Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PELABUHAN

Disusun oleh
BIMO NUR PRASTOWI
( 1942100004 )
TEKNIK SIPIL SEMESTER 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pelabuhan ini tepat pada
waktunya. Adapun Makalah Pelabuhan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konstrusi
Bangunan Sipil yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Konstruksi
Pelabuhan.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi
untuk pihak yang tertarik pada bidang pelabuhan. Akhir kata, kami mohon maaf bila masih
terdapat banyak kekurangan, karena ilmu di dunia ini sangatlah luas untuk itu jangan puas
hanya dengan apa yang telah dipelajari, seperti kata pepatah tuntutlah ilmu sampai ke negeri
cina. Kami sangat mengharapkan bila ada kritik dan saran yang membangun.

Klaten, 05 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II ISI

2.1 Definisi Pelabuhan

2.2 Fungsi Pelabuhan

2.3 Klasifikasi Pelabuhan

2.4 Fasilitas Pelabuhan

2.5 Perencanaan Pelabuhan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh semua Negara,
terutama Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Permasalahan yang ada
bukan hanya menyangkut transportasi darat, tetapi juga transportasi laut.
Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan manusia juga ikut
meningkat. Akan tetapi, kebutuhan yang ada dalam satu wilayah atau suatu Negara tidak
semuanya dapat tersedia. Dengan adanya transportasi laut ini maka jarak tempuh yang
dibutuhkan akan terasa lebih cepat, terutama bagi perkembangan ekonomi suatu daerah
dimana pusat produksi barang konsumen dapat dipasarkan dengan cepat dan lancar.
Selain itu kebutuhan bagi bidang ekonomi, pelabuhan yang membawa dampak positif bagi
perkembangan suatu daerah yang terisolisir terutama daerah yang berupa perairan sehingga
hubungan darat sulit dilakukan dengan baik.
Sehingga sebagai mahasiswa Teknik Sipil, kita dituntut untuk dapat merencanakan pelabuhan.
Dimana, untuk dapat merencanakan suatu pelabuhan yang baik, terlebih dahulu kita harus
mengetahui fasilitas- fasilitas yang ada di pelabuhan, serta bagaimana cara penataannya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut
1. Apa saja jenis –jenis pelabuhan dan fasilitasnya?
2. Apa saja fasilitas yang berada di pelabuhan?
3. Bagaimana pelaksanaan konstruksi pelabuhan?

1.3 Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelabuhan serta fasilitas-fasilitas
yang ada dipelabuhan tersebut.
BAB II
PELABUHAN
2.1 DEFINISI PELABUHAN

Beberapa definisi pelabuhan, diantaranya :


Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim, dimana
padanya dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan bongkar
muat.
Ditinjau dari sub sistem angkutan (Transport), maka pelabuhan adalah salah satu simpul dari
mata rantai kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum pelabuhan
adalah suatu daaerah perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus, sehingga kapal
dapat berputar (turning basin), bersandar/membuang sauh,sedemikian rupa sehingga
bongkar muat atas barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan; guna
mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun dermaga (piers or wharves), jalan, gudang, fasilitas
penerangan, telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan dari/ke
kapal yang bersandar di pelabuhan menuju pelabuhan selanjutnya dapat
dilaksanakan.

Menurut Quinn, A.D


Pelabuhan adalah suatu perairan yang sebagian tertutup dan terlindung terhadap angin
dan gelombang, serta aman bagi kapal untuk berlabuh, mengisi bahan bakar, mengadakan
perbaikan dan pemindahan barang.

Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 Tentang Kepelabuhanan


Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang

Dengan demikian, pelabuhan adalah suatu tempat yang memenuhi syarat-syarat tertentu
dilengkapi fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi dimana dibutuhkan manajemen yang baik agar fungsinya dapat dioptimalkan dan
dapat mencapai tujuan awal pembangunan pelabuhan tersebut.
2.2 FUNGSI PELABUHAN
 Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang dari kapal ke
moda transportasi lain dan sebaliknya.
 Link : mata rantai dalam sistem transportasi.
Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.
 Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap dengan jaringan dan jasa
transportasi.

Peran pelabuhan
 Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda transportasi, baik
angkutan laut maupun darat.

 Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestic, serta memberi


kesempatan yang lebih luas dalam menentukan hubungan perdagangan.

 Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor atau bahan bakunya
impor, dan industri lain.
2.3 KLASIFIKASI PELABUHAN

Ditinjau dari segi penyeleggaraannya:


Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum.
Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat
dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut.
Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara yang diberi wewenang untuk
mengelola pelabuhan umum diusahakan. Keempat badan usaha tersebut adalah : PT
(Persero) Pelabuhan Indonesia Iberkedudukan di Medan, Pelabuhan Indonesia II
berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III berkedudukan di Surabaya dan
Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di Ujung Pandang.

Pelabuhan khusus, diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan


tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam
keadaan tertentu dengan ijin pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan
baik pemerintah maupun swasta yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil
produksi perusahaan tersebut. Sebagai contoh adalah pelabuhan LNG Arun di Aceh yang
digunakan untuk mengirimkan hasil produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain.
Pelabuhan pabrik alumunium Asahan di Kuala Tanjung Sumatra Utara digunakan untuk
melayni import bahan baku bauksit dan exort alumunium ke daerah / negara lain.

Ditinjau dari segi pengusahaannya


Pelabuhan yang diusahakan, pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan
kegiatan bongkar-muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya.
Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya , seperti biaya jasa labuh, jasa tambat,
jasa pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayanan air bersih, jasa dermaga, jasa
penumpukan, bongkar-muat, dan sebagainya.
Pelabuhan yang tidak diusahakan, pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgah
kapal/perahu, tanpa fasilitas bongkar muat , bea-cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini
umumnya pelabunan kecil yang disubsidi oleh pemerintah , dan dikelola oleh Unit
Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut.
Pelabuhan otonom, yaitu pelabuhan yang diserahkan wewenangnya untuk mengatur diri
sendiri.
Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional

Pelabuhan laut, pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-
kapal samudra.

Pelabuhan pantai, pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh
karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk
ke pelabuhan ini dengan memint ijin terlebih dahulu.

Ditinjau dari segi penggunaannya

Pelabuhan ikan, pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang
besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar.
Pelabuhan minyak, untuk keamanan pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat
jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan
kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-
pompa. Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalu lintas di atas jembatan
tidak terganggu. Tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa- pipa
dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Biasanya, di
jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk memebersihkan tangki kapal dan pipa
air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang, maka pada ujung kapal
harus diadakan penambatan dengan bolder atau pelampung pengikat agar kapal tdak
bergerak.

Pelabuhan barang, pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar.
Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang.
Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau perusahaan
swasta untuk keperluan transport hasil produksinya seperti baja, alumunum, pupuk, batu
bara, minyak dan sebagainya.
Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan- perlengkapan berikut
ini:
a. Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau
setidak- tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan dibongkar muat
melalui bagian muka, belakang dan di tengah kapal.

b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat
barang.
Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat dengan kran
masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang
diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.

c. Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.

d. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan /pemasukan barang dari dan ke
gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.

Jenis muatan:

a. Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirim dalam


bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dibungkus dalam peti,
karung, drum, dan sebagainya.

b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara,
biji- bijian, minyak dan sebagainya

c. Peti kemas (container) yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi
sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama, maka
penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun dapat dilakukan dengan
alat tersendiri yang lebih efesien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6 macam yaitu :
1. 8x8x5 ft3 berat maksimum 5 ton
2. 8x8x7 ft3 berat maksimum 7 ton
3. 8x8x10 ft3 berat maksimum 10 ton
4. 8x8x20 ft3 berat maksimum 20 ton
5. 8x8x25 ft3 berat maksimum 25 ton
6. 8x8x40 ft3 berat maksimum 40 ton
Pelabuhan penumpang, tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang . Pada
pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang-gudang , sedang untuk
pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala
kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor
imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang-
barang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang tidak
perlu besar. Untuk kelancaran masuk keluarnya penumpang dan barang, sebaiknya jalan
masuk/keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan
langsung ke kapal, sedang barang-barang melalui dermaga.

Pelabuhan Militer, pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup
terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang,
hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan
bangunan harus seefisien mungkin, sedang pada pelabuhan militer bangunan-bangunan
pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.
Pelabuhan campuran, pada umumnya percampuran pemakaian ini terbatas untuk
penumpang dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya
tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan
untuk bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan yang sama guna
keperluan barang dan penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan
pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.

Ditinjau menurut letak geografis


Pelabuhan alam, merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang
secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari dan muara
sungai.
Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Estuari adalah bagian dari sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Karena adanya pasang surut tersebut maka
kedalaman air di estuari cukup besar, baik pada waktu air pasng maupun surut, sehingga
memungkinkan kapal-kapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di estuari ini tidak
dipengaruhi oleh gelombang, tetapi pengaruh arus dan sedimentasi cukup besar.
Pelabuhan buatan, adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya
dihubungkan oleh suatu celah atau mulut pelabuhan untuk keluar masuknya kapal. Di dalam
daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat. Bagunan ini dibuat mulai dari pantai dan
menjorok ke laut sehingga gelombang yang menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan
tersebut.

Pelabuhan semi alam, pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas.
Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan
hanya pada alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan
Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan.
Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar
kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty
tersebut berfungsi untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai
, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan
2.4 FASILITAS PELABUHAN
Sesuai Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 1996 tentang
Pelabuhan dalam Pasal 8 merupakan daerah yang digunakan untuk :

a. Fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi :


1. Perairan tempat labuh
2. Kolam labuh
3. Alih muat antar kapal
4. Dermaga
5. Terminal penumpang
6. Pergudangan
7. Lapangan penumpukan
8. Terminal peti emas, curah cair, curah kering dan RO-RO
9. Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayanan jasa
10. Fasilitas bunker
b. Fasilitas penunjang pelabuhan yang
meliputi:
1. Kawasan perkantoran untuk mengguna jasa pelabuhan;
2. Sarana umum;
3. Tempat penampungan limbah;
4. Fasilitas pariwisata, pos, dan telekomunikasi;
5. Fasilitas perhotelan dan restoran ;
6. Areal pengembangan pelabuhan;
7. Kawasan perdagangan;
8. Kawasan industri.

Fasilitas bangunan pelabuhan adalah seluruh bangunan / konstruksi yang berada dalam
daerah kerja suatu pelabuhan baik itu di darat maupun di laut yang merupakan saran
pendukung guna memperlancar jalannya kegiatan yang ada dalam pelabuhan.
Sarana dan Prasarana Pelabuhan

2.5 PERENCANAAN PELABUHAN


Untuk dapat merealisir suatu pembangunan pelabuhan, maka minimal ada tujuh data-data
pokok yang dibutukan, yaitu:
1. Asal dan tujuan muatan; jenis muatan
2. Klimatologi, meliputi: angin, pasang surut, sifat air laut
3. Topografi, geologi, struktur tanah
4. Recana pembiayaan, indikator keberhasilan dilihat dari segi investasi
5. Pendayagunaan modal sitinjau dari segi operasional, terutama dalam penanganan
muatan
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang singgah dan sarana/prasarana angkutan lain
yang menfukung kegiatan pelabuhan dengan daerah pendukungnya secara keseluruhan
Untuk perencanaan pelabuhan yang baik, ciri-ciri teknik khusus harus diperhatikan
agar rancangan desain pelabuhan dapat memenuhi persyaratan berikut:
1. Kapal harus dapat dengan mudah ke luar-masuk pelabuhan dan bebas dari gangguan
gelombang dan cuaca, sehingga navigasi kapal dapat dilakukan
2. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan. Gerakan memutar
kapal untuk mengarah ke luar pelabuhan harus dimungkinkan sebelum kapal ditambatkan
3. Pengerukan mula dan pemeliharaan pengerukan yang minim
4. Mengusahakan perbedaan pasang-surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan harus
dapat diperkecil
5. Kemudahan kapal untuk bertambat
6. Pembuatan dermaga diusahakan sedemikian, agar:
a. Biaya awal dan biaya pemeliharaan yang minim, tetapi kuat memikul muatan,
peralatan, dan tumbukan kapal pada saat menambat
b. Letak dan bentuk tambatan yang mempu menampung berbagai jenis kapal dengan
draft atau penjang kapal yang berlainan
c. Mempunyai ukuran dimensi yang cukup untuk melaksanakan bongkar-muat, jalan
kereta api, jalan raya, gudang pelabuhan, dan alat-alat transportasi lain yang
beroperasi di pelabuhan
d. Bagi barang khusus (curah), maka penanganan bongkar-muat agar dapat dilakukan
secara efisien.
7. Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup ataupun lapangan terbuka untuk
menampung muatan
8. Penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai

9. Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan minyak yang
cukup untuk meayani kapal dan muatan
10. Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya.
11. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya terhadap pencurian dan bahaya
kebakaran
12. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapalnya maupun peralatan

Dengan demikian, perancangan pelabuhan berkaitan erat dengan fungsi dan tata letak tiap-
tiap bagiannya untuk dihadapkan pada kegiatan perencanaan, agar investasi mencapai
tujuannya

2.5.1 Perancangan pelabuhan, berkaitan dengan navigasi


kapal

Alur Pelayaran (Ships Channel)

Alur pelayaran berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar kapal dari dan menuju
dermaga. Penentuan dimensi alur pelayaran meliputi kedalaman dan lebar alur pelayaran.
Dalam hal ini perencana harus memperhatikan:
1. Dimensi kapal yang akan dilayani

2. Jalur lalu lintas (searah / 2 jalur)

3. Bentuk lengkung alur

4. Besaran dari turning circle base kapal dan lokasinya

5. Arah angin, arah arus dan gerakan perambatan gelombang

6. Stabilitas dari pemecah gelombang

7. Arah kapal saat merapat ke dermaga

Lebar Alur Pelayaran

Bila lebar kapal adalah B, maka lebar jalur lalu-lintas adalah 1,2 sampai 1,5 B.dan
jalur pengaman adalah 1,5 B. ukuran lebar alur dihitung mulai dari kemiringan alur.
Panjang alur Pelayaran

Panjang alur masuk dihitung mulai dari posisi kapal mengurangi kecepatan
sampai memasuki turning basin area (stopping distance, Sd) adalah :
Menurut rekomendasi PIANC, panjang alur minimal untuk kondisi kapal

±10.000 DWT dengan kecepatan maksimum 5 knots, adalah 1× Loa kapal, dengan
Loa digunakan dari kapal rencana terbesar. Panjang alur ini akan digunakan juga
sebagai panjang minimal dari ujung mulut breakwater hingga turning basin area.

Mulut pelabuhan (Port Entrance)

Gerakan kapal untuk masuk ke dalam sutau pelabuhan harus direncanakan,


karena dipersulit dengan adanya arus dan angin yang berubah. Gerakan ini biasa
disebut navigasi kapal. Navigasi ini meliputi:
a. Pendekatan kapal untuk masuk ke pelabuhan

b. Gerakan memutar pada kolam putar (turning basin)

c. Penambatan kapal

Karena adanya gerakan kapal yang sulit untuk masuk ke pelabuhan, maka dalam
merencanakan mulut pelabuhan untuk melayani kapal-kapal besar (>10.000 DWT) dianjurkan
antara (200ᴼᴼ-300ᴼᴼ) m

Penanganan muatan
Dalam rangka pengembangan ekonomi nasional, pelabuhan menempati kedudukan yang
penting sebagai bagian konsep hubungan dan distribusi. Pelabuhan bukan hanya
berfungsi sebagai terminal, tetapi juga berfungsi sebagai transito dimana barang / manusia /
hewan dapat berpindah pada jenis alat transport yang lain.
Perpindahan muatan ini dapat menaikkan biaya. Dalam merencanakan pelabuhan perlu
memperhatikan faktor ini, agar konsumen tidak dirugikan. Jadi fasilitas penangan muatan harus
efektif, aman dan cepat.

Parameter penentuan ukuran pelabuhan


1. PANJANG, LEBAR, DAN KEDALAMAN DERMAGA
Ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan berlabuh pada
pelabuhan tersebut. Beberapa bentuk dasar dermaga adalah:
a. Bentuk dermaga memanjang, dimana muka deramaga adalah sejajar dengan garis
pantai; ukuran: d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
Tambatan ini dibangun bila garis kedalaman kolam pelabuhan hamper merata sejajar
dengan garis pantai. Bentuk ini biasa digunakan untuk pelabuhan peti kemas, dimana
dibutuhkan suatu lapangan terbuka (minimum 60 m)

b. Bentuk dermaga menyerupai jari. Dermaga ini dibangun bila kedalaman terbesar
menjorok ke laut dan tidak teratur. Khususnya dibangun untuk melayani kapal dengan muatan
umum:
a. ukuran panjang dermaga (m): d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
b. ukuran lebar kolam (m): b = 2.B + (30 – 40)
c. bentuk pier, dibangun bila garis kedalaman jauh dari pantai dan
perencana tidak menginginkan adanya pengerukan kolam pelabuhan yang besar, berhubung
dengan lingkungan stabilitasnya. Antara dermaga dan pantai dihubungkan dengan kembatan
penghubung (approach trestle) sebagai penerus dari pergerakan barang.

2. KEDALAMAN KOLAM PELABUHAN DAN ELEVASI DERMAGA


Kedalaman dasar kolam ditetapkan berdasarkan sarat maksimum (maks. draft) kapal yang
bertambat ditambah dengan jarak aman sebesar (0,8-1,0) m. Elevasi dermaga ditetapkan antara
(0,5-1,5) m diatas MHWS sesuai dengan besarnya kapal.
3. PENENTUAN LEBAR DERMAGA
Dermaga direncanakan sesuai dengan kebutuhan dermaga. Perhitungan lebar
dermaga dilakukan dengan memperhitungkan jarak tepi, jarak kaki crane dan
kebutuhan manouver peralatan yang berada diatas dermaga.
4. LEBAR DAN LUAS GUDANG
Gudang harus dirancang sedemikian rupa agar memenuhi persyaratan-persyaratan
berikut:
a. Lalu-lintas dan pergerakan muatan di dalam dan di luar gudang harus lancer
b. Ukuran pintu minimal harus 4 m dan tinggi minimum 3 m. di dalam gudanghendaknya bebas
hambatan
c. Penerangan baik di siang maupun di malam hari. Aman terhadap air hujan
d. Kemiringan lantai harus menjamin tidak tergenangnya air di dalam gudang dan barang
dapat ditumpuk dengan baik.
e. Kekuatan daya dukung lantai gudang minimal untuk 1000Kg/m²
f. Terjaminnya gudang dari bahaya kebakaran dan pencurian

5. JALAN DI DALAM PELABUHAN


Jalan yang menghubungkan dermaga /gudang dengan jaringan jalan di luar pelabuhan diatur
dengan kelas jalan I dan minimal 2 jalur disesuaikan dengan intensitas keluar-masuknnya
muatan di pelabuhan. Disarankan lebar minimal adalah 8meter

Muatan-muatan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelabuhan


1. MUATAN HORIZONTAL
a. Gaya akibat angin
Angin yang berhembus ke arah badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan gerakan
pada kapal yang bisa menimbulkan gaya terhadap dermaga. Apabila arah angin menuju
ke dermaga, maka gaya tersebut akan berupa benturan kepada dermaga. Sedangkan
apabila arah angin meninggalkan dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya
tarikan kepada alat penambat.
Gaya akibat angin maksimum terjadi saat berhembus angin dari arah lebar: Fw = Cw
. γ w . Aw . (Vw²/2g)
dimana :
Fw = Gaya akibat angin arah tegak lurus kapal (Kgf )
γ w = Berat jenis udara (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
Aw = Proyeksi bidang yang tertiup angin ( m2 ) Vw =
Kecepatan angin di pelabuhan (m/dt )
Cw = Koefisien angin = 1,1

b. Gaya akibat arus


Bila pada tambatan terdapat kapal yang sedang berlabuh, maka diperhitungkan adalah
luas muka kapal diatas permukaan kapal di atas permukaan air, kemudian dikalikan dengan
faktor 1,3 sebagai ganti ukuran bentuk kapal sebenarnya. Besar gaya akibat arus adalah
γ/(2g) . v², dimana:
γ : berat jenis benda cair dimana kapal tersebut terapung

g : percepatan gravitasi

v : kecepatan arus
c. Gaya akibat benturan kapal
Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan sehingga terjadi
benturan antara dermaga dengan kapal. Dalam perencanaan, dianggap bahwa
benturan maksimum terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga dengan
sudut 10º terhadap sisi depan dermaga. Besarnya energi benturan yang diberikan oleh kapal
adalah sesuai dengan rumus berikut :
E = (WV²)/2g x Cm x Ce x Cs x Cc
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter) V =
kecepatan kapal saat merapat (m/det)
W = displacement tonage (ton) = 1,3 . k . (L.B.D/35)
L = panjang kapal (ft)
B = lebar kapal (ft)
D = draft (ft)
α = sudut penambatan kapal terhadap garis luar dermaga (10º)
g = gaya gravitasi bumi = 9,81 m/det² Cm =
koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien bentuk dari tambatan ( diambil 1)
Hasil perhitungan energi akibat benturan kapal kemudian dikalikan dengan dua untuk
mendapatkan beban impak abnormal. Kemudian beban impak abnormal dikalikan dengan
faktor reduksi produk fender yang ditentukan oleh supplier fender, dengan harga faktor
reduksi ± 10% dari beban impak abnormal

d. Gaya akibat gempa


Analisis dinamik menggunakan respon spektrum yang dihitung secara tiga dimensi dengan
menggunakan program SAP 2000 versi 9.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya beban gempa antara lain:
1. Faktor keutamaan struktur (I)
2. Faktor reduksi gempa (R)
3. Faktor respon gempa (C) yang ditentukan berdasarkan zona gempa dan jenis

Anda mungkin juga menyukai