Disusun oleh
BIMO NUR PRASTOWI
( 1942100004 )
TEKNIK SIPIL SEMESTER 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pelabuhan ini tepat pada
waktunya. Adapun Makalah Pelabuhan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konstrusi
Bangunan Sipil yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Konstruksi
Pelabuhan.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi referensi
untuk pihak yang tertarik pada bidang pelabuhan. Akhir kata, kami mohon maaf bila masih
terdapat banyak kekurangan, karena ilmu di dunia ini sangatlah luas untuk itu jangan puas
hanya dengan apa yang telah dipelajari, seperti kata pepatah tuntutlah ilmu sampai ke negeri
cina. Kami sangat mengharapkan bila ada kritik dan saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II ISI
1.3 Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui jenis pelabuhan serta fasilitas-fasilitas
yang ada dipelabuhan tersebut.
BAB II
PELABUHAN
2.1 DEFINISI PELABUHAN
Dengan demikian, pelabuhan adalah suatu tempat yang memenuhi syarat-syarat tertentu
dilengkapi fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi dimana dibutuhkan manajemen yang baik agar fungsinya dapat dioptimalkan dan
dapat mencapai tujuan awal pembangunan pelabuhan tersebut.
2.2 FUNGSI PELABUHAN
Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang dari kapal ke
moda transportasi lain dan sebaliknya.
Link : mata rantai dalam sistem transportasi.
Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.
Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap dengan jaringan dan jasa
transportasi.
Peran pelabuhan
Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda transportasi, baik
angkutan laut maupun darat.
Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor atau bahan bakunya
impor, dan industri lain.
2.3 KLASIFIKASI PELABUHAN
Pelabuhan laut, pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing.
Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-
kapal samudra.
Pelabuhan pantai, pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh
karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk
ke pelabuhan ini dengan memint ijin terlebih dahulu.
Pelabuhan ikan, pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang
besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar.
Pelabuhan minyak, untuk keamanan pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat
jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan
kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-
pompa. Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalu lintas di atas jembatan
tidak terganggu. Tetapi pada tempat-tempat di dekat kapal yang merapat, pipa- pipa
dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Biasanya, di
jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk memebersihkan tangki kapal dan pipa
air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang, maka pada ujung kapal
harus diadakan penambatan dengan bolder atau pelampung pengikat agar kapal tdak
bergerak.
Pelabuhan barang, pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar.
Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang.
Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau perusahaan
swasta untuk keperluan transport hasil produksinya seperti baja, alumunum, pupuk, batu
bara, minyak dan sebagainya.
Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan- perlengkapan berikut
ini:
a. Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau
setidak- tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan dibongkar muat
melalui bagian muka, belakang dan di tengah kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat
barang.
Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat dengan kran
masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang
diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
d. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan /pemasukan barang dari dan ke
gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.
Jenis muatan:
b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara,
biji- bijian, minyak dan sebagainya
c. Peti kemas (container) yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi
sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama, maka
penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun dapat dilakukan dengan
alat tersendiri yang lebih efesien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6 macam yaitu :
1. 8x8x5 ft3 berat maksimum 5 ton
2. 8x8x7 ft3 berat maksimum 7 ton
3. 8x8x10 ft3 berat maksimum 10 ton
4. 8x8x20 ft3 berat maksimum 20 ton
5. 8x8x25 ft3 berat maksimum 25 ton
6. 8x8x40 ft3 berat maksimum 40 ton
Pelabuhan penumpang, tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang . Pada
pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang-gudang , sedang untuk
pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala
kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor
imigrasi, duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang-
barang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang tidak
perlu besar. Untuk kelancaran masuk keluarnya penumpang dan barang, sebaiknya jalan
masuk/keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan
langsung ke kapal, sedang barang-barang melalui dermaga.
Pelabuhan Militer, pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup
terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang,
hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan
bangunan harus seefisien mungkin, sedang pada pelabuhan militer bangunan-bangunan
pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan.
Pelabuhan campuran, pada umumnya percampuran pemakaian ini terbatas untuk
penumpang dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya
tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan
untuk bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan yang sama guna
keperluan barang dan penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan
pipa-pipa untuk mengalirkan minyak.
Pelabuhan semi alam, pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas.
Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan
hanya pada alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan
Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pasir untuk kolam pelabuhan.
Pengerukan dilakukan pada lidah pasir untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar
kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty
tersebut berfungsi untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai
, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan
2.4 FASILITAS PELABUHAN
Sesuai Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 1996 tentang
Pelabuhan dalam Pasal 8 merupakan daerah yang digunakan untuk :
Fasilitas bangunan pelabuhan adalah seluruh bangunan / konstruksi yang berada dalam
daerah kerja suatu pelabuhan baik itu di darat maupun di laut yang merupakan saran
pendukung guna memperlancar jalannya kegiatan yang ada dalam pelabuhan.
Sarana dan Prasarana Pelabuhan
9. Fasilitas prasarana lain yang mendukung, yaitu air bersih, listrik, telepon dan minyak yang
cukup untuk meayani kapal dan muatan
10. Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya.
11. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya terhadap pencurian dan bahaya
kebakaran
12. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapalnya maupun peralatan
Dengan demikian, perancangan pelabuhan berkaitan erat dengan fungsi dan tata letak tiap-
tiap bagiannya untuk dihadapkan pada kegiatan perencanaan, agar investasi mencapai
tujuannya
Alur pelayaran berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar kapal dari dan menuju
dermaga. Penentuan dimensi alur pelayaran meliputi kedalaman dan lebar alur pelayaran.
Dalam hal ini perencana harus memperhatikan:
1. Dimensi kapal yang akan dilayani
Bila lebar kapal adalah B, maka lebar jalur lalu-lintas adalah 1,2 sampai 1,5 B.dan
jalur pengaman adalah 1,5 B. ukuran lebar alur dihitung mulai dari kemiringan alur.
Panjang alur Pelayaran
Panjang alur masuk dihitung mulai dari posisi kapal mengurangi kecepatan
sampai memasuki turning basin area (stopping distance, Sd) adalah :
Menurut rekomendasi PIANC, panjang alur minimal untuk kondisi kapal
±10.000 DWT dengan kecepatan maksimum 5 knots, adalah 1× Loa kapal, dengan
Loa digunakan dari kapal rencana terbesar. Panjang alur ini akan digunakan juga
sebagai panjang minimal dari ujung mulut breakwater hingga turning basin area.
c. Penambatan kapal
Karena adanya gerakan kapal yang sulit untuk masuk ke pelabuhan, maka dalam
merencanakan mulut pelabuhan untuk melayani kapal-kapal besar (>10.000 DWT) dianjurkan
antara (200ᴼᴼ-300ᴼᴼ) m
Penanganan muatan
Dalam rangka pengembangan ekonomi nasional, pelabuhan menempati kedudukan yang
penting sebagai bagian konsep hubungan dan distribusi. Pelabuhan bukan hanya
berfungsi sebagai terminal, tetapi juga berfungsi sebagai transito dimana barang / manusia /
hewan dapat berpindah pada jenis alat transport yang lain.
Perpindahan muatan ini dapat menaikkan biaya. Dalam merencanakan pelabuhan perlu
memperhatikan faktor ini, agar konsumen tidak dirugikan. Jadi fasilitas penangan muatan harus
efektif, aman dan cepat.
b. Bentuk dermaga menyerupai jari. Dermaga ini dibangun bila kedalaman terbesar
menjorok ke laut dan tidak teratur. Khususnya dibangun untuk melayani kapal dengan muatan
umum:
a. ukuran panjang dermaga (m): d = n.L + (n-1).15 + 2.(25)
b. ukuran lebar kolam (m): b = 2.B + (30 – 40)
c. bentuk pier, dibangun bila garis kedalaman jauh dari pantai dan
perencana tidak menginginkan adanya pengerukan kolam pelabuhan yang besar, berhubung
dengan lingkungan stabilitasnya. Antara dermaga dan pantai dihubungkan dengan kembatan
penghubung (approach trestle) sebagai penerus dari pergerakan barang.
g : percepatan gravitasi
v : kecepatan arus
c. Gaya akibat benturan kapal
Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan sehingga terjadi
benturan antara dermaga dengan kapal. Dalam perencanaan, dianggap bahwa
benturan maksimum terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga dengan
sudut 10º terhadap sisi depan dermaga. Besarnya energi benturan yang diberikan oleh kapal
adalah sesuai dengan rumus berikut :
E = (WV²)/2g x Cm x Ce x Cs x Cc
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter) V =
kecepatan kapal saat merapat (m/det)
W = displacement tonage (ton) = 1,3 . k . (L.B.D/35)
L = panjang kapal (ft)
B = lebar kapal (ft)
D = draft (ft)
α = sudut penambatan kapal terhadap garis luar dermaga (10º)
g = gaya gravitasi bumi = 9,81 m/det² Cm =
koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = koefisien bentuk dari tambatan ( diambil 1)
Hasil perhitungan energi akibat benturan kapal kemudian dikalikan dengan dua untuk
mendapatkan beban impak abnormal. Kemudian beban impak abnormal dikalikan dengan
faktor reduksi produk fender yang ditentukan oleh supplier fender, dengan harga faktor
reduksi ± 10% dari beban impak abnormal