Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI EMERGENCY


DI UNIT HEMODIALISA RSUD CILACAP

Nama Mahasiswa : NUR HIDAYATI


NIM : 15149013907044

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 PROFESI NERS


STIKES HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2015/2016
A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. ( Elizabeth J Corwin, 2009 )
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Brunner and
Suddarth, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan
jantung atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan
pembuluh darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan
tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau
diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin
memilki batasan masing – masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan
darah waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya >
145/90 mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
( Dewi dan Familia, 2010 : 18).
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang
sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan
sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di
Indonesia memakan patokan >220/140.
B. JENIS HIPERTENSI
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis :
a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi
organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
a. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%)
penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat
terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan
pembuluh darah utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi
dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 – 10% penderita hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti,
2009 : 114 ).
C. KLASIFIKASI
1. Normal
Sistole :Dibawah 130 mmHg
Diastole : Dibawah 85 mmHg
2. Normal Tinggi
Sistole :130-139 mmHg
Diastole : 85-89 mmHg
3. Stadium 1 (Hipertensi Ringan)
Sistole :140-159 mmHg
Diastole : 90-99 mmHg
4. Stadium 2 (Hipertensi Sedang)
Sistole :160-179 mmHg
Diastole : 100-109 mmHg
5. Stadium 3 (Hipertensi Berat)
Sistole :180-209 mmHg
Diastole : 110-119 mmHg
6. Stadium 4 (Hipertensi Maligna)
Sistole : 210 mmHg Atau Lebih
Diastole : 120 mmHg atau Lebih
D. ETIOLOGI
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Hipertensi Primer atau esensial
Yang mempengaruhi hiperternsi Primer diantaranya :
a. Asupan garam yang berlebihan
b. Kurang olahraga
c. Stress psikologis
d. Genetik
e. Obesitas
f. Aterosklerosis
2. Hipertensi Sekunder
Penyakit yang mengakibatkan hipertensi sekunder misalnya :
a. Penyakit ginjal (Glomerulonefritis dan penyempitan arteri renalis)
b. Kelainan hormon
1) Pil KB
2) Neokromasitoma atau tumor medula adrenal atau jaringan
pensekresi katekolamin dibagian lain tubuh
3) Sindrom Cushing
c. Penyakit metabolik
d. Lain-lain
1) Penyempitan segmen aorta thorakalis
2) Pre eklamsia
(Arief Mansjoer, 2005)

E. PATOFISIOLOGI
Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah
dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena itu tekanan atrium
kanan mendekati nol, nilai tersebut tidak mempunyai banyak pengaruh.
Didalam tubuh manusia terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan dasar secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang
berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang. Berxdasarkan kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut
dibedakan menjadi dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang
cepat dan yang bereaksi dalam jangka panjang. Refleks kardiovaskuler
melalui sistem syaraf termasuk kontrol yang bereaksi segera. Perpindahan
cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstitial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sistem kontrol yang bereaksi
kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan
oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ terutama ginjal.
Berbagai faktor seperti genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal
dan membran sel, aktivitas syaraf simpatik dan sistem renin angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme
natrium dalam ginjal, serta obesitas dan faktor endotel mempunyai peran
dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer.
Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan
berbagai fakta yang dijumpai pada pasien kembar homozigot dari pada
heterozikit , jika salah satu diantaranya mederita hipertensi, menyokong
pendapatan bahwa faktor genetik mempunyai pengaruh terhadap timbulnya
hipertensi.
Pada tahap awal curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh neflex autoregulasi oleh karena curah
jantung yang meningkat terjadi kontriksi stringer prekapiler yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.
Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi
membran sel sel yang mengakibatkan hipertrofi vaskuler akan menyebabkan
peningkatan tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat
tekanan darah. Pada hipertensi esensial dapat berjalan tanpa gejala dan
umumnya baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ targedt
seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala yang sering dijumpai pad
Klien yang terkena hipertensi berupa :
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Hematuria
7. Takikardi
8. Palpitasi
9. Pucat dan mudah lelah
G. PATHWAY

Umur, Jenis kelamin, Gaya hidup, Obesitas

HIPERTENSI

Otak Ginjal Retina Pemblh darah

Vasokonstriksi Spasmus Sistemik


Resistensi Suplai O2 pemblh. darah arteriole
pemb. drh otak ginjal
otak Vasokontriksi
Diplopia
Kesadaran Blood flow
Tek. pemblh drh afterload
Penurunan
otak Koroner jantung
Curah
Respon KAA Jantung
Resiko COP
Nyeri kepala injuri invark miokard
Vasokonstriksi

Nyeri
Akut CVA Rangsang Intoleransi Nyeri dada
aldosteron aktivitas

Retensi Na

Oedema

Gx. Keseimbangan
cairan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan urinalisa
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Kimia darah (kalium, natrium, GDP, kolesterol HDL)
d. EKG
I. PENATALAKSANAAN MEDIS

Mulai perubahan gaya hidup

Tekanan darah di atas target (140/90 mmHg)

Pilihan obat :
1. Hipertensi tanpa komplikasi
Diuretik,  bloker,
Diuretik (furosemid : 40-80 mmHg),
 bloker (propanolol)
2. Indikasi tertentu
Penghambat ACE,  bloker,
antagonis Ca, Diuretik

Tekanan darah yag dituju tidak tercapati

Ganti obat dari golongan lain

Tekanan darah yang dituju tidak tercapai

Tambahkan obat dari golongan lain dan


rujuk pada dokter spesialis hipertensi

J. KOMPLIKASI
1. Mata mata : perdarahan retina, gangguan penglihatan, kebutaan.
2. Gagal jantung.
3. Perdarahan otak karena pecahnya merodueurisme  kematian
4. Proses tromboemboli

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan sakit kepala
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output
L. FOKUS INTERVENS
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri Rasa nyeri berkurang 1. Kaji keluhan nyeri, catat
berhubungan setelah dilakukan tindakan intensitasnya, lokasinya dan
dengan keperawatan selama 3x24 lamanya.
nyeri kepala jam diharapkan nyeri akut 2. Observasi adanya reaksi
pasien hilang dengan KH : non verbal dari ketidak
 Pasien mengatakan nyamanan
nyeri berkurang. 3. Anjurkan pasien untuk
 Ekspresi wajah klien melakukan teknik relaksasi
rileks. 4. Monitor TTV
5. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain untuk
pemberian terapi
Penurunan Setelah dilakukan asuhan 1. Evaluasi adanya nyeri dada
Curah selama 3x24 jam 2. Monitor balance cairan
Jantung diharapkan penurunan 3. Monitor TD, nadi, suhu, dan
berhubungan kardiak output klien RR
dengan teratasi dengan kriteria 4. Anjurkan untuk
peningkatan hasil: menurunkan stress
afterload  Tanda Vital dalam 5. Monitor sianosis perifer
rentang normal 6. Jelaskan pada pasien tujuan
(Tekanan darah, Nadi, dari pemberian oksigen
respirasi) 7. Kolaborasi pemberian terapi
 Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
 Tidak ada penurunan
kesadaran
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya
aktivitas keperawatan selama 3x24 pembatasan klien dalam
berhubungan jam diharapkan Pasien melakukan aktivitas
dengan bertoleransi terhadap
penurunan aktivitas dengan Kriteria 2. Kaji adanya faktor yang
cardiak Hasil : menyebabkan kelelahan
output  Berpartisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan sumber
aktivitas fisik tanpa energi yang adekuat
disertai peningkatan
. tekanan darah, nadi 4. Monitor pasien akan
dan RR adanya kelelahan fisik dan
 Mampu melakukan emosi secara berlebihan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri 5. Kolaborasikan dengan
 Keseimbangan Tenaga Rehabilitasi Medik
aktivitas dan istirahat dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2010. Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.


Jakarta.
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. EGC : Jakarta
Dewi, S. Dan Familia, 2010. D. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus
Boocks. Jakarta
Doengoes Merillynn. 2010 (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I Cetakan
Keenam., Jakarta : Media Aesculspius
Prince A Sylvia. 2006. (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai