Anda di halaman 1dari 12

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 Pengolahan Data CPT (Cone Penetration Test)


Data CPT sebagai hasil investigasi lapangan dapat digunakan untuk perancangan
pondasi dalam maupun dangkal. Data yang diperoleh dari lapangan perlu diolah
terlebih dahulu sebelum digunakan. Berikut adalah tahapan dalam mengolah data CPT
(Cone Penetration Test).
1. Pembacaan Grafik Sondir
Pembacaan grafik sondir dilakukan pada setiap kedalaman 0,2 meter. Pembacaan
grafik sondir meliputi nilai tekanan konus (qc) dan tahanan gesek (fs). Kemudian
mengubah satuan nilai tekanan konus (qc) dan tahanan gesek (fs) dari kg/cm 2 menjadi
kPa dengan cara mengalikannya dengan nilai 98,1.
2. Menggambarkan Profil Tanah
Penggambaran profil tanah bertujuan untuk mengetahui jenis tanah pada perencanaan
pondasi yang akan dilakukan. Berikut adalah tahapan dalam menggambarkan profil
tanah menggunakan data sondir.
a. Menghitung nilai friction ratio (fr)
Rumus :
fs
fr(%)= x 100
qc
b. Menghitung nilai cone resistance (qc/pa)
c. Pembacaan zona tanah
Dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus nilai fr serta menarik garis
horizontal pada nilai qc/pa. Perpotongan antara kedua garis menentukan zona
tanah pada kedalaman tersebut. Hubungan antara fr dan qc/pa dapat dilihat pada
grafik 1.1. Setiap zona tersebut mendefinisikan tiap – tiap jenis tanah.
Grafik 1.1 CPT Soil Behaviour Type (SBT)
(Robertson et al., 1986, updated by Robertson, 2010)

Tabel 1.1 CPT Soil Behaviour Type (SBT)


(Robertson et al., 1986, updated by Robertson, 2010)

3. Analisa Data Cone Penetration Test


a. Menghitung γ/γw perlapisan jenis tanah
γ qc
=(0,27 . LogRf )+(0,36 . log )+1,236
γw pa
b. Menghitung γ
γ
γ= x 9,81
γw
c. Menghitung thickness
Thickness = kedalaman perlapisan tanah (n) – kedalaman perlapisan tanah (n – 1)
d. Menghitung z
z = kedalaman perlapisan tanah (n - 1) + [kedalaman perlapisan tanah (n) –
kedalaman perlapisan tanah (n – 1))/2]
e. Menghitung Tekanan Efektif Overdurden (Po’)
1. Po’ di tengah lapisan
Thickness . γ
Po ’di tengah lapisan=
2
Catatan :
Po’ di tengah lapisan = Po’ komulatif
2. Menghitung Po’ satu lapis
Po’ satu lapis = Po’ di tengah lapisan . 2
3. Menghitung Po’ rata – rata
' '
' P o komulatiflapisan ( n ) + P o komulatif lapisan(n−1)
P o rata−rata=
2
4. Menghitung sudut gesek dalam (ϕ)

( (
ϕ = Atan
1
2,68 (
. log
qc rata−rata
'
P o rata−rata )
+ 0,29 .
))
180
π

4. Kapasitas Dukung Pondasi Tiang


Menghitung kapasitas dukung pondasi tiang mempertimbangkan Qb, Ws dan Wp
dalam hitungan kapasitas dukung tiang. Persamaan utamanya dengan menggunakan
metode Schmertmann dan Nottingham adalah :
Qult =Qb+Qs−℘
Qult = Ab. fb+ As . fs−℘
Qult
Qall=
SF
Keterangan :
Qb = kapasitas dukung tahanan ujung
Qs = kapasitas dukung selimut
Ab = luasan ujung
As = luasan selimut
fb = tahanan ujung
fs = tahanan gesek
Wp = berat tiang
SF = safty factor (sf = 2,5)

1.2 Pondasi
1.2.1 Pondasi dangkal
Pondasi dangkal disebut juga pondasi langsung, pondasi ini digunakan apabila
lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu mendukung beban yang dilimpahkan
terletak tidak dalam (berada relatif dekat dengan permukaan tanah).
1.2.2 Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang ditanam didalam tanah dengan kedalaman tertentu
yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedasar tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang
pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah.Pondasi dalam dapat
digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam
yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan
sehingga jenis tanah yang tidak cocok di permukaan tidak mempengaruhi struktur bangunan.
Berikut adalah tata cara perhitungan pondasi:
1. Rencana pondasi
Terdapat dua jenis pondasi dalam yaitu pondasi tiang tunggal dan pondasi tiang grup.
Lalu dalam menentukan apakah kita menggunakan pondasi tiang tunggal atau
pondasi tiang grup dapat dilihat dari beban vertikal kolom yang dibandingkan dengan
kapasitas dukung tiang tunggal pada setiap diameternya.

Gambar 1.1 Distribusi Beban Pondasi

Beban bekerja melalui pusat kelompok tiang (O), beban P melalui O maka :
P
p=
n
Keterangan :
n = jumlah pondasi
P = beban vertical sentris
p = beban tiang tunggal
Jarak antar tiang dapat dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika ujung tiang tidak mencapai tanah keras
s ≥ 2 x (diameter tiang)
s ≥ 2 x (diagonal tiang)
b. Jika ujung tiang mencapai tanah keras
s ≥ 2 x (diameter tiang) + 30 cm
s ≥ 2 x (diagonal tiang) + 30 cm

2. Distribusi beban pondasi


Distribusi beban tiang bertujuan untuk mencari beban maksimum yang dihasilkan
dari pondasi grup yang akan dibandingkan dengan kapasitas daya dukung tiang pada
data tanah sehingga akan diketahui aman atau tidak pondasi tersebut untuk menahan
beban tersebut, berikut langkah-langkah yang dilakukan :
a. Pindahkan nomor pondasi beserta beban vertical, Mx dan My dari setiap nomor
pondasi ke tabel baru
b. Mencari nilai xi, dan y untuk pondasi 1 baris dengan cara jika tinjauan adalah
posisi tengah maka nilai xi dapat dicari dengan rumus (jumlah pondasi) xi =
(jumlah baris x jarak pondasi 1 ke tinjauan) + (jumlah baris x jarak pondasi 2 ke
tinjauan) untuk yi nilai nya tidak ada karena pondasi hanya 1 baris
c. Mencari nilai xi, dan y untuk pondasi lbih dari 1 baris dengan cara jika tinjauan
adalah posisi tengah maka nilai xi dapat dicari dengan rumus ( jumlah pondasi )xi
= (jumlah baris x jarak pondasi 1 ke tinjauan) + (jumlah baris x jarak pondasi 2
ke tinjauan) untuk yi perhitungan nya sama seperti mencari xi
d. Tiang tarik adalah tiang dengan xi dan yi dengan nilai (-) sedangkan tiang tekan
adalah tiang dengan nilai xi dan yi nya bernilai (+)
e. Mencari nilai kuadarat jarak x (Ʃx²) dengan cara mengkuadrat milai xi tarik dan
xi tekan lalu dijumlahkan
f. Mencari nilai beban (Qi) untuk tiang tarik dan tiang tekan dengan rumus :
Q Mi. xi Mi. yi
Qi = + +
n Ʃx ² Ʃy ²
Gambar 1.2 Gaya dalam pondasi

Gambar 1.3 Susunan Kelompok tiang dalam pelat penutup tiang

Lalu memilih nilai yang paling tinggi antara tiang tarik dan tiang tekan sehingga
nanti akan dibandingka dengn kapasitas 1 tiang tunggal dan dapat diketahui
keamanannya
3. Settelment tiang tunggal
Berikut adalah tahapan perhitungan settlement tiang tunggal.
a. Menentukan Q (kN)
Q (kN) diperoleh dari perhitungan struktur beban maksimum (F3) untuk tiap –
tiap pondasi.
b. Menentukan Diamater (m)
Diameter diperoleh dengan melihat parameter Q (kN) terhadap Qall.
c. Menghitung L/d
Dimana L adalah kedalaman tiang pondasi.
d. Menentukan nilai faktor penurunan (Io)
Nilai faktor penurunan (Io) diperoleh dari grafik 3.1

Grafik 1.2 Faktor Penurunan Io (Poulus dan Davis, 1980)

e. Menentukan modulus elastisitas bahan tiang (Ep)


Pada desain tiang pondasi ini menggunakan bahan baja. Maka modulus elastisitas
beton yaitu 4700√ fc ' MPa.
f. Menentukan elastisitas tanah (Es)
Tanah yang didapat pada grafik sondir A2 ini adalah pasir. Maka modulus
elastisitas pasir adalah 55,2 MPa.
g. Menentukan nilai faktor kekakuan tiang (K)
Ep
K=
Es
h. Menentukan nilai koreksi kompresi (Rk)
Nilai koreksi kompresi dapat diperoleh melalui grafik 3.2
Grafik 1.3 Koreksi Kompresi, Rk (Poulus dan Davis, 1980)
i. Menentukan nilai angka poisson (μs)
j. Menentukan nilai koreksi angka poison (Rμ)
Nilai koreksi angka poisson diperoleh melalui grafik 3.3

Grafik 1.4 Koreksi Angka Poisson, Rμ (Poulus dan Davis, 1980)

k. Menentukan nilai h/L


l. Menentukan nilai koreksi kedalaman (Rh)
Nilai Rh diperoleh melalui grafik 3.4
Grafik 1.5 Koreksi Kedalaman, Rh (Poulus dan Davis, 1980)

m. Menghitung nilai I
I =Io . Rk . Rh. Rμ
n. Menghitung nilai penurunan (S)
Q.I
S=
Es . d
4. Settelment tiang group
Berikut adalah tahapan dalam menghitung settlement untuk tiang grup.
a. Menghitung Q (kN)
b. Menentukan diamater (d)
c. Menghitung jarak minimum antar tiang (s)
d. Menghitung lebar kelompok tiang (B)
B = (d + s) + 0,3
e. Menghitung penurunan tiang tuggal pada intensitas beban yang sama (S)
Q.I
S=
Es . d
f. Menghitung penurunan kelompok tiang (Sg)
2
Sg (4. B+ 3)
=
S (B+ 4)2
5. Penulangan Pile
Berikut adalah tahapan dalam menghitung penulangan pondasi bore pile.
 Tulangan Utama Pondasi
a. Menghitung P (kN)
b. Menentukan diamater (d)
c. Menentukan Mmax (t.m)
d. Menentukan factor ultimit (Φ)
e. Menentukan Pu (N)
Pu = Φ x P x 10000
f. Menentukan Mu (Nmm)
g. Mu = Φ x Mmax x 10000000
h. Luas Tulangan (Ag)
1
Ag =
4
x π x d 2

i. As Pakai
As = ρ x Ag
j. Jumlah Tulangan yang di pakai
As pakai
n=
As tulangan
 Tulangan Sengkang
Dipakai tulangan sengkang spiral. Sumber : SNI 1726:2012 pasal 7.10.4.
Spiral harus terdiri dari batang tulangan atau kawat menerus yang berspasi sama
dari ukuran yang sedemikian dan digabungkan sedemikian rupa yang
mengizinkan penanganan dan penempatan tanpa penyimpangan dari dimensi
yang dirancang. Untuk kontruksi cor di tempat, ukuran spiral tidak boleh kurang
dari diameter 10 mm. Spasi bersih antar spiral tidak boleh melebihi 75 mm, atau
tidak kurang dari 25 mm.

6. Penulangan Pile Cap


Berikut adalah tahapan dalam menghitung penulangan pile cap :
 Tulangan Utama Pile Cap
a. Menentukan tebal pile cap
*Ketebalan minimum pile cap ditentukan sebesar 300 mm sesuai SNI 2847:2013
pasal 15.7.
b. Menentukan Mu (kNm)
c.
d. Menentukan Rn
Mu
Rn =
∅ bd
e. Menentukan ρ perlu

[ √ ]
'
0,85 f c 2 Rn
ρ perlu = 1 − 1−
fy '
0,85 f c
f. Menentukan As perlu (mm2)
As perlu = ρ x b x d
g. Luas Tulangan (As)
1
As =
4
x π x d2

h. Jumlah Tulangan yang di pakai


As pakai
n=
As tulangan
*Spasi bersih minimum antara batang tulangan yang sejajar dalam suatu lapis
harus sebesar db, tetapi tidak boleh kurang dari 25 mm. sesuai SNI 2847:2013
pasal 7.6.
 Tulangan Gese Pile Cap
a. Menentukan Vu (kN)
b. Menentukan Tebal Pile Cap (h)
c. Perhitungan Tinggi Efektif
dx = h- selimut beton
b
βc =
h

bo = 2 ((b+d) + (h+d))

d. Mencari nilai Vc terkecil dari Vc1, Vc2, Vc3

V c 1=0,17
( 1+2β ) λ √ f b d
c
'
c o

V c 2=0,083 ( )
αs d
bo
λ √ f c bo d
'

V c 3=0,33 λ √ f 'c b o d

e. Mencari Φ Vn
Φ Vn = Φ Vc terkecil
f. Jika Φ Vn > Vu , perhitungan selesai. Pile cap tidak memerlukan tulangan geser.

Anda mungkin juga menyukai