Anda di halaman 1dari 2

PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK

No. Dokumen Revisi Halaman


SPO/32 0 1/2

SOP
Tanggal terbit Disahkan oleh,

30 September 2019

dr. Korinthon Batavianus Bahar Putera


Dokter Penanggung Jawab

1. PENGERTIAN Syok Anafilaktik adalah keadaan alergi yang mengancam jiwa yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan penyempitan saluran
pernafasan, menyebabkan penderita jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri. Hal
ini biasanya dipicu oleh reaksi alergi yang disebabkan oleh respon sistem
kekebalan tubuh yang abnormal terhadap benda asing. Zat-zat kimia yang
dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh sewaktu terjadi reaksi alergi
menyebabkan pembuluh darah melebar, menurunkan tekanan darah secara
mendadak dan penurunan aliran darah ke otak. Karakteristik gejala dari syok
anafilaktik termasuk nadi cepat, lemah, ruam pada kulit, mual, muntah dan
anggota gerak yang dingin.
2. TUJUAN Sebagai bahan acuan dalam tindakan penanganan syok anafilaktik
3. KEBIJAKAN Dokter dan paramedis terlatih dalam penanganan syok anafilaktik
4. REFERENSI Keputusan Menteri Kesehatan no. 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik
Klinis Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
5. PROSEDUR Kriteria Persiapan
1. Infus set
2. Oksigen
3. Adrenalin ampul, aminofilin ampul, difenhidramin vial, deksametason ampul
4. NaCL 0,9%

Kriteria Pelaksanaan
1. Pasien diposisikan dengan posisi trendelenburg atau berbaring dengan kedua
tungkai diangkat
2. Pemberian Oksigen 3–5 liter/menit, pertimbangkan intubasi atau trakeostomi
pada keadaan sesak berat atau ancaman henti napas.
3. Pemasangan infus, berikan cairan plasma expander (Dextran). Jika tidak
tersedia, Ringer Laktat atau NaCl fisiologis sebagai cairan pengganti.
Pemberian cairan infus dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal
dan stabil.
4. Berikan epinefrin dengan dosis 0,01 mg/kbBB atau 0,3-0,5 ml dari larutan
1:100 secara intramuskuler pada bagian paha regio mid-anterolateral yang
dapat diulangi 5–10 menit. Jika pasien tidak menunjukkan respon perbaikan,
berikan epinefrin secara intravena dengan dosis 0,1 – 0,2 ml epinefrin
dilarutkan dalam spuit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan secara
perlahan. Hindari pemberian epinefrin subkutan karena efeknya lambat dan
sulit untuk diabsopsi.
5. Berikan Aminofilin jika terjadi bronkospasme belum hilang. 250 mg
aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat
dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.
6. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah adrenalin.
Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, dapat
diberikan setelah gejala klinik mulai membaik. Antihistamin yang biasa
digunakan adalah difenhidramin HCl 5–20 mg IV dan untuk golongan
kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5–10 mg IV atau
hidrokortison 100–250 mg IV.
7. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika terjadi henti jantung sesuai
algoritma henti jantung.
8. Algoritma Penatalaksanaan Reaksi Anafilaksis
9. Rencana tindak lanjut
10. Mencari penyebab reaksi anafilaktik dan mencatatnya di rekam medis serta
memberitahukan kepada pasien dan keluarga
6. UNIT TERKAIT Ruang tindakan dan ruang pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai