, 2007).Menurut Mahmoud et. al (2001) bahwa

secara umum genus Syzygium mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid,

alkaloid, tannin, terpenoid, yang digunakan di dalam dunia pengobatan antara lain untuk

antiradang, penahan rasa sakit, dan anti jamur.

Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gu gus hidroksil yang

tidak tersub stitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran dari

pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan
( Rijke, 2005). Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan

ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari yang

sesuai sifat kepolarannya. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti

sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan

kepentingan dalam memperoleh ekstrak 3 yang sempurna ataumendekati sempurna

(Ansel, 1989 dalam Sjahid, 2008). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu maserasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Flavonoid?

2. Apa saja penggolongan Flavonoid?

3. Uji apa saja yang dapat menunjukkan Flavonoid?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Flavonoid.

2. Untuk mengetahui penggolongan Flavonoid.

3. Untuk mengetahui uji yang dapat menunjukkan Flavonoid.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FLAVONOID


Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan kelompok fenol yang terdiri dari 15 atom

karbon yang dengan warna kuning dan merah yang dapat ditemukan pada tumbuhan

seperti buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herbal, rempah-rempah, serta produk

pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan

obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta

kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid

tertentu.

Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses

evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid

berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, kompetisi, interaksi dengan

mikrobia, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur

transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.

Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,

dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga

membentuk suatu susunan C6-C3-C6.Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga

memiliki sifat kimia senyawa fenol, yaitu


1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.

2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.

3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat menyebabkan

rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri.

4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi

antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus hidroksil memiliki

peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan radikal bebas.

2.2 PENGGOLONGAN FLAVONOID


Harborne ; Marby dkk; Markham (1967a; 1970; 1982 dalam Harborne 1987: 72)

memberikan penjelasan bahwa Penggolongan jenis flafonoid dalam jaringan tumbuhan

mula-mula didasarkan kepada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti

dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi satu arah.

Akhirnya, flavonoid dapat dipisahkan dengan cara kromatografi. Komponen masinh-masing

diidentifikasi dengan membandingkan kromatografi dengan spektrum, dengn memakai

senyawa pembanding yang sudah dikenal. Senyawa baru yang ditemukan sewaktu menelaah

memerlukan pemeriksaan kimia dan spektrum yang lebih terperinci.

Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu :

1. Flavonol

Flafonol tersebar luas dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen antosianin dalam daum

bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Seperti antosianin, mereka paling sering

terdapat sebagai glosida (Harborne : 1987 )

Robinson (1995 dalam Doloksaribu 2009) menyatakan bahwa Flavonol paling sering

terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida dan aglikon flavonol yang umum yaitu

kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi.

Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana
dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu

cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

Struktur Flavonol

2. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol karena flavon tak terdapat penyulihan 3-hidroksi. Hal

tersebut berpengaruh pada serapan UV-nya, gerakan kromatografi dan reaksi warnanya.

Hanya ada dua aglikon flavon umum yaitu apigenin dan luteolin, pola hidroksilasinya serupa

dengan kemferol dan kuersetin.

Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi jenis glikosidanya lebih sedikit daripada

jenis glikosida pada flavonol. Glikosida itu sendiri merupakan senyawa yang menghasilkan

satu atau lebih gula di antara hasil hidrolisisnya. Untuk flavon jenis yang paling umum ialah

7-glikosida, contohnya luteoin 7-glukosida. Terdapat juga flavon yang terikat pada gula

melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai

induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.


Struktur Flavon

3. Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Isoflavonoid dapat

dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan sifat fisiologinya yaitu 7-4’-dihidrroksiisoflavon

(daidzein) dan 5,7,4’-trihidroksiisoflavon (genistein) merupakan estrogen alam lemah,

terdapat dalam seamanggi, Trifolium pratense. Isoflavon ini merupakan insektisida alam

yang kuat sehingga berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit.

Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun.

Kebanyakan isoflavon bila disinari dengan sinar UV akan menunjukan warna merah

senduduk tua dan bila diuapi dengan amonia warnanya akan berubah menjadi coklat,

sedangkan beberapa isoflavon misalnya daidzein memberikan warna biru kuat dengan sinar

UV bila diuapi ammonia.

Struktur Isoflavon

4. Khalkon

Khalkon merupakan antoklor, yaitu pigmen fenol kuning. Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan bila daun bunga berwarna kuning akan berubah menjadi merah atau jingga bila

diuapi oleh asap basa atau asap amonia. Bila dalam kromatografi kertas, khalkon akan

berwarna coklat kuat dibawah sinar UV. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas

dalam pengembang air.

Struktur Khalkon

5. Auron

Aron sama halnya dengan Khalkon yang merupakan antoklor. Auron berupa pigmen

kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita. Dalam larutan basa senyawa ini

berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar

ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia.

Struktur Auron

6. Flavanon

Flavanon merupakan isomer khalkon. Flavanon terdistribusi luas di alam seperti terdapat

di dalam kayu, daun dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari

tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin

dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.Flavanon ini merupakan senyawa tak
berwarna yang tidak dapat diditeksi dalam kromatografi kecuali apabila dilakukan

penyemprotan kromogen.

Struktur Flavanon

7. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika

dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena

konsentrasinya rendah dan tidak berwarna. (Doloksaribu, 2009)

Struktur Flavanonol

8. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.

Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir dan

daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai

antioksidan. (Doloksaribu, 2009)


Struktur Katekin

9. Flavolan

Flavolan atau yang dulu disebut Leukoantosianidin merupakan senyawa tanwarna,

terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida,

contohnya melaksidin, apiferol.

Struktur Flavolan

10. Antosianin

Antosianin merupakan penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen

berwarna kuat dan larut dalan air ini, adalah penyebab hampir semua warna merah jambu,

merah marak, merah, merah seduduk, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun dan buah pada

tumbuhan tinggi. (Harborne : 1987)

Antosianidin memiliki 6 aglikon yang umum. Antosianidin merupakan aglikon

antosianin yang akan terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Sianidin adalah

aglikon yang paling umum yang berwarna merah lembayung. Pelargon merupakan aglikon
yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianiding, sedangkan Defilnidin yang

gugus hidroksilnya lebih satu dari sianidin. Terdapat pula tiga jenis eter metil antosianidin

yang umum yaitu peonidin yang merupakan turunan sianidin.; serta petunidin dan malvidin

yang merupakan turunan dari delfinidin.

Struktur Antosianin

2.3 IDENTIFIKASI FLAVONOID


Identifikasi senyawa flavonoid dari suatu tanaman dapat menggunakan beberapa

metode yakni uji Bate Smith-Metchalf dan uji Wilstater yang biasa digunakan untuk

mendeteksi senyawa yang mempunyai inti α-benzopiron. Pada kedua uji tersebut

digunakan pereagen berupa HCl pekat. Namun, yang membedakan adalah dalam uji Bate

Smith-Metchalf dilakukan pemanasan sedangkan dalam uji Wilstater terdapat

penambahan serbuk Mg dan HCl pekat. Hasil yang positif pada uji Bate Smith-Mertcalf

ditandai dengan terbentuknya warna merah tua sampai ungu. Sedangkan pada uji

Wilstater akan terbentuk warna merah sampai jingga untuk hasil positif senyawa flavon,

warna merah tua untuk senyawa flavonol atau flavonon, dan warna hijau sampai biru

untuk hasil positif senyawa aglikon atau glikosida. (Marliana dkk, 2005).
2.4 MEKANISME REAKSI PADA UJI FLAVONOID

Uji positif Bate Smith-Metchalf dan Wilstater ditunjukkan dengan adanya perubahan warna

menjadi warna merah tua dan merah, secara berturut-turut, dikarenakan terbentuknya garam

flavilium dalam reaksi uji flavonoid. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui mekanisme reaksi

pada uji Wilstater pada Gambar 2.1. Magnesium dan asam klorida sendiri akan bereaksi dan

membentuk gas H2. Dalam hal ini serbuk Mg dan HCl pekat akan memutus ikatan glikosida

dan flavonoid melalui reaksi redoks. kemudian ikatan flavonoid yag telah lepas ditarik oleh

amil alkohol, sehingga amil alhokol yang mulanya tidak berwara menjadi berwarna, karena

adanya senyawa flavonoid. Sedangkan logam Mg dan HCl pekat pada uji tersebut berfungsi

untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur senyawa flavonoid sehingga

diperoleh perubahan warna menjadi merah atau jingga. Reaksi dimulai dengan protonasi

gugus karbonil pada senyawa flavonoid oleh HCl sehingga terbentuk ion karbanium pada Cα.

Selanjutnya terjadi perpindahan elektron atau resonansi dalam cicin lima tersebut sehingga

terbentuk garam flavilium yang menunjukkan warna merah tua (Setyowati dkk, 2014).

Garam Flavilium

Gambar 2.1. Mekanisme reaksi pada uji Wilstater


2.4 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN
JAMBLANG (Syzygium cumini)
Maryati Abd Gafur, Ishak Isa, Nurhayati Bialangi telah berhasil mengisolasi senyawa
flavonoid dari biji Swietenia macrophylla atau yang biasa disebut sebagai Mahoni. Penelitian

ini dilakukan dengan metode maserasi sebagaimana prosedur berikut.

1. Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan

Sampel berupa daun Jamblang (Syzygium cumini) yang segar dikumpulkan dan dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari kemudian

dirajang hingga halus.

2. Ekstraksi

Sebanyak 400 gram sampel berupa serbuk halus daun jamblang (Syzygium cumini)

dimaserasi dengan metanol selama 4×24 jam, setiap 24 jam pelarut diganti dengan yang baru

hingga filtrat tidak berwarna. Filtrat dipekatkan dengan evaporator pada suhu 40 ºC sehingga

menghasilkan ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol disuspensi dengan

perbandingan metanol:air (2:1) dan dipartisi berturutturut dengan n-heksan, etil asetat

sehingga diperoleh masing-masing partisi dari fraksi tersebut. Hasil partisi dari fraksi- fraksi

tersebut dievaporasi pada suhu 30-40 ºC sampai diperoleh ekstrak dari n-heksan, etil asetat,

dan ekstrak air. Kemudian selanjutnya dilakukan uji fitokimia.

3. Uji Flavonoid.

Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 g dilarutkan dalam 10 ml metanol kemudian dibagi ke

dalam empat tabung reaksi. Tabung pertama digunakan sebagai tabung kontrol, tabung

kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut ditambahkan NaOH, H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-

HCl pekat. Warna pada masing-masing tabung dibandingkan dengan tabung kontrol, jika

terjadi perubahan warna maka positif mengandung flavonoid (Harborne, 2008 dalam Taher,

2011)
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, hasil isolasi tersebut diduga adalah senyawa flavonoid.

Hal ini didukung oleh hasil identifikasi spektrofo tometer IR yang terdapat gugus OH, C=C,

C=O, C-H alifatik, dan C-O yang merupakan suatu cirri dari suatu senyawa flavonoid. Selain

itu serapan panjang gelombang 290,00 nm terjadi transisi (n → π*) dan 216,00 nm adanya

transisi elektron(n →σ*).

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari

kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak

sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

3.3 LAMPIRAN
Judul penelitian : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI

DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini)


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Wikipedia. [Online] Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Flavonoid


[Diakses 23 September 2014].

Doloksaribu, R., 2009. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Daun Tumbuhan Harimonting,
Medan: Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Handayani, S., 2013. Kandungan Flavonoid Kult Batang Daun Pohon Api-api sebagai
Senyawa Aktif Antioksidan, Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Harborn, J. B., 1987. Metode Fitokimia. II penyunt. Bandung: Penerbit ITB .

Matsjeh, S., 2004. Sintesis Flavonoid : Potensi Metabolit Sekunder Aromatik dari Sumber
Daya Alam Nabati Indonesia, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Achmad, S. A. (2006). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Karunia
Jakarta Universitas Terbuka.
Achmad, S. A., Hakim, E. H., Erwin, Syah, M. Y., Nario, A., Mariko, K., Lukman, M.,
Didin, M., dan Hiromitsu, T. (2001). Artoindonesianin B suatu senyawa yang bersifat
Toksik Terhadap Sel Tumor P-388 dari Tumbuhan Artocarpus altilis. The
Indonesian Society of Natural Product Chemistry. Vol. 1, 20—27.
Alen, Y., Agresa, F. L., dan Yuliandra, Y. (2017). Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz
(Kurz) pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Vol. 3, No. 2, 146—
152.
Harborne J. B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Alih Bahasa oleh Padmawinata K,
Soediro I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Harborne, J. B. (2007). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Alih Bahasa oleh Padmawinata, K. dan Soediro, I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Marliana, S. D., Suryanti, V., dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq.
Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol. 3, No. 1, 26—31.
Rasyidi, R. D. G., Noviany, Nurfidayat, A., dan Setianingrum, A. (2015). Skrining Fitokimia
Dan Uji KLT Ekstrak Metanol Beberapa Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Obat
Tradisional Di Lampung. Seminar Nasional Sains & Teknologi VI, Lampung 3
November.
Rijke, E. (2005). Trace-level Determination of Flavonoids and Their Conjugates Application
ti Plants of The Leguminosae Family. Disertasi. Amsterdam: Universitas Amsterdam.
Sari, S. N. dan Mursiti, S. (2016). Isolasi Flavonoid Dari Biji Mahoni (Swietenia
macrophylla, King) dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri. Indonesian Journal of
Chemical Science. Vol. 5, No. 3.
Setyowati, W. A. E., Ariani, S. R. D., Ashadi, Mulyani, B., dan Rahmawati, C. P. (2014).
Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstraksi Metanol Kulit Durian
(Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Seminar Nassional Kimia dan Pendidikan
Kimia VI. ISBN: 979363174-0, 271—280.
Sharma, Veena dan Janmeda, Pracheta. (2017). Extraction, isolation and identification of
flavonoid from Euphorbia neriifolia leaves. Arabian Journal of Chemistry. Vol. 10, 509
—514.
Situmorang, Putri C. (2013). Identifikasi Metabolit Sekunder Dengan Uji Flavonoid Dan
Saponin Pada Psidium Guajava L. Jurnal Biokimia. Vol. 1, No. 1.
Suhesti, T. S., Kurniawan, D. W., dan Nuryanti. (2007). Penjaringan senyawa antikanker
pada kulit batang kayu mahoni (Swietenia mahogany Jacq) dan uji aktivitasnya terhadap
larva udang (Artemia salina Leach.). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol. 3, 155
—162.

Anda mungkin juga menyukai