Anda di halaman 1dari 7

Agriprima

Journal of Applied Agricultural Sciences Maret, 2021


Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 5, No. 1, Hal. 1-7
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v5i1.401

Potensi Fungisida Perlakuan Benih terhadap Perenosclerospora sp.


Penyebab Penyakit Bulai Jagung
The Potential of Fungicide-treated Seed against Peronosclerospora sp.
as the cause of Downy Mildew Disease in Maize

Author(s): Ahmad Ilham Tanzil(1)*; Hari Purnomo(1)


(1)
Universitas Jember
* Corresponding author: aitanzil@unej.ac.id

Submitted: 09 Dec 2020 Accepted: 19 Jan 2021 Published: 31 Mar 2021

ABSTRAK
Jamur patogen Perenosclerospora sp. merupakan penyakit penting pada tanaman Kata Kunci:
jagung. Dampak yang ditimbulkan dapat menimbulkan kerugian hingga 100%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan aktif fungisida sebagai fungisida;
perlakuan benih dalam mengendalikan penyakit bulai (Perenosclerospora sp.) pada seed treatment;
tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan dengan diawali menanam tanaman jagung
yang diinokulasi bulai sebagai tanaman spreader (sumber inokulum alami) dan Peronosclerospora
pembatas antar perlakuan. Selanjutnya saat tanaman border sudah terinfeksi bulai sp.;
baru ditanam benih perlakuan yang sudah dicampur dengan bahan aktif fungisida. jagung;
Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan delapan perlakuan dengan
tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol tanpa fungisida (P0), dimetomorf (P1), penyakit bulai.
dimetomorf + piraklostrobin (P2), fenamidon (P3), fenamidon dan propamokarb
hodroklorida (P4), metalaksil (P5), mefenoksam (P6), dan fluopikolid+propineb (P7).
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kontrol lebih bagus dalam meningkatkan
daya kecambah dibandingkan dengan menggunakan fungisida. Benih jagung yang
diberikan perlakukan bahan aktif dimetomorf + piraklostrobin memiliki potensi yang
paling tinggi dalam menekan keterjadian penyakit bulai pada jagung manis dan
mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman jagung yang dibandingkan
perlakuan lainnya.

ABSTRACT
Keywords: The pathogenic fungus Perenosclerospora sp. is an important disease in maize. The
impact caused can make losses of up to 100%. This study aims to determine the effect
fungicide; of seed treatment fungicide active ingredients in controlling downy mildew
seed treatment; (Perenosclerospora sp.) in maize. The research was conducted by starting with
planting maize inoculated with downy mildew as a spreader plant (a source of
Peronosclerospora natural inoculum) and dividing between treatments. When the border plants have
sp.; been infected with downy mildew, seeds treated with active fungicidal ingredients
maize; were then planted. The study was arranged in a completely randomized design with
eight treatments and three replications. The treatments consisted of control without
downy mildew. fungicide (P0), dimetomorph (P1), dimetomorph + piraklostrobin (P2), fenamidone
. (P3), fenamidone and propamocarb hodrochloride (P4), metallaxyl (P5), mefenoxam
(P6), and fluopicolid + propineb ( P7). The results showed that the control treatment
was better at increasing germination than using fungicides. Maize seeds treated with
the active ingredient dimetomorph + piraklostrobin had the highest potential in
suppressing the incidence of downy mildew in sweet corn. In addition, the treatment
of seeds with a mixture of active ingredients was able to increase the height growth
of maize plants compared to other treatments.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 1


Author(s): Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo _________________________________________________

PENDAHULUAN Kecamatan Sumbersari, Kabupaten


Jagung merupakan komoditas bernilai Jember. Waktu penelitian dimulai pada
ekonomis yang tinggi karena dapat bulan Agustus 2020 sampai dengan
dimanfaatkan sebagai sumber pangan Desember 2020.
karbohidrat terbesar kedua setelah beras
selain itu dapat menjadi sumber pakan Penanaman Tanaman Border dan
hewan. Saat ini kebutuhan jagung nasional Spreader
belum sepenuhnya tercukupi. Hal ini Tanaman border dan spreader
disebabkan karena kurangnya produksi diperlukan sebagai pembatas antar plot
jagung nasional diakibatkan karena perlakuan dan sebagai media penularan
beberapa faktor. Salah satunya yaitu atau infeksi secara alami. Adapun benih
serangan bulai jagung akibat jamur jagung kategori rentan bulai yang ditanam
patogen Peronosclerospora sp. (Jatnika et yaitu varietas Pioneer P27. Tanaman
al., 2013). Hikmahwati et al. (2019) border harus ditanam terlebih dahulu
mengatakan bahwa gejala serangan bulai kemudian diinokulasikan dengan spora
jagung mampu mengakibatkan tanaman bulai jagung. Hal tersebut dilakukan
jagung tumbuh kerdil, klorosis atau dengan harapan agar nantinya ketika
kehilangan zat hijau daun yang pada sudah muncul gejala akan dapat
akhirnya mengakibatkan kematian memberikan dampak sebagai sumber
sebelum jagung dapat berproduksi. Hal infeksi pada tanaman perlakuan.
tersebut selaras dengan pernyataan
Isolasi Spora Bulai sebagai Sumber
(Setyawan et al., 2016) bahwa penyakit ini
Inokulum
dapat mengakibatkan kegagalan panen Sebelum aplikasi seedtreatment perlu
jagung hingga 100 %, bahkan serangan mendapatkan sumber inokulum bulai
bulai ini sudah menyebar hingga ke sebagai sumber infeksi untuk tanaman
seluruh pelosok Indonesia hingga dunia border. Sumber inokulum didapatkan dari
khususnya pada jagung lokal yang rentan
lahan jagung yang bergejala bulai.
terhadap penyakit tersebut. Adapun daerah pengambilan sampel spora
Berbagai cara pengendalian telah bulai yaitu di daerah Ledokombo, Jember
banyak dilakukan petani. Namun seiring dengan titik koordinat 8°08'05.3"S
berjalannya waktu, penyakit bulai mulai 113°52'29.3"E. Adapun varietas jagung
menimbulkan banyak ras baru. Oleh sebab yang ditanam yaitu jagung Pioneer P21
itu perlu dilakukan alternatif pengendalian yang telah berumur kurang lebih 1 bulan
dengan pemanfatan seed treatment. setelah tanam.
Penelitian difokuskan pelapisan benih
jagung dengan Fungicide Seed Treatment Inokulasi Spora Bulai pada Tanaman
(FST) untuk mengendalikan serangan Border dan Spreader
bulai jagung. Teknologi FST diharapkan Setelah inokulum bulai didapatkan dan
dapat mengurangi dan mencegah dampak dikumpulkan. Langkah selanjutnya adalah
serangan bulai jagung sehingga dapat proses infeksi atau inokulasi spora bulai
meningkatkan produktivitas jagung secara sebagai sumber inokulum. Proses yang
optimal. harus dilakukan antara lain memanen
spora bulai dengan cara memotong bagian
METODOLOGI daun yang bergejala (½ sakit dan ½ sehat)
Penelitian dilaksanakan di kemudian dimasukkan kedalam air bersih.
Laboratorium Agroteknologi, Fakultas Kemudian daun dikocok agar spora bisa
Pertanian, Universitas Jember dan Lahan rontok ke dalam air. Larutan spora
Pertanian di Kelurahan Tegalgede, ditampung di sprayer untuk disemprotkan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 2


Author(s): Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo _________________________________________________

ke tanaman border setiap hari pada saat Tahapan pembuatan fungisida


tanaman berumur 7-20 HST. Adapun seedtreatment pada benih jagung dimulai
waktu penyemprotan pada saat dini hari dengan menimbang bahan sesuai takaran
(sebelum matahari terbit) atau sebelum pada Tabel 1 berikut. Setelah ditimbang
magrib (menjelang matahari terbenam). benih dicampur dengan larutan bahan
Hal ini dilakukan agar spora tidak mati aktif pestisida. Selanjutnya setelah
karena terpapar sinar matahari. dicampur kemudian diletakkan wadah
Formulasi Bahan Aktif Perlakuan yang telah diberi label agar tidak tertukar.
Benih

Tabel 1. Formulasi bahan pada setiap perlakuan


Table 1. Formulation of ingredients dosage in each treatment
Bahan Perlakuan
Ingredient Treatments
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Jagung 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g
maize
Dimetomorf - 0,125 g - - - - - -
Dimetomorf + - - 0,25 ml - - - - -
Piraklostrobin
Fenamidon - - - 0,3 ml - - - -
Fenamidon + - - - - 1 ml - - -
Propamokarb
Hodroklorida
Metalaksil - - - - - 0,85 ml - -
Mefenoksam - - - - - - 0,125 ml -
Fluopikolid + - - - - - - - 1g
Propineb
Air 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml 5 ml
Pengamatan di lapangan dan di konidia dan konidiofor. Parameter
laboratorium pengamatan morfologi dan morfometri
dilihat berdasarkan bentuk konidia,
Benih yang telah diberi perlakuan seed
dimensi konidia dan konidiofor, jumlah
treatment ditanam di lahan saat tanaman
percabangan, serta ketebalan dinding sel
border yang sudah diinokulasi bulai
(Widiantini et al., 2018). Pengamatan
jagung mulai menunjukan gejala. Benih
kejadian penyakit dilakukan setiap 7 hari
jagung yang digunakan dalam setiap
sekali sampai 28 hari setelah tanam (HST)
perlakuan adalah 50 g berat kering.
dan selanjutnya persentase tanaman
Penelitian menggunakan Rancangan Acak
jagung yang menunjukkan gejala penyakit
Lengkap Kelompok (RAL) dengan 8
bulai dapat dihitung (Adhi et al., 2019).
macam perlakuan serta 3 ulangan. Dari
setiap perlakukan dengan 3 ulangan.
Setiap ulangan terdiri dari 20 benih HASIL DAN PEMBAHASAN
jagung. Adapun pengamatan yang diamati Daya Kecambah Benih
Pada saat 5 HST dilakukan
yaitu daya kecambah benih pada 5 HST
pengamatan uji daya kecambah pada
untuk mengetahui tingkat viabilitas benih
benih seed treatment. Hasil uji daya
perlakuan setelah ditanam, pengamatan
kecambah tersaji pada Tabel 2. Hasil uji
intensitas serangan penyakit bulai, tinggi
daya kecambah menunjukkan bahwa seed
tanaman.
treatment yang telah diaplikasikan
Pengamatan morfologi dan
mempengaruhi daya kecambah benih.
morfometri dilakukan pada 30 buah
Berdasarkan uji daya kecambah benih

Publisher : Politeknik Negeri Jember 3


Author(s): Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo _________________________________________________

diketahui hasil terbaik pada perlakuan Fenamidon+Propamokarb Hodroklorida,


kontrol. Hal ini selaras dengan pernyataan Metalaksil, Mefenoksam,
(Rachman et al., 2019) bahwasannya Fluopikolid+Propineb terbukti mampu
perlakuan kontrol pada penelitian fungsida menurunkan serangan bulai. Hal ini
seedtreatment memiliki pengaruh yang disebabkan benih tidak terlindungi bahan
baik dibandingkan perlakuan dengan aktif fungisida yang dapat menghambat
pemberian bahan aktif fungisida. ataupun mencegah penetrasi dari patogen
Perlakuan benih dengan fungisida dapat penyebab bulai jagung. Perlakuan benih
menurunkan daya kecambah. Hal tersebut dapat meningkatkan mutu dan produksi
disebabkan karena efek perlakuan benih benih serta mengendalikan penyakit bulai
oleh fungsida dipengaruhi oleh kondisi pada jagung (Sonhaji et al., 2013).
benih. Setiyowati et al. (2007) Aplikasi pestisida seedtreatment mampu
menyatakan bahwa kondisi benih saat mempengaruhi aktivitas jamur patogen
diberikan perlakuan fungisida berdampak sehingga penyakit bulai dapat dihindarkan
fitotoksisitas pada fungisida yang sejak dini. Menurut Swibawa et al. (2017)
digunakan. bahwa aplikasi pestisida dapat
menurunkan kelimpahan mikroorganisme.
Tabel 2. Hasil uji daya kecambah
Table 2. The results of germination test Tabel 3. Intensitas serangan penyakit
Perlakuan Daya Table 3. Intensity of disease attacks
Treatments kecambah Perlakuan Intensitas serangan
Germination Treatments Intensity of disease
(%) attacks
Kontrol 30,0 b Kontrol 7,50 b
Dimetomorf 20,0 ab Dimetomorf 2,11 a
Dimetomorf + Piraklostrobin 23,3 ab Dimetomorf + 1,05 a
Fenamidon 13,3 ab Piraklostrobin
Fenamidon + Propamokarb 13,3 ab Fenamidon 4,37 ab
Hodroklorida Fenamidon + 2,98 a
Metalaksil 10,0 a Propamokarb
Mefenoksam 13,3 ab Hodroklorida
Fluopikolid + Propineb 16,6 ab Metalaksil 1,05 a
Keterangan: angka rata-rata yang diikuti huruf Mefenoksam 3,32 a
yang sama menunjukkan tidak berbeda Fluopikolid + Propineb 2,88 a
nyata menurut uji jarak berganda Duncan Keterangan: angka rata-rata yang diikuti huruf
Note: the average number followed by the same yang sama menunjukkan tidak berbeda
letter shows insignificant differences nyata menurut uji jarak berganda Duncan
according to Duncan's multiple rate test Note: the average number followed by the same
letter shows insignificant differences
according to Duncan's multiple rate test
Intensitas Seragan Penyakit
Pada saat 28 HST dilakukan
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
pengamatan uji intensitas penyakit pada
Tinggi tanaman dilihat pengaruhnya
percobaan benih seed treatment. Hasil uji
untuk mengetahui antar perlakuan. Tabel
intensitas tersaji pada Tabel 3. Hasil uji
4 merupakan rerata dari tinggi tanaman
intensitas penyakit menunjukkan bahwa
pada saat pengamatan 28 HST. Dari hasil
seed treatment yang telah diaplikasikan
tersebut dapat diketahui tinggi tanaman
mempengaruhi keparahan penyakit bulai
paling rendah pada perlakuan control. Hal
Intensitas serangan bulai lebih banyak
ini disebabkan pada perlakuan kontrol
terjadi pada perlakuan kontrol (tanpa
terdapat banyak serangan bulai. Karena
diberikan fungisida). Bahan aktif
Dimetomorf, Dimetomorf+Piraklostrobin, bulai dapat mengakibatkan tanaman kerdil
dan perubahan warna daun menjadi

Publisher : Politeknik Negeri Jember 4


Author(s): Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo _________________________________________________

kekuningan dengan banyak spora bulai di (10-15) dapat mencapai 100% terutama
bagian daunnya. Penyakit bulai pada varietas yang peka atau rentan
disebabkan oleh patogen (Talanca, 2013). Hal tersebut diperkuat
Peronosclerospora sp. yang menyerang dengan pernyataan Ulhaq & Masnilah
jagung muda dengan gejala local dan (2019) yang mengatakan bahwa P. maydis
sistemik sehingga sering sering sekali menginfeksi tanaman jagung pada umur
menyebabkan gagal panen akibat tongkol 2-3 minggu, dengan tingkat kerusakan
yang tidak terbentuk (Muis et al., 2018). mencapai 80-100%.
Kerusakan jagung akibat penyakit bulai
terjadi pada tanaman jagung umur muda

Tabel 4. Tinggi tanaman pada 28 HST


Table 4. Plant height at 28 days after planting
Perlakuan Tinggi tanaman pada 28 HST
Treatments Plant height at 28 days after planting (cm)
Kontrol 17,0 a
Dimetomorf 29,3 bc
Dimetomorf + Piraklostrobin 31,5 c
Fenamidon 21,1 ab
Fenamidon + Propamokarb Hodroklorida 23,3 ab
Metalaksil 20,5 ab
Mefenoksam 22,9 ab
Fluopikolid + Propineb 23,8 ab

Keterangan: angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji
jarak berganda Duncan
Note: the average number followed by the same letter, in the same row, shows insignificant differences
according to Duncan's multiple rate test

Morfologi Spora Bulai aquades steril. Spora dimasukkan ke


Spora bulai diamati dengan cara dalam tube 15 mL yang berisi aquades
mengambil daun yang bergejala. steril agar lebih mudah dalam
Kemudian di inkubasi semalam dengan pengamatan. Pengamatan menggunakan
larutan gula 10% dan disungkup agar mikroskop dengan ditambahkan
menjaga kelembaban serta memudahkan lactofenolblue untuk mewarnai spora.
dalam proses inokulasi. Saat dini hari, Adapun hasil bulai yang diamati dapat
spora dipanen mengunakan kertas saring dilihat di gambar berikut.
yang telah disterilisasi dan dicelupkan ke

Publisher : Politeknik Negeri Jember 5


Author(s): Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo _________________________________________________

A B
B
b

Gambar 1. Morfologi spora bulai


Figure 1. Morphology of downy mildew spores
Keterangan:
A. Morfologi konidia
B. Morfologi konidiofora
Information:
A. Morphology of conidia
B. Morphology of conidiophores

Berdasarkan hasil pengamatan, menurunkan intensistas bulai


morfologi konidiofor bercabang-cabang dibandingkan perlakuan lainnya.
sebagai tempat melekatnya konidia. Sedangkan pengaruh fungisida terhadap
Konidium cendawan P.maydis yang masih penambahan tinggi tanaman jagung
muda berbentuk bulat, sedangkan yang berdampak sangat signifikan
sudah masak dapat menjadi lonjong. dibandingkan perlakuan kontrol yang
Ukuran konidium 12-19 x 10-23 µm banyak sekali serangan bulainya.
dengan rata-rata 19,2-17,0 µm. Konidium
P. phillipinesis lebih oval dengan diameter DAFTAR PUSTAKA
sekitar 14- 15 x 8-10 µm dan tumbuh Adhi, S. R., Widiantini, F., & Yulia, E.
membentuk bulu berkecambah (Talanca, (2019). Metode inokulasi buatan
2013). untuk menguji infeksi
Peronosclerospora maydis penyebab
KESIMPULAN penyakit bulai tanaman jagung.
Perlakuan benih jagung dengan Jurnal Agro, 6(1), 77–85.
fungisida memberikan dampak yang
sangat bagus dalam hal pencegahan Hikmahwati, H., Kuswinanti, T., &
penyakit bulai dan pertumbuhan tanaman Melina, M. (2019). Karakterisasi
jagung. Berdasarkan hasil penelitian Molekuler Isolat-Isolat Penyebab
fungisida untuk perlakuan benih memiliki Bulai (Peronosclerospora spp) Pada
dampak menurunkan daya kecambah di Tanaman Jagung Berbasis Simple
awal tanam. Namun perlakuan fungisida Sequence Repeat (SSR).
dengan campuran bahan aktif dimetomorf AGROVITAL : Jurnal Ilmu
dan piraklostrobin memiliki dampak Pertanian, 3(1), 1.

Publisher : Politeknik Negeri Jember 6


Author(s): Ahmad Ilham Tanzil; Hari Purnomo _________________________________________________

Jatnika, W., Abadi, A. L., & Aini, Q. L. Penyakit Bulai pada Jagung Manis.
(2013). Pengaruh Aplikasi Bacillus Jurnal Agronomi Indonesia, 41(3),
sp. dan Pseudomonas Sp. terhadap 242–248.
Perkembangan Penyakit Bulai yang
Disebabkan oleh Jamur Patogen Swibawa, I. G., Fityana, D., Septiani, L.,
Peronosclerospora Maydis pada Suharjo, R., & Prasetyo, J. (2017).
Tanaman Jagung. Jurnal Hama Dampak Aplikasi Fungsisida
Penyakit Tumbuhan, 1(4), 19–29. Perlakuan Benih Jagung Terhadap
Kelimpahan Nematoda dan
Muis, A., Suriani, Kalqutny, S. H., & Artropoda Tanah. Prosiding Seminar
Nonci, N. (2018). Penyakit Bulai Nasional Pengembangan Teknologi
pada Tanaman Jagung dan Upaya Pertanian, 1–8.
Pengendaliannya. Deepublish.
Talanca, A. H. (2013). Status Penyakit
Rachman, F., Sasmita, E. R., & Bulai pada Tanaman Jagung dan
Wongsowijoyo, S. (2019). Pengaruh Pengendaliannya. Seminar Nasional
Pencucian Benih dengan Inovasi Teknologi Pertanian, 76–78.
Penambahan Fungisida terhadap
Tingkat Serangan Penyakit Bulai, Ulhaq, M. A., & Masnilah, R. (2019).
Pertumbuhan, dan Hasil Jagung Pengaruh Penggunaan Beberapa
Hibrida Varietas P27. Agrosains: Varietas dan Aplikasi Pseudomonas
Jurnal Penelitian Agronomi, 21(1), fluorescens untuk Mengendalikan
16. Penyakit Bulai (Peronosclerospora
maydis) pada Tanaman Jagung (Zea
Setiyowati, H., Surahman, M., & Wiyono, mays L.). Jurnal Pengendalian
S. (2007). Pengaruh Seed Coating Hayati, 2(1), 1.
dengan Fungisida Benomil dan
Tepung Curcuma terhadap Patogen Widiantini, F., Pitaloka, D. J., Nasahi, C.,
Antraknosa Terbawa Benih dan & Yulia, E. (2018).
Viabilitas Benih Cabai Besar PerkecambahanPeronosclerospora
(Capsicum annuum L.). Indonesian spp. Asal Beberapa Daerah di Jawa
Journal of Agronomy, 35(3), 176– Barat pada Fungisida Berbahan Aktif
182. Metalaksil, Dimetomorf dan
Fenamidon. Agrikultura, 28(2).
Setyawan, B., Suliansyah, I., Anwar, A.,
& Swasti, E. (2016). Preliminary
Trial of 11 New Hybrid Maize
Genotype to the Resistance on Java
Downy Mildew (Peronosclerospora
maydis). International Journal on
Advanced Science Engineering
Information Technology, 6(2), 262–
264.

Sonhaji, M. Y., Surahman, M., Ilyas, S.,


& Giyanto. (2013). Perlakuan Benih
untuk Meningkatkan Mutu dan
Produksi Benih serta Mengendalikan

Publisher : Politeknik Negeri Jember 7

Anda mungkin juga menyukai