Anda di halaman 1dari 22

Critical Book Report

PENDIDIKAN PANCASILA
Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi syarat pembelajaran mata
kuliah pendidikan pancasila yang diampu oleh dosen
“Ricu Sidiq S.Pd, M.Pd.”

Oleh :
NAMIRA ANNISA NASUTION
2173151014
KELAS C 2017

JURUSAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas critical book report
yang dibimbing oleh bapak Ricu Sidiq, S.Pd, M.Pd.

Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu


penulis dalam penyelesaian tugas critical book report ini. Penulis menyadari
bahwa book report ini masih banyak kekurangan dalam segi penyampaiannya.
Oleh karena itu, sangat diharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan
saran dan kritik yang membangun demi tercapainya critical book report yang baik
untuk kedepannya.

Medan, 28 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR..................................................................4

1.2 TUJUAN CBR...................................................................................................4

1.3 MANFAAT CBR................................................................................................4

1.4 IDENTITAS BUKU.............................................................................................5

BAB 2 RINGKASAN ISI BUKU.....................................................................................7

2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA.............................................................................7

BAB 3 PEMBAHASAN..............................................................................................19

3.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU UTAMA............................................19

3.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU PEMBANDING.................................20

BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................22

4.1 KESIMPULAN................................................................................................22

4.2 SARAN...........................................................................................................22

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan
dalam meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang
dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah karya tulis yang dianalisis
Terkadang  kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya
masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan.
Oleh karena itu, penulis membuat critical book report ini guna membantu kita
semua dalam mencari referensi buku yang baik.

1.2 TUJUAN CBR


1. Untuk membandingkan buku utama dan buku pembanding.
2. Membatu dalam mencari referensi untuk menemukan buku yang layak
dibaca.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku utama dan buku
pembanding.

1.3 MANFAAT CBR


Manfaat critical book report ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan mengenai pendidikan pancasila. Mempermudah pembaca untuk
mendapatkan inti dari sebuah buku yang terdapat ringkasan, pembahasan, serta
kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut.

4
1.4 IDENTITAS BUKU
A. BUKU UTAMA

Judul : Pendidikan Pancasila

Penulis : Drs. Halking, M.Si., dkk.

Tahun Terbit : 2018

Penerbit : Unimed Press

Kota Terbit : Medan

Jumlah Halaman : 189halaman

ISBN :-

5
B. BUKU PEMBANDING

Judul : Pendidikan Pancasila

Penulis : Prof. Dr. Kaelan, M.S.

Tahun Terbit : 2014

Penerbit : PARADIGMA

Kota Terbit : YOGYAKARTA

ISBN :-

6
BAB 2

RINGKASAN ISI BUKU


2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA
BAB 1 PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat negara republik indonesia yang resmi


disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.  Akan tetapi dalam perjalanan sejarah Pancasila sudah
tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat negara indonesia melainkan telah
direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik para penguasa.

Berdasarkan pernyataan diatas gerakan reformasi berupaya untuk


mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar negara republik indonesia,
yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan MPR tahun 1998
No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus pencabutan
pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di Indonesia. Karena jika tidak
segera diatasi, manipulasi pancasila oleh para penguasa akan berdampak sangat
fatal bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat terhadap
ideologi negara yang kemudian akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

Dewasa ini banyak tokoh-tokoh politik yang kurang memahami filsafat


daripada Pancasila namun bersikap seakan-akan memahaminya. Akibatnya,
proses reformasi diartikan sebagai kebebasan memilih ideologi, kemudian
pemikiran apapun yang dianggap menguntungkan demi kekuasaan dipaksakan
untuk diangkat menjadi sistem kenegaraan.

Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk
mengembalikan sistem negara ini pada demokrasi yang subsansial, demokrasi
yang benar-benar berbasis pada kedaulatan rakyat dan bukannya pada para
penguasa saja. Dan kita sebagai warga negara berkewajiban untuk
mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar negara
ini.
7
A.  LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
1. Landasan Historis
Beratus- ratus tahun bangsa Indonesia dalam pejalanan hidupnya berjuang
untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri, serta
memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam filsafat hidup bangsa. Setelah
melalui proses yang panjang, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat, dan
karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang kemudian dirumuskan
menjadi lima prinsip yang kemudian dikenal diberi nama pancasila. Yang dari itu
dapat diketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
2. Landasan Kultural
Berbeda dengan bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ada suatu asas kultural
yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kultural ini diangkat melalui
roses refleksi filosofis para pendiri negara seperti Soekarno, M. Yamin, M. Hatta,
Soeomo, serta para tokoh lainnya.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis perkuliahan pendidikan pancasila di perguruan tinggi
tentang Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 1ayat 2 disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila. Hal ini mengandung makna bahwa Pancasila merupakan sumber
hukum pendidikan nasional.
4. Landasan Filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis
bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan keharusan untuk selalu
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan. Seperti aspek penyelenggaraan
negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial
budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

8
B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan ancasila bertujuan menghasilkan masyarakat yang berperilaku
bertanggung jawab atas apa yang dikehendaki hati nuraninya, mampu mengenali
masalah hidup serta cara pemecahannya, mengenali perkembangan zaman, dan
mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai budaya bangsa. Yang terpenting
adalah masyarakat diharapkan mampu memahami, menganalisis, dan menjawab
permasalahan bangsanya.
C. PEMBAHASAN PANCASILA SECARA ILMIAH
Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat
ilmiah, seperti yang dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno dalam buku Tahu dan
Pengetahuan yang merinci:
1. Berobjek
Syarat pertama suatu pengetahuan disebut ilmiah adalah harus
memiliki objek, oleh karena itu pembahasan pancasila secara ilmiah harus
memiliki objek. Dan objek dari pembahasan Pancasila adalah bangsa
Indonesia itu sendiri.
2. Bermetode
Untuk mendapat kebenaran yang bersifat objektif diperlukan suatu
metode. Salah satu metode pembahasab Pancasila adalah
metode analitico syntetic yaitu suatu perpaduan metode analisis dan
sintetis
3. Bersistem
Pembahasan Pancasila sebagai suatu sistem yaitu pada Pancasila
itu sendiri sebagai objek pembahasan ilmiah bersifat runtut, tanpa adanya
pertentangan, sehingga sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan
yang sistemik.
4. Bersifat Universal
Nilai-nilai Pancasila itu harus bersifat universal yang artinya
kebenarannya itu tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, kondisi,
maupun jumlah tertentu.

9
D. BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan
“Pancasila” memiliki dua macam arti yaitu:
“panca” artinya “lima” “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”,
“alas”, atau “dasar” “syiila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku
yang baik, yang penting atau yang senonoh”.
2. Pengertian Pancasila secara Historis
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersbut Ir. Soekarno berpidato
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian Soekarno menamai
dasar negara tersebut dengan nama “Pancasila” yang rumusannya sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5.  Ketuhanan yang Berkebudayaan
3. Pengertian Pancasila secara Terminologis
Untuk melengkapi perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara
merdeka, maka Panitia Persiaan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945 telah mengesahkan UUD negara yang disebut UUD 1945.
Dildalam UUD 1945 tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan yang tercantum tersebut secara konstitusional sah dan benar
sebagai dasar negara repuiblik Indonesia.

10
BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA
INDONESIA (KAUSA MATERIALIS PANCASILA)
A. Pengantar
Suatu bangsa dalam mewujudkan suatu negara modern, secara objektif
memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui proses serta perkembangan
sesuai dengan latar belakang sejarah realitas sosial, budaya, etnis, kehidupan
keagamaan, dan letak geografis negara tersebut. Dan negara Indonesia dalam
perjuangannya mewujudkan negara modern diwarnai dengan penjajahan bangsa
asing selama 3,5 abad. kemudian dalam mendirikan negara, bangsa Indonesia
menggali nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu. Nilai-nilai tersebut diolah dan
disahkan menjadi dasar filsafat negara.
B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Indonesia
Pada masa penggalian nilai-nilai bangsa Indonesia, yang kemudian nilai-
nilai tersebut dirumuskan menjadi dasar filsafat bangsa indonesia tentulah
melewati banyak tahapan-tahapan mulai dari terbentuknya bangsa ini hingga
perumusan nilai tersebut. Tahapan-tahapan tersebut meliputi :
1) Zaman kerajaan
 Zaman Kutai
 Zaman Sriwijaya
 Zaman kerajaan sebelum Majapahit
 Kerajaan Majapahit
2) Zaman Penjajahan
3) Masa proklamasi kemerdekaan dan sidang PPKI

BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


A. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, kata ini bersifat majemuk yaitu
dari kata philos yang berarti sahabat dan katasopia yang berarti pengetahuan yang
bijaksana. Maka philosopia menurut arti katanya berarti cinta pada pengetahuan
yang bijaksana. Filsafat memiliki bidang bahasan yang luas yaitu segala sesuatu
baik yang bersifat konkrit maupun abstrak.
11
B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila terdiri atas lima sila yang hakikatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Yaitu suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan dan bersifat
sistemis (Kesatuan Sila-sila Pancasila).
Secara ontologis Pancasila sebagai suatu sistem bersifat hierarkis dan
berbentuk piramidal adalah, bahwa tuhan adalah sebagai kausa prima oleh karena
itu segala sesuatu adalah ada karena diciptakan tuhan ayau manusia ada sebagai
akibat adanya tuhan (sila 1). Adapun manusia adalah subjek pokok negara. Karena
negara adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan hidup
bersama (sila 2). Maka negara adalah akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3).
Sehingga terbentuklah rakyat. Rakyat adalah sebagai totalitas individu-individu
dalam negara yang bersatu (sila 4). Dan keadilan adalah sebagai tujuan suatu
rakyat dalam hidup bersama.

BAB IV ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA


A. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
Sebagai dasar negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan
perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas. Sila pertama
serta sila kedua adalah sumber utama bagi kehidupan kebangsaan.
Berdasarkan sila 1 negara Indonesiabukanlah negara teokrasi yang
mendasarkan kekuasaan negara pada legitimasi religius. Oleh karena itu asas sila
1 ini lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Walaupu Indonesia tidak mendasar
pada legitimsi religius namun secara moralitas harus sesuai dengan nilai-nilai
yang berasal dari tuhan. Sila II juga merupakan nilai-nilai moralitas kehidupan
bernegara. Manusia merupakan dasar kehidupan dan penyelenggaraan negara.
Oleh karena dalam kehidupan negara kemanusiaan harus mendapatkan jaminan
hukum.
Etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai
dengan (1) asas legalitas, (2) dilakukan secara demokratis, (3) dilaksanakan
berdasarkan prinsip moral. Etika politik ini juga harus direalisasikan oleh setiap
individu dalam pelaksanaan pemerintahan negara.

12
BAB V KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN
IDEOLOGI DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA (SUATU TIN
JAUAN KAUSALITAS)
A. Pengantar
Sebelum Pancasila dirumuskan dan disahkan sebagai dasar filsafat negara,
nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia berupa nilai-nilai adat istiadat dan
kebudayaan, serta sebagai kausa materialis Pancasila. Sebagai suatu bangsa dan
negara Indonesia memiliki cita cita, gagasan gagasan, ide-ide yang tertuang dalam
Pancasila maka dalam pengertian tersebut Pancasila berkedudukan sebagai
ideologi, serta asas persatuan bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara.
B. Pancasila sebagai Budaya Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat bukan terbentuk secara mendadak, namun
melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Pancasila
merupakan suatu esensi nilai kehidupan sosial-kebudayaan yang multikultural.
Secara kausalitas nilai-nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sendiri.
Kemudian para pendiri negara Indonesia merumuskan secara musyawarah
mufakat nilai-nilai tersebut, antara lain dalam sidang BPUPK pertama, sidang
panitia sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta, kemudian dibahas lagi
dalam sidang BPUPK kedua, kemudian disempurnakan pada tanggal 18 agustus
1945 disahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara.
C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata
kehidupan sendiri maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta
alam sekitarnya. Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan
hidup masyarakat dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa
dan dituangkan lagi sehingga menjadi pandangan hidup negara.
Pandangan masyarakat Indonesia tersebut kemudian menjelma menjadi
pandangan hidup bangsa yang telh ada sejak zaman Sriwijaya, Majapahit
kemudian Sumpah Pemuda 1928, kemudian dirumuskan oleh sidang BPUPK,

13
serta pada sidang PPKI disepakati sebagai dasar negara republik Indonesia. Dalam
hali ini pancasila adalah sebagai pandangan hidup sekaligus ideologi negara.

BAB VI REALISASI PANCASILA


A. Pengantar
Nilai-nilai Pancasila adalah merupakan nilai yang universal. Nilai-nilai
tersebut dijabarkan sehingga menjadi norma-norma moral, untuk direalisasikan,
dilaksanakan, dan diamalkan oleh setiap warga negara Indinesia. Oleh karena itu,
masalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila
tersebut dijabarkan dalam bentuk norma-norma yang jelas dalam kaitannya
dengan tingkah laku semua warga.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu aktualisasi
pancasila objektif yaitu realisasi pada segala aspek kenegaraan dan aktualisasi
subjektif yaitu realisasi pada individu
B. Realisasi Pancasila yang Objektif
Yaitu realisasi serta implementasi nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek
penyelenggaraan negara. Hal ini adalah perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam
kedudukannya sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh karena itu
implementasi ini berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral.
C. Realisasi Pancasila yang Subjektif
Adalah pelaksanaan Pancasila pada setiap pribadi seseorang, setiap
warganegara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang
Indonesia.

BAB VII NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


A. Hakikat Negara
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki
wewenang yang bersifat memaksa yang secara sah lebih tinggi daripada individu
atau kelompok-kelompok yang ada dalam negara tersebut, untuk mencapai tujuan
bersama. Pada hakikatnya negara memiliki suatu unsur, diantaranya yaitu:

14
1) Wilayah
2) Rakyat
3) Pemerintahan
4) Kedaulatan
B. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Yaitu
negara yang menolak paham Individualisme maupun negara kelas, karena tidak
sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, kelompok, adat istiadat, kebudayaan
serta agama. Pancasila sebagai dasar negara pastilah sangat berkaitan dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dengan hal ini akan menimbulkan
pengertian tentang NKRI.
1) NKRI adalah negara kebangsaan yang berkedaulatan yang maha
esa,
2) NKRI adalah negara kebangsaan yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab,
3) NKRI adalah negara kebangsaan yang berpersatuan,
4) NKRI adalah negara kebangsaan yang berkerakyatan,
5) NKRI adalah negara kebangsaan yang berkeadilan social.

BAB VIII NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATSFUNDAMENTAL


NORM
A. Pengantar
Pancasila merupakan asa kerokhanian negara, sehingga merupakan suatu
sumber nilai, norma, dan kaidah baik moral maupun hukum dalam negara
Republik Indinesia. Oleh karena itu, pembahasan ini tidak dapat dilepaskan
dengan ekstensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan
negara Indonesia, yang memuat Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia. sebagaimana pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan
memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu
staasfundamentalnorm di negara Indonesia.

15
B. Kedudukan Dan Fungsi Pembukaan Uud 1945
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alenia. Alenia pertama, kedua
dan ketiga memuat serangkaian pernyataan yang menjelaskan peristiwa yang
mendahului terbentukmya negara Indonesia, adapun alenia keempat memuat
tujuan, ketentuan UUD, bentuk negara dan dasar filsafat negara Pancasila. Oleh
karena itu alenia keempat ini memiliki hubungan ‘kausal organis’ dengan pasal-
pasal UUD 1945.
C. Nilai-Nilai Hukum yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
Telah dijelaskan bahwa diantara alenia I, II, III, dan IV terdapat hubungan
kesatuan, alenia ke-IV pada hakikatnya merupakan penjelmaan alenia I, II, III.
Sebenarnya dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pengakuan hukum tuhan,
hukum kodrat, hukum etis, dan hukum filosofis.
Kerangka hukum sebagaimana tersebut diatas dalam kaitannya dengan
Indonesia adalah: bahwa negara Indonesia terhadap nilai-nilai hukum tuhan,
hukum kodrat, hukum etis dan hukum filosofis yaitu mengambilnya sebagai
materi, nilai, bentuk, dan sifat dari nilai-nilai hukum tersebut. Kemudian dalam
pelaksanaanya secara aktif yaitu memberikan dan mewujudkan niali-nilai huku,
tersebut untuk menjabarkan dalam hukum positif Indonesia dengan menyesuaikan
berdasarkan keadaan, kebutuhan, kepentingan, tempat, waktu, dan kebijaksanaan.

BAB IX UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 1945 NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG
DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
A. Pengantar
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini, banyak yang melontarkam ide-
ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen adalah suatu
prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus mengubah UUD-nya
itu sendiri.

16
Ide tentang amandemen didasarkan pada suatu kenyataan sejarah, bahwa
penerapan pasal-pasal UUD memiliki sifat “multi interpretable” atau memiliki
makna ganda, yang mengakibatkan sentralisasi kekuasaan, terutama terhadap
presiden. Oleh karena itu, bagi bangsa Indonesia proses reformasi yerhadap UUD
1945 adalah merupakan suatu keharusan.
B. Undang Undang Dasar
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-
Undang Dasar 1945 bersifat simpel dan supel. Undang-Undang Dasar 1945 hanya
memuat 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan
aturan tambahan. Hal ini mengandung makna:
1. Undang-undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat
garis-garis besar, tentang norma dasar tentang pemerintah pusay dan lain-
lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan negara dan
kesejahteraan sosial.
2. Sifatnya yang supel dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa
masyarakat itu harus terus berkembang, dinamis. Negara Indonesia akan
terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Berhubung dengan itu
janganlah terlalu tergesa-gesa memberikan kristeralisasi, memberikan
bentuk kepada pikiran-pikiran yang masih berubah. Memang sifat aturan
yang tertulis itu bersifat mengikat, karena itu makin supel sifatnya aturan
itu makin baik. Jadi kita harus menjaga agar supaya sistem dalam undang-
undang dasar itu jangan ketinggalan zaman.

BAB IX BHINEKA TUNGGAL IKA


A. Pengantar
Kelahiran suatu bangsa memiliki karakteristik, sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukungnya.
Adapun faktor-faktor tersebut meliputi, (1) faktor objektif, yang meliputi faktor
geografis-ekologis dan demografis, (2) faktor subjektif, yaitu faktor historis,
sosial, politik, dan kebudayaan.

17
Bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama,
dan wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-
beda dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika.
B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana terkandung dalam lambang negara
Garuda Pancasila, bersama-sama dengan bendera negara merah-putih, bahasa
negara dan lagu kebangsaan Indonesia merupakan jati diri dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hubungan dengan lambang negara Garuda Pancasila yang
didalamnya terdapat seloka Bhinneka Tunggal Ikatelah diatur dalam UUD 1945.
Dalam pasal 36A disebutkan bahwa lambang negara adalah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pasal tersbut merupakan dasar yuridis
konstitusional tentang penggunaan simbol-simbol tersebut sebagai jati diri bangsa
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
C. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Local Wisdom Bangsa Indonesia
Burung garuda merupakan kekayaan satwa nusantara, sebagai seekor satwa
burung garuda mampu terbang tinngi, dan hal ini melukiskan cita-cita bangsa
Indonesia. Sedangkan seloka Bhinneka Tunggal Ika yang melambangkan realitas
bangsa dan negara Indonesia yang tersusun dari berbagai unsur rakyat yang terdiri
atas berbagai macam suku, adat-istiadat, golongan, kebudayaan, dan agama,
wilayah yang menyatu menjadi bangsa dan negara Indonesia
Bhinneka tunggal ika secara linguistik berarti “beda itu, satu itu”. Secara
morfologis Bhinneka berasal dari kata polimorfemis yaitu Bhinna &
Ika. Kata Bhinna berarti beda dan ika berarti itu. Oleh karena itu jikalau
diterjemahkan, makna“Bhinneka tunggal ika”, Tan ada dharma
mangrwa, adalah: meskipun berbeda-beda akan tetapi satu jua. Tidak ada hukum
yang mendua (dualisme).

18
BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU UTAMA
KRITERIA KELEBIHAN BUKU KELEMAHAN BUKU

COVER BUKU Sampul buku yang


tertera sudah cukup baik
dari segi peletakan
judul, gambar, dan
pemberian warna pada
sampul buku

ILUSTRASI GAMBAR Di dalam buku utama,


tidak ada terdapat
ilustrasi gambar yang
mendukung buku
tersebut untuk menarik
perhatian pembaca

TATA LETAK Jenis tulisan, layout dan


tata letak sudah rapid an
sangat jeas untuk dibaca

PENGGUNAAN Bahasa yang mudah


BAHASA dibaca dan dimengerti
oleh pembaca. Buku
tersebut menggunakan
bahasa baku yang tidak
membuat bingung

19
pembaca.

PEMBAHASAN Pembahasan dalam


buku ini sangat cukup
jelas dalam pemaparan
materi dalam panduan
pembelajaran
pendidikan pancasila
untuk jenjang perguruan
tinggi,

3.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU PEMBANDING


KRITERIA KELEBIHAN BUKU KELEMAHAN BUKU

COVER BUKU Cover pada buku


pembanding juga sudah
baik pada bagian tata
letak judul, pemberian
warna dan termuat
gambar di cover
tersebut.

ILUSTRASI GAMBAR Di dalam buku tersebut


tidak terdapat ilustrasi
gambar.

TATA LETAK Tata letak huruf pada


pembahasan buku ini
kurang baik, spasi yang
sangat rapat membuat
buku terkesan tidak baik
serta cepat membuat rasa

20
bosan terhdap para
pembaca dan juga dapat
membuat sakit mata.

PENGGUNAAN Penggunaan bahasa


BAHASA pada buku pembanding
ini juga menggunakan
bahasa Indonesia baku
yang mudah dimengerti
oleh para pembaca.

PEMBAHASAN Pembahasan dalam


buku ini juga lengkap
dan memiliki
keterkaitan antar bab
yang sangat jelas.

21
BAB 4

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pancasila adalah dasar filsafat negara republik indonesia yang resmi
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Pancasila memiliki 4 landasan, yaitu : landasan historis,
landasan kultural, landasan yuridis dan landasan filosofis.
Pendidikan ancasila bertujuan menghasilkan masyarakat yang berperilaku
bertanggung jawab atas apa yang dikehendaki hati nuraninya, mampu mengenali
masalah hidup serta cara pemecahannya, mengenali perkembangan zaman, dan
mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai budaya bangsa.
Pancasila merupakan sumber peraturan perundang-undangan Indonesia.
Bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama, dan
wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda
dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika.

4.2 SARAN
Kiranya critical book report ini dapat diterima oleh bapak Ricu Sidiq,
S.Pd, M.Pd dan juga para pembaca. Saya berharap dengan adanya mata kuliah
pendidikan pancasila dan berbagai buku yang telah diterbitkan dapat membuat
warga Negara Indonesia hidup sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku sesuai
dengan pedoman-pedoman pancasila.

22

Anda mungkin juga menyukai