Anda di halaman 1dari 36

Post 8

Nama Post : Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)


Ruang Lingkup : Pengembangan Diri
Kompetensi :
1. Mengenal dan mengukur kemampuan diri sendiri
2. Menggali potensi diri dan mengembangkannya
3. Meningkatkan kemampuan 9 bintang farmasi (Nine Stars Pharmacy)
4. Membuat proyek pengembangan diri (Self Project)
5. Memahami prinsip IKIGAI dan KAIZEN
6. Memahami teknik penyelesaian masalah (Problem Solver) dan berpikir kritis
(Critical Thinking) untuk berinovasi
7. Memahami sejarah, visi, misi, budaya dan struktur organisasi perusahaan
Tugas yang harus dikerjakan :
1. Melakukan Pra Test dan Post Test 1 kali / mahasiswa / gelombang (Target nilai
Post Test 80) @ 100 point / test
2. Quiz Time
Membuat 5 soal pilihan ganda dan jawabannya tentang materi di tiap post
dalam bentuk google form (Target minimal 4 paket soal / mahasiswa /
gelombang) @ 100 point
3. Menonton video tutorial dan membuat Curriculum Vitae (CV) pribadi (Target
minimal 1 CV / mahasiswa / gelombang) @ 50 point / aktivitas
4. Membuat analisis SWOT dan Canvas Model untuk pengembangan diri (Target
minimal 1 CV / mahasiswa / gelombang) @ 100 point / analisis
5. Melaksanakan Countinuing Profesional Development (CPD) minimal 1 kali /
gelombang @ 300 point / aktivitas
6. Membuat rencana bisnis apotek (business plan) minimal 1 kali / gelombang @
200 point / aktivitas
7. Membuat penilaian 9 bintang farmasi (Nine Stars Pharmacy) dan mengukur
progressnya tiap minggu minimal 1 kali / minggu / mahasiswa (Target 4 kali /
gelombang / mahasiswa ) @ 100 point / aktivitas
8. Membuat 1 Kaizen yang dapat diterapkan di apotek minimal 1 kaizen /
mahasiswa / gelombang @ 100 point / kaizen
9. Membuat IKIGAI mengenai diri sendiri (Self Project) minimal 1 kali / mahasiswa
/ gelombang @ 100 point / ikigai
8.1 DISC
DISC adalah alat psikometri yang diciptakan untuk mengukur kepribadian dan
mengukur perilaku yang dapat di observasi, bebas bias budaya dan tidak mengukur
keterampilan seseorang. DISC mengidentifikasi tipe perilaku seseorang, bagaimana
seseorang akan berperilaku dalam situasi kerja, rumah, sekolah dan bagaimana
seseorang menangani lingkungan dan masalah yang dihadapi di kehidupannya. DISC
dapat di gunakan untuk memahami diri sendiri, belajar untuk memahami orang lain,
menemukan cara mengatasi konflik yang dihadapi, meningkatkan kemampuan
komunikasi dan dapat memberikan arahan atas wilayah apa yang perlu di
kembangkan dari diri sendiri serta meminimalisir kelemahan[1].
Teori DISC dikemukakan oleh seorang ahli psikolog asal Amerika yang
bernama William Moulton Marston pada tahun 1928 dalam bukunya yang berjudul
Emotions of Normal People. Ia berteori bahwa ekspresi perilaku emosi bisa
dikategorikan menjadi 4 tipe perilaku individu ketika berinteraksi dengan
lingkungannya yaitu[2]:
1. Karakteristik orang tipe D atau Dominance antara lain tegas, ambisius,
independen, menyukai persaingan, penerima tantangan, cepat dalam mengambil
keputusan, penuntut, tidak sabar, dan tidak menyukai hal yang rutin.
2. Karakteristik orang tipe I atau Influence antara lain ramah, senang bergaul, suka
menghibur orang lain, antusias, optimis, motivator, kurang memerhatikan detail,
banyak bicara, mudah lupa, dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap sesuatu.
3. Karakteristik orang tipe S atau Steadiness antara lain sabar, gigih, jujur,
akomodatif, loyal, tidak terlalu menuntut, ingin menolong orang lain, tidak suka
dengan perubahan, kurang antusias, kurang tegas, cenderung menghindar dari
konlik, dan sulit menyusun prioritas.
4. Karakteristik orang tipe C atau Compliance antara lain teliti, terstruktur, berhati-
hati dalam membuat keputusan, kritis dalam menganalisa kerja sendiri maupun
kerja kelompok, patuh terhadap atasan/pimpinan, kurang fleksibel, defensif ketika
dikritik, terlalu mengikuti aturan, dan lamban dalam menyelesaikan tugas karena
terlalu memperhatikan detail dan menginginkan kesempurnaan.
Tabel 1. Ciri dan Karakter setiap Tipe DISC
Nilai dalam Kemungkinan Ketakutan
DISC Ciri Umum
Team Kelemahan Terbesar
Bottom line Kewenangan;
Langsung; tegas; organizer; sikap argumentatif;
rasa ego yang menghargai menolak rutinitas;
Dimanfaatkan
D tinggi; problem waktu; cenderung
orang lain
solver; risk taker; menentang mengerjakan
self starter status quo; banyak hal pada
inovatif saat bersamaan

Problem solver Mencari


yang kreatif; popularitas dari
penggugah pada hasil kerja
Antusias;
semangat yang yang nyata;
percaya diri;
baik; kurang
optimistis;
memotivasi memperhatikan
I persuasive; Penolakan
orang lain; hal detil; terlalu
bicara aktif;
selera humor menggunakan
impulsive;
yang positif; bahasa tubuh;
emosional
menengahi mendengar
konflik; hanya bagian
pembawa damai kesukaannya

Dapat dipercaya
Menolak
Pendengar dan diandalkan;
perubahan;
yang baik; anggota tim
butuh waktu
team player; yang loyal; taat
lama untuk
possessive; akan otoritas;
berubah; Kehilangan
S stabil; dapat pendengar yang
menyimpan rasa aman
diprediksi; baik; sabar
dendam; sensitif
memahami dalam
pada kritik; sulit
orang lain; berempati;
menentukan
bersahabat mendamaikan
prioritas
konflik
Perspektifnya Membutuhkan
Akurat; analitis; realistis; rajin dan batasan yang jelas;
Cermat; hati-hati; hati- hati; tuntas terikat pada
C Kritik
fact finder, presisi dalam kegiatan; prosedur dan
tinggi menggambarkan metoda; sangat
situasi detail
Gambar 1. Diagram Orientasi Kerja DISC

Gambar 2. Pekerjaan yang sesuai dengan tipe DISC


8.2 IKIGAI DAN KAIZEN
8.2.1 IKIGAI
Ikigai = Seni untuk Hidup (Life Purpose). Ikigai adalah seni agar tetap awet
muda sementara usia beranjak menjadi tua. Kata itu secara harafiah terdiri terdiri dari
iki,yang berarti kehidupan dan gai, yang berarti nilai. Ikigai kadang diekspresikan
sebagai “alasan untuk bangun di pagi hari”. Ikigai-lah yang memberikan motivasi
berkelanjutan untuk menjalani hidup, atau bisa juga dikatakan bahwa ikigai-lah yang
memberikan gairah hidup yang membuat semangat dalam menyambut kedatangan
setiap hari baru. Ikigai juga seringkali diartikan sebagai prinsip hidup bahagia yang
dapat mengatasi rasa jenuh dalam menghadapi rutinitas seharihari[3]
Secara ringkas Ikigai dapat diringkas menjadi 10 aturan sebagai berikut[4]:

Gambar 3. Sepuluh Aturan Ikigai


1. Stay Active - Don’t Retire.
Mereka yang melepaskan hal-hal yang mereka sukai dan telah dilakukannya
dengan baik akan kehilangan Tujuan Hidup saat berhenti bekerja. Itulah mengapa
sangat penting untuk terus melakukan hal-hal yang bernilai, membuat kemajuan,
membawa keindahan atau kegunaan bagi orang lain, membantu, dan membentuk
dunia di seandar, bahkan setelah profesional "resmi" aktivitas telah berakhir.
2. Take it Slow.
Bertindak terburu-buru berbanding terbalik dengan kualitas kerja. Seperti kata
pepatah lama, “ Berjalanlah perlahan, maka engkau akan pergi jauh ". Ketika
meninggalkan keurgensian, Hidup dan Waktu akan mengambil makna yang baru.
3. Don’t fill your Stomach.
Peganglah prinsip: ‘Less is more’ dalam hal makan. Ikuti aturan 80% sudah
cukup, agar tetap sehat dan hidup lebih lama. Hendaknya makan tidak sekenyang
dari yang diminta oleh rasa lapar.
4. Sorround yourself with Good Friends.
Teman-teman adalah obat yang terbaik. Obrolan yang menyenangkan dapat
mengungkapkan kekhawatiran, harapan, dan mendapatkan nasihat, untuk tetap dan
lebih bersemangat
5. Get in shape for your Next Birthday.
Air yang paling baik adalah yang selalu mengalir dan memberi kesegaran.
Tubuh pun butuh untuk selalu bergerak, sehingga membutuhkan sedikit perawatan
kesehatan dan bisa hidup lebih lama. Latihan (exercise) dapat melepaskan hormon
yang membuat anda merasa bahagia. Ber- RENCANA-lah untuk selalu bisa
merayakan ulang tahun tahun depan.
6. Smile.
Sikap ceria tidak hanya membuat rileks, tetapi juga membantu menjalin
persahabatan. Betapa bahagianya bisa memahami hal-hal yang biasa saja dan tidak
begitu hebat. Tetapi juga jangan lupa betapa istimewanya anda bisa berada di DISINI
DAN SEKARANG (here and now), di dunia yang penuh dengan segala kemungkinan
ini.
7. Reconnect with Nature.
Saat ini kebanyakan orang tinggal di kota. Kodratnya, manusia diciptakan untuk
tetap menjadi bagian dari alam, maka harus sering kembali ke alam untuk mengisi
ulang baterai hidup.
8. Give Thanks.
Berterima kasihlah pada Tuhan Sang Pencipta, pada Leluhur; pada Alam, yang
memberi udara yang anda hirup dan makanan yang anda makan, pada teman dan
keluarga, pada semua yang mencerahkan hari-hari anda dan pada yang membuat
anda merasa beruntung karena masih hidup sampai saat ini. Luangkan waktu sejenak
setiap hari untuk bersyukur, dan anda akan menyaksikan persediaan kebahagiaan
anda terus tumbuh.
9. Live in the Moment.
Berhentilah menyesali masa lalu dan takut akan masa depan. Hari ini adalah
semua yang anda miliki, manfaatkan semaksimal mungkin. Buatlah SAAT INI layak
untuk diingat.
10. Follow your IKIGAI.
Ada semacam semangat di dalam diri anda , bakat yang unik yang memberi
makna pada hari-hari anda dan mendorong anda untuk membagikan yang terbaik dari
diri anda hingga akhir hayat. Jika anda belum mengetahui IKIGAI anda, marilah kita
cari untuk menemukannya

Gambar 4. Konsep Ikigai


Konsep Ikigai mengkategorikan ada 4 Arti Kehidupan, yaitu[5]:
1. Love : sesuatu yang benar-2 anda sukai.
2. Talent : bakat anda.
3. Usefulness : kebergunaan yang dibutuhkan dunia.
4. Profit/benefit : penghasilan anda.
Sebagai manusia, pekerjaan yang kita lakukan harus memiliki makna. Konsep
Ikigai menjelaskan ada 4 makna pekerjaan, yaitu[5]:
1. Passion : merupakan kombinasi antara bakat dan sesuatu yang anda sukai.
Kombinasi yang tanpa kebergunaan dan tidak menambah pengha-silan ini
menyenangkan, namun, itu biasanya bukan sesuatu yang memajukan kita secara
sosial atau ekonomi.
2. Mission : merupakan kombinasi antara sesu-atu yang anda sukai dan yang
dibutuhkan masya-akat. Kombinasi ini menyenangkan dan dihargai orang, namun
tidak bisa anda lakukan dengan baik karena kurangnya keahlian dibidang itu dan
juga tidak meningkatkan ekonomi.
3. Profession : merupakan kombinasi keahlian dan penghasilan yang didapatkan.
Kombinasi ini memerlukan usaha terus menerus untuk meningkat-kan keahlian
dan penghasilan juga bertambah, namun kurang memberi keceriaan.
4. Vocation : merupakan kombinasi dari peluang untuk memperoleh penghasilan
dari sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, namun anda dibidang itu anda tidak
berbakat sehingga juga kurang memberikan keceriaan.

8.2.2 KAIZEN
Dalam Bahasa Jepang, kaizen berarti perbaikan yang berkesinambungan.
(continuous improvement). Istilah itu mencakup pengertian perbaikan yang
melibatkan semua orang, baik manajer dan karyawan, dan melibatkan biaya dalam
jumlah tidak seberapa. Kaizen (改善) terdiri dari dua kanji yakni 改 (kai) artinya 改め
る perubahan dan 善 (zen) artinya 良い (yoi) kebaikan. Jadi kaizen adalah usaha
perbaikan/penyempurnaan secara kecil-kecilan dan berkesinambungan, dengan
melibatkan semua jajaran dalam level organisasi, agar selalu lebih baik dari kondisi
sekarang
Konsep kaizen cara berpikirnya berorientasi pada proses, sedangkan cara
berpikir negara-negara Barat lebih cenderung tentang pembaharuan yang
berorientasi pada hasil[8]. Filsafat kaizen menganggap bahwa cara hidup kita seperti
kehidupan kerja atau kehidupan sosial maupun kehidupan rumah tangga hendaknya
terfokus pada upaya perbaikan terus menerus. Perbaikan dalam kaizen bersifat kecil
dan beransur. Kebalikan dari inovasi, yang dipakai dalam manajemen barat umumnya
dan merupakan perubahaan besar-besaran melalui terobosan teknologi, konsep
manajemen, atau teknik produksi mutakhir. Kaizen tidak bersifat dramatis dan proses
kaizen diterapkan berdasarkan akal sehat dan berbiaya rendah, menjamin kemajuan
beransur yang memberikan imbalan hasil dalam jangka panjang. Jadi kaizen
merupakan pendekatan dengan risiko rendah[4]
Kaizen merupakan alat pemersatu filsafat, system dan alat untuk memecahkan
masalah yang dikembangkan di Jepang selama 30 tahun pada suatu perusahaan
utnuk berbuat baik lagi. Kaizen dapat dimulai dengan menyadari bahwa setiap
perusahaan mempunyai masalah. Kaizen memecahkan masalah dengan membentuk
kebudayaan perusahaan di mana setiap orang dapat mengajukan masalahnya
dengan bebas[6].

Sejarah Kaizen
• 1900-AN
Masa Pendiri Sakiichi Toyoda dan putranya Kiichiro Toyoda
• 1950 - 1960
Pengembangan Toyota Production System (TPS) secara terus
menerus.
• Hingga Saat ini
Implementasi Toyota Production System (TPS) pada tubuh Toyota
Motor Corporation

Metode Kaizen dalam Toyota


1. Menemukan potensi perbaikan
Melatih mengenali, melihat berbagai tipe pemborosan, menemukan pemborosan
utama, ketidakefisienan, masalah, dan area perbaikan.
2. Menganalisis metode yang digunakan saat ini
Melakukan analisis sederhana metode kerja secara analitis, kuantitatif maupun
spesifik.
3. Mencetuskan ide orisinal
Melatih seni sumbang saran (brainstorming)
4. Menyusun rencana penerapan
Rencana adalah alat untuk menjaga orang-orang tetap di jalur dan berkonsentrasi
melakukan tindakan sesuai janji mereka
5. Menerapkan rencana
Pertama pentingnya komunikasi yang mendetail dengan semua pihak, kedua
sampaikan pentingnya instruksi dan tindakan lebih lanjut, ketiga ciptakan suasana
dan sikap dalam penerapan
6. Mengevaluasi Metode Baru
Menguji apakah perbaikan telah benar – benar terjadi dan kemudian menstandarkan
praktik yang telah diperbaiki

Konsep Kaizen Konsep kaizen meliputi beberapa hal, yakni[6]:


1. Konsep 3 M (Muda, Mura, dan Muri)
Konsep ini dibentuk untuk mengurangi banyaknya proses kerja, meningkatkan
mutu, mempersingkat waktu dan mencapai efisiensi.
• Muda (無駄) diartikan sebagai pengurangan pemborosan atau Kesia-siaan.
• Mura (村) diartikan sebagai pengurangan perbedaan.
• Muri (無理) diartikan sebagai pengurangan ketegangan.
2. Gerakan 5 S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke)
Konsep 5 S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan
menerapkan penataan, kebersihan, dan kedisiplinan di tempat kerja. Konsep 5 S
merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya
secara benar. Konsep 5 S yaitu:
• Seiri (Separate/pisahkan)
• Seiton (Organize/Atur)
• Seiso (Clean/Bersihkan)
• Seiketsu (Standardize/standarkan)
• Shitsuke (Discipline/Mendisiplinkan)
.
3. Konsep PDCA (Plan, Do, Check, Action)
Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan, do, check
action) sebagian sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan dari kaizen.
Hal ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki
atau meningkatkan standar. Siklus ini merupakan konsep yang terpenting dari proses
kaizen[8]. Rencana (plan) berkaitan dengan penetapan target untuk perbaikan, karena
kaizen adalah cara hidup, maka harus selalu ada perbaikan untuk semua bidang, dan
perumusan rencana guna mencapai target tersebut. Periksa (check) merujuk pada
penetapan apakah penerapan tersebut berada pada jalur yang sesuai rencana dan
memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindak (action) berkaitan dengan
standarisasi prosedur baru guna menghindari terjadinya kembali masalah yang sama
atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya[8].
4. Konsep 5 W + 1 H
Salah satu pola piker untuk menjalankan roda PDCA dalam kegiatan kaizen
adalah dengan teknik bertanya dengan pertanyaan dasar 5 W + 1 H (what, who, why,
where, when dan how).

7 Jenis pemborosan (muda) dalam Toyota yang tidak menambah nilai


Terdapat 7 Macam Kategori Waste yang sering terjadi dalam industri
Manufacturing, diantaranya :
1. Waste of Overproduction (Produksi yang berlebihan)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena kelebihan produksi baik yang
berbentuk Finished Goods (Barang Jadi) maupun WIP (Barang Setengah Jadi) tetapi
tidak ada order / pesan dari Customer. Beberapa Alasan akan adanya Overproduction
(kelebihan Produksi) antara lain Waktu Setup Mesin yang lama, Kualitas yang
rendah, atau pemikiran “Just in case” ada yang memerlukannya.
2. Waste of Inventory (Inventori)
Waste atau pemborosan yang terjadi karena Inventory adalah Akumulasi dari
Finished Goods (Barang Jadi), WIP (Barang Setengah Jadi) dan Bahan Mentah yang
berlebihan di semua tahap produksi sehingga memerlukan tempat penyimpanan,
Modal yang besar, orang yang mengawasinya dan pekerjaan dokumentasi
(Paparwork).
3. Waste of Defects (Cacat / Kerusakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena buruknya kualitas atau adanya
kerusakkan (defect) sehingga diperlukan perbaikan. Ini akan menyebabkan biaya
tambahan yang berupa biaya tenaga kerja, komponen yang digunakan dalam
perbaikan dan biaya-biaya lainnya.
4. Waste of Transportation (Pemindahan/Transportasi)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena tata letak (layout) produksi yang
buruk, peng-organisasian tempat kerja yang kurang baik sehingga memerlukan
kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Contohnya Letak
Gudang yang jauh dari Produksi.
5. Waste of Motion (Gerakan)
Waste atau Pemborosan yang terjadi karena Gerakan –gerakan Pekerja
maupun Mesin yang tidak perlu dan tidak memberikan nilai tambah terhadap produk
tersebut. Contohnya peletakan komponen yang jauh dari jangkauan operator,
sehingga memerlukan gerakan melangkah dari posisi kerjanya untuk mengambil
komponen tersebut.
6. Waste of Waiting (Menunggu)
Saat Seseorang atau Mesin tidak melakukan pekerjaan, status tersebut disebut
menunggu. Menunggu bisa dikarenakan proses yang tidak seimbang sehingga ada
pekerja maupun mesin yang harus mengunggu untuk melakukan pekerjaannya ,
Adanya kerusakkan Mesin, supply komponen yang terlambat, hilangnya alat kerja
ataupun menunggu keputusan atau informasi tertentu.
7. Waste of Overprocessing (Proses yang berlebihan)
Tidak setiap proses bisa memberikan nilai tambah bagi produk yang diproduksi
maupun customer. Proses yang tidak memberikan nilai tambah ini merupakan
pemborosan atau proses yang berlebihan. Contohnya : proses inspeksi yang berulang
kali, proses persetujuan yang harus melewati banyak orang, proses pembersihan.
Semua Customer menginginkan produk yang berkualitas, tetapi yang terpenting
adalah bukan proses Inspeksi berulang kali yang diperlukan tetapi bagaimana
menjamin Kualitas Produk pada saat pembuatannya. Yang harus kita lakukan adalah
Carikan Root Cause (akar penyebab) dari suatu permasalahan dan ambilkan tindakan
(countermeasure) yang sesuai dengan akar penyebab tersebut.
Tujuh Pemborosan atau Seven Waste ini disingkat dalam bahasa Inggris
menjadi “TIMWOOD” menjadi :
▪ T ransportation → Transportasi
▪ I nventory → Inventori
▪ M otion → Gerakan
▪ W aiting → Menunggu
▪ O verprocessing → Proses yang berlebihan
▪ O verproduction → Produksi yang berlebiha
▪ D efect → Kerusakan
Implementasi Kaizen dalam Toyota Production System (TPS)
Dalam Toyota Way terdapat 14 Prinsip yang merupakan budaya di balik Toyota
Production System (TPS), Toyota Way lebih dari sekedar alat-alat dan teknik-teknik.
Inti dari Toyota Production System (TPS) adalah menghilangkan pemborosan (dalam
bahasa Jepang disebut 'muda') di segala bidang. Sehingga ada istilah 8 pemborosan
dan biasa disingkat : DOWNTIME (Defect, Over production, Waiting, Not Utilize,
Transportation, Inventory, Motion, Extra Process).

TIPS Membuat Kaizen di Tempat Praktek / Kantor


1. Buatlah tata letak / lay out di tempat anda bekerja, mulai dari meja kerja, lemari /
rak dokumen, ruang kerja anda, hingga seluruh ruangan di kantor anda secara
keseluruhan.
2. Buatlah penandaan di setiap bagian yang penting (Penamaan/Garis
Batas/Peringatan,dll) mulai dari meja kerja, lemari / rak dokumen, ruang kerja
anda, hingga seluruh ruangan di kantor anda secara keseluruhan.
3. Paketkan alat kerja / barang anda dengan serapih mungkin untuk dapat
mendeteksi jika ada kesalahan. Kategorikan alat kerja / barang anda dengan 3
kategori utama yakni : 1. Sering dipakai, 2. Jarang dipakai 3. Tidak pernah dipakai
/ Rusak. Setelah itu pilih dan pilah barang tersebut berdasarkan kategorinya dan
letakkan dalam satu tempat / box pada setiap kategori. Kategori “Sering dipakai”
tempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan mudah dijangkau. Kategori
“Jarang dipakai” sebaiknya singkirkan ke tempat lain sehingga tidak menggangu
aktifitas anda. Kategori “Tidak pernah dipakai / Rusak” harus anda tempatkan di
gudang atau dibuang jika barangnya telah rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi.
4. Buatlah Diagram Alur Kerja yang mengalir sesuai tata letak/lay out ruang kerja
anda. Diagram alur kerja dibuat efisien dan efektif sehingga menghemat tempat,
waktu dan energi. Alur kerja sebaiknya mengalir / berurutan dan tidak bertabrakan
dengan hal lainnya.
5. Buatlah Dash Board Monev (Papan Monitoring dan Evaluasi) setiap tahapan
pekerjaan yang dilakukan. Hal ini mempermudah anda untuk mengvisualisasikan,
mengawasi dan mengukur kinerja anda. Contoh Dash Board Monev dapat berupa
papan skor atau tabel Key Performance Indicator (KPI).
Gambar 5. Contoh tata letak / lay out yang mengalir

Gambar 6. Contoh penandaan garis pada lantai kerja


Gambar 7. Contoh penandaan pada lemari / rak obat
Gambar 8. Contoh Papan Skor (Dash Board) Manual / Konvensional

Gambar 9. Contoh Papan Skor (Dash Board) Digital


8.3 Teknik penyelesaian masalah (Problem Solver) dan berpikir kritis
(Critical Thinking) untuk berinovasi
Berpikir kritis adalah kemampuan yang melampaui hafalan. Ketika peserta
didik berpikir kritis, mereka didorong untuk mempertanyakan hipotesis, menganalisis,
mensintesis peristiwa. Berpikir kritis membuat peserta didik melangkah lebih jauh
dengan mengembangkan hipotesis baru dan mengujinya terhadap fakta[10].
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu komponen berpikir tingkat
tinggi yang menjadi focus pembelajaran abad-21. Bagan hirarki berpikir adalah
sebagai berikut.

Gambar 10. Hirarki Berpikir (Krulik dan Rudnick)

Hirarki dimulai dari ingatan, berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Penalaran (reasoning) adalah berpikir yang tingkatannya di atas ingatan, sedangkan
berpikir tingkat tinggi meliputi berpikir kritis dan kreatif. Onions[13]: mengatakan
“Critical thinking is a way of thinking and skills carried out to obtain information
consciously, systematically, and with logical consideration of deciding what to do.
Critical thinking leads to valid conclusions that are resistant to criticism".
Hal ini senada dengan pendapat Ronald A. Styron[14] yang mengemukakan
bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual dari aktivitas dan keterampilan
dalam mengkonsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dari
informasi yang dikumpulkan dari pengamatan, refleksi, penalaran, atau komunikasi
sebagai panduan dalam melakukan tindakan.
Benjamin Bloom[8] membagi proses berpikir menjadi tiga domain, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif menekankan pada hasil intelektual
yang dibagi menjadi 6 level yaitu: pengetahuan, comprehension, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Analisis, sintesis, dan evaluasi dianggap sebagai pemikiran
kritis.
Menurut Bahr[7], berpikir kritis memiliki dua makna yaitu pemikiran tingkat
tinggi dan kritik social. Berpikir kritis adalah tentang memeriksa asumsi, tidak
menerima begitu saja informasi yang diterima, dan tentang memahami konsep
dengan jelas sehingga siswa dapat berpikir jernih tentang apa yang mereka
konsumsi. Peserta didik mengembangkan gagasan yang jelas tentang apa yang
mereka lakukan dan mengapa dan kemudian mereka sendiri yang terlibat dalam
pemikiran kritis tersebut.

8.4 Problem Solving


Menurut Walgito dalam Maulidya[12] problem adalah sesuatu yang timbul
karena adanya pertentangan antara keadaan satu dengan keadaan yang lain.
Problem juga dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara yang seharusnya
terjadi dengan sesuatu yang nyata. Problem solving diartikan sebagai proses mental
dalam menemukan masalah dan memecahkannya berdasar data dan informasi
akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat.
Kartono[11] mengemukakan prinsip problem solving adalah:
1. Keberhasilan dalam memecahkan masalah.
2. Pemakaian informasi dalam memecahkan masalah.
3. Mencari alternatif jalan keluar sebagai titik tolak pemecahan masalah.
4. Menyadari penyebab permasalahan terlebih dahulu.
5. Menciptakan ide-ide baru.
6. Menjadikan situasi masalah sebagai situasi pilihan.
Faktor yang mempengaruhi problem solving antara lain: motivasi, kepercayaan
dan sikap, kebiasaan, emosi, kesalahan. Langkah-langkah problem solving meliputi
menyadari adanya masalah, mengumpulkan data, mengevaluasi hipotesis,
penyelidikan literatur, eksperimen dan pembuatan kesimpulan.
Fokus utama dalam pembelajaran adalah mengajarkan peserta didik berpikir,
menggunakan rasional, dan menjadi problem solver yang baik. Penyelesaian
masalah sebagai hasil pembelajaran sangat penting bagi kehidupan, karena
manusia selalu dipenuhi dengan masalah dalam kesehariannya. Jonassen dalam[16]
menyatakan pentingnya problem solving antara lain:
1. Authenticity, penyelesaian masalah adalah kegiatan yang dapat ditemui
dimanapun berada.
2. Relevance masalah khususnya yang diberikan kepada peserta didik
untuk dipecahkan.
3. Penyelesaian masalah membutuhkan telaah mendalam.
4. Pembelajaran yang dibangun dari masalah merupakan pembelajaran
bermakna.
Menurut Gick dalam Susiana[16] ada tiga tahap dalam penyelesaian masalah
yaitu mengonstruksi masalah, mencari penyelesaian, dan menggunakan/
mengimplementasi penyelesaian. Skemanya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 11. Skema Penyelesaian Masalah

Polya dalam Suherman[15] mengungkapkan ada 4 tahap dalam penyelesaian


masalah antara lain memahami masalah, merencanakan penyelesaian,
melaksanakan rencana, dan evaluasi terhadap segala tindakan.
Problem Solving menurut David Johnson dan Johnson dalam[17] dapat
dilakukan dalam pembelajaran melalui kelompok dengan prosedur antara lain:
1. Identifikasi Masalah
a. Sampaikan kepada peserta didik tentang permasalahan yang terjadi
di lingkungan sekitar, kemudian peserta didik diminta untuk
merumuskan masalah.
b. Minta peserta didik untuk mengemukakan penjelasan dari
pendapatnya. Dengan demikian, dapat dihapus rumusan masalah
yang kurang relevan,kemudian memilih satu rumusan masalah yang
paling tepat.
2. Mendiagnosis masalah
Mendiskusikan penyebab dari timbulnya masalah.
3. Merumuskan alternative strategi
Menemukan berbagai macam alternative cara penyelesaian masalah.
4. Menentukan dan menerapkan strategi.

8.5 Sejarah, visi, misi, budaya dan struktur organisasi perusahaan


8.5.1 Sejarah
Apotek Prodya pertama kali didirikan pada hari Senin, 01 Oktober 2012 oleh
Septian Suryo, S.Si., Apt. di rumah pribadinya yakni di Jl. Bulu Dua No. 36 Makassar.
Pendirian Apotek Prodya dilatar belakangi dari pendidikan pendirinya yakni seorang
apoteker yang melihat perlunya konsep pelayanan perapotekan harus dibenahi untuk
menjadi lebih fokus pada pasien. Pada era baru ini, pelayanan kefarmasian mulai
bergeser ke patient oriented (fokus pada pasien / pembeli) dan bukan lagi profit
oriented (fokus pada keuntungan usaha) sehingga memunculkan konsep pelayanan
Pharmaceutical Care. Melihat paradigma yang baru ini, banyak apotek yang telah
lama beroperasi belum menerapkan konsep pelayanan farmasi yang paripurna
(Pharmaceutical Care) sehingga timbullah keinginan yang kuat untuk menerapkan
konsep baru ini yang akan lebih mengutamakan dan menguntungkan pasien.
8.5.2 Visi
Pusat pelayanan kefarmasian secara terpadu.
8.5.3 Misi
1. Melayani penjualan perbekalan kefarmasian yang terpercaya dan terlengkap
dengan profesional yang berdasarkan prinsip Pharmaceutical Care dan harga
yang terjangkau bagi masyarakat.
2. Berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia
3. Berpartisipasi dalam meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia
8.5.4 Budaya
PRODYA merupakan singkatan budaya perusahaan kami yakni “Profesional
dalam melayani Anda”.
8.5.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 12. Struktur Organisasi

8.6 Continuing Professional Development (CPD)


Kegiatan pengembangan pendidikan berkelanjutan / Continuing Professional
Development (CPD) merupakan serangkaian upaya sistematis pembelajaran seumur
hidup untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi apoteker yang meliputi
berbagai pengalaman atau pelatihan keprofesian setelah pendidikan formal dasar
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan moral serta sikap
professional agar apoteker senantiasa layak untuk menjalankan profesinya
(International Pharmaceutical Federation, 2002)
1.6.1 Analisis SWOT
1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang terjadi dalam proyek atau di
sebuah usaha bisnis, atau mengevaluasi lini-lini produk sendiri maupun pesaing.
Untuk melakukan analisis, ditentukan tujuan usaha atau mengidentifikasi objek yang
akan dianalisis. Kekuatan dan kelemahan dikelompokkan ke dalam faktor internal,
sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi sebagai faktor eksternal[18]
Menurut Pearce dan Robinson SWOT adalah singkatan dari kekuatan
(Strength) dan kelemahan (weakness) intern perusahaan serta peluang
(opportunities ) dan ancaman (threat) dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan.
Analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasi faktor- faktor dan
strategi yang menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Analisis ini
didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan
secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang sangat besar atas
rancangan suatu strategik yang berhasil[19]
Analisa ini secara logis dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan.
Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan visi dan misi perusahaan serta
tujuan perusahaan.

2. Faktor- Faktor dalam Analisis SWOT


a. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan merupakan sumber daya/ kapabilitas yang dikendalikan oleh
perusahaan atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan relatif
lebih unggul dibanding dengan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan
yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia
bagi perusahaan.
Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra,
kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dan pemasok dan faktor - faktor lain.
Faktor- faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan atau organisasi adalah kompetensi
khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan
komparatif oleh unit usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena satuan bisnis
memiliki sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya
lebih kuat dari pada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah
direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan[20]
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan keterbatasan/ kekurangan dalam satu atau lebih
sumber daya/ kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi
hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Dalam praktek
keterbatasan dan kelemahan -kelemahan tersebut bisa terlihat pada sarana dan
prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak
atau kurang diminati oleh konsumen atau calon pengguna dan tingkat perolehan
keuntungan yang kurang memadai.
Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas terkontrol suatu
organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Hal ini muncul
dalam manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi, penelitian dan
pengembangan dan sebagainya[21]
c. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Kecenderungan utama merupakan salah satu sumber peluang.
Identifikasi atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam
kondisi persaingan/ regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan
dengan pembeli/ pemasok dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
d. Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan
dalam mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru,
pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar- menawar dari
pembeli/ pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaharuan
peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan[22]
Faktor kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan, sedang peluang dan
ancaman merupakan faktro- faktor lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yang
bersangkutan. Analisis SWOT merupakan instrument yang ampuh dalam
melakukan analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para
penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan
pemanfaatan peluang sehingga berperan sebagai alat untuk meminimalisasi
kelemahan yang terdapat dalam tubuh perusahaan dan menekan dampak ancaman
yang timbul dan harus dihadapi[23]

3. Analisis Matriks SWOT


Untuk membuat suatu rencana harus mengevaluasi faktor eksternal maupun
faktor internal. Analisis faktor-faktor haruslah menghasilkan adanya kekuatan
(strength) yang dimiliki oleh suatu organisasi, serta mengetahui kelemahan
(weakness) yang terdapat pada organisasi itu. Sedangkan analisis terhadap faktor
eksternal harus dapat mengetahui peluang (opportunity) yang terbuka bagi
organisasi serta dapat mengetahui pula ancaman (treath) yang dialami oleh
organisasi yang bersangkutan.
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor
eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
a. Faktor ekternal ini mempengaruhi opportunities and threats (O dan T). Dimana
faktor ini menyangkut dengan kondisi- kondisi yang terjadi di luar perusahaan
yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini
mencangkup lingkungan industry (industry environment) dan lingkungan
bisnin makro (macro environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi,
kependudukan, dan sosial budaya.
b. Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses (S
dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam
perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua
macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya
manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan
budaya perusahaan (corporate culture)[24]
Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
dari lingkungan eksternal perusahaan diantisipasi dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Maktriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai
strategi. Pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus di arahkan pada
usaha- usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan,
menanfaatkan peluang- peluang bisnis serta mengatasi ancaman. Sehingga dari
matriks SWOT tersebut akan memperoleh empat kelompok alternatif strategi yang
disebut strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT[25]
Masing- masing alternatif strategi tersebut adalah[26]:
1. Strategi SO (Strenght- Opportunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
2. Strategi ST (Strenght- Threath)
Strategi ini dibuat berdasarkan kekuatan- kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengantisipasi ancaman- ancaman yang ada.
3. Strategi WO (Weakness- Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness- Threath)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif, berusaha
meminimalkan kelemahan- kelemahan perusahaan serta sekaligus mengindari
ancaman- ancaman.

Gambar 13. Tabel Matriks SWOT

Dengan matriks strategi SWOT tersebut, kemudian dilakukan positioning,


untuk mengukur posisi BMT yang bersangkutan. Mengingat pengaruh aspek
internal dan eksternal terhadap bisnis pada BMT berbeda-beda, maka dalam
melakukan positioning harus dilakukan pembobotan atas aspek-aspek tertentu.[27]
8.7 Proyek Pengembangan Diri
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan diri yang dimaksud adalah pengembangan segala potensi
yang ada pada diri sendiri, dalam usaha meningkatkan potensi berfikir dan
berprakarsa serta meningkatkan kapasitas intelektual yang diperoleh dengan jalan
melakukan berbagai aktivitas[28].Pengembangan diri adalah suatu proses
meningkatkan kemampuan atau potensi, dan kepribadian, serta sosial-emosional
seseorang agar terus tumbuh dan berkembang[29]. Pengembangan diri berarti
mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa
percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, dan menjalani hbngan yang
baik dengan sesamanya. Hal ini dapat dicapai melalui upaya belajar darii pengalaman,
menerima umpan balik dari orang lain, melatih kepekaan terhadap diri sendiri maupun
orang lain, mendalam kesadaran, dan mempercayai usaha hati[30].
2. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Diri
Menurut Amri[31], tujuan kegiatan pengembangan diri bagi individu adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan umum
Pengembangan diri secara umum bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik dan pembelajaran, potensi, bakat,
minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi
sekolah atau madrasah.
b. Tujuan khusus
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta
didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi maupun
kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial,
kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan
masalah dan juga kemandirian.
Fungsi dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan
potensi peserta didik dalam mengasah kemampuan serta kompetensinya yang
merujuk pada minat, bakat, serta kemampuan sikap peserta didik dalam berinteraksi
dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya, kegiatan pengembangan diri
memacu peserta didik untuk menjadi lebih terampil dalam mengasah keahlian yang
dimilikinya sesuai dengan kecenderungan kompetensi yang telah ada pada dirinya.

3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri


Menurut Sulistyowati[32], penjelasan bentuk-bentuk pelaksanaan
pengembangan diri adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Rutin, yaitu memasukkan kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik
di kelas maupun di sekolah, yang bertujuan untuk membiasakan anak mengerjakan
sesuatu dengan baik. Seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan
bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Kegiatan Spontan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang tidak ditentukan
tempat dan waktunya seperti: membiasakan mengucapkan salam, membiasakan
membuang sampah pada tempatnya, membiasakan antri.
c. Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang mengutamakan
pemberian contoh dari guru dan pengelola pendidikan yang lain kepada peserta didik
seperti dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang
baik, datang tepat waktu.
d. Kegiatan Terprogram, yaitu kegiatan pembelajaran pengembangan diri yang
diprogramkan dan direncanakan secara formal baik di dalam kelas maupun diluar
kelas maupun sekolah yang bertujuan memberikan wawasan tambahan pada anak
tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting untuk
perkembangan anak. Seperti: Workshop dan Kunjungan (Outing Class).

4. Langkah-langkah Pengembangan Diri


Pelaksanaan pengembangan diri dilakukan dengan memanfaatkan waktu,
bakat dan kemampuan menggali sesuatu yang selama ini sudah ada dalam diri.
Terdapat banyak sekali cara untuk mengembangkan diri, yang semuanya saling
berkaitan dan saling melengkapi. Menurut Tarmudji [33], langkah-langkah pelaksanaan
pengembangan diri antara lain adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri
Syarat utama agar kita mandiri dalam segala hal yaitu jika kita percaya pada
kemampuan dan kekuatan kita sendiri. Tanpa percaya diri, kita akan ragu-ragu dalam
segala tindakan kita, bahkan kadang-kadang dapat menyebabkan kita tidak berani
berbuat apapun. Kepercayaan diri ini sedikit dipelajari karena sebenarnya terbentuk
secara perlahan-lahan dalam kehidupan kita.
b. Belajar dari pengalaman
Kita belajar berbicara, membaca, menulis, memasak dan masih hal lain yang
kita pelajari. Belajar bukan terbatas pada saat kita atau waktu suatu pendidikan
berlangsung, melainkan merupakan bagian dari keseluruhan hidup kita. Belajar
adalah berlangsung seumur hidup.
c. Menghargai waktu
Salah satu keharusan dalam mengembangkan diri ialah belajar bagaimana
cara menggunakan waktu dengan baik dan bijaksana. Langkah pertama dalam
mengatur waktu ialah dengan menghargai waktu secara tulus dan serius. Hargailah
waktu tetapi jangan sekali-kali membiarkan diri diperbudak olehnya. Perlakuan waktu
dengan perhatian yang sama besarnya seperti kita memperlakukan diri anda.
d. Jangan menjadi katak dalam tempurung
Buatlah banyak perjalanan dan lihatlah apa yang terdapat di dunia. Untuk dapat
berkembang kita harus berusaha melihat dan mendengar, kemudian berusaha untuk
mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Keinginan itu dapat kita capai yaitu
dengan cara berhubungan dengan orang lain atau lingkungan di sekitar kita.
e. Menghargai diri sendiri dan orang lain
Untuk mengembangkan diri yang dilakukan pertama yaitu harus menghargai
diri kita sendiri, kita harus menghargai kelebihan dan kekurangan kita. Seseorang
akan berkembang bila percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga
dengan keberadaan orang lain yang berada di sekitar kita. Kita harus menghargai
mereka sebagai orang yang mendukung pengembangan diri kita.
f. Adanya dorongan untuk berprestasi
Adanya dorongan berprestasi merupakan hal yang penting dalam hidup kita.
Dengan adanya dorongan tersebut kita diharapkan mampu melakukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat positif. Untuk mendukung pengembangan diri kitapun dituntut
untuk aktif dalam berbagai hal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rohm, A. Robert. 2000. Positive Personality Profiles: “d-i-s-c-over” personality


insight to understand yourself- and others!, Atlanta, Ga: Personality insights.
2. Yanuari A. Personality Assessment Tools For Psychology. Jakarta: One Spirit;
2015
3. Mogi, Ken (2018). The Book of Ikigai: Make Life Worth Living. Jakarta: Noura (PT
Mizan Publika). ISBN 978-602-385-415-8.
4. Tanmay Vora, 2020. Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life (Book
Review).
5. Noer, Laurentius Andoyo. 2020. IKIGAI Seni Mencari Alasan Hidup
Disandingkan Dengan Falsafah Hidup Timur Lainnya.
https://www.researchgate.net/publication/344801640
6. Tazakigroup, 2000. Budaya Kaizen yang Unik, Jakarta : Gramedia
www.tazakigroup.com
7. Bahr, Nan. (2010). “Thinking Critically about Critical Thinking in Higher
Education”. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning
(Vol. 4: No. 2, Artikel 9).
8. Bloom, B., S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: The
Cognitive Domain. New York, NY: David McKay Co Inc.
9. Karakoç, M. (2016). “The Significance Of Critical Thinking Ability In Terms Of
Education”. International Journal of Humanities and Social Science, 6(7), 81–84.
10. Kartono, Kartini. (1985). Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya. Jakarta:
CV Rajawali.
11. Maulidya, Anita. (2018). “Berpikir dan Problem Solving:. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Arab. Volume 4 No 1.
12. Onions, P. (2009). “Thinking Critically. An Introduction, Working Paper”.
http://www.patrickonions.org/docs/academic/2009%20Thinking%20critica lly.pdf.
[12 September 2019].
13. Ronald A. Styron, Jr. (2014). “Critical Thinking and Collaboration: A Strategy to
Enhance Student Learning”. Systemics, Cybernetics, And Informatics Journal.
Volume 12 Number 7. 1690-4524.
14. Suherman, E., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
15. Susiana, E. (2012). IDEAL Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika.
Kreano: Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 1(2), 73–82.
https://doi.org/10.15294/kreano.v1i2.1491
16. Winarso, W. (2014). Problem Solving , Creativity dan Decision Making Dalam
Pembelajaran Matematika Widodo Winarso. 3(1)
17. International Pharmaceutical Federation. (2002). FIP Statement of Professional
Standards Continuing Professional Development
18. Freddy Rangkuti. 20014. ANALISIS SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
19. Pearce II, Jhon A. dan Richard B. Robinson, Jr., “Manajemen Strategik: Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian”. Edisi pertama, diterjemahkan oleh Ir. Agus
Maulana MSM., Jakarta: Binarupa Aksara, 1997
20. Sondang P. Siagian. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara.
21. David, Fred R. 2011. “Manajemen Strategis”. Jakarta: Salemba Empat
22. Sedarmayanti. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kelima.
Bandung: PT Refika Aditama.
23. Pearce II, Jhon A. dan Richard B. Robinson, Jr., “Manajemen Strategik: Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian”. Edisi pertama, diterjemahkan oleh Ir. Agus
Maulana MSM., Jakarta: Binarupa Aksara, 1997
24. Fahmi, Irham, 2013, Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi, Alfabeta: Bandung.
25. Mudrajad, Kuncoro. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Erlangga. Jakarta
26. Husain Umar, Desain Penelitian Manajemen Strategik, (Jakarta: Rajawali Press,
2010), 86.
27. Mudrajad, Kuncoro. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Erlangga. Jakarta
28. Abd. Chayyi Fanani, Studi tentang Metode Belajar Mahasiswa Pendidikan Agama
Islam dalam Upaya Pengembangan Diri di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Surabaya Periode 2000- 2002
29. Marmawi, Persamaan Gender dalam Pengembangan Diri, Jurnal Visi Pendidikan.
30. Tarsis Tarmudji, Pengembangan Diri, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998).
31. Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah
dalam Teori Konsep dan Analisis. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
32. Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.
33. Tarmudji, Tarsis. 1998. Pengembangan Diri. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai