LANDASAN TEORI
( (
ϕ = Atan
1
2,68 (
. log
qc rata−rata
'
P o rata−rata )
+ 0,29 .
))
180
π
1.2 Pondasi
1.2.1 Pondasi dangkal
Pondasi dangkal disebut juga pondasi langsung, pondasi ini digunakan apabila
lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu mendukung beban yang dilimpahkan
terletak tidak dalam (berada relatif dekat dengan permukaan tanah).
1.2.2 Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang ditanam didalam tanah dengan kedalaman tertentu
yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedasar tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang
pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah.Pondasi dalam dapat
digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam
yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan
sehingga jenis tanah yang tidak cocok di permukaan tidak mempengaruhi struktur bangunan.
Berikut adalah tata cara perhitungan pondasi:
1. Rencana pondasi
Terdapat dua jenis pondasi dalam yaitu pondasi tiang tunggal dan pondasi tiang grup.
Lalu dalam menentukan apakah kita menggunakan pondasi tiang tunggal atau
pondasi tiang grup dapat dilihat dari beban vertikal kolom yang dibandingkan dengan
kapasitas dukung tiang tunggal pada setiap diameternya.
Beban bekerja melalui pusat kelompok tiang (O), beban P melalui O maka :
P
p=
n
Keterangan :
n = jumlah pondasi
P = beban vertical sentris
p = beban tiang tunggal
Jarak antar tiang dapat dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika ujung tiang tidak mencapai tanah keras
s ≥ 2 x (diameter tiang)
s ≥ 2 x (diagonal tiang)
b. Jika ujung tiang mencapai tanah keras
s ≥ 2 x (diameter tiang) + 30 cm
s ≥ 2 x (diagonal tiang) + 30 cm
Lalu memilih nilai yang paling tinggi antara tiang tarik dan tiang tekan sehingga
nanti akan dibandingka dengn kapasitas 1 tiang tunggal dan dapat diketahui
keamanannya
3. Settelment tiang tunggal
Berikut adalah tahapan perhitungan settlement tiang tunggal.
a. Menentukan Q (kN)
Q (kN) diperoleh dari perhitungan struktur beban maksimum (F3) untuk tiap –
tiap pondasi.
b. Menentukan Diamater (m)
Diameter diperoleh dengan melihat parameter Q (kN) terhadap Qall.
c. Menghitung L/d
Dimana L adalah kedalaman tiang pondasi.
d. Menentukan nilai faktor penurunan (Io)
Nilai faktor penurunan (Io) diperoleh dari grafik 3.1
m. Menghitung nilai I
I =Io . Rk . Rh. Rμ
n. Menghitung nilai penurunan (S)
Q.I
S=
Es . d
4. Settelment tiang group
Berikut adalah tahapan dalam menghitung settlement untuk tiang grup.
a. Menghitung Q (kN)
b. Menentukan diamater (d)
c. Menghitung jarak minimum antar tiang (s)
d. Menghitung lebar kelompok tiang (B)
B = (d + s) + 0,3
e. Menghitung penurunan tiang tuggal pada intensitas beban yang sama (S)
Q.I
S=
Es . d
f. Menghitung penurunan kelompok tiang (Sg)
2
Sg (4. B+ 3)
=
S (B+ 4)2
5. Penulangan Pile
Berikut adalah tahapan dalam menghitung penulangan pondasi bore pile.
Tulangan Utama Pondasi
a. Menghitung P (kN)
b. Menentukan diamater (d)
c. Menentukan Mmax (t.m)
d. Menentukan factor ultimit (Φ)
e. Menentukan Pu (N)
Pu = Φ x P x 10000
f. Menentukan Mu (Nmm)
g. Mu = Φ x Mmax x 10000000
h. Luas Tulangan (Ag)
1
Ag =
4
x π x d 2
i. As Pakai
As = ρ x Ag
j. Jumlah Tulangan yang di pakai
As pakai
n=
As tulangan
Tulangan Sengkang
Dipakai tulangan sengkang spiral. Sumber : SNI 1726:2012 pasal 7.10.4.
Spiral harus terdiri dari batang tulangan atau kawat menerus yang berspasi sama
dari ukuran yang sedemikian dan digabungkan sedemikian rupa yang
mengizinkan penanganan dan penempatan tanpa penyimpangan dari dimensi
yang dirancang. Untuk kontruksi cor di tempat, ukuran spiral tidak boleh kurang
dari diameter 10 mm. Spasi bersih antar spiral tidak boleh melebihi 75 mm, atau
tidak kurang dari 25 mm.
[ √ ]
'
0,85 f c 2 Rn
ρ perlu = 1 − 1−
fy '
0,85 f c
f. Menentukan As perlu (mm2)
As perlu = ρ x b x d
g. Luas Tulangan (As)
1
As =
4
x π x d2
bo = 2 ((b+d) + (h+d))
V c 1=0,17
( 1+2β ) λ √ f b d
c
'
c o
V c 2=0,083 ( )
αs d
bo
λ √ f c bo d
'
V c 3=0,33 λ √ f 'c b o d
e. Mencari Φ Vn
Φ Vn = Φ Vc terkecil
f. Jika Φ Vn > Vu , perhitungan selesai. Pile cap tidak memerlukan tulangan geser.