Anda di halaman 1dari 59

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam

2.1.1 Definisi Demam Demam

Secara umum peningkatan derajat suhu tubuh kita sebut demam, misalnya

orang yang terkena kuman suhu badannya dapat meningkat (tergantung jumlah

kuman, keganasan kuman dan daya tahan tubuh) dan pada orang yang terkena

paparan panas atau anak yang setelah banya bermain suhu badannya juga dapat

meningkat. Semuanya ini dikatakan bahwa tubuhnya panas atau demam. Namun

menurut mekanisme peningkatan suhu tubuh, istilah ini dibedakan dengan

hipertemi peningkatan suhu tubuh tidak meningkat set point di hipotalamus dan

tidak melibatkan pirogen. Demam dan hpertermi sangat penting untuk dibedakan

karena terdapat perbedaan penanganannya. Hipertermi dapat dengan cepat

menjadi fatal dan tidak respons terhadap obat penurun panas(antiperik). Demam

atau pireksia merupakan kata yang diambil dari Bahasa Yunani yang berarti api

(pyro). Demam merupakan suhu keadaan peningkatan suhu di atas normal yang

disebabkan perubahan pada pusat pengaturan suhu tubuh, yaitu otak menetapkan

suhu di atas setting normal. Akibatnya tuntunan peningkatan setting tersebut,

maka tubuh akan memproduksi panas (Lusia, 2015).

Dalam (Hermayudi & Ariani, 2017) Demam adalah keadaan suhu tubuh

diatas suhu normal, yaiutu suhu tubuh di atas 30°C. Suhu tubuh adalah suhu

visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral, rektal, dan aksila.

8
9

Demam adalah peninggian Suhu Tubuh dari variasi suhu normal sehari-

hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus.

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 - 37,2 oC. Derajat suhu yang dapat

dikatakan demam adalah rectal temperature >38oC atau oral temperature >37,5oC

atau axillary temperature >37, 2oC. Istilah lain yang berhubungan dengan demam

adalah Hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu

>41,5oC yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi parah tetapi paling sering

terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat.

Tubuh memiliki sistem pengatur suhu (termoregulasi) padaayang

berfungsi untuk memilihara suhu pada batas-batas tertentu (+ 35,8o C – 40,8oC).

Demam bukanlah penyakit, tetapi merupakan tanda yang menyertai suatu

penyakit (Sodikin,2013).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal, bila diukur pada rektal

>38oC (100,4oF), di ukur pada oral >37,8oC, bila di ukur melalui axilla >37,2oC

(99oF). Demam adalah suhu tinggi pada anak-anak lebih dari 37,5 oC (99,5oF).

(Kaneshiro, 2010 dalam Cahyaningrum, 2017).istilah lain yang berhubungan

dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demm

dengan suhu >41oC yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah

tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan pendarahan sistem saraf pusat

(Hermayudi,2017)

Demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh

diatas 30oC. suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat di ukur lewat

oral, rektal dan axilla. Dikatakan demam bila suhu di atas 38 oC. pengukuran suhu

melalui ketiak (axilla) hanya dapat dilakukan pada anak besar mempunyai daerah
10

axilla cukup besar, pada anak besar mempunyai daerah axilla cukup besar, pada

anak besar mempunyai daerah axilla cukup besar, pada anak kecil ketiaknnya

sempit sehingga terpangaruh suhu dari luar (Hermayudi,2017).

2.1.2 Klasifikasi Demam

Demam dapat merupakan satu-satuya gejala yang ada pada anak atau

balita yang terkena infeksi. Padas dapat dibentuk secara berlebihan pada

hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya gangguan pengeluaran panas, misalnya

heat stroke. Klasifikasi dilakukan berdasarkan pada tingkat kegawatan pasien,

etiologi demam dan umur (Hermayudi, 2017).

Menurut Hermayudi (2017). Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi

menjadi kelompok kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien

berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serios bacterial

infection). Infeksi sering kali terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam harus

dinilai apakah juga menunjukan gejala yang berat. Klasifikasi berdasarkan lama

demam pada anak dibagi menjadi:

1. Demam kurang dari 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,

diagnosa etiologi dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisik,

Dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsillitis akut.

2. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom

virus.

3. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnose etiologi tidak dapat

ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik. Namun dapat ditelusuri

dengan tes laboratorium, misalnya demam tyfoid.


11

Menurut Lusia (2015), Klasifikasi demam Dengan cara pengukuran

melalui rektal (anus) peningkatan suhu/demam berdasarkan derajat peningkatan

temperature dibedakan sebagai berikut :

1. Suhu anus

a. Subfebril : 37,5-38oC.

b. Demam ringan : 38-39 oC.

c. Demam sedang : 39-40 oC.

d. Demam tinggi : 40-41 oC.

e. Demam yang sangat tinggi = hiperpireksia : > 41,2 oC

2. Pengukuran melalui ketiak

a. Demam rendah : 37,2-38,3°C

b. Demam sedang : 38,3-39,5°C

c. Demam tinggi : > 39,5°C

3. Pengukuran melalui mulut

a. Demam rendah : 37,7-38,8°C

b. Demam sedang : 38,8-40°C

c. Demam tinggi : > 40°C

2.1.3 Etiologi Demam

Penyebab demam adalah pyrogen. Ada 2 jenis pyrogen yaitu pyrogen

eksogen dan endogen. Pyrogen eksogen berasal dari tubuh yang berkembang

untuk merangsang IL-1. Sedangkan pyrogen endogen berasal dari dalam tubuh

dan memiliki kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi kerja

pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pyrogen endogen, seperti

Interleukin-1, tumor necrosis faktor (TNF), serta interferon (INF) (Sodikin,2012)


12

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi taupun faktor non-infeksi.

Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun

parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak

antara lain pneumonia, bronchitis, osteomyelitis, appendicitis, tuberculosis,

bakteremia, sepsis, bakterisal gastroenteritis, meningitis, enseafalitis, selulitis,

otitis media, infeksi saluran kemih (ISK), dan lain-lain. Infeksi virus yang pada

umumnya menimbulkan demam antara lain viral Pneumonia, influenza, demam

berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N11.

Infeksi jamur yang pada umumnya menimbukan demam antara lain coccidioides

imitis, criptococcosis dan lain-lain. Infeksi parasite yang pada umunya

menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasi.

(Jenson, 2007 dalam Cahyaningrum 2017)

Demam akibat faktor non-infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal

antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal dan terlalu tinggi,

keadaan tumbuh gigi dan lain-lain), penyakit autoimun (arthritis,systemic lupus

erythematosus, vasculitis dan lain-lain), keganasan (penyakit Hodgkin, limfoma

non-Hodkin, leukimia dan lain-lain), dan pemakaian obat-obatan (antibiotic,

difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu, anak-anak juga dapat mengalami

demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama + 1-10 hari.

Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non-infeksi penyebab demam adalah

gangguan sistem saraf pusat seperti pendarahan otak, status epilelptikus, koma,

cedera hiptalamus, atau gangguan lainnya. (Nelwan, 2009 dalam Cahyaningrum,

2017)
13

Demam dapat terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas.

Demam dianggap terjadi kalau ada kenaikan suhu tubuh yang bersifat episiodik

(berkala) atau persisten (terus-menerus) di atas nilai normal dan ada referensi

yang mengatakan peningkatan suhu minimal 24 jam. Demam yang biasanya

dikenal oleh masyarakat umum adalah demam yang dihubungkan dengan

peningkatan suhu akibat penyakit infeksi kuman, karena tumbuh gigi pada bayi

atau demam pasca imunisasi. Namun sebenarnya masih banyak penyebab demam

yang lain. Panas atau demam sebenarnya bukan suatu penyakit, melainkan gejala

dan tanda berbagai dari penyakit, jadi bukan diagnosis. Demam biasa disertai

dengan gejala yang tidak spesifik seperti rasa lemah, nyeri kepala, nyeri pada otot,

dan perasaan panas dingin. Di samping itu keluhan dan gejala yang ebih khas dari

penyakit penyebabnya bisa ditemukan. Demam merupakan gambaran berbagai

macam kelainan seperti jantung (infrak miokard), penyakit jaringan ikat dan

sabagai kegansan, tetapi paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus.

Untuk mengetahui penyebab secara pasti demam memerlukan bantuan dokter

untuk melakukan pemeriksaan fisik / gejala klinis penyakit dan mendiagnosis

penyebab demam. (Lusia,2015).

2.1.4 Pola Demam

Menurut Hermayudi (2017). Interferstasi pola demam sulit karena

berbagai alasan, di antaranya anak telah mendapat antipiretik sehingga mengubah

pola atau pengukuran suhu secara serial dilakukan di tempat yang berbeda. Akan

tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak patognomonis untuk

infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosa yang

berguna.Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-


14

tiba), variasi Derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan,

siklus demam Dan respons terapi.

Menurut Sodikin (2012). Demam saja tidak dapat menentukan secara pasti

Etiologi yang mendasar untuk menentukan suatu penyakit, tetapi demam dapat

Dijadikan sebagai alat bantu dalam menentukan suatu penyakit. Demam dapat

menyertai suatu penyakit, seperti typoid, demam berdarah dan lain-lain. Beberapa

penyakit juga memiliki pola demam tertentu, pada typoid, demam bisa berupa

remiten kemudian menjadi kontinue. Walaupun tidak selalu suatu penyakit

Memiliki pola demam yang spesifik.

2.1.5 Tipe-tipe Demam

Tipe tipe demam menurut Hermayudi,(2017) adalah sebagai berikut:

1. Demam Septik atau Hektik

Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali Pada

malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari.

Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten

menunjukan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat

besar.

2. Undulant fever

Undulant Fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan

Menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara turun menjadi normal.

3. Prolonged Fever

Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama

Demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya. Contohnya lebih dari

10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.


15

4. Demam rekuten

Demam rekuten adalah demam yang timbul kembali dengan interval iregular

pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus

urinearius) atau sistem organ multiple.

5. Demam bisafik

Demam bifasik menunjukan satu penyakit dengan 2 episode demam yang

berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis

merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas

untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever,

spirillary rat-bite fever (spirillium minus), dan African hemorrhagic fever

(Ebola Marburg dan demam lassa).

6. Demam Remiten

Pada demam ini, suhu badan turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai

Suhu normal. Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi

Tidak mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5°C per 24 jam. Pola ini

Merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktik pediatric

dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi,

Khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.

7. Demam Intermitan

Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa

Jam dalam satu hari. Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari,

Umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan

Jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktik klinis.

8. Demam Kontinue
16

Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda dari

Satu derajat. Demam kontinue atau sisteined fever ditandai oleh peningkatan

Suhu yang menetap fluktuasi maksimal 0,4°C selama periode 24

jam.Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.

9. Demam Quotidian

Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax ditandai dengan paroksisme

Demam yang terjadi setiap hari.

10. Demam Quotidian Ganda

Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 24 jam).

11. Relapsing Fever dan Demam Periodic

1. Demam Periodik

Demam periodic ditandai oleh episode demam berulang dengan interval

regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari,

beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal.

2. Relapsing Fever

Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren

yang disebabkan oleh sejumlah spesies borrelia dan ditularkan oleh kutu

(louse borne RF) atau (tick-borne RF).

Penyakit yang ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang

secara tiba-tiba berlangsung selama 3-6 hari, diikuti oleh periode bebas demam

dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6°C pada

tick-borne fever dan 39,5°C pada louse borne. Gejala penyeta meliputi myalgia,

sakit kepala, nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam

dapat disertai Jarish Herxheimer Reaction (JHR) selama beberapa jam (6-8 jam),
17

yaitu umumnya mengkuti pengobatan antibiotik, reaksi ini disebabkan oleh

pelepasan endotokxin saat organisme dihancurkan oleh antibiotic. JHR sangat

sering ditemukan setelah mengobati pasien syphilis. Reaksi ini lebih jarang

terlihat pada kasus leptospirosis, lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi

dari demam ringan dan fatigue sampai reaksi anafilaktik full-bown. Contoh lain

adalah rot-bite fever yang disebabkan oleh spirilium minus dan streptobacillus

monilifonnis. Riwayat gigitan tikus 1-10 minggu sebelum awitan gejala

merupakan petunjuk diagnosa. Demam pel-ebstein, digambarkan oleh pel dan

ebstein pada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma hadgkin (LH).

Hanya sedikit pasien dengan penyakit hadgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada,

Sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang

berlangsung 3-10 hari. Diikuti oleh periode febris dalam durasi yang serupa.

Penyebab jenis Demam ini mungkin berhubungan dengan anemia hemolitik

(Hetmayudi, 2017)

Menurut Sodikin (2012) tipe tipe demam sebagai berikut:

1. Demam Kontinu

Demam jenis ini memiliki variasi diurnal pada rentang antara 1,0 – 1,5°F (0,55-

0,82°C). Demam kontinu dapat ditemukan pada penyakit pneumonia tipe lobar,

infeksi oleh kuman gram negative, riketsa, demam typoid, gangguan sistem saraf

pusat, tularemia, serta malaria falciparum.

2. Demam Intermiten

Demam tipe intermitan dengan variasi diurenal lebih dari 1°C, kadang dapat

mencapai suhu terendah mencapai suhu normal. Jenis demam intermitan menjadi

gejala dari endocarditis bakterialis, malaria, bruselosis.


18

3. Demam Remiten

Demam remiten dengan variasi diurenal variasi normal lebar melebih 1°C tetapi

suhu terendah tidak mencapai suhu normal. Demam remiten menjadi gejala pada

berbagai jenis penyakit infeksi, seperti demam typoid fase awal, dan berbagai

penyakit yang disebabkan oleh virus.

4. Demam Tersiana dan Kuartana

Demam tertana dan kuartana, merupakan demam intermiten yang ditandai dengan

periode demam yang diselang dengan periode suhu normal. Pada demam tersiana,

demam terjadi pada hari pertama dan ke tiga (malaria oleh Plasmodium vivax).

Sedangkan kuartana terjadi pada hari pertama dan ke empat (malaria oleh

Plasmodium malaria).

5. Demam Pelana (saddleback) atau Bifasik

Tipe demam ini ditemukan pada penyakit-penyakit berikut, seperti dengue, yellow

fever. Colorado tick fever, rita valley fever, serta beberapa infeksi olch virus

misalnya influenza, poliomyelitis, serta koriomeningitis limfositik Penderita akan

mengalami demam dalam beberapa hari, kemudian akan diikuti penurunan suhu

tubuh dalam waktu kurang lebih 1 hari, tetapi demam akan tinggi kembali.

6. Demam Intermiten Hektik (Demam Charcot)

Demam jenis ini akan terjadi dengan episode secara sporalis, dan terdapat

penurunan temperature yang jelas dan ke kambuhan dmam kembali. Demam tipe

ini, merupakan pola yang sering terjadi dan dapat dipastikan pada kolongitis,

biasanya menyertai pada keadaan kolestiasis, ikterik leukositosis, dan adanya

tanda-tanda toksik.
19

7. Demam Pel-Ebstain

Pada demam Pel-Ebstain ditandai dengan periode demam setiap minggu atau

lebih lama dan periode afebril yang sama durasinya disertai dengan berulangnya

siklus. Keadaan ini terjadi pada penyakit Hodkin, bruselosis dari tipe brucella

melitensis.

8. Demam diurenal (Typhus Intersus)

Thphus inversus bercirikan dengan kenaikan temperature tertinggi pada pagi hari

bukan selama senja atau di awal malam. Kadang-kadang dpada tuberculosis

milier, salmonellosis, abses hepatic, dan endocarditis Bacteria, bacterial.

9. Demam reaksi Jarisch Herxheimer

Manifestasi peningkatan temperature yang sangat tajam dan eksaserbasi

manifestasi klinis, terjadi beberapa jam sesudah pemberian terapi penisilin pada

sifilis primer atau sekunder, keadaan ini dapat pula terjadi pada leptospirosis, dan

relapsing fever, juga sesudah terapi tetrasikin atau kloramfenikol pada bruselosis

akut.

10. Relapsing Fever

Sama seperti demam Pel-Ebstein, tetapi serangan demam berlangsung setiap 5

sampai dengan 7 hari.

11. Rectitous fever (self induced fever)

Demam jenis ini kemungkinan merupakan tindakan manipulasi yang Disengaja

untuk memberi kesan adanya demam.

Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu

penyakit tertentu pada tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang dengan
20

keadaan demam dapat dihubungkan pada berbagai sebab yang jelas, seperti abses,

pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), dan malaria, tetapi tidak selalu demam

dapat dihubungkan dengan suatu penyakit, karena kadang kadang demam sama

sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas, Demam

merupakan manifestasi sistemik yang paling sering terjadi pada respon radang dan

merupakan gejala utama penyakit infeksi (Sodikin, 2012).

2.1.6 Manifestasi Demam

Menurut Sodikin (2012) manisfestasi demam sebagai berikut:

1. Mekanisme yang menimbulkan manifestasi menyebabkan demam.

Pusat termoregulasi di hipotalamus, merupakan pengaturan suhu tubuh utama,

yang mendapat stimulus fisk dan kimia. Adanya cedera mekanis yang terjadi

secara langsung ataupun karena pemajanan zat kimia pada pusat-pusat tersebut

akan menyebabkan demam. Tetapi, bentuk stimulus yang nyata ini tidak

ditemukan pada banyak jenis demam yang berhubungan dengan infeksi,

neoplasma, hipersensitivitas, dan penyebab radang llainnya

2. Efek demam yang menguntungkan.

Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada beberapa manfaat demam

diantaranya adalah mengendalikan infeksi. Tapi pada manusia tidak ada

manfaat demam untuk pengendalian infeksi yang konsisten. Supresi demam

dengan obat-obatan misalnya aspirin tidak membahayakan selama infeksi dan

sering membuat pasien demam merasa lebih nyaman.

2.1.7 Fase-fase Demam

Menurut Hermayudi (2017) demam memiliki tiga fase yaitu: fase

kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan
21

merupakan merupaan fase peningkatan suhu tubuh yaitu ditandai dengan

vasokontriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk

memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase

kedua yaitu fase demam yaitu fase keseimbangan antara produksi panas dan

kehilangan panas dititik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu

fase kemerahan yaitu fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi

pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas

sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.

Menurut Sodikin (2012) ada 3 fase yang terjadi selama demam

berlangsung.Yaitu fase awal, proses, dan fase pemulihan (defervescense). Tanda-

tanda ini timbul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme

pengukuran Suhu tubuh.

1. Fase I (Awitan dingin atau menggigil)

Fase awal ini demam akan disertai dengan:

a. Peningkatan denyut jantung.

b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.

c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.

d. Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi.

e. Merasakan sensasi dingin.

f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi.

g. Rambut kulit berdiri.

h. Pengeluaran keringat berlebihan.

i. Peningkatan suhu tubuh.

2. Fase II (Proses Demam)


22

Selama proses demam berlangsung akan disertai dengan:

a. Proses menggigil hilang.

b. Kulit terasa panas (Hangat).

c. Merasa tidak panas (Dingin).

d. Peningkatan nadi dan laju pernapasan.

e. Peningkatan rasa haus.

f. Dehidrasi ringan sampai berat.

g. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.

h. Lesi mulut herpetik.

i. Kehilangan nafsu makan (bila demam memanjang)

j. Kelelahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme

protein.

3. Fase III (Pemulihan)

Saat fase pemulihan maka akan disertai:

a. Kulit tampak merah dan hangat

b. Berkeringat.

c. Menggigil ringan.

d. Kemungkinan mengalami dehidrasi.

Menurut Dalal, 2006 dalam Cahyaningrum, 2017 fase demam ada 3 yaitu:

Demam memiliki tiga fase yaitu kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan.

1. Fase Kedinginan

Merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokontriksi

pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk

memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil.


23

2. Fase Demam

Merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di

titik patokan suhu yang sudah meningkat.

3. Fase Kemerahan

Merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh

darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga

tubuh akan berwarna kemerahan.

2.1.8 Penyebab Demam

Demam dapat terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas.

Demam dianggap terjadi kalau ada kenaikan suhu tubuh yang bersifat episiodik

(berkala) atau persisten (terus-menerus) di atas nilai normal dan ada referensi

yang mengatakan peningkatan suhu minimal 24 jam. Demam yang biasanya

dikenal oleh masyarakat umum adalah demam yang dihubungkan dengan

peningkatan suhu akibat penyakit infeksi kuman, karena tumbuh gigi pada bayi

atau demam pasca imunisasi. Namun sebenarnya masih banyak penyebab demam

yang lain. Panas atau demam sebenarnya bukan suatu penyakit, melainkan gejala

dan tanda berbagai dari penyakit, jadi bukan diagnosis. Demam biasa disertai

dengan gejala yang tidak spesifik seperti rasa lemah, nyeri kepala, nyeri pada otot,

dan perasaan panas dingin. Di samping itu keluhan dan gejala yang ebih khas dari

penyakit penyebabnya bisa ditemukan (Lusia, 2015).

Menurut Lusia (2015), Demam gejala yang lebih khas dari penyakit

penyebabnya bisa ditemukan. Demam merupakan gambaran berbagai macam

kelainan seperti kelainan jantung (infrak miokard), penyakit jaringan ikat dan

sebagian keganasan, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri atau virus.
24

Adapun penyebab demam :

a. Pirogen

Penyakit infeksi antra lain : (disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,

virus, parasit dan jamur)

1. Demam tifoid

2. Demam berdarah

3. Pes

4. Chikungunya

5. Pilek

6. Sinusitis

7. Dan yang lainnya

Penyakit noninfeksi antara lain:

1. Keganasan

2. Penyakit kolagen

3. Penyakit iatrogenic

4. Penyakit hematologic (darah dan vaskular/pembuluh darah)

5. Alergi

b. Penyakit atau zat

1. Kerusakan susunan saraf pusat

2. Keracunan DDT

3. Kalajengking

4. Penyinaran

5. Keracunan epinerfrin

2.1.9 Resiko Demam


25

Resiko antara anak dengan terjadinya demam akut terhadap suatu penyakit

serius bervariasi tergantung usia anak. Pada umur tiga bulan pertama, bayi

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius

disbandingkan dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak

umumnya adalah demam yang disebabkan oleh infeksi virus, akan tetapi infeksi

bakteri yang serius dapat juga terjadi pada anak dan menimbulkan gejala demam

seperti bacteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, dan

osteomyelitis (Hermayudi, 2017).

Pada anak dengan usia di antara dua bulan sampai dengan tiga bulan,

terdapat peningkatan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang

merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk sistem komplemen yang

berfungsi mengatakan infeksi. Pada anak usia <3 tahun pada umunya terkena

infeksi virus yang berakhir sendiri tetapi bisa juga terjadi bacteremia yang

tersembunyi (bacteremia tanpa tanda fokus). Demam disebabkan oleh infeksi

seperti influenza, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Bacteremia

yang tersembunyi biasanya bersifat sementara dan dapat sembuh sendiri akan

tetapi juga dapat menjadi Pneumonia, meningitis, arthritis, dan pericarditis.

(Hermayudi, 2017)

2.1.10 Patofisiologi Demam

Selama demam, anginine vasopresin (AVP), alphamelanocyle-stimulating

hormone, dan corticotropin releasing faktor akan dilepas oleh tubuh. Zat ini dapat

bekerja sebagai antipiretik endogen (antipiretik intrinsik) untuk menurunkan

reaksi demam, sehingga suhu tubuh tidak meningkat berlebihan. Efek antipiretik

ini akan membuat rangkaian umpan balik terhadap hipotalamus. Anginine


26

vasopresin (AVP) atau vasopresin, atau juga dikenal sebagai hormon antidiuresis

yang diproduksi selama demam, akan menimbulkan retensi air oleh ginjal dan hal

inilah mungkin yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh pada saat demam.

Namun, bagaimana persisnya mekanisme kerja antipiretik endogen ini sampai saat

ini belum jelas. Pada mulanya yang dianggap sebagai reaksi pemicu demam

adalah infeksi dan produk infeksi. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata

beberapa produk melekul endogen seperti kompleks antigen-antibodi, komplemen

produk limposit dan inflammation bile acids juga dapat merangsang pelepasan

pyrogen sitoksin. Konsep bahwa sitoksin dapat meginduksi sitoksin lain juga

penting untuk dipahami untuk merangsang mekanisme demam akibat penyakit

non-infeksi. Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan

karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancer.

Namun, kalau suhu makin tinggi (di atas 38,5°C) pasien mulai merasa tidak

nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak,

jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas (tangan dan

kaki) dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi

memicu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat,

frekuensi nafas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan

disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi.

Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu tubuh tinggi dari 41°C, terutama pada

jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat

menyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma sampai

kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi berupa rabdomiolisis dengan akibat

terjadinya mioglobinemia (Lusia, 2015).


27

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama

pyrogen. Pyrogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pyrogen terbagi

dua yaitu pyrogen eksogen adalah pyrogen yang berasal dari luar tubuh pasien.

Contoh dari pyrogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau

mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pyrogen eksogen klasik adalah

endoktoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain

dari pyrogen adalah pyrogen endogen yang merupakan pyrogen yang berasal dari

dalamtubuh pasien. Contohnya dari pyrogen endogen antara lain Interleukin IL-1,

Interleukin IL-6, Tumor necrosis factor TNF-a dan Interferon IFN. Sumber dari

pyrogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofit dan limfosit

walaupun sel lain dapat mengeluarkan pyrogen endogen jika terstimulasi

(Hermayudi. 2017).

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih

(monosit, limposit dan neutropit) oleh pyrogen eksogen baik berupa toksin,

mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan

mengelurkan zat kimia yang dikenal dengan pyrogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-a

dan IFN). Pyrogen eksogen dan pyrogen endogen akan merangsang endothelium

hipotalamus untuk membentuk prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk

kemudian akan meningkatkan patokan thermostat di pusat termogulasi

hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang ini memicu

mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil,

vasokontriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga

akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas

(Hermayudi. 2017).
28

2.1.11 Komplikasi Pada Anak Demam

Menurut (Nurarif,2015) komplikasi dari demam adalah :

1. Dehidrasi : demam meningkat penguapan cairan tubuh

2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).

Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam

24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang.

Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.

Menurut (Lestari,2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak demam

thypoid yaitu :

1. Pendarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik

2. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi

3. Anemia hemolitik

4. Pneumoni, empyema dan pleuritis

5. Hepatitis, koleolitis

2.1.12 Penatalaksanaan Demam

Secara garis besar tahapan algoritmik penatalaksanaan demam menurut

(Behrman, Kliegman & Arvin 2000, dalam Sodikin 2012) ada 3 tahapan yaitu;

Pertama anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium sesuai kebutuhan..

Kemudian evaluasi untuk menentukan apakah ada gejala dan tanda spesifik atau

tidak. Berikutnya tahap kedua yang terdiri dari 2 tahap; (1). Jika ditemukan gejala

fokal tertentu maka dilakukan pemeriksaan tambahan yang lebih spesifik pada

penyakit yang dicurigai. (2) Jika tidak ada tanda dan gejala fokal, maka dilakukan

pemeriksaan ulang darah lengkap. Setelah itu kedua tahap dievaluasi untuk

ditindak lanjuti dengan tahap berikutnya. Tahap ketiga adalah pemeriksaan yang
29

lebih kompleks serta terarah, konsultasi ke bagian lain dan tindakan invasive

dilakukan seperlunya.

Demam merupakan keluhan yang paling sering menyebabkan orang tua

mencari pertolongan dan antipiretik merupakan obat yang selalu dibuat untuk

mengurangi demam. Hal paling penting adalah seberapa berat derajat sakitnya,

bukan pada derajat demamnya. Demam telah banyak menyebabkan banyak dari

orang tua mengalami fobia demam, hal ini akhirnya menjadi penyebab orang tua

memberikan obat antipiretik dengan tidak memperhatikan derajat dari suhu tubuh

yang dialami anak. Bahkan ada yang memberikan obat antipiretik pada saat anak

memiliki derajat suhu tubuh dalam kisaran normal, 37,8°C (100°F). Penelitian

menyebutkan bahwa, sebagian besar dari orang tua tidak mengetahui

kandungan/zat aktif, efek samping, dan tidak menghitung dosis antipiretik yang

mereka berikan pada anak. Pemberian antipiretik juga telah menjadi tindakan dari

sebagian orang tua saat anaknya mengalami demam, dan berdasarkan

pekerjaanpun sebagian orang tua dari sebelum berobat. Masih banyak juga

indikasi pemberian antipiretik cenderung berlebihan bahkan diberikan pada suhu

yang masih normal (Sodikin, 2012).

Menurut Hermayudi, (2017). Demam merupakan mekanisme pertahanaan

Diri atau reaksi fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus.

Penatalaksanaan demam bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang terlalu

tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi

menjadi dua garis besar yaitu: non-farmakologi dan farmakologi. Akan tetapi

diperlukan penanganan demam secara langsung oleh dokter apabila penderita

dengan umur 3 bulan dengan suhu rektal 38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan
30

dengan suhu 39°C, penderita dengan suhu 40,5°C, dan demam dengan suhu yang

tidak turun dalam 48-72 jam.

Menurut Hermayudi, (2017). Pengobatan dilakukan sesuai dengan

klasifikasi etiologi. Kesukaran yang dihadapi adalah pola penyakit yang berbeda

baik dari aspek geografi maupun umur pasien. Bagian diatas tidak dapat

diterapkan begitu saja pada daerah endemik malaria atau daerah endemik demam

berdarah. Letak geografi sangat mempengaruhi etiologi demam pada anak.

Pemberian antibiotik pertama dan hospitalisasi sangat juga dipengaruhi oleh

fasilitas sarana perawatan dan pemeriksaan penunjang.

Menurut Hermayudi, (2017). Pengobatan demam ada 2 cara yaitu sebagai Berikut:

1. Terapi non-farmakologi

Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan

demam yaitu:

a. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan

Bersifat yang cukup.

b. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat

menggigil. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat

memberikan rasa nyaman kepada penderita.

c. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat

efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin

karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali

suhu inti.

2. Terapi Farmakologi
31

Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah

paracetamol (Asetaminofen) dan ibuprofen. Paracetamol cepat bereaksi dalam

menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama. Pada

anak-anak, dianjurkan untuk pemberian paracetamol sebagai antipiretik.

Penggunaan obat AINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan

dan resiko sindrom Raye pada anak-anak. Selain pemberian antipiretik juga

diperlukan mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya

demam. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian

antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila

memungkinkan

2.1.13 Tindakan Pada Anak Demam

Diawali dengan pertimbangan apakah ada kegawatan, apa penyebabnya

dan apakah demam perlu segera diturunkan. Bagi seorang dokter agar tindakan

tersebut tepat dan terarah, diperlukan suatu pengelompokan/klasifikasi pasien agar

dapat digunakan suatu algoritma (langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah)

umum. Pada tiap kelompok tetap ada kriteria kegawatan, kriteria jenis infeksi

yang mengarah kepada Tindakan yang diambil, terutama perawatan dan

pemberian antibiotik secara empiris (berdasarkan pengalaman). Tindakan yang

dilaksanakan sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat, tetapi merupakan

tindakan yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari masalahnya.

Keputusan untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium dan

pemberian antibiotik empiris. Tindakan lanjutan akan disesuaikan dengan hasil

pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap pengobatan sampai masalahnya

selesai dengan tuntas. Namun bagi orang tua, dapat mengambil pedoman
32

umum/praktis untuk mengenal dan merawat anak sakit (Lusia, 2015). Berikut

pedoman yang dapat dilakukan dalam melakukan tindakan dan perawatan demam

pada anak (pertolongan pertama di rumah):

1. Jangan panik

Pada saat demam orang tua akan merasa cemas dan bingung, bahkan ada

orang tua yang panik dan tidak tahu harus berbuat apa karena terlalu

birngung. Sebetulnya demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap serangan penyakit misalnya oleh bakteri atau virus yang merupakan

penyebab utama demam pada anak). Pada tahap awal "'serangan'" penyakit,

tubuh secara alami mempertahankan diri dan melawan penyebab pernyakit.

Para ahli yakin, tubuh dapat lebih efektif melawan infeksi jika suhunya naik

dengan kata lain pada tahap tertentu demam dapat menguntungkan pasien

dalam arti dapat meningkatkan fagositas (respons imun) dan menurunkan

viabilitas (daya hidup) kuman.

Namun, sering kali jika terjadi demam pada anak, pada tahap awal indikasi

penyakit saja, orang tua sudah panik, khawatir berlebihan, dan tanpa

observasi terlebih dahulu, langsung membawanya ke dokter atau memberinya

obat-obatan. Ini bisa menjadi berbahaya karena obat- obatan yang tidak perlu.

Kecemasan orang tua dan keraguan dokter mendorong tindakan menurunkan

demam, meskipun tindakan itu dapat mengaburkan gejala dan obat yang

dipakai belum tentu aman dari sindrom Reye, intoksikasi (keracunan)

salisilat, dan gangguan hati. Nah, jika perilaku anak tidak banyak berubah,
33

tetap aktif, mau makan dan minum, biarkan tubuhnya bekerja secara alami.

Namun jika demam tinggi, misalnya mencapai 39°C, biasanya justru

menyebabkan penderita gelisah, tidak bisa tidur dan kehilangan nafsu makan-

minum, bila kondisi ini berlanjut, daya tahan tubuh justru menurun dan

makin sulit mengatasi serangan kuman. Demam yang sangat tinggi pun dapat

menyebabkan kerusakan otak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Jadi kita harus tetap waspada dan demam tetap harus dipantau kalau-kalau

demam tersebut mengarah ke penyakit yang serius. Yang termasuk penyakit

serius, misalnya demam tifoid, demam berdarah dengue, campak, cacar air,

pneumonia, penyakit Kawasaki, leukemia, dan limfoma. Menghadapi situasi

tersebut yang perlu dilakukan orang tua adalah melihat ada tidaknya

kedaruratan (seperti: sesak napas, penurunan kesadaran, kejang

lama/berulang, dehidrasi berat, sakit kepala hebat kaku kuduk, dll),

kemudian, mencari tahu/menduga penyebab tingginya suhu tubuh tersebut,

apakah karena flu, radang tenggorokan, setetu imunisasi, kekurangan cairan

suhu udara terlalu panas, terlalu lama bermain do terik matahari atau

penyebab lain, mempertimbangkan usia dan kondisinya

2. Monitor Kondisi Anak

Mengukur suhu tubuh anak. Jika suhu anak meningkat di atas normal, ukur

lagi suhu anak 20-30 menit untuk memastikan bukan hanya kasus

peningkatan suhu sementara. Pakaian tidak boleh terlalu tebal dan tidak

terbungkus oleh selimut. Menangis, mengamuk, bermain di lingkungan yang

panas, dan mandi air panas dapat meningkatkan suhu. Anak yang Sedang

demam perlu dipantau terus suhu tubuhnya setiap 4-6 jam Sekali dan catat
34

apakah turun, stabil atau bahkan meningkat Monitor kondisi anak, apakah

gejalanya membaik atau tidak. Orang tua perlu tahu kondisi anak, lihat gejala

lain yang muncul seperti Batuk, pilek, demam dengan gejala khas misalnya

muncul lesi penyakit cacar.

3. Buka Pakaian Dan Mantel/Selimut yang berlebihan

Kenakan pakaian yang tipis dan nyaman yang dapat menyerap keringat

seperti katun dan kain linen yang memungkinkan pelepasan panas yang baik.

Sebaiknya anak tidak diselimuti tetapi jika tetap diperlukan-biarkan anak

tidur dengan selimut atau kain yang tipis saja. Jangan membungkus anak

dengan kain flanel atau memakaikan piyama karena bisa menyebabkan anak

kepanasan. Demikian pula jika anak menggigil jangan memakai baju tebal,

tetapi tetap pakaikan baju tipis.

4. Perhatikan suhu kamar dan aliran udara di dalam ruangan (udara segar)

Aturlah sirkulasi udara dalam kamar agar suhunya terasa nyaman. Dan

dengan kipas angin. Jika menggunakan alat pendingin ruangan, aturlah

suhunya di angka 22-24-26°C (suhu kamar sejuk) dengan kelembapan antara

65% sampai 95% karena suhu ruangan yang nyaman akan merangsang tubuh

untuk lebih gencar mengeluarkan panas dengan tujuan menyesuaikan diri.

5. Peluk anak agar badannya berpindah ke tubuh anda

Bayi baru lahir yang sedang demam, paling baik digendong dengan metode

kanguru untuk mengurangi panas tubuhnya. Caranya gendonglah bayi di

dada dalam kadaan telanjang dibalik pakaian ibu yang lnggar agar terjadi

sentuhan kulit membantu menurunkan demam bayi. Gendogn kanguru hanya

cocok untuk demam akibat sakit ringan.


35

6. Banyak minum dan makanan bergizi

Beri asupan cairan lebih benyak lebih baik manis atau beri tambahan gula

(dapat air mineral jus, minuman isotonik, Banyak minum dapat memacu

pembuangan panas lewat air kencing. Meskipun yang terbaik adalah air atau

jus buah tanpa gula, biarlah ia memilih yangg disukai termasuk air

soda/limun. Teh dan minuman berkafein sebaiknya dihindari selama demam

karena kafein dapat menginduksi diuresis (sering betemih).

Biarkan anak memakan apa yang diinginkan. Jangan dipaksa. Hindari

makanan berlemak, karena sulit dicerna oleh tubuh, namun untuk penderita

demam karena radang tenggorokan akan susah menelan sehingga biasanya

tidak mau makan atau menyusu, coba tawarkan cairan sedikit demi sedikit,

misalnya 3-4 sendok, namun sering. Jangan lansung diberikan jumlah

banyak. Jika si kecil masih minum ASI sering-seringlah disusui.

7. Istirahat

Minta anak beristirahat atau mengurangi aktivitas fisiknya. Tidur cukup agar

metabolism berkurang. Dengan beristirahat cukup, tubuh akan cepat kembali

bugar. pada umunya seorang anak tidak harus tinggal di tempat tidur seharian

penuh. Jika si anak merasa cukup sehat untuk bangun dan bermain-main

didalam rumah, biasanya masih diperbolehkan. Namun, bila anak enggan

bangun dari tempat tidur atau jika dokter memintanya beristirahat, cegahlah

rasa bosanya dengan menyediakan banyak keasyikan. Disaat sakit, seorang

anak mungkin tidak sekuat biasanya, sehingga tidak menyukai mainan yang

terlalu menuntut konsentrasi. Kegiatan menggambar, menempel gambar ke

buku dan sebagianya dapat menghibur.


36

8. Usahakan anak tidak stress atau bertamba stress

Sakit di derita sudah pasti dapat membuat anak menjadi stress. Hal ini

membuat cenderung lebih rewel daripada biasnya. Jika orang tua tidak cukup

sabar menghadapinya, lalu memarahi anak, dapat membuatnya bertambah

stres. Akibat keadaan tersebut proses penyembuhan demamnya akan lebih

lambat.

9. Membrikan kompres

Jika si sakit merasa tidak nyaman atau suhunya melampaui 37,5 oC (untuk

anak yang mudah kejang karena panas), >38 o, >39 oC berikan kompres air

hangat atau kompres basah (bukan air es)

Yang perlu diperhatikan waktu mengompres :

1. Tidak menggunakan alcohol dan air es

2. Makin tinggi suhu demamnya, makin hangat air kompres yang diberikan

3. Derajat-derajat suhu air yang dipakai untuk pengompresan

Cara mengkompres

1. Mengompres dengan handuk kecil pada daerah ketiak atau selakangan

2. Mengompres dengan menyeka

3. Memandikan anak

4. Mandi berendam

10. Pemberian obat penurun panas

Ternyata suhu tubuhnya tidak berkunjung reda atau sembuh, namun tetap

melakukan penanganan secara fisiologis, kombinasi tersebut paling efektif

menurunkan panas.

2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan


37

2.2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang

sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan,

KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan

kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak buksn hanya

dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya

terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat

(Siregar, Harahap, & Aidha, 2020).

WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,

dan social masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya,

kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Promosi

kesehatan adalah sebuah program kesehatan yang dirancang agar masyarakat mau

dan mampu untuk melaksanakan seluruh aktivitas yang berwawasan kesehatan

sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Menurut (Green, 1980 dalam Siregar, Harahap, & Aidha, 2020), promosi

kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi

yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk

memindahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Istilah

Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan

setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakan konfrensi Internasional

pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada 1965. Pada waktu itu
38

dicanangkan “the Ottawa Charter”, yang di dalamnya memuat definisi serta

prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di

Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang

cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan di samping itu pula muncul

dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi),

Sosial Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial, dan lain sebagainya.

(Bapenas, 2012).

Istilah promosi kesehatan (health promotion) dan pendidikan kesehatan

(health education) sering dianggap sarna dan digunakan secara bergantian, namun

sebenarnya kedua istilah tersebut merupakan dua konsep yang berbeda

(Raingruber, 2014). Whitehead (2008, dalam Raingruber 2014) menekankan

bahwa konsep promosi kesehatan berfokus pada aspek sosioekonomi dan

lingkungan dari determinan kesehatan dan melibatkan aspek partisipatif,

sedangkan pendidikan kesehatan merupakan salah satu konsep yang lebih sempit

dan merupakan bagian dari promosi kesehatan. Lebih lanjut, Raingruber (2014)

juga menekankan bawa pendidikan kesehatan merupakan bagian intergral dan

esensial dari promosi Kesehatan. Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai:

1. “Aktifitas-aktifitas yang meningkatkan kesadaran individu, memberikan

individu pengetahuan kesehatan yang dibutuhkannya untuk memutuskan suatu

tindakan kesehatan tertentu” (Mackintosh, 1996, hal. 14, dalam Raingruber,

2014).

2. “Aktifitas-aktifitas yang berupaya menginformasikan individu tentang

karakteristik dan penyebab kesehatan/penyakit, serta tingkat risiko yang

berkaitan dengan perilaku gaya hidup yang dimiliki oleh individu tersebut.
39

Pendidikan kesehatan berupaya untuk memotivasi individu dalam menerima

suatu proses perubahan perilaku dengan secara langsung mempengaruhi

sistem nilai, kepercayaan, dan sikap individu" (Whitehead, 2004, hal. 313

dalam Raingruber, 2014). sistem nilai, kepercayaan, dan sikap individu”

(Whitehead, 2004, hal. 313 dalam Raingruber, 2014).

3. Upaya untuk menutup gap antara apa yang diketahui tentang praktek

kesehatan yang optimum dengan apa yang sebenarnya dipraktekkan (Griffiths,

1972, dalam Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008).

4. Behavior-focused health promotion, yang berfokus pada memotivasi orang

lain ke arah perilaku yang lebih sehat, dan merupakan suatu syarat untuk

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan, kebijakan dan peraturan yang

efektif dan efisien (Sassen, 2018).

5. “Kombinasi dari pengalaman belajar yang didesain untuk memfasilitasi

perilaku sukarela yang kondusif bagi kesehatan” (Green & Kreuter, 2005,

dalam Sassen, 2018).

Menurut Maula dalam induniasih dan Ratna (2017) Pendidikan kesehata

adalah proses perubahan perilaku yang dinamis dan bukan hanya proses

pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan seperangkat prosedur

yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai. Pendidikan kesehatan

seba gai proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan inte lektual,

psikologi, dan sosial yang diperlukan untuk menigkatkan kemampuan individu

dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan

diri, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut rupanya didasarkan pada prinsip

prinsip ilmu pengetahuan yang memberi kemudahan untuk belajar dan perubahan
40

perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan,

termasuk anak-anak dan remaja.

Pendidikan kesehatan merupakan komponen penting dalam

mempromosikan individu dan komunitas kesehatan. Perilaku individu seperti diet,

aktivitas fisik tingkat, dan penyalahgunaan zat memainkan peran penting dalam

outcome kesehatan. Perubahan gaya hidup tidak harus dilihat sebagai pencegahan

primer saja. Penyakit kronis yang berkaitan dengan perilaku kesehatan adalah

penyebab utama kesehatan yang buruk, kecacatan, kematian, dan berkontribusi

banyak terhadap biaya perawatan kesehatan. Perubahan dan strategi gaya hidup

intensif individu untuk mengatasi masalah kesehatan penduduk dapat menjadi

efektif tidak hanya dalam mencegah penyakit kronis tetapi juga dalam

membalikkan perkembangan mereka dan secara signifikan mengurangi biaya

perawatan kesehatan (Baueretal., 2014 dalam Edelman & Kudzma, 2018).

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Asniar, Kamil dan Mayasari (2020)Tujuan dari pendidikan

kesehatan adalah untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai

kondisi kesehatan optimal, melalui tindakan dan inisiatif mereka sendiri.

Pendidikan kesehatan memfasilitasi tindakan sukarela untuk meningkatkan

kesehatan. Tujuan penting lain dari pendidikan kesehatan adalah meningkatkan

literasi kesehatan. Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada setiap kelompok usia

perlu mempertimbangkan tumbuh kembang usia tersebut, misalnya pada

kelompok usia remaja.

Menurut WHO (dalam Induniasih dan Ratna 2017) menyatakan bahwa

tujuan mendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku individu atau


41

masyarakat di bidang kesehatan. Namun, perilaku mencakup hal yang luas

sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar sehingga rumusan tujuan

pendidikan kesehatan dapat dirinci menjadi beberapa hal.

Menurut Maulana (dalam Induniasih dan Ratna 2017) menyebutkan tiga

tujuan pendidikan kesehatan tersebut, yaitu: menyebutkan tiga tujuan pendidikan

kesehatan tersebut, yaitu:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatau yang bernilai di masyarakat. Oleh

karena itu, pendidik kesehatan harus bertanggung jawab mengarahkan cara-

cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.

2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau ber kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemanfataan sarana pelayanan yang

ada dilakukan secara berlebihan dan bahkan jusru sebaliknya, seperti saat

kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan

semestinya.

Menurut Induniasih dan Ratna (2017) Ruang lingkup pendidikan

kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni, sangatlah luas karena mencakup segi

kehidupan masyarakat. Notoatmodjo (dalam Induniasih dan Ratna 2017)

menyebutkan bahwa ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan beberapa

hal, yaitu aspek kesehatan, tatanan atau tempat pelaksanaan, dan tingkat

pelayanan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut untuk topik ruang lingkup

pendidikan kesehatan.

1. Berdasarkan aspek Kesehatan


42

Berdasarkan aspek kesehatan, terdapat dua aspek lagi di dalamnya, yaitu (a) aspek

promotif serta (b) aspek pencegahan dan penyembuhan. Pertama, aspek promotif

menjadikan kelompok orang sehat atau sekitar 80-85% populasi menjadi sasaran

pendidikan kesehatan. Derajat kesehatan dinilai cukup dinamis walaupun dalam

kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.

2. Berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan

Ruang lingkup berdasarkan tatanan atau tempat pe laksanaan dibagi menjadi lima,

yaitu tatanan keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat umum, dan fasilitas

pelayanan kesehatan. Di tataran keluarga, sasaran utamanya adalah orang tua.

Tatanan sekolah menjadikan guru sebagai sasaran utama. Di tatanan tempat kerja,

pemilik, pemimpin, atau manajer menjadi sasaran pendidikan kesehatan.

3. Berdasarkan tingkat pelayanan

Ruang lingkup dan sasaran pendidikan kesehatan ber dasarkan tingkat pelayanan

sesuai dengan konsep five levels. Of prevention (Leavell dan Clark dalam

Maulana, 2009: 151-152). Kelima hal tersebut adalah health promotion

(peningkatan kesehatan), specific protection (perlindungan khusus), early

diagnosis and prompttreatment (diagnosis dini dan pengobatan segera), disability

limitation (pembatasan kemungkinan cacat), dan rehabilitation (rehabilitasi).

2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan di antaranya:

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)

yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui

peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.


43

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran social (social marketing),

yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan

informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotive) yang

penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan,

yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar

mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui

upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-

lain di berbagai bidang/sektor, sesuai keadaan.

6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat

(community organization), pengembangan masyarakat (community

development), penggerakkan masyarakat (social mobilization),

pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dan lain-lain.

Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Notoadmodjo (2008), ruang

lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari dua dimensi yaitu: a).

dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b). dimensi tatanan (setting) atau

tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek

pokok, yakni: promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Adapun ahli

lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni:

a. Aspek promotive dengan sasaran kelompok orang sehat, dan


44

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan

sasaran kelompok orang yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit

dan kelompok yang sakit.

Dengan demikian, ruang lingkup promosi kesehatan dikelompokkan

menjadi dua, yaitu:

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotive.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi:

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan.

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention)

dari Leavel and Clark.

a. Promosi kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dinan dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation).

Rehabilitas (rehabilitation).
45

Menurut Notoatmodjo (2014) Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat

dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi

tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

Dari dimensi sasarannya, pendidik an kesehatan dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yakni:

1. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu.

2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung

di berbagai tempat atau tatanan dengan sendirinya sasarannya berbeda pula,

misalnya:

1. Pendidikan kesehatan di dalam keluarga (rumah).

2. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.

3. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehamuri(dilakukan di rumah

sakit-rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas,

dan sebagainya).

4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan yang bersangkutan. e. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat

umum (TTU).

2.2.4 Strategi Pendidikan Kesehatan


46

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi

Pendidikan/promosi Kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah

beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam promosi Kesehatan (Siregar,

Harahap, & Aidha, 2020) :

a. Strategi Global (global strategy)

1. Advokasi (advocacy)

2. Dukungan social (social support)

3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

b. Stategi Pendidikan Kesehatan bedasarkan piagam ( Ottawa charter )

Konfresi internasional promosi Kesehatan di Ottawa-Canada tahun

1986(lestari 2015) telah menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa charter), dan salah

satunya adalah rumusan srategi promosi Kesehatan yang telah dikelompokkan

menjadi lima bagian di diantaranya :

1. Kebijakan berwawasan Kesehatan (healthy public policy)

2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)

3. Reorientasi pelayanan Kesehatan (reorient healt service)

4. Ketrampilan individu (personal skill)

5. Gerakan masyarakat (community action)

2.2.5 Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2014) Yang dimaksud dengan media pendidikan

kesehatan sebenarnya nama lain dari alat bantu pendidikan AVA. Disebut media

pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk

menyampaikan informasi-informasi kesehatan. Alat-alat tersebut digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau 'klien'.


47

Terminologi media sebenarnya ditunjang dari istilah komunikasi. Berdasarkan

fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan media, media ini dibagi

menjadi tiga, yakni:

1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat

bervariasi, antara lain:

a) Booklet: ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan Kesehatan

dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

b) Leaflet: ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi bisa berupa kalimat maupun

gambar, atau kombinasi.

c) Flyer (selebaran): ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam Bentuk lipatan.

d) Flip chart (lembar balik): media penyampaian pesan atau informasi-

informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk

buku, di mana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di

baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan

gambar tersebut.

e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

f) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan

yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau

di kendaraan umum.

2) Media Elektronik
48

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi-informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda, antara lain:

a) Televisi: penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui

media televisi dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum diskusi atau

tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, quiz

atau cerdas cermat, dan sebagainya.

b) Radio: penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio

juga dapat berbentuk macam-macam antara lain: obrolan (tanya jawab),

sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.

c) Video: penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan yang dikemas

dalam bentuk video.

d) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi-informasi kesehatan.

e) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

3) Media Papan (Billboard)

Papan (Billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai

dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi informasi kesehatan. Media papan di

sini juga mencakup pesan pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel

pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

Menurut Siregar, Harahap dan Aidha (2020) Media sebagai alat bantu

untuk promosi kesehatan diproduksi de ngan berbagai model, yaitu:

1. Media Cetak
49

Media cetak merupakan media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.

Media cetak pada umumnya terdiri dari gambar, kata dan foto dalam tata

warna. Media cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama, mencakup

banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, da pat dibawa kemana-

mana dan mempermudah pemahaman. Walaupun demikian media cetak juga

memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mensti mulir efek suara dan efek gerak

serta mudah terlipat. Beberapa jenis me dia cetak yang digunakan dalam

promosi kesehatan, yaitu:

a. Media Poster

media poster adalah bentuk media yang berisi tentang pesan-pesan atau

informasi kesehatan yang biasanya di tempel di dinding, tempat-tempat

umum, atau kendaraan umum. Biasanya berisi pemberitahuan dan

propaganda. Poster adalah pesan singkat dalam bentuk gambar dengan

sajian kombinasi visual yang jelas dan menyolok yang bertujuan untuk

mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada objek materi

yang diinformasikan. Ukuran poster biasanya sekitar 50x60cm .

Ukurannya yang terbatas menyebabkan tema dalam poster tidak terlalu

banyak, sedapat-dapatnya hanya ada satu tema dalam satu poster.

b. Leaflet

Leaflet kesehatan merupakan sebuah media berbentuk selembar ker tas

yang di dalamnya terdapat pesan kesehatan yang berisi tulisan dan gambar

tentang sebuah topik kesehatan yang disampaikan kepada audi ens atau

pembaca. Media leaflet kesehatan pada umum lebih banyak pe san berupa

tulisan yang di sisipi dengan gambar tentang topik kesehatan. Menurut


50

Depkes RI dalam (Siregar, Harahap dan Aidha 2020) leaflet adalah tulisan

terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak dan biasanya diselingi

dengan gambar-gambar, da pat dibaca sekali pandang dan berukuran 20 x

30 cm.

c. Booklet

Booklet menjadi salah satu media promosi kesehatan yang termasuk ke

dalam media cetak yang berbentuk buku kecil. Booklet sebagai media

cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau

foto tata warna.

Booklet digunakan untuk topik di mana terdapat minat yang cukup

tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah:

Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti

waktu dalam memperoleh informasi, Memungkinkan seseorang mendapat

informasi dengan caranya sendiri. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil

belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri,

faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita.

Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu mempertimbangkan kemam

puan baca seseorang, kondisi fisik maupun psikologis penderita dan juga

faktor lingkungan di mana penderita itu berada. Di samping itu perlu pula

diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang informasi dalam bo

oklet tersebut telah kedaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional ter

tentu booklet tidak tepat digunakan.

d. Kartu bergambar
51

kartu bergambar/kwartet yaitu kartu adalah kertas tebal yang ber bentuk

persegi panjang. Gambar yang digunakan dalam kartu bergambar adalah

gambar bitmap dan gambar vektor. Gambar Bitmap adalah gam har yang

terbentuk dari pixel, dengan setiap pikselnya mempunyai warna tertentu.

Format gambar bitmap sering dipakai dalam foto dan gambar. Dan istilah

yang perlu dipahami ketika bekerja dengan gambar bitmap adalah resolusi

dan kedalaman warna.

e. Media Cerita Bergambar (Komik)

Komik berasal dari bahasa Perancis yaitu “comique”, yang sebagai kata

sifat artinya lucu atau menggelikan dan sebagai kata benda artinya

pelawak atau badut. Comique sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu

komikos. Komik di dalam bahasa Inggris sering dimuat atau bersambung

dalam penerbitan pers disebut comic strip atau strip cartoon.

f. Media Lembar Balik (Flip Chart)

Media lembar balik (flip chart) merupakan salah satu media yang ba nyak

ditemukan dalam berbagai kegiatan promosi kesehatan. Menurut Depkes

RI (dalam Siregar, Harahap dan Aidha 2020) yang mendefinisikan media

lembar balik (flip chart) alat bantu penyuluhan berbentuk lembaran kertas

yang terdiri dari beberapa halaman/lembar berisi gambar/foto dan tulisan

yang menjelaskan ten tang permasalahan kesehatan di mana pada halaman

depan dan halaman belakang berisi pesan untuk penerima pesan,

sedangkan halaman bela kang berisi pesan untuk penerima pesan.

2. Media elektronik
52

Media elektronik merupakan media yang bergerak dan mengutama kan

pesan-pesan audio, visual, atau audiovisual. Media elektronik sebagai sasaran

untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda

antara lain televisi, radio, video, slide, dan film strip. Media elektronik memiliki

beberapa kelebihan yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua

pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih mena rik karena ada suara dan gambar

bergerak, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif besar dan sebagai alat

diskusi serta dapat diulang-ulang. Media elektronik juga memiliki kelemahan

yaitu biaya lebih tinggi, sedi kit ruinit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk

produksinya dan perlu. Terampil dalam pengoperasian. Media elektronik terdiri

dari:

a. Film dan Video

Media pembelajaran video merupakan media pendidikan yang me ngandung

unsur media pendidikan yang mengandung unsur audio dan unsur visual,

sehingga memberikan informasi yang jelas terhadap pesan yang disampaikan.

Pesan yang disampaikan dapat berupa fakta, bersifat informatif, edukatif

maupun instruksional.

b. Radio

Radio adalah media elektronik yang memanfaatkan gelombang pe mancar

untuk penerimanya. Radio menjadi “kekuasaan kelima” atau the fifth estate,

karena radio bisa memiliki fungsi kontrol, memberi informasi, menghibur,

mendidik, dan persuasi. Radio menjadi salah satu media yang diperuntukkan

kepada orang banyak (massa) dengan memanfaatkan au dio untuk


53

pendengarnya. Radio pada umumnya akan memberikan narasi dengan durasi

waktu 1-2 menit dan dapat disampaikan berulang kali.

c. Media luar ruang

Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang

secara umum yang bisa dalam bentuk kata-kata, gambar, atau vi deo. Media

luar ruang atau yang sering diidentikkan dengan papan re klame atau billboard

didesain untuk dilihat oleh orang yang melakukan perjalanan dengan tingkat

mobilitas cukup tinggi.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Notoatmodjo (lestari 2015) mengatakan pengetahuan merupakan hasil

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek

tertentu. Pengindraan panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain

itu melalui mata dan telinga yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses

pengalaman dan proses belajar dalam Pendidikan formal maupun informal.

Sekanto (lestari 2015) mengatakan pengetahuan merupakan hasil dan tahu,

merupakan domain yang penting dalam membentuk Tindakan seseorang (overt

behaviour). Proses kognitif meliputi ingatan, pikiran, presepsi, symbol-simbol

penalaran dan pemecahan persoalan. Dalam kamus umum bahsa Indonesia.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang berkenan dengan sesuatu

hal. Yang dimaksud dengan penilitian ini adalah pengetahuan siswa tentang

kanker payudara.
54

Menurut Notoatmodjo (2020) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek ter tentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap

obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. (Notoatmodjo, dalam Wawan dan Dewi 2010)

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Lestari (2015) Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa

kedalam seseorang dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian

seperti sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru

dan kemampuan dalam belajar di kelas. Untuk mengukur tingkat pengetahuan

seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat Kembali (recall)

sesuatu sepesifik dari sesuatu bahan yang diterima atau dipelajari.


55

Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen komponen,

tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5. Sintesis (synthesis)

Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau menyusun formulasi baru dari

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi/

penilaian terhadap suatu materi/obyek

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.Pengetahuan yang cukup


56

didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoadmodjo, dalam

Wawan dan Dewi 2010)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)
57

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (lestari 2015):

1. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan prilaku positif yang meningkat.

2. Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan

menambah pengetahuan yang lebih luas.

3. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan Seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.


58

4. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi

sikap dan kepercayaan.

5. Sosial Ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Maliono

dkk, (2007) adalah :

1. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang bila

ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan

tinggi pula.

2. Kultur ( budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena

informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan budaya yang

ada apapun agama yang dianut

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan

mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.

Pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalamanya akan semakin banyak

Menurut Wawan dan Dewi (2010) Sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1. Pendidikan
59

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearahcita-cita tertentuyangmenentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip

Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.


60

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan

sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari (Nursalam 2003) lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.

2.3.4 Pengukur Pengetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain di atas

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur.


61

2.3.5 Kriteria Tingkat pengukuran

(Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi 2016) pengetahuan seseorang

dapa diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik: Hasil presentase 76% - 100%

2. Cukup: Hasil presentase 56% -75%

3. Kurang: Hasil presentase > 56%

2.4 Konsep Anak Prasekolah

2.4.1 Pengertian

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun,

pada periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial serta

kognitif mengalami peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa ingin

tahunya, dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan merupakan

cara yang digunakan anak untuk belajar dan mengembangkan hubungannya

dengan orang lain (DeLaune & Ladner, 2011). Usia prasekolah merupakan

periode yang optimal bagi anak untuk mulai menunjukkan minat dalam kesehatan,

anak mengalami perkembangan bahasa dan berinteraksi terhadap lingkungan

sosial, mengeksplorasi pemisahan emosional, bergantian antara keras kepala dan

keceriaan, antara eksplorasi berani dan ketergantungan. Anak usia prasekolah

mereka tahu bahwa dapat melakukan sesuatu yang lebih, tetapi mereka juga

sangat menyadari hambatan pada diri mereka dengan orang dewasa serta

kemampuan mereka sendiri yang terbatas (Kliegman, Behrman, Jenson, &

Stanton, 2007). Usia tiga hingga lima tahun disebut The Wonder Years yaitu masa

dimana seorang anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu,

sangat dinamis dari kegembiraan ke rengekan, dari amukan ke pelukan. Anak usia
62

prasekolah adalah penjelajah, ilmuwan, seniman, dan peneliti. Mereka suka

belajar dan terus mencari tahu, bagaimana menjadi teman, bagaimana terlibat

dengan dunia, dan bagaimana mengendalikan tubuh, emosi, dan pikiran mereka.

Dengan sedikit bantuan dari Anda, periode ini akan membangun fondasi yang

aman dan tidak terbatas untuk seluruh masa kecil putra atau putri Anda

(Markham, 2019). Setiap orang tua mengidamkan memiliki anak yang sehat,

cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia. Prinsip memperhatikan

bibit, bobot, bebet yang berkembang di masyarakat kita sejak jaman dahulu dalam

memilih calon pasangan hidup salah satunya bertujuan untuk mendapatkan

keturunan yang sesuai dengan kriteria tersebut. Seiring dengan perkembangan

zaman prinsip tersebut cenderung telah diabaikan, padahal prinsip tersebut tidak

selamanya bertentangan dengan teori pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selain faktor keturunan masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi kualitas

seorang anak. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang.

Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang

berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan

biologis, fisik, psikologis, dan sosial.

2.4.2 Pertumbuhan Fisik Anak Usia Prasekolah

Tubuh anak usia prasekolah akan tumbuh 6,5 hingga 7,8 cm per tahun.

Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun adalah 96,2 cm, anak-anak usia 4 tahun adalah

103,7 cm dan rata-rata anak usia 5 tahun adalah 118,5 cm. Pertambahan berat

badan selama periode usia prasekolah sekitar 2,3 kg per tahun. Rata-rata berat

badan anak usia 3 tahun adalah 14,5 kg dan akan mengalami peningkatan menjadi
63

18,6 kg pada usia 5 tahun. Tulang akan tumbuh sekitar 5 hingga 7,5 sentimeter

per tahun Lemak bayi yang hilang dan pertumbuhan otot selama tahuntahun

prasekolah menjadikan penampilan anak terlihat lebih kuat dan dewasa. Panjang

tengkorak juga bertambah sedikit, dengan rahang bawah menjadi lebih jelas.

Rahang atas melebar selama tahun prasekolah sebagai persiapan untuk munculnya

gigi permanen, biasanya mulai sekitar usia 6 Tahun (Kyle, 2012; MedlinePlus,

2019).

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan

Genetika memeriksa sifat fisik dan kimia dari molekul yang mengatur

struktur dan fungsi setiap sel dalam tubuh. Molekul-molekul ini, atau gen,

akan mempengaruhi akan menjadi siapa anak itu dan menjadi apa dia nanti.

Gen dan kromosom anak mengandung kode kusus yang memiliki instruksi

untuk menentukan jenis kelamin anak, warna mata, tinggi badan,

kecenderungan untuk penyakit tertentu, dan bahkan pemicu yang membuat

semua jalur metabolism bekerja dengan benar. Selain itu, para ilmuwan

sedang menyelidiki peran genetika pada munculnya perilaku tertentu seperti

homoseksualitas, depresi, perilaku adiktif, dan perilaku kekerasan (Bowden &

Greenberg, 2010).

Pengalaman seseorang juga dapat memengaruhi laju pertumbuhan dan

pengembangan. Misalnya, bandingkan tingkat pertumbuhan fisik anak yang

keluarganya mampu membeli makanan, tempat tinggal, dan perawatan

kesehatan dengan anak-anak yang keluarganya mengalami kemiskinan atau

mengalami kekurangan sumber daya. Anak yang keluarganya kurang

beruntung secara ekonomi memiliki risiko lebih tinggi mengalami fisik dan
64

keterlambatan mental dalam pertumbuhan dan perkembangan. Contoh lain

dari pengaruh pengalaman hidup adalah orang dewasa ketika berusia lebih tua

yang sedang menikmati masa pensiun dan keduanya memiliki pendapatan

yang memadai dan sistem pendukung aktif. Jika individu mengalami

penurunan dalam salah satu variabel ini, kemungkinan akan mengalami

perkembangan psikologis yang negative (DeLaune & Ladner, 2011).

Status kesehatan anak yang mengalami kesehatan berkembang secara

normal sepanjang siklus hidupnya. Namun, apabila anak sakit atau mengalami

kecacatan dapat mengganggu pencapaian tahap perkembangan. Individu

dengan kondisi kronis akan sering mengalami keterlambatan dalam tahap

perkembangan. Sakit atau cacat dapat mengganggu pencapaian tahap

perkembangan. Individu dengan kondisi kronis akan sering mengalami

penundaan dalam memenuhi tahapan perkembangannya (DeLaune & Ladner,

2011).

Perangai .Pada saat anak-anak berusia 3 tahun, mereka menyadari bahwa

apa yang mereka lakukan sebenarnya penting. Akan sangat membantu bagi

orang tua untuk melihat anaknya seorang peserta aktif dalam hubungan

orangtua-anak. Temperamen anak telah menjadi indikator yang dapat

diandalkan tentang bagaimana orang tua mungkin mengharapkan anak untuk

bereaksi dalam situasi tertentu. Ketika orang tua selaras dengan temperamen

anak prasekolah, lebih mudah untuk menemukan cara untuk memudahkan

transisi dan perubahan untuk anak itu. Di bidang orientasi tugas, temperamen

dapat berkisar dari yang sangat penuh perhatian dan gigih terhadap yang lebih

teralihkan dan aktif (Child Development Institute, 2019).


65

Ketakutan. Dengan imajinasi mereka yang jelas, anak-anak prasekolah

mengalami berbagai ketakutan. Anak-anak prasekolah mungkin takut dengan

suara keras seperti mesin Sirine (api) atau anjing yang menggonggong.

Monster imajiner dapat menakuti anak itu. Anak-anak prasekolah sering takut

pada orang yang tidak mereka kenal juga kepada orangorang aneh (Sinterklas

atau orang-orang yang terlihat atau berpakaian sangat berbeda dari yang biasa

mereka lakukan). Banyak anak-anak prasekolah takut akan kegelapan. Anak-

anak prasekolah juga mungkin takut akan serangga dan juga binatang yang

tidak mereka kenal. Anak prasekolah memori cukup lama sehingga ia

mungkin takut kembali ke dokter ketika mengalami prosedur menyakitkan,

selama sebelumnya kunjungan. Orangtua harus mengakui ketakutan daripada

meminimalkannya. Mereka kemudian dapat berkolaborasi dengan anak

mengenai strategi untuk bertransaksi dengan rasa takut.

2.5 Keasliasian metode penelitian

No Judul Variable Desain Hasil

1 Hubungan 1.Variabel Cross ada hubungan


Tingkat Independen : sectional tingkat
Pengetahuan Tingkat pengetahuan ibu
Ibu Tentang Pengetahuan tentang demam
Demam Ibu tentang dengan penanganan
Dengan Demam demam dengan P-
Penanganan 2.Variabel value 0,000 (<0.05)
Demam Pada Dependen : dengan odds Ratio
Bayi 0-12 Penanganan sebesar 25-375
Bulan Di Desa Demam pada (6.357-101.287)
Datarajan Bayi 0-12 dimana ibu dengan
Wilayah Kerja Bulan penanganan demam
Puskesmas tidak baik akan
Ngarip berisiko sebesar 25-
66

Kabupaten 375 kali memiliki


Tanggamus pengetahuan
Tahun 2018 kurang baik.
(Kristianingsih,
Sagita
&Suryaningsih
2019)
2 Pengaruh 1.variabel One Grup Hasil uji statistik
Penyuluhan Independen : pre-test dengan Wilcoxon
Kesehatan Penyuluhan post-test menunjukkan
Terhadap Kesehatan Design bahwa P-Value
Tingkat 2.Variabel sebesar 0,000 atau
Pengetahuan Dependen : lebih kecil dari α
Ibu Dalam Tingkat 0,05. Maka Ha
Menangani Pengetahuan diterima dan Ho
Demam Pada Ibu dalam ditolak artinya ada
Anak Di Desa Menangani pengaruh
Moyag Todulan Demam pada penyuluhan
(Langingi, Anak kesehatan terhadap
Akbar & tingkat
Kasegar 2020) pengetahuan ibu
dalam menangani
demam pada anak
di Desa Moyag
Todulan.

Anda mungkin juga menyukai