Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312422158

Implementasi Digital Factory pada Industri Manufaktur Skala Menengah:


Studi Pendahuluan

Article · January 2016


DOI: 10.12695/jmt.2016.15.3.2

CITATION READS

1 4,186

2 authors, including:

Oki Sunardi
Krida Wacana Christian University, Jakarta, Indonesia
23 PUBLICATIONS   35 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Developing Knowledge Management Platform for Small Industry View project

All content following this page was uploaded by Oki Sunardi on 20 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016,224-238
Available online at http://journal.sbm.itb.ac.id
Manajemen
Teknologi
Indonesian Journal for the Science of Management

Implementasi Digital Factory pada Industri Manufaktur


Skala Menengah: Studi Pendahuluan

Oki Sunardi* dan Kevin Joy Saputra


Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak. Industri manufaktur skala menengah di Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan, seperti: ekonomi biaya tinggi,
perubahan teknologi informasi yang pesat, serta perubahan permintaan dan pasar yang sangat dinamis. Tantangan-tantangan tersebut secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan. Studi pendahuluan ini bertujuan untuk
memperkenalkan manfaat implementasi Digital Factory dalam mengatasi beberapa tantangan tersebut. Penelitian-penelitian sebelumnya
mengidentifikasikan bahwa penerapan digital factory pada perusahaan skala besar berbasis teknologi telah mampu meningkatkan efisiensi
proses pengembangan produk dan proses produksi, dari segi waktu dan biaya. Studi ini mencoba mengidentifikasi beberapa prasyarat utama
implementasi digital factory dalam industri manufaktur skala menengah di Indonesia. Sebagai studi pendahuluan, penelitian dilakukan pada
usaha pengolahan plastik skala menengah di Tangerang, yang telah menerapkan teknologi digital dalam proses produksinya. Terdapat tiga
prasyarat mendasar yang dibutuhkan agar implementasi digital factory dapat berjalan: kelengkapan data dan informasi tentang urutan
produksi, desain produk, desain bangunan dan data pekerja; ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak simulasi; serta tingkat
ketrampilan dan pengalaman operator dalam penggunaan software simulasi. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dimodelkan dan
diolah dengan SmartPLS. Penelitian awal ini menemukan bahwa kelengkapan data dan informasi, ketersediaan perangkat keras dan lunak
simulasi, serta kemampuan dan pengalaman pekerja dalam bidang simulasi virtual, secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan
terhadap implementasi digital factory dan keberlangsungan perusahaan (pengembangan dan desain produk yang lebih baik (inovasi),
perancangan dan simulasi proses produksi yang lebih efisien (efisiensi), dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan
yang lebih baik (adaptasi)).

Kata kunci: usaha manufaktur skala menengah, digital factory, inovasi, efisiensi, adaptasi.

Abstract. Medium-sized manufacturing industry in Indonesia is overwhelmed by certain challenges: high-cost economy, significant changes in
information technology, and dynamic market and demand. All of these challenges affect gradually or directly to the sustainability of the
industry. This preliminary study aims to conceptualize the importance of 'digital factory' implementation to dealing with sustainability issues.
Previous studies showed that the implementation of digital factory, in the context of large-sized technological-based manufacturing enterprises,
has been proved to increase the efficiency of product development process and production process, in term of time and cost. This study tries to
identify several key issues to support the implementation of digital factory: data and information completeness, hardware and software
availability, and operators' skill and experience in conducting simulation. The relationships of the variables are modelled and analyzed using
SmartPLS. This preliminary study found that, concurrently, data and information completeness, hardware and software availability, and
operators' skill and experience in conducting simulation have significant effect to digital factory implementation, as well as the enterprise's
sustainability (better product design and improvement (innovativeness), more efficient in design and simulation of production process (efficiency),
and better capability to deal with dynamic demand (adaptiveness)).

Keywords: medium-sized manufacturing enterprise, digital factory, innovativeness, efficiency, adaptiveness.

*Corresponding author. Email: oki.sunardi@ukrida.ac.id


Received: 25 Mei 2016, Revision: 01 Oktober 2016, Accepted: 26 Oktober 2016
Print ISSN: 1412-1700; Online ISSN: 2089-7928. DOI: http://dx.doi.org/10.12695/jmt.2016.15.3.2
Copyright@2016. Published by Unit Research and Knowledge, School of Business and Management - Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB)

Jurnal
224 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Pendahuluan Kebangkitan perekonomian Indonesia ini


dipengaruhi oleh adanya perbaikan dan
Menurut UU No. 20/2008 tentang usaha skala pertumbuhan pada sektor industri
mikro, kecil dan menengah, usaha mikro manufaktur. Pada tahun 2014 yang lalu, terjadi
dikategorikan sebagai suatu unit bisnis dengan pertumbuhan 6.5 persen pada industri
pendapatan tahunan maksimum Rp. 300 juta, manufaktur non migas yang dihitung secara
atau suatu unit bisnis dengan total aset awal kumulatif. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi
maksimum Rp. 50 juta, tidak termasuk lahan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun
dan gedung. Usaha kecil dikategorikan sebagai sebelumnya yang mencapai 6.29 persen.
unit bisnis dengan pendapatan tahunan Kontribusi industri manufaktur ini juga
maksimal Rp. 2.5 miliar atau unit bisnis dengan dinyatakan melalui data peningkatan investasi
total aset awal antara Rp. 50 juta dan 500 juta, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
tidak ter masuk lahan dan bangunan. dan Penanaman Modal Asing (PMA) pada
Sedangkan usaha menengah dikategorikan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan.
sebagai unit bisnis dengan pendapatan tahunan Menurut Badan Koordinasi Penanaman
antara Rp. 2.5 miliar dan 50 miliar, atau unit Modal Indonesia (BKPM), secara umum,
bisnis dengan total aset awal antara Rp. 500 juta sektor industri manufaktur non migas
dan 10 miliar, tidak termasuk lahan dan merupakan sektor yang paling popular dimata
bangunan. Dibandingkan dengan beberapa investor asing maupun dalam negeri pada
negara maju dan berkembang di kawasan Asia periode 2010-2015. Realisasi investasi tahun
Pasifik, Indonesia merupakan negara yang 2015 pada sektor ini mencapai Rp. 172 trilyun,
dianggap memiliki pertumbuhan ekonomi atau setara dengan 43% nilai investasi total di
yang relatif stabil. Berdasarkan prediksi, Indonesia (CNN Indonesia, 21 Jan 2016). Hal
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada ini menunjukkan pentingnya industri
diposisi tiga besar dunia setelah Tiongkok dan manufaktur non-migas bagi perekonomian
India di tahun 2025 mendatang. Indonesia. Tabel 1 menggambarkan laju
pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) pada industri manufaktur di Indonesia.
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
INDUSTRI
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
PENGOLAHAN
a. Industri M i g a s
1). Pengilangan Minyak Bumi -1.89 -0.13 0.92 0.53 1.25 0.53 -1.93 1.14 1.32
2). Gas Alam Cair -1.48 -0.01 -1.30 -3.14 0.01 -2.15 -3.53 -4.26 -5.53
b. Industri tanpa Migas
1). Makanan, Minuman dan 11.2
7.21 5.05 2.34 2.78 9.14 7.57 3.34 7.24
Tembakau 2
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas
1.23 -3.68 -3.64 0.60 1.77 7.52 4.27 6.06 2.35
kaki
3). Brg. kayu & Hasil hutan
-0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.47 0.35 -3.14 6.18 7.33
lainnya.
4). Kertas dan Barang
2.09 5.79 -1.48 6.34 1.67 1.40 -4.75 4.45 6.15
cetakan
5). Pupuk, Kimia & Barang
4.48 5.69 4.46 1.64 4.70 3.95 10.50 2.21 1.27
dari karet
6). Semen & Brg. Galian
0.53 3.40 -1.49 -0.51 2.18 7.19 7.80 3.00 1.52
bukan logam
7). Logam Dasar Besi & Baja 4.73 1.69 -2.05 -4.26 2.38 13.06 5.86 6.93 4.21
8). Alat Angk., Mesin &
7.55 9.73 9.79 -2.87 10.38 6.81 7.03 10.54 6.05
Peralatannya
9). Barang lainnya 3.62 -2.82 -0.96 3.19 3.00 1.82 -1.13 -0.70 8.91
Sumber. Badan Pusat Statistik, 2014

Jurnal
225 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

Saat ini terindikasi terdapat lebih dari 1000 Penelitian tersebut menguatkan pendapat akan
per usahaan industri manufaktur skala pentingnya pemanfaatan teknologi, khususnya
menengah di Indonesia yang berpotensi untuk teknologi digital yang terus berkembang cepat
berkembang menjadi perusahaan skala besar dewasa ini. Namun demikian, potensi yang
dan berdaya saing global. Usaha menengah besar dari UM tidak diimbangi dengan
(UM) sendiri merupakan bagian penting yang kesempatan yang diterima dan hasil yang
tidak dapat dilepaskan dari dunia usaha dan dicapainya. UM seringkali dibatasi oleh
bisnis, dengan jumlahnya yang mencapai lebih berbagai masalah yang menghambat untuk
dari 48.000 unit usaha di Indonesia terus maju, bersaing, dan tetap sustain di era
(Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil persaingan modern ini. Selain itu, UM dibatasi
Menengah, 2014). Namun pada kenyataannya, juga dengan masalah sulitnya menembus pasar,
seringkali potensi ini tidak diiringi kemampuan ditambah dengan kurangnya keterampilan
perusahaan untuk bersaing secara biaya pekerja dan teknologi yang masih terbelakang.
maupun kece patan respons terhadap Tambunan dan Chandra (2014) menemukan
perubahan permintaan produk yang inovatif. bahwa permasalahan yang dihadapi UM relatif
Lebih jauh lagi, jumlah yang ideal tersebut sama untuk semua negara, daerah, dan sektor
belum diiringi dengan kemampu usaha. Selain masalah modal, terdapat
bertahan/sustainability yang mandiri permasalahan lainnya seperti kemampuan
(Tambunan, 2011; Bank Indonesia, 2011). tenag a ker ja, teknologi yang dimiliki
p er usa h a a n d a n i n f o r m a si m en g en a i
Seringkali ditemui bahwa usaha-usaha dengan permodalan, sistem rantai pasok, aturan main
skala menengah (UM) belum memahami di pasar, dan lainnya.
pentingnya konsep sustainability dalam
usahanya, sehingga target usahanya adalah Penelitian Agwu dan Emeti (2014) di Nigeria
keuntungan semata dan bukan menunjukkan bahwa sebagian besar usaha
keberlangsungan jangka panjang. Perusahaan dengan skala kecil hingga menengah hanya
yang mampu untuk meneruskan usahanya berumur pendek. Hanya sekitar 5% hingga
dalam jangka waktu yang panjang memiliki 10% yang mampu untuk sustain dan terus
potensi yang lebih besar untuk mampu berkembang. Sisanya hanya berumur kurang
mencapai kinerja keuangan yang lebih baik dari 10 tahun. Permasalahan yang dihadapi
(Adams, Thornton, & Sepehri, 2011). juga berkisar antara modal, kemampuan tenaga
kerja, teknologi dan berbagai aturan dan
Selain itu, globalisasi dan kemajuan teknologi regulasi dari pemerintahan mengenai pasar.
terus berkembang bersamaan dengan adanya Penelitian Brian dan Shingirayi (2014) di
permintaan pasar yang tidak dapat diprediksi. Zimbabwe menemukan bahwa usaha skala
Kemajuan teknologi turut membantu pelaku kecil hingga menengah memiliki masalah
industri dalam melakukan efisiensi dalam dalam hal keberlangsungan, yang disebabkan
p r o s e s m a n u f a k t u r. M a n e n t i ( 2 0 1 4 ) paradigma yang berfokus pada profit jangka
menemukan fakta bahwa pada 50 tahun pendek. Akibatnya, perusahaan mengalami
terakhir ini perkembangan teknologi telah risiko yang lebih besar dari seharusnya bahkan
berjasa dalam meningkatkan produktivitas dan lebih besar dari yang mampu ditanggung,
membangun industri manufaktur. Metode sehingga keberlangsungan perusahaan bukan
proses produksi telah berubah dan lebih maju merupakan visi utama.
dengan berkembangnya teknologi manufaktur
dan teknologi informasi. Lebih jauh lagi, Kazimoto (2014) yang melakukan penelitian di
Manenti (2014) juga menemukan, berdasarkan Tanzania menemukan bahwa ada enam hal
penelitiannya terhadap 200 perusahaan yang menjadi tantangan dan halangan bagi UM
manufaktur berkelas dunia, bahwa sebagian untuk mampu bertahan dan berkembang,
besar perusahaan yang mampu bertahan turut meliputi: modal, kemampuan pekerja, aturan
memfokuskan investasi perusahaannya pada dan ketentuan pasar, dan informasi.
perancangan dan penerapan teknologi digital
(digital factory).
Jurnal
226 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Informasi masih menjadi kendala bagi UM produksi yang terus berintegrasi, dan alat
yaitu segala sesuatu yang terkait kebutuhan dan produksi yang selalu tersedia. Konsep digital
permintaan konsumen, rantai pasok dan factor y ini dapat dilihat sebagai sebuah
hubungan dengan pasar internasional. organisasi perusahaan, strategi pengelolaan
Problema berikutnya, adalah bagaimana informasi dan kolaborasi proses-proses
mengelola pengetahuan akan pasar, informasi produksi dengan jaringan rantai pasok.
terkait sumber daya dan produk, serta
kemampuan pekerja secara lebih efisien. Digital Factory menawarkan metode dan solusi
Dengan kata lain, diperlukan suatu melalui pemanfaatan software untuk desain
kemampuan simulasi bagi para pelaku UM produk dan perencanaan, pengembangan
yang mengintegrasikan berbagai variabel di produk digital, pabrikasi digital, serta
atas, sebelum pengambilan keputusan bisnis meningkatkan kecepatan produksi
dilakukan. Selain itu, penelitian yang (Westkämper, Constantinescu, & Hummel,
melibatkan UM sebagai subyek penelitian 2006). Hal ini sangat membantu dalam
masih minim, padahal potensi UM dalam menghadapi permintaan pasar atau kebutuhan
membangun ekonomi bangsa telah terbukti konsumen yang ter us ber ubah seiring
signifikan (Hsieh & Olken, 2014). berkembangnya jaman. Solusi lain yang juga
dapat diperoleh adalah integrasi seluruh data
Konsep Digital factory produk, proses produksi dan informasi pabrik
Digital factory (DF) merupakan perangkat untuk itu sendiri. Sehingga data yang dibutuhkan
mendesain, merencanakan dan mengevaluasi akan selalu ada dan tersedia dalam keadaaan
proses dan sistem manufaktur menggunakan apa pun.
model dan simulasi tiga dimensi atau secara
virtual (Gregor & Medvecky, 2010). Digital Lingkungan bisnis dan pasar yang sangat
factory merupakan gambaran visual dari proses dinamis menuntut para perancang sistem
dan sistem manufaktur secara keseluruhan, manufaktur untuk menggunakan alat maupun
yang digunakan untuk mensimulasikan desain, teknik desain yang dapat mempercepat proses
perencanaan dan evaluasi, baik dari sisi perancangan produk maupun proses produksi,
pengembangan proses dan sistem yang sudah dengan biaya dan waktu seefisien mungkin.
ada maupun proses dan sistem yang baru. Furmann dan Krajčovič (2009) mengusulkan
Digital factor y dapat digunakan untuk pemanfaatan digital factory sebagai pendekatan
bereksperimen mengenai rancangan sistem paling efisien. Fungsi utama digital factory adalah
kerja dengan berbagai macam alternatif memodelkan, mensimulasikan, dan
dengan mudah tanpa mengganggu sistem dan memvisualisasikan data, informasi, dan
proses kerja yang sedang berjalan (Kurkin dan kondisi lingkungan sedekat mungkin dengan
Bures, 2011). Dengan demikian, implementasi kondisi sebenarnya.
DF dapat menghemat waktu dan tenaga, baik
dalam rangka pengembang an produk, Dengan demikian, digital factory membantu
perencanaan produksi, maupun sistem rantai mempercepat proses inovasi, terutama dalam
pasok (SCM World, 2014). sistem produksi dan proses pengembangan
produk. Argumen ini dibuktikan oleh
Lebih lanjut lagi, DF dapat diartikan sebagai penelitian Bohusova (2009), yang menemukan
sebuah lingkungan yang telah terintegrasi fakta bahwa penerapan digital factory telah
dengan komputer dan teknologi informasi berhasil meningkatkan efisiensi waktu dan
dimana semua bentuk asli dari elemen dalam biaya diberbagai industri, terutama di industri
pabrik (factory) memiliki bentuk virtualnya otomotif, industri alat berat, industri
untuk disimulasikan (Furmann, 2007). Kuehn penerbangan, industri perkapalan, industri
(2006), seorang peneliti dari Wuppertal, elektronik, hingga industri barang konsumsi
Jerman, berargumen bahwa tujuan dari konsep sehari-hari. Namun demikian, penggunaan
digital factory adalah berfokus pada metode teknologi yang modern, dalam hal ini teknologi

Jurnal
227 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

digital, tidak selalu dapat diterima oleh semua Model tiga dimensi lebih mudah dimengerti
orang tanpa adanya perubahan dan dan mencakup seluruh informasi mengenai
penguasaan yang cukup dari pengguna untuk sistem yang akan disimulasikan. Keseluruhan
menerima teknologi modern tersebut, informasi dapat dimasukkan ke dalam satu
sehingga diperlukan berbagai persiapan agar model utuh sehingga tidak lagi diperlukan
dalam proses manufaktur dapat model parsial pada tiap-tiap bagian.
menggunakannya dengan efektif. Penelitian- Keuntung an lainnya adalah dari sisi
penelitian terdahulu meng g ambarkan penghematan biaya, terutama karena model
keberhasilan penerapan digital factor y di tiga dimensi tidak memerlukan pengerjaan
berbagai perusahaan besar berbasis teknologi ulang, cukup menggunakan simulasi sistem
modern. Selain itu, seringkali dibutuhkan bukti saja. DF mampu mencakup seluruh informasi
akan manfaat dalam mengimplementasian yang ada pada proses produksi, termasuk
teknologi atau metode baru, agar setiap insan informasi mengenai bangunan, produk dan
dalam organisasi mau untuk turut para pekerja. Informasi tersebut jumlahnya
menerapkannya. Penelitian ini disusun sebagai sangat banyak dan dalam beragam bentuk data
suatu studi awal untuk mencari tahu apa saja (Caggiano, 2010). Hipotesis penelitian 1 dapat
kriteria yang dapat mendukung implementasi dirumuskan sebagai berikut:
digital factory yang efektif, dalam kaitannya
dengan keberlangsungan industri manufaktur H1: Kelengkapan data/informasi berpengaruh secara
skala menengah di Indonesia. signifikan positif terhadap keberhasilan implementasi
DF.
Prasyarat Implementasi Digital Factory
Implementasi DF sangat menguntungkan bagi H1a: Kelengkapan data/informasi bangunan pabrik
industri manufaktur skala menengah. Melalui dan tata letaknya berpengaruh signifikan positif
DF, industri manufaktur skala menengah, yang terhadap impelemntasi DF.
secara aset dan pemodalan tidak sekuat industri
skala besar, memiliki kesempatan H1b: Kelengkapan data/informasi tentang spesifikasi
bereksperimen mengenai sistem kerja dengan rancangan produk dan proses produksinya
berbagai macam alternatif dengan mudah berpengaruh signifikan positif terhadap impelemntasi
tanpa mengganggu proses sistem kerja yang DF.
sedang berjalan (Kurkin & Bures, 2011).
H1c: Kelengkapan data/informasi tentang pekerja
Pada penelitiannya, Kurkin & Bures dan pengalamannya berpengaruh signifikan positif
menggunakan software Technomatic Process terhadap impelemntasi DF.
Designer untuk pengaturan waktu operasi dan
mendesain tempat kerja secara virtual. Terdapat beberapa software yang mampu
Hasilnya didapatkan bahwa perencanaan kerja melakukan simulasi virtual tiga dimensi secara
dan perhitungan waktu pada simulasi virtual keseluruhan dan mendukung DF. Caggiano
yang dibuat dapat dilakukan secara nyata (2010) menggunakan software DELMIA v.5,
dengan catatan waktu yang hampir sama yaitu perangkat lunak produksi Dassault
dengan waktu kerja yang sebenarnya. Rohrlack Systemes pada tahun 2010. Rohrlack (2008)
(2008), melalui eksperimennya menyebutkan menggunakan perangkat lunak produksi
bahwa simulasi menggunakan model tiga sendiri, yaitu MicroStation. Software Microstation
dimensi akan lebih efektif dibandingkan model membutuhkan sistem operasi 64 bit, Intel®
dua dimensi. Model dua dimensi memiliki Core™ i7 yang merupakan prosesor yang
banyak keterbatasan informasi sehingga harus kemampuan yang tinggi dan memori yang
dibuat secara khusus tiap-tiap bagiannya. d i r e ko m e n d a s i k a n m e n c a p a i 3 2 G B.
Akibatnya model yang harus dibuat menjadi Sedangkan Kurkin dan Bures (2011)
lebih banyak dan tidak semua model mencakup menggunakan perangkat lunak Tecnomatix
sistem secara keseluruhan. Process Designer produksi dari Siemens.

Jurnal
228 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Peng gunaan perangkat lunak tersebut H3a: Pengalaman operator dalam melakukan
membutuhkan persiapan-persiapan peralatan simulasi virtual berpengaruh signifikan positif
perangkat keras atau hardwar e yang terhadap implementasi DF.
mendukung. Sebagai contoh, DELMIA
membutuhkan server beserta client dengan H3b: Ketrampilan operator menggunakan perangkat
spesifikasi yang cukup tinggi (Dassault simulasi virtual berpengaruh signifikan positif
Systemes, 2010). Oleh karena itu, terlebih terhadap implementasi DF.
dahulu dipersiapkan peralatan dan sistem
komputer yang sesuai dengan spesifikasi dari H3c: Pendidikan operator yang semakin tinggi
perangkat lunak agar DF dapat dijalankan semakin berpengaruh signifikan positif terhadap
dalam software secara tepat dan lancar. Hipotesis implementasi DF.
penelitian 2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2: Ketersediaan hardware dan software simulasi yang Secara bersama-sama Hipotesis penelitian 4
canggih berpengaruh secara signifikan positif terhadap dapat dirumuskan sebagai berikut:
implementasi DF.
H4: Kelengkapan data dan informasi, ketersediaan
H2a: Ketersediaan hardwar e yang cang gih hardware dan software yang canggih, dan tingkat
berpengaruh signifikan positif terhadap implementasi kemampuan dan pengalaman operator dalam bidang
DF. simulasi virtual secara bersama-sama berpengaruh
signifikan positif terhadap implementasi DF.
H2b: Ketersediaan software simulasi canggih
berpengaruh signifikan positif terhadap implementasi Keberlangsungan Usaha (Sustainability)
DF. Sukses mer upakan tujuan dari setiap
didirikannya usaha. Dengan menggunakan
H2c: Ketersediaan sistem operasi computer yang modal tertentu, seseorang atau sekelompok
canggih berpengaruh signifikan positif terhadap orang mendirikan usaha dengan harapan dapat
implementasi DF. melipatgandakan modalnya. Atas dasar
tersebut, dapat disebutkan bahwa kriteria
Selain itu, DF tidak hanya berbicara mengenai sukses adalah hasil/keuntung an yang
simulasi dari alternatif-alternatif perencanaan didapatkan. Lebih kompleks lagi, Al-Tmeemy,
yang dibuat, melainkan suatu bentuk gambaran Abdul-Rahman dan Harun (2010)
virtual yang terintegrasi dan mirip dengan mengkategorikan sukses kedalam tiga dimensi,
kenyataannya (Kuehn, 2006). Menjalankan DF yaitu kesuksesan manajemen proyek,
berarti menjalankan sebuah pabrik dalam dunia kesuksesan produk, dan kesuksesan pasar.
virtual sama halnya dengan dunia nyata. Kesuksesan manajemen proyek berupa
Implementasi DF yang dikemukakan Gregor ketepatan pada target, jadwal dan rencana
d a n M e d ve ck y ( 2 0 1 0 ) p a d a i n d u s t r i biaya, kesuksesan produk berupa kepuasan
manufaktur skala besar menunjukkan bahwa pelanggan akan spesifikasi dan kinerja produk.
DF merupakan sistem yang secara terus S e d a n g k a n ke s u k s e s a n p a s a r b e r u p a
menerus dan berkala harus disesuaikan dan keuntungan, reputasi, keunggulan persaingan
dikontrol berdasarkan kondisi nyata. Agar dan pangsa pasar. Bila semua hal tersebut telah
dapat bermanfaat secara terus menerus, tercapai, maka dapat dikatakan bahwa suatu
diperlukan kemampuan khusus dari operator usaha berhasil atau sukses.
yang menangani DF, yaitu kemampuan atau
skill untuk merancang model tiga dimensi Permasalahan muncul ketika konsep tersebut
virtual. Hipotesis 3 dalam penelitian ini dapat dijalankan oleh pelaku usaha, yaitu modal yang
dirumuskan sebagai berikut: dimiliki suatu saat akan habis. Modal
berhubungan erat dengan sumber daya dan
H3: Tingkat kemampuan/skill dan pengalaman lingkungan sekitar, dimana jika tidak
operator dalam bidang simulasi virtual berpengaruh diberdayakan suatu saat akan habis dan tidak
signifikan positif terhadap implementasi DF. lagi memberi keuntungan.

Jurnal
229 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

Kuhlman dan Farrington (2010) menemukan Secara singkat, sustainability berarti mampu
kondisi dimana terjadi kontradiksi antara mengembangkan usaha sekarang tanpa
keinginan untuk sukses dengan kepedulian mengurangi potensi perkembangan usaha pada
lingkungan. Mengambil keuntungan sebesar- generasi mendatang. Usaha dengan tujuan
besarnya memerlukan modal terutama dari sustainability mulai ramai dibahas sejak sekitar
lingkungan dan sumber daya di alam, namun beberapa dekade terakhir (Adams et al., 2009;
tidak memperhatikan keadaan lingkungan. Bonini & Gor ner, 2011; Kuhlman &
Akibatnya sumber daya alam dan lingkungan Farrington, 2010; Leon, 2013; Earns & Young,
perlahan-lahan terus berkurang dan habis 2013) sebagai tujuan usaha dan kriteria dalam
dalam masa mendatang sehingga keuntungan men gukur keb erh a sila n sua tu usa h a .
terus menurun dan bahkan merugi. Perusahaan yang mengacu pada konsep
sustainability memiliki potensi yang lebih besar
Fokus dan tujuan dari setiap industri adalah dalam meningkatkan nilai dan memaksimalkan
produktivitas, efektifitas, efisiensi, dan biaya kesejahteraan bagi para pemegang sahamnya,
produksi, atau dengan kata lain berusaha serta mampu membentuk brand dan reputasi
semaksimal mungkin untuk mendapatkan perusahaan atau produk dalam jangka waktu
untung besar dari modal yang seminimal panjang (Adams et al., 2009; Clark, Feiner, &
mungkin. Efek negatifnya adalah bahwa Viehs, 2014).
seringkali produktivitas hanya berfokus pada
keuntungan semata dan mengabaikan kondisi Laporan Bonini dan Gomer (2011)
alam yang terus dikotori dan dicemari. menggambarkan bahwa perusahaan yang
Akibatnya dapat diperkirakan jika suatu saat menerapkan konsep sustainability memiliki
sumber daya alam sebagai modal tersebut keunggulan dalam kompetisi yang lebih baik
habis, lingkungan kotor dan tercemar, maka dibandingkan dengan perusahaan yang hanya
usaha tersebut tidak dapat dilanjutkan dan menerapkan konsep profit semata. Keunggulan
tidak ada lagi sisa untuk generasi di masa itu antara lain tidak mudah tergoyahkan oleh
mendatang. Oleh karena itu, konse p perubahan-perubahan pada pasar, bahkan
sustainability mulai disadari dan digunakan oleh mampu memposisikan diri menentukan
berbagai per usahaan, ter utama yang perubahan-perubahan tersebut, mampu
memproduksi produk fisik. Prediksi bahwa bergerak dan mengambil keputusan lebih
segala sumber daya alam yang penting untuk cepat, dan sulit untuk dikejar dan dijatuhkan
kehidupan akan habis dalam waktu satu atau karena posisinya yang sudah sustainable dan
dua generasi menyadarkan bahwa lingkungan stabil.
seharusnya dijaga bukan karena nilai-nilai
intrinsiknya, melainkan untuk mempersiapkan Ditambah lagi oleh penelitian Busch,
sumber daya bagi generasi selanjutnya Stinchfield dan Wood (2011) yang menemukan
(Kuhlman & Farrington, 2010). bahwa pandangan dan target perusahaan yang
tidak lagi berorientasi pada profit jangka
Bartlett (2012) mendefinisikan sustainability pendek, cenderung memiliki kinerja yang lebih
sebagai segala tindakan dan perbuatan yang baik, serta berumur panjang. Selain itu,
dilakukan yang tidak membahayakan atau penelitian Clark et al. (2014) menemukan fakta
mengurangi tindakan dan perbuatan dari bahwa perusahaan yang telah menerapkan
generasi mendatang. Generasi mendatang yang konsep sustainability mampu menurunkan
dimaksud tidak hanya berarti satu atau dua biaya-biaya modal dan produksinya, memiliki
generasi, melainkan sepanjang manusia masih performa yang lebih baik dalam hubungannya
ada di bumi, atau tak berhingga lamanya. dengan lingkungan, sosial dan pemerintahan,
Keberhasilan menjalankan bisnis yang serta mampu mencapai kinerja dan kenaikan
sustainable berarti mampu untuk tetap bertahan yang baik pada harga sahamnya.
dalam waktu yang panjang, dari generasi ke
generasi, dan tidak hanya berarti keuntungan
besar dalam jangka waktu yang pendek.

Jurnal
230 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Tiga wilayah sebagai hasil dari penerapan H5a: Implementasi DF yang dipengaruhi oleh
sustainability yang baik, yaitu peningkatan kelengkapan data dan informasi, ketersediaan
pertumbuhan perusahaan, manajemen risiko hardware dan software yang canggih, dan tingkat
yang lebih baik dan tingkat penerimaan atau kemampuan dan pengalaman operator dalam
peng eluaran yang lebih optimal jug a melakukan simulasi virtual, berpengaruh secara
merupakan outcomes dari penerapan konsep signifikan positif terhadap proses pengembangan dan
sustainability (Bonini & Gorner, 2011). Menurut desain produk.
Leon (2013) perusahaan dengan konsep
sustainability ditambah dengan konsep H5b: Implementasi DF yang dipengaruhi oleh
knowledge-based organization, secara teoritis, akan kelengkapan data dan informasi, ketersediaan
lebih mampu untuk beradaptasi pada hardware dan software yang canggih, dan tingkat
ketidakpastian dan perubahan-perubahan kemampuan dan pengalaman operator dalam
lingkungan bisnis yang semakin cepat. Secara melakukan simulasi virtual, berpengaruh secara
kontekstual, rumusan Hipotesis 5 pada signifikan positif terhadap efektivitas perancangan
penelitian ini dapat diajukan sebagai berikut: dan simulasi proses produksi.

H5: Implementasi DF yang dipengaruhi oleh


kelengkapan data dan informasi, ketersediaan H5c: Implementasi DF yang dipengaruhi oleh
hardware dan software yang canggih, dan tingkat kelengkapan data dan informasi, ketersediaan
kemampuan dan pengalaman operator dalam hardware dan software yang canggih, dan tingkat
melakukan simulasi virtual, berpengaruh secara kemampuan dan pengalaman operator dalam
signifikan positif terhadap keberlangsungan melakukan simulasi virtual, berpengaruh secara
perusahaan. signifikan positif terhadap kemampuan perusahaan
menghadapi perubahan pasar.

Sustainability
Kelengkapan data dan
informasi tentang urutan Ÿ Pengembangan dan
produksi, desain produk, desain produk yang
desain bangunan, dan lebih baik
data pekerja (innovativeness)
H1
Ÿ Perancangan dan
simulasi proses
Ketersediaan perangkat H2 Implementasi H5 produksi yang lebih
keras dan lunak simulasi Digital Factory efisien (efficiency)
Ÿ Kemampuan
menyesuaikan diri
H3 terhadap perubahan
Tingkat ketrampilan dan permintaan yang lebih
pengalaman operator baik (adaptiveness)
dalam penggunaan
software simulasi

H4

Gambar 1. Model penelitian

Jurnal
231 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

Metodologi Penelitian Tahapan analisis PLS-PM dimulai dari


konseptualisasi model, kemudian menentukan
Sebagai penelitian pendahuluan, penelitian ini metoda analisis algoritma dan resampling,
dilakukan pada usaha industri pengolahan menggambar diagram jalur, dan evaluasi
plastik skala menengah di Tangerang, yang model. Model penelitian ini berupa model
telah menerapkan teknologi digital dalam multi-dimensional dengan indikator refleksif
proses produksinya. Dengan menggunakan sehingga evaluasi model menggunakan second
pendekatan survei dalam studi kasus (Yin, order construct. Algoritma resampling
2009), data primer berupa respon dari 14 menggunakan metode bootstrapping.
karyawan senior, dari total 54 karyawan di
bagian produksi, digunakan dalam pengolahan
data. Karyawan dipilih secara purposive sampling, Hasil dan Pembahasan
dengan kriteria berikut: minimal telah bekerja
selama tiga tahun diperusahaan tersebut, Pengumpulan data dilakukan dengan metode
terlibat dalam proses simulasi dalam purposive sampling pada pekerja yang menangani
per usahaan, dan berhubungan dengan bagian produksi dan telah bekerja minimal satu
perencanaan produksi. tahun pada perusahaan, berpendidikan
minimal SMA. Diperoleh 14 orang yang
Dalam penelitian ini, uji validitaskriteria memenuhi kriteria tersebut dari jumlah
(criterion validity) dilakukan untuk memastikan keseluruhan pekerja yaitu 54. Uji normalitas,
bahwa alat ukur yang digunakan memiliki reabilitas, dan validitas menghasilkan beberapa
keterkaitan dengan hasil yang diperoleh. Uji butir yang harus dikeluarkan.
reabilitas bertujuan mengetahui apakah suatu
kuesioner mengukur apa yang hendak diukur Evaluasi model PLS-PM dibagi menjadi dua,
atau tidak. Uji reabilitas menggunakan acuan yaitu evaluasi Outer Model dan evaluasi Inner
Cronbach Alpha Based on Standarized Items Model. Evaluasi Outer Model dilakukan dengan
minimal 0,60 (Sunardi & Tjakraatmadja, 2013). menguji validitas konvergen, validitas
Uji validitas terbagi menjadi dua berdasarkan diskriminan dan reabilitas konstruk. Evaluasi
jenis distribusi data. Data yang terdistribusi Outer Model menghasilkan tiga indikator tidak
normal diuji validitasnya dengan uji Pearson memenuhi reabilitas dan validitas konstruk
Correlation menggunakan data interval interval sehingga harus dikeluarkan dan dilakukan
hasil konversi Successive Inter val (MSI). evaluasi Outer Model sekali lagi setelah ketiga
Sedangkan data yang tidak terdistribusi normal indikator tersebut dikeluarkan. Konstruk
diuji validitasnya dengan uji Spearman's Rho dianggap memenuhi validitas konvergen jika
Correlation menggunakan data asli berskala nilai loading factor indikator bernilai lebih dari
ordinal. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan 0,70 dan nilai AVE di atas 0,50 (Stefany &
dengan software SPSS 18. Sunardi, 2014). Validitas diskriminan tercapai
jika setiap nilai akar kuadrat AVE masing-
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode masing variabel melebihi koefisien korelasi
Partial Least Squares Path Modeling (PLS-PM) antar variabel. Semua nilai Composite Reability
dengan bantuan SmartPLS 2.0. PLS-PM variabel bernilai di atas 0,70 yang merupakan
merupakan salah satu jenis regresi, yaitu kriteria minimum suatu konstruk dikatakan
menghitung pengaruh antara variabel yang satu reliabel.
dengan variabel yang lain. PLS-PM tidak
membutuhkan asumsi-asumsi klasik seperti
nor malitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan linearitas,
sehing ga mer upakan uji statistik non
parametrik (Latan & Gozali, 2012).

Jurnal
232 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas, Reabilitas, dan Validitas
Butir
Indikator Butir Distribusi Validitas
setelah Uji
X1a 4 4 Normal
X1b 5 5 Normal
X1c 4 4 Tidak Normal
X2a 3 3 Normal
X2b 4 4 Normal
X2c 3 3 Tidak Normal
X3a 5 3 Normal 2 butir dikeluarkan
X3b 5 4 Tidak Normal 1 butir dikeluarkan
X3c 5 4 Normal 1 butir dikeluarkan
X4a 4 3 Normal 1 butir dikeluarkan
X4b 4 4 Normal
X5a 3 3 Tidak Normal
X5b 3 3 Tidak Normal
X5c 3 2 Tidak Normal 1 butir dikeluarkan

Tabel 3.
Akar Kuadrat AVE dan Korelasi Antar Variabel

Variabel X1 X2 X3 X4 X5
X1 0,842
X2 0,029 0,893
X3 0,111 0,321 0,907
X4 0,539 0,521 0,175 0,900
X5 0,358 0,400 0,055 0,487 0,931

Tabel 4.
Loading Factor, AVE, dan Composite Reability Konstruk
Loading Composite
Indikator AVE
Factor Reliability
X1a 0,892
0,708 0,829
X1b 0,788
X2a 0,960
0,798 0,887
X2b 0,831
X3b 0,902
0,822 0,902
X3c 0,911
X4a 0,897
0,809 0,894
X4b 0,902
X5a 0,966
X5b 0,913 0,866 0,951
X5c 0,913

Jurnal
233 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

Evaluasi Inner Model dilakukan dengan metode T-hitung yang digunakan adalah pada tingkat
bootstrapping. Jumlah resampling yang dipakai keyakinan 90% dan jumlah sampel 14, maka
untuk bootstrapping adalah sejumlah populasi nilai df adalah 14 – 2, yaitu 12 (Latan & Ghozali,
dari objek penelitian, yaitu 54. Hasil evaluasi 2012). Nilai t-hitung berdasarkan tabel adalah
Inner Model adalah nilai t-hitung yang akan 1,356. Hasil evaluasi inner model dapat dilihat
menguji hipotesis penelitian. pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil evaluasi inner model

Tabel 5.
Path Coefficient dan Pengujian Hipotesis

Path
H Hipotesis t-hitung t-tabel Keputusan
Coefficient
H1 X1 X4 0,529 3,463 1, 356 Diterima
H2 X2 X4 0,522 2,938 1, 356 Diterima
H3 X3 X4 -0,051 0,030 1, 356 Ditolak
H5 X4 X5 0,487 2,646 1, 356 Diterima

Untuk menghitung pengaruh variabel X1, X2, Nilai tersebut menunjukkan tingkat kecocokan
dan X3 secara bersama-sama terhadap variabel model PLS-PM adalah besar. Nilai GoF small
X4 dilakukan perhitungan nilai effect size f 2 . untuk 0,10, medium untuk 0,25 dan large untuk
Nilai f 2 hasil perhitungan adalah 1,404. Batas- 0,36 (Latan & Ghozali, 2012). Dalam industri
batas nilai f 2 berdasarkan Latan dan Ghozali skala menengah, dimana digital factory belum
(2012) adalah 0,02 untuk kecil, 0,15 untuk diimplementasikan, kelengkapan data pabrik
menengah dan 0,35 untuk besar. Nilai 1,404 tidak digunakan untuk merancang gambar tiga
termasuk dalam ukuran besar. Artinya ketiga dimensi digital factor y, melainkan untuk
variabel, yaitu X1, X2, dan X3 berpengaruh memper mudah pencarian data dan
kuat terhadap variabel X4 dan H4 diterima. pengolahan data mengenai pekerjaan dalam
Perhitungan Goodness of Fit (GoF) kemudian komputer. Komputerisasi diperlukan dalam
dilakukan untuk menguji kecocokan model produksi meskipun pada saat ini masih belum
secara keseluruhan. Nilai GoF didapat dari secara keseluruhan diimplementasikan, namun
hasil akar kuadrat dari rata-rata communality perlahan pasti akan dilakukan dan data
dikalikan rata-rata r-square hasil evaluasi Outer mengenai pabrik itu memang penting.
Model. Nilai GoF yang dihasilkan adalah 0,573.

Jurnal
234 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Data yang lengkap jika telah diintegrasikan ke yang dibutuhkan hanyalah kemampuannya
dalam perangkat lunak komputer, dapat secara minimal. Sekalipun tidak ada pekerja
memper mudah pekerjaan karena lebih yang ahli atau berkemampuan tinggi dalam
terorg anisir dan terinteg rasi. Kondisi bidang komputer, komputerisasi dalam
demikian, meskipun tidak dapat disebut perusahaan masih dapat dilakukan dan
sebagai gambaran pabrik secara visual atau berjalan dengan baik.
kasat mata, tetapi dapat dikatakan memiliki
data yang lengkap dan dapat mewakili seluruh Pe n g g u n a a n k o m p u t e r d a l a m s u a t u
pabrik tersebut. perusahaan efeknya akan menguntungkan
perusahaan, dengan sistem komputer yang
Pemahaman kebutuhan perangkat komputer berjalan dengan baik, dapat jauh
untuk simulasi kerja saat ini diyakini lebih mempermudah pekerjaan di berbagai hal
kepada kebutuhan perangkat komputer untuk sehingga sangat menguntungkan perusahaan.
bekerja. Wawancara dengan expert dari Meskipun belum sampai pada tahap digital
perusahaan mengenai kebutuhan perangkat factory, yaitu simulasi kerja dengan komputer,
komputer yang canggih menunjukkan bahwa perusahaan dengan skala menengah lebih
perangkat tidak harus canggih, melainkan banyak memfokuskan diri pada implementasi
hanya sesuai kebutuhan. Perangkat komputer penggunaan komputer untuk simulasi proses
memang perlu, namun hanya sebatas produksi secara sederhana. Meskipun diyakini
kebutuhan dengan spesifikasi secukupnya, atau masih sederhana, kebutuhan akan data dan
di atas minimum. Pemakaian komputer untuk infor masi yang lengkap terkait factor y
contoh kerja tampak masih belum terlalu merupakan hal yang sangat penting. Dalam
dipahami, melainkan pemahaman mengarah ke konteks ini, pengertian digital factory bisa
penggunaan komputer dalam pekerjaan. Digital disamakan dengan komputerisasi itu sendiri
factory masih diartikan sebagai komputerisasi karena merupakan tahap awal dari digital factory,
proses produksi. Pemahaman konsep digital dan sifatnya masih terbatas pada simulasi
factory ini bertolak belakang dengan kriteria proses produksi. Temuan ini searah dengan
yang diajukan oleh Delmia (2010). Delmia argumen Bley dan Zenner (2005). Bley dan
berargumen bahwa digital factor y harus Zenner berargumen bahwa penerapan digital
memenuhi kelengkapan perangkat lunak factory akan selalu dimulai dengan penggunaan
minimum, yang meliputi: digital product, berupa komputer simulasi pada skala yang lebih kecil
software perancangan produk dengan dilengkapi terlebih dahulu, terutama pada simulasi proses
parameter statis dan dinamis; digital production produksi. Meskipun hanya terkait pada lingkup
planning, ber upa software perencanaan yang kecil, perusahaan harus terlebih dahulu
produksi secara terintegrasi; dan digital melengkapi data dan informasi terkait factory,
production, berupa software simulasi proses sehingga akurasi simulasi menjadi lebih andal.
produksi yang mampu memanfaatkan data dan
informasi dari digital.
Simpulan
Pekerja harus tahu cara pengoperasian mesin
sebagai batas minimum. Kemampuan pekerja Penelitian pendahuluan ini mengindikasikan
dalam bidang komputer cukup seadanya saja, bahwa kelengkapan data dan informasi tentang
tidak harus ahli. Dapat disimpulkan bahwa urutan produksi, desain produk, desain
ke m a m p u a n m e n g g u n a k a n ko m p u t e r bangunan, dan data pekerja berpengaruh
diperlukan untuk pekerjaan tertentu saja, tidak signifikan positif terhadap implementasi digital
mutlak harus semua pekerja bisa, bahkan ahli factory. Hal ini disebabkan karena dalam
dalam penggunaan komputer. Pekerja yang i m p l e m e n t a s i s i s t e m ko m p u t e r y a n g
mampu menggunakan komputer lebih baik merupakan dasar dari digital factory memang
dibandingkan yang lain tidak akan mendapat membutuhkan data yang lengkap agar
perlakuan istimewa dalam keadaan ini, karena mempermudah mengakses atau mengambil
data.

Jurnal
235 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

Dengan data yang lengkap dalam komputer, bangunan, dan data pekerja, ketersediaan
bentuk digital factory yang hanya berupa data perangkat keras dan lunak simulasi, dan tingkat
dan bukan gambaran visual dapat terbentuk. kemampuan atau skill pekerja dalam bidang
Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa simulasi virtual, berpengaruh secara signifikan
ketersediaan perangkat keras dan lunak positif terhadap keberlangsungan perusahaan.
simulasi berpengaruh signifikan positif Hal ini disebabkan karena banyaknya
terhadap implementasi digital factor y. keuntungan yang dirasakan dari implementasi
Ketersediaan perangkat komputer dibutuhkan digital factor y secara sederhana dalam
dalam mempermudah berbagai pekerjaan dan perusahaan.
pengambilan keputusan. Namun perangkat
yang canggih untuk hal-hal di luar pekerjaan Implementasi digital factory pada industri
pada umumnya masih belum dibutuhkan. manufaktur skala menengah di Indonesia
Perbedaan pemahaman akan kriteria software diharapkan mampu menawarkan metode dan
canggih terjadi, karena pada prakteknya, solusi penggunaan software simulasi virtual
perusahaan skala menengah belum untuk pengembangan produk digital, pabrikasi
menggunakan komputer pada tingkat yang digital, peningkatan kecepatan dan efektivitas
lebih tinggi, seperti simulasi virtual, melainkan produksi, dengan berpedomaan pada apa yang
hanya sekadar pekerjaan manual digantikan menjadi permintaan pasar atau kebutuhan
dengan komputer serta software simulasi konsumen yang terus berubah-ubah seiring
generik seperti ProModel dan Arena. berkembangnya jaman. Selain itu,
implementasi digital factory pada industri
Kemampuan atau skill pekerja dalam bidang manufaktur skala menengah di Indonesia
simulasi virtual tidak berpengaruh signifikan diprediksi mampu memberikan solusi yang
positif terhadap implementasi digital factory. Hal kolaboratif dalam mendukung para operator
ini disebabkan karena tidak semua pekerja mulai dari perencanaan proses pada setiap
menggunakan komputer dan tidak semua tahapan utama dari pengembangan produk,
pekerja dihar uskan bisa meng gunakan beserta perencanaan tahapan produksinya.
komputer dan perangkat simulasi. Nilai tambah lain dari penerapan digital factory
Kemampuan pekerja cukup hanya batas adalah kemampuan melakukan penyesuaian
minimum yaitu tahu cara pengoperasian mesin seiring perubahan dalam teknologi informasi
yang mereka kerjakan, terutama mesin dengan dan teknologi manufaktur. Implementasi digital
teknologi computerized numerical control (CNC). factory diharapkan mampu mengintegrasikan
Sekalipun tidak ada pekerja yang ahli dalam seluruh data produk, proses produksi dan
software simulasi modern didalam perusahaan, informasi pabrik itu sendiri.
perusahaan bisa tetap berjalan dengan pekerja
yang kemampuannya melewati standar Dengan kata lain, digital factory merupakan
minimum. integrasi dari berbagai kegiatan simulasi itu
sendiri, yang membutuhkan kelengkapan data
Pengaruh seluruh kriteria digital factory terhadap dan informasi tentang urutan produksi, desain
implementasi digital factory dapat dikategorikan produk desain bangunan dan data pekerja,
signifikan positif. Dengan kata lain, dapat ketersediaan perangkat keras dan lunak untuk
disimpulkan bahwa kelengkapan data, simulasi, serta tingkat ketrampilan dan
ketersediaan perangkat keras dan lunak pengalaman operator dalam penggunaan
simulasi, dan kemampuan atau skill pekerja software simulasi. Namun demikian, mengingat
dalam bidang simulasi virtual secara bersama- penelitian ini bar u terbatas pada satu
sama memiliki pengaruh yang signifikan perusahaan skala menengah di Tangerang yang
terhadap implementasi digital factory. Selain itu, bergerak di bidang produksi barang-barang
implementasi digital factory yang dipengaruhi plastik, maka diperlukan penelitian yang lebih
oleh kelengkapan data dan informasi tentang mendalam yang melibatkan subyek penelitian
urutan produksi, desain p r o d u k , d e s a i n yang lebih luas.

Jurnal
236 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
Sunardi dan Saputra/ Implementasi digital factory pada industri manufaktur skala menengah: studi pendahuluan

Penelitian selanjutnya dapat pula Brian, G.F. & Shingirayi, M. (2013). Challenges
mempertimbangkan faktor pembelajaran faced by small to medium scale
organisasi, seperti 'penerapan knowledge enterprises: A case study of
management' dalam mengukur bagaimana proses Chitungwiza, Zimbabwe. Greener Journal
berbagi pengetahuan turut berperan dalam of Business and Managenet Studies, 4 (4), 103
penerapan digital factory dan pencapaian – 107.
keberlangsungan perusahaan. Busch, T., Stinchfield, B.T. dan Wood, M.S.
(2011). A triptych inquiry: rethinking
sustainability, innovation, and financial
Daftar Pustaka p e r f o r m a n c e . [ Wo r k i n g P a p e r ] .
Duisenberg School of Finance -
Adams, M., Thornton, B., & Sepehri, M. Tinbergen Institute Discussion Paper
(2011). The impact of the pursuit of [diunduh pada 11 Juli 2015 dari
sustainability on the financial www.papers.tinbergen.nl].
performance of the firm. Journal of Caggiano, A. (2010). Digital factory concept
Sustainability and Green Business, 1 – 14. implementation for flexible and reconfigurable
Agwu, M. O., & Emeti, C. I. (2014). Issues, manufacturing systems modelling and analysis
challenges and prospects of small and [Thesis]. Napoli: Universita Degli Studi
medium scale enterprises (SMEs) in di Napoli Federico II, Italia.
Port-Harcourt City, Nigeria. European Clark, G. L., Feiner, A. & Viehs, M. (2014).
Journal of Sustainable Development, 3 (1), From the stockholder to the stakeholder: how
101 – 114. sustainability can drive financial
Al-Tmeemy, S. M. H., Abdul-Rahman, H., & outperformance. [Working Paper]. Oxford:
Harun, Z. (2010). Future criteria for University of Oxford [diunduh pada 24
success of building projects in Malaysia. Ju n i 2 0 1 5 d a r i
International Journal of Project Management, www.smithschool.ox.ac.uk].
29 (3), 337 – 348. Dassault Systemes. (2010). DELMIA Version 5
Badan Pusat Statistik (2014). Jumlah perusahaan Release 20 Modification Level 0. Dassault
industri besar sedang menurut SubSektor Systemes [diunduh 23 Maret 2015 dari
[diunduh 23 Maret 2015 dari www.3ds.com].
www.bps.go.id]. Delmia (2010). Solutions Portfolio. DELMIA.
Bank Indonesia (2011). Buku kajian akademik Paris.
pemeringkat kredit bagi usaha mikro, kecil dan Earns & Young (2013). 2013 Six growing
menengah di Indonesia. Jakarta: Bank trends in corporate sustainability.
Indonesia [diunduh 23 Maret 2015 dari GreenBiz corporation [diunduh pada 15
www.bi.go.id] Juni 2015 dari www.ey.com].
Barlett, A.A. (2012). The meaning of Furmann, R. (2007). The proposal of an algorithm
sustainability. Teachers Clearinghouse for for layout design in virtual environment.
Science and Society Education Newsletter, 31 [Disser tation T hesis]. Slovakia:
(1), 1-17. University of Zilina, Mechanical
Bley, H. & Zenner, C. (2005), Handling of Engineering Faculty.
process and resource variants in the Furmann, R. & Krajčovič, M. (2009). Interactive
d i g i t a l f a c t o r y. C I R P Jo u r n a l o f 3D design of production systems. In: Digital
Manufacturing Systems, 34 (2), 187-194. Factory 2009 – Workshop Handbook,
Rohrlack, T. (2008). The digital factory: from concept SLCP, Žilina, pp.28.
to reality. Bentley Solutions [diunduh 23 Gregor, M. & Medvecky, S. (2010). Digital
Maret 2015 dari www.bentley.com]. factory: theory and practice. Engineering
Bonini, S. & Gorner, S. (2011). The business of the Future, Laszlo Dudas (Ed.), InTech,
sustainability: putting it into practice. [diunduh 23 Maret 2015 dari
sustainability & resource productivity practice, www.intechopen.com].
McKinsey & Company [diunduh 14 Juni
2015 dari www.mckinsey.com].
Jurnal
237 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No. 3 | 2016
Jurnal Manajemen Teknologi, 15(3), 2016, 224-238

Hsieh, C. T. & Olken, B. A. (2014). The Stefani, V. & Sunardi, O. (2014). Peran
missing “Missing Middle”. Journal of Dependency, Commitment, Trust dan
Economic Perspectives, 28 (3), 89-108. Communication terhadap Kolaborasi
K azimoto, P. (2014). Assessment of Rantai Pasok dan Kinerja Perusahaan:
challenges facing small and medium Studi Pendahuluan. Jurnal Manajemen
enterprises towards International Teknologi, 13 (3), 322-333.
Marketing Standards: a Case Study of Sunardi, O. & Tjakraatmadja, J. H. (2013).
Arusha Region Tanzania. International Enablers to Knowledge Management
Journal of Academic Research in Accounting, Implementation in Indonesian Medium-sized
Finance and Management Sciences, 4 (2), 303 Manufacturing Enterprises: A Preliminary
– 311. Study. Prosiding ilmiah pada 12th
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil International DSI dan the 18th Asia
Menengah (2014). Perkembangan data Pacific DSI Conference, Bali, Indonesia,
usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan 2013 [diunduh pada 20 Juli 2015 dari
Usaha Besar (UB) 2012-2013. Jakarta: www.gebrc.nccu.edu.tw].
Kementerian Koperasi dan UKM Tambunan, T. (2011). The Impacts of trade
Republik Indonesia [diunduh 23 Maret liberalization on Indonesian small and
2015 dari www.bi.go.id]. medium-sized enterprises. International
Kuehn, W. (2006). Digital factory – integration Institute for Sustainable Development.
of simulation enhancing the product TKN Policy Paper.
and production process towards Tambunan, T. & Chandra, A.C. (2014).
operative control and optimization. U t i l i s a t i o n R a t e o f Fr e e Tr a d e
International Journal of Simulation, 7 (7), Agreements (FTAs) by Local Micro-,
27-39. Small- and Medium-Sized Enterprises:
Kuhlman, T. & Farrington, J. (2010). What is A S t o r y o f A S E A N. Jo u r n a l o f
sustainability?. Sustainability , 2 (11), 3436 International Business and Economics, 2(2),
– 3448. 133-163.
Kurkin, O. & Bures, M. (2011). Evaluation of Yin, R.K. (2009). Case study research: design and
operational times by MTM Methods in methods, 5th Edition. Google Books [serial
the Digital Factory Environtment. online] [diunduh 4 Mei 2015 dari
Annals of DAAAM the 22nd International https://books.google.com].
DAAAM Symposium, Vienna, Austria, Westkämper, E., Constantinescu, C., &
2011, 22 (1), 671-672. Hummel, V. (2006). New paradigm in
Latan, H. & Ghozali, I. (2012). Partial least manufacturing engineering: factory life
squares: konsep, teknik dan aplikasi cycle. Annals of the Academic Society for
menggunakan SmartPLS 2.0. Semarang: Production Engineering. Research and
Penerbit Universitas Diponegoro. Development, 13, 143-146.
Leon, R. (2013). From the sustainable
organization to sustainable knowledge-
based organization. Economics Insights-
Trends and Challenges, 2 (2), 63 – 73.
Manenti, P. (2014). The Digital factory: game-
changing technologies that will transform
manufacturing industry. SCM World Report,
29 November 2014 [diunduh 04 Januari
2015 dari www.scmworld.com].
SCM World (2014). The Future of manufacturing.
[diunduh 23 Maret 2015 dari
www.scmworld.com].

Jurnal
238 Manajemen Teknologi
Vol.15 | No.3 | 2016
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai