Anda di halaman 1dari 14

Islam Politik dan Hukum

Al- Islam dan Kemuhammadiyahan IV-H


Dosen Pengampu : Murdiono, S.S. M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Imroatus Sholichah (201910160311344)


2. Junike Widiaswara N (201910160311349)
3. Inas Nur Alfiya (201910160311351)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Islam Politik dan Hukum”. Shalawat serta salam selalu kami curahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W yang telah membawa kita dari alam kegelapan yang jauh dari
ilmu pengetahuan menuju alam terang benderang seperti saat ini. Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalh ini. karena itu,
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah
ini.

Malang, 9 Juni 2022

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Namun, islam
memiliki aturan politik yang bisa membuat negara itu adil. Dalam Al-Qur’an memang
aturan politik tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada zaman Rasullullah SAW
sangatlah baik. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong masyarakatnya
menjalankan syariat Islam. Indonesia adalah sebuah negara islam terbesar di dunia,
namun bila dikatakan negara Islam, dalam prakteknya islam kurang diaplikasikan
dalam sistem pemerintahan baik itu politik maupun demokrasinya. Hal tersebut
berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia di Indonesia, terutama
pada sistem yang berlaku dalam pemerintahan Indonesia. Contoh kecil adalah
maraknya korupsi yang dikarenakan kurang transparannya pemerintahan di indonesia.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang islam dalam aspek politik dan
demokrasi dalam suatu negara. Akan dibahas pula tentang peranan islam dalam
perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi
berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadits, dan sistem politik di masa Rasulullah S.A.W.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas Islam, politik, dan hukum dengan membagi
dalam beberapa pokok permasalahan:
1. Bagaimanakah prinsip Islam dalam bernegara?
2. Bagaimana kepemimpinan dalam Islam?
3. Bagaimana pandangan hukum Islam?
4. Seperti apakah hukum Islam dalam mengatasi kejahatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip Islam dalam bernegara.
2. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam pandangan Islam
3. Untuk mengetahui hukum Islam
4. Untuk mengetahui cara hukum Islam dalam mengatasi kejahatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Islam dalam bernegara


Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang
berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Pengertian Politik Islam
Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya
pembentukan pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaat manfaat
amaliah, bukan atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern
didasarkan pada kepentingan-kepentingan praktis, bukan atas dasar agama.
Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah bukanlah diturunkan
Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum muslimin untuk
menjamin kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka untuk
memikirkan usaha-usaha menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan. Alquran
sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi hanya memerintahkan
untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu kaum lemah, dan melarang
perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta durhaka. Alquran hanya meletakkan garis
besar pada kaum.
Fiqh Siyasah dalam konteks terjemahan diartikan sebagai materi yang
membahas mengenai ketatanegaraan Islam (Politik Islam). Secara bahasa Fiqh adalah
mengetahui hukum-hukum Islam yang bersifat amali melalui dalil-dalil yang
terperinci. Sedangkan Siyasah adalah pemerintahan, pengambilan keputusan,
pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan. Bagian-bagian dari fiqh
siyasah terbagi menjadi 4 yaitu :
1. siyasah Dusturiyah
adalah hal yang mengatur atau kebijakan yang diambil oleh kepala Negara
atau pemerintah alam mengatur warga negaranya.
2. Siyasah Maliyah

2
Adalah hak dan kewajiban kepala Negara untuk mnegatur dan mengurus
keuangan Negara guna kepentingan warga negaranya serta kemaslahatan
umat.
3. Siyasah Dauliyah
Adalah kekuasaan kepala Negara untuk mengatur Negara dalam hal hubungan
internasional, masih territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, pengasingan
tawanan politik, pengusiran warga Negara asing.
4. Siyasah Harbiyah
Adalah wewenang atau kekuasaan serta peraturan pemerintah dalam keadaan
perang atay darurat.
Islam adalah agama yang syammil mutakammil (sempurna dan paripurna),
islam bukan hanya mengatur masalah ritual ubudiyah saja, tapi seluruh aspek
kehidupan manusia, bahkan sampai ke hal-hal terkecil dalam kehidupan manusia. Jika
islam hanya mengatur masalah-masalah ibadah saja, tanpa mengatur masalah sosial
budaya, pendidikan, tata Negara/pemerintahan, dan sosial politik, maka sama saja
islam dengan agama lain, tidak ada keistimewaan islam dibandingkan agama-agama
lainnya. Di dalam Al-Qur‟an terdapat sejumlah ayat yang mengandung petunjuk dan
pedoman bagi manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Di antaranya ayat-
ayat tersebut mengajarkan tentang kedudukan manusia di bumi dan tentang prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Prinsip-prinsip ini dianggap seperti hak-hak allah SWT dalam bidang politik,
karena sejauh mana hal itu dianggap sebagai hak umat Islam untuk menuntut para
penguasa agar menghormati prinsip-prinsip konstitusional atau etika-etika ini, sejauh
itu pula hal tersebut menjadi kewajiban atas umat Islam dengan kapasitasnya sebagai
kelompok dan kewajiban atas setiap orang yang mampu dengan kapasitasnya sebagai
individu, untuk memegang erat prinsip- prinsip ini mengajak orang lain untuk
memegangnya serta mencari penyelesaian padanya.

B. Kepemimpinan dalam Islam

Shihab (1996) menjelaskan bahwa islam menyebutkan kepemimpinan dengan


berbagai istilah atau nama, diantaranya iamamah, ri`ayah, imarah, dan wilayah, yang
semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab). Nabi S.A.W
bersabda : “Apabila amanat disia- siakan, maka nantikanlah kehancurannya,: ketika

3
ditanya “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Beliau menjawab “ apabila wewenang
pengelolaan (kepemimpinan) diserahkan kepada orang yang tidak mampu.”

Kepemimpinan didalam islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan
salah satu sub sistem dalam sistem islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek
kehidupan secara prinsip. Islam mengatur niat- amal-tujuan sekaligus sumber
kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan
hidup. Dalam islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai
keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilaksanakan melalui prinsip
kepemimpinan,

Sejak dini, hendaknya setiap manusia selalu menanamkan keyakinan bahwa


dirinya terlahir sebagai pemimpin, sebagaimana sabda Rasulullah :

“setiap pribadi adalah pemimpin dan kelak akan dipertanyakan tentang


kepemimpinannya.” (HR. Muslim)

Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan
dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi
tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya sebagaimana tercantum
dalam surah Al-baqarah : 30

Artinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

4
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Kepemimpinan itu wajib ada, baik secara syar‟i ataupun secara „aqli. Adapun secara
syar‟i misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat pada
surah Al-Furqan : 74

Artinya:

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Seorang pemimpin merupakan sebuah perisai yang melindungi kaummnya,


kedudukan seorang pemimpin sangatlah penting. Bahkan digambarkan dalam sejarah
Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan
ummat muslim. Kita lihat dalam sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para
shahabat segera mengadakan musyawarah untuk menentukan seorang khalifah.
Hingga jenazah Rasulullah pun harus tertunda penguburanya selama tiga hari. Para
shahabat ketika itu lebih mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah,
karena kekhawatiran akan terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim
kala itu. Hingga akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah
Rasulullah saw. wafat.

Karakter pemimpin berdasarkan sifat Rasulullah:

1. Shidiq: benar atau jujur

Sifat ini menjadi salah satu sifat paling utama yang harus ada dalam diri
seorang pemimpin. Karena jika seorang pemimpin pernah ketahuan berbohong, maka
pengikutnya akan menunjukkan mosi tidak percaya. Perpecahan dan pertempuran
internal akan menjadi senjata yang dapat menghancurkan kelompok itu sendiri.

5
2. Amanah: dapat dipercaya

Masih berkaitan dengan sifat shidiq, para pemimpin yang tepat adalah sosok
yang dapat dipercaya. Dengan begitu, ia akan mendapat pengikut setia yang selalu
mengikuti arahannya dalam mencapai tujuan tertentu. Rasa saling percaya yang tinggi
ini membuat kelompok tersebut menjadi sangat kuat untuk menghadapi rintangan di
masa mendatang.

3. Fatonah: pintar atau cerdas

Karena pemimpin adalah sosok yang diikuti, maka kemampuan dan


kecerdasannya menjadi hal penting yang tidak boleh diabaikan. Ia adalah sosok yang
bertanggung jawab memimpin eksekusi perencanaan yang telah dirancang. Jika
pemimpin tersebut tidak memiliki kemampuan yang handal, bisa-bisa program
tersebut berhenti di tengah jalan.

4. Tabligh: terbuka dalam menyampaikan informasi

Sifat tabligh adalah menyampaikan informasi yang benar dan tidak


menyembunyikan hal buruk dari rakyatnya. Sifat ini berguna sebagai transparansi
kepemimpinan yang baik dan bersih. Dengan begitu, masyarakat akan merasa lebih
percaya dan mengikuti arahan pemimpin tanpa menimbulkan banyak gejolak.

C. Hukum Islam

Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
islam. Dalam konsepsi hukum Islam , dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah SWT. yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat termasuk dirinya sendiri dan benda serta alam semesta,tetapi juga
hubungan manusia dengan Tuhan. Tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan segala sesuatu yang bermanfaat
dan mencegah atau menolak yang mudarat yaitu yang tidak berguna bagi hidup
kehidupan. Menurut Abu Ishak al-Shatibi, tujuan hukum Islam adalah memelihara

6
agama, jiwa, akal, keturunan, harta yang kemudian disepakati oleh ilmuwan hukum
Islam lainnya. Kelima tujuan itu kemudian disebut dengan al-Magasid al-Khamsah.

Sumber hukum islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang
menjadi sumber syari’at islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad (Sunnah
Rasulullah SWA). Sebagian besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat bahwa pada
prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-Qur’an dan Hadist.
Berikut adalah penjelasan mengenai sumber-sumber hukum islam:

1. Al-Qur’an atau Al-kitab


Al-qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama, semua ketetapan
hukum harus ditetapkan berdasarkan pada al-qur’an, sebagaimana telah
diterangkan dalam al-qur’an sendiri:
ِ ‫اس بِ َمآَأ َرىك آهللُ َواَل تَ ُك ْن لِّ ْلخَآِئنِ ْينَ خ‬
‫َص ْي ًما‬ ِّ ‫َب بِ ْال َح‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ آلن‬ َ ‫ك ْآل ِكت‬
َ ‫ِإنَّآ َأ ْن َز ْلنَآ ِإلَ ْي‬
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa
yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang(orang yang tidak bersalah) karena (membela) orang-orang yang
khianat.(an-Nisa:4(105)
2. Hadits
Al hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai
penguat, sebagai pemberi keterangan, dan membuat hukum baru yang
ketentuannya tidak ada didalam Al- Qur’an. Hukum-hukum yang ditetapkan
oleh Rasulullah Muhammad SAW ada kalannya atas petunjuk (ilham) dari
Allah SWT da nada kalanya berasal dari ijtihad.
3. Ijma
Merupakan salah satu metode dalam menetapkan hukum atas segala
permasalahan yang tidak didapatkan di Al-Qur’an dan Sunnah. Sumber hukum
islam ini melihat brbagai masalah yang timbul di era globalisasi dan teknologi
modern.
4. Qiyas

7
Bentuk sistematis dan yang telah berkembang. Sebelumnya dalam
kerangka teori hukum islam Al-Syafi’I, qiyas menduduki tempat terakhir
karena ia memandang qiyas lebih lemah daripada ijma.

8
B. Ragam Hukum Islam Atasi Kejahatan
Tindak pidana adalah perbuatan terlarang yang dijatuhi hukuman. Akan tetapi
tindak pidana itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
 Berat ringannya hukuman
Berdasarkan berat ringannya hukuman, hukum pidana Islam
mengenal tiga macam golongan kesalahan. Pertama tindak pidana hudud,
yang sering diartikan sebagai hukum atau ketetapan Allah SWT. Orang
yang melakukan tindak pidana ini akan dikenai hukuman sesuai dengan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, tidak bisa ditambah atau dikurangi,
Hukuman yang diberikan kepada para pelaku tindak pidana hudud
merupakan hak Tuhan yang tidak bisa dihapuskan, baik oleh perseorangan
yang menjadi korban tindak pidana itu sendiri maupun oleh masyarakat
yang diwakili lembaga negara. Dalam hukum Islam dikenal tujuh macam
tindak pidana hudud, yaitu: zina, qazaf (menuduh orang berbuat zina),
meminum minuman keras, mencuri, hirabah (orang yang memerangi Allah
dan Rasul-Nya), murtad, dan orang yang memberontak terhadap penguasa
yang sah.
 Berdasarkan niat pelaku
Dilihat dari niat pelakunya, tindak pidana terbagi menjadi tindak
pidana disengaja (doleus delicten) dan tidak disengaja (culpose delicten).
Dalam tindak pidana disengaja, si pelaku dengan sengaja melakukan
perbuatannya serta mengetahui bahwa perbuatannya tersebut dilarang.
Sedang, dalam tindak pidana tidak disengaja, si pelaku sengaja
mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi perbuatannya tersebut terjadi
akibat kekeliruannya.
 Berdasarkan waktu terungkapnya
Ada dua jenis tindakan pidana berdasarkan waktu terungkapnya,
yaitu tindakan pidana yang tertangkap basah dan tindakan pidana yang
tidak tertangkap basah. Tindak pidana yang tertangkap basah yaitu tindak
pidana yang terungkap pada saat tindak pidana itu dilakukan atau beberapa
saat setelah tindak pidana tersebut dilakukan. Sedangkan tindak pidana
yang tidak tertangkap basah yaitu tindak pidana yang tidak terungkap pada

9
saat tindak pidana tersebut dilakukan atau terungkapnya tindak pidana
tersebut dalam waktu yang lama.
 Berdasarkan cara melakukannya
Berdasarkan cara melakukannya, tindak pidana terbagi menjadi
tiga kelompok. Pertama, tindak pidana positif dan tindak pidana negatif.
Pembagian kelompok pertama ini didasarkan atas tinjauan apakah tindak
pidana yang diperbuat itu terjadi berupa perbuatan nyata ataukah dengan
sikap tidak berbuat, atau apakah perbuatan itu diperintahkan ataukah
dilarang. Tindak pidana positif terjadi karena melakukan suatu perbuatan
yang dilarang, seperti mencuri, zina, dan pemukulan. Sedang, tindak
pidana negatif terjadi karena tidak melakukan suatu perbuatan yang
diperintahkan, seperti seseorang yang tidak mau memberikan kesaksiaan
atau tidak mau mengeluarkan zakat.
 Berdasarkan karakter khususnya
Berdasarkan karakter khususnya, tindak pidana terbagi menjadi:
tindak pidana yang menganggu masyarakat umum, tindak pidana yang
menganggu individu, tindak pidana biasa, dan tindak pidana politik.

10
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini yaitu bahwa hubungan Islam dan Politik itu
sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan caracara dalam berpolitik
yang sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu sistem politik Islam yang
melihat dokumen-dokumen dari Al-Qur‟an ini memuat prinsip-prinsip politik berupa
keadilan, musyawarah, toleransi, hak-hak dan kewajiban, amar ma’ruf dan nahi
mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum. Politik dan agama adalah sesuatu yang
terpisah. Dan, sesungguhnya pembentukan pemerintahan dan kenegaraan adalah atas
dasar manfaatmanfaat amaliah, bukan atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan
negara modern didasarkan pada kepentingan-kepentingan praktis, bukan atas dasar
agama. Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah bukanlah
diturunkan Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum
muslimin untuk menjamin kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka
untuk memikirkan usaha-usaha menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan. Jadi
dengan sistem dan peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan Al-Qur‟an sudah
pasti sistem politik Islam lebih baik dibandingkan dengan sistem Politik yang lain.

11
REFERENSI

Al-Qur’an, Surah Al-Furqan : 74


Al-Qur’an, Surah an-Nisa: 105
https://www.academia.edu/6365422/Bab_VII_aik_4

12

Anda mungkin juga menyukai