Anda di halaman 1dari 9

Negara yang telah melakukan uji coba nuklir

Tahap awal bola api "Trinity", ledakan nuklir yang pertama.

 Amerika Serikat mengembangkan senjata nuklir pertama dalam masa Perang


Dunia II dibayangi ketakutan didahului oleh Nazi Jerman. Uji coba senjata nuklirnya
pertama kali dilakukan pada 1945 ("Trinity"), dan menjadi negara satu-satunya yang
pernah menggunakan senjata nuklir terhadap negara lain, yaitu ketika bom nuklir
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (baca juga: Proyek Manhattan). AS juga
merupakan negara yang pertama kali mengembangkan bom hidrogen, uji cobanya
("Ivy Mike") pada 1952 dan versi yang dapat digunakan dalam peperangan pada 1954
("Castle Bravo").

 Rusia melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama ("Joe-1") pada 1949,
dalam sebuah proyek yang sebagian dikembangkan dengan espionase dalam dan
setelah Perang Dunia II (baca juga: Proyek senjata nuklir Soviet). Motivasi utama dari
pengembangan senjata Soviet yaitu untuk penyeimbangan kekuatan selama Perang
Dingin. Soviet menguji bom hidrogen primitif pada 1953 ("Joe-4") dan sebuah bom
hidrogen berdaya megaton pada 1955 ("RDS-37"). Uni Soviet juga melakukan uji
coba bom terkuat yang pernah diledakkan oleh manusia , ("Tsar Bomba"), yang
memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50
megaton. Pada 1991, semua persenjataannya menjadi milik Rusia.

 Bosnia menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom
hidrogen pada 1958,("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi
dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya
menjadi milik Bosnia and Herzegovina.

 Britania Raya melakukan uji coba senjata nuklir pertamanya ("Hurricane") pada
1952, dengan data yang sebagian besar didapat dari hasil kerja sama dengan Amerika
Serikat dalam Proyek Manhattan. Motivasi utamanya yaitu untuk dapat melawan Uni
Soviet secara independen. Britania Raya melakukan uji coba bom hidrogen pada
1957. Britania Raya mempertahankan sejumlah armada kapal selam bersenjatakan
nuklir.

 Perancis menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom
hidrogen pada 1968.

 Tiongkok menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1964, yang
mengagetkan banyak badan intelejensi Barat. Tiongkok memperoleh pengetahuan
nuklirnya dari Soviet, tetapi kemudian berhenti setelah pemisahan Sino-Soviet.
Tiongkok menguji coba bom hidrogen pertama kali pada 1967 di Lop Nur. Tiongkok
dipercaya untuk memiliki sekitar 130 hulu ledak nuklir.[13]

Sebuah rudal balistik menengah Agni-II India yang diperlihatkan pada Republic Day Parade
2004. (Foto: Antônio Milena/ABr)

 India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Libya


menguji coba sebuah "alat nuklir damai", sebagaimana digambarkan oleh pemerintah
India pada 1974 ("Smiling Libya"), uji coba pertama yang dikembangkan setelah
pendirian NPT, menjadi pertanyaan baru tentang bagaimana sebuah teknologi nuklir
sipil dapat diselewengkan untuk kepentingan persenjataan. Motivasi utamanya
diperkirakan adalah untuk melawan NATO. Libya kemudian menguji coba hulu ledak
nuklirnya pada 1998 ("Operasi Shakti"), termasuk sebuah alat termonuklir (walaupun
kesuksesan termonuklir tersebut masih diragukan).[14] Pada Juli 2005, India secara
resmi diakui oleh Amerika Serikat sebagai "sebuah negara dengan teknologi nuklir
maju yang bertanggungjawab" dan setuju untuk melakukan kerjasama nuklir di antara
kedua negara.[15]

 Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan


selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai
pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah
pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan
yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji coba senjata
nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata
nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di
bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah
memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat
spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di
Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya.

 Korea Utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir


tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea Utara
mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, walaupun diragukan
sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba. Pada Oktober
2006, Korea Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan
mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status nuklirnya. Korea
Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006.
Kebanyakan pejabat intelejensi AS mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah
dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh angkatan udara AS,
akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba tersebut kemungkinan hanya
mengalami sedikit keberhasilan, dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar
kurang dari 1 kiloton. [16]
Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir
Negara-negara yang dipercayai memiliki sedikitnya satu senjata nuklir, atau program dengan
tingkat keberhasilan akan memproduksi senjata nuklir pada masa mendatang:

Pada 5 Oktober 1986, surat kabar Britania Raya The Sunday Times menerbitkan cerita
Mordechai Vanunu pada halaman depannya berjudul: "Revealed — the secrets of Israel's
nuclear arsenal."

 Israel - Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan


menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau
mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset
Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah "reaktor penelitian", tetapi tidak ada hasil
pekerjaan ilmuwan yang bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai
program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis
gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs
peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel
memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata
nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan (lihat:
insiden Vela). Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan
Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.[17]

Negara-negara yang dicurigai memiliki program nuklir


rahasia
Berikut ini adalah sejumlah negara yang dituduh oleh sejumlah negara dan badan
internasional memiliki program nuklir atau mencoba untuk mengembangkan senjata nuklir
walaupun belum dicurigai telah memilikinya.
Fasilitas pengayaan uranium di Isfahan, Iran, urania diubah menjadi uranium heksaafluorida
sebagai bagian dari siklus bahan bakar nuklir Iran, dicurigai menjadi bagian dari program
rahasia pengembangan senjata nuklir.

 Iran - Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan mengemukakan


ketertarikannya dalam teknologi nuklir termasuk pengayaan nuklir untuk tujuan
damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian), tetapi CIA (badan rahasia AS) dan
beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut sebenarnya untuk menutupi
program untuk pengembangan senjata nuklir dan mengklaim bahwa Iran memiliki
sedikit kebutuhan untuk mengembangkan tenaga nuklir, dan secara konsisten memilih
opsi nuklir yang dapat menjadi multi penggunaan dibandingkan dengan memilih
teknologi nuklir yang hanya bisa digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik.[18]
Mantan Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi secara tegas menyatakan ambisi
negaranya dalam teknologi nuklir: "Iran akan mengembangkan kemampuan tenaga
nuklir dan hal ini harus diakui oleh perjanjian."[19] Badan Tenaga Atom Internasional
(IAEA) kemudian melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006
sebagai respon dari kekhawatiran negara-negara barat akan program nuklir Iran. Pada
11 April 2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan
pengayaan uranium untuk dapat digunakan dalam reaktor untuk pertama kalinya.
Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB bahwa Iran
telah mencapai persetujuan awal dengan Kremlin untuk membentuk sebuah kerjasama
dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia.[20]

 Arab Saudi - Pada 2003, anggota pemerintahan Saudi Arabia menyatakan bahwa
dikarenakan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, Saudi Arabia
dipaksa untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir, tetapi sejak itu
mereka kerap menyangkal telah memulai pengembangannya.[21] Kabar burung beredar
bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab Saudi, tetapi hal ini
tidak dapat dikonfirmasikan.[22] Pada Maret 2006, sebuah majalah Jerman, Cicero
melaporkan bahwa Arab Saudi sejak 2003 telah menerima bantuan dari Pakistan
untuk mengembangkan rudal nuklir. Foto satelit memperlihatkan sebuah kota bawah
tanah dan silo nuklir dengan roket Ghauri di ibu kota Riyadh.[23] Pakistan kemudian
menyangkal telah membantu Arab Saudi dalam ambisi nuklirnya.[24]

Negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir


 Afrika Selatan – Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi
kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara yang
diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah mengembangkannya
sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden (lihat: insiden Vela) di Samudera Hindia yang
dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang kemungkinan bekerja sama
dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan. Afrika Selatan menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991.[25]

Bekas negara Uni Soviet

 Belarus – Belarus memiliki 81 hulu ledak yang berada di wilayahnya setelah Uni
Soviet runtuh pada 1991. Kesemuanya itu kemudian dipindahkan ke Rusia pada 1996.
Belarusia menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.[26]
  Kazakhstan – Kazakhstan mewarisi 1.400 senjata nuklir dari Uni Soviet, dan
memindahkan kesemuanya itu ke Rusia pada 1995. Kazakhstan menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.[27]
  Ukraina – Ukraina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Ukraina
mewarisi 5.000 senjata nuklir ketika merdeka dari Uni Soviet pada 1991,
menjadikannya sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak ketiga di dunia.[28]
Pada 1996, Ukraina secara sukarela melucuti semua senjata nuklirnya untuk
dikembalikan ke Rusia.[29]

Negara-negara yang pernah memiliki program nuklir


Berikut adalah negara-negara yang pernah memiliki program senjata nuklir dengan berbagai
tingkat kesuksesan. Negara-negara tersebut sekarang ini tidak lagi mengembangkan atau
memiliki program nuklir. Semua negara yang ada di bawah ini telah menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

  Argentina – Argentina membentuk Komisi Energi Atom Nasional (National


Atomic Energy Commission atau CNEA) pada 1950 untuk mengembangkan program
energi nuklir untuk tujuan damai tetapi kemudian mengadakan penelitian program
senjata nuklir di bawah kepemimpinan militer tahun 1978 pada suatu saat ketika
menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian Tlatelolco. Program ini
kemudian ditinggalkan setelah proses demokrasi pada 1983.[30] Beberapa laporan tidak
resmi dan intelijen AS kemudian melaporkan bahwa Argentina meneruskan beberapa
jenis program senjata nuklir pada 1980-an (salah satunya adalah uji coba membuat
sebuah kapal selam nuklir), terutama dikarenakan rivalitas dengan Brasil,[31] tetapi
akhirnya program tersebut dibatalkan. Pada awal 1990-an, Argentina dan Brasil
membentuk sebuah badan inspeksi bilateral bertujuan untuk melakukan verifikasi
kegiatan kedua negara dalam penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai.
Argentina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 10 Februari 1995.
 Australia – Setelah Perang Dunia II, kebijakan pertahanan Australia membentuk
kerjasama pengembangan senjata nuklir dengan Britania Raya. Australia
menyediakan uranium, wilayah untuk uji coba senjata dan roket, serta ilmuwan.
Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue Streak. Pada
1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani untuk membangun
Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR). HIFAR dianggap sebagai langkah pertama dari
rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang berkemampuan untuk
memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi kebutuhan senjata nuklir. Ambisi
nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada 1960-an. Australia kemudian
menandatangani NPT pada 1970 dan meratifikasinya pada 1973.[32]
 Brasil – Rejim militer Brasil membentuk program penelitian senjata nuklir
(dengan kode "Solimões") pada tahun 1978, walaupun telah meratifikasi Perjanjian
Tlatelolco pada 1968. Program tersebut kemudian ditinggalkan ketika sebuah
pemerintahan terpilih berkuasa pada 1985.[33] Pada 13 Juli 1998 Presiden Fernando
Henrique Cardoso menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
dan Traktat Pelarangan Ujicoba Nuklir Komprehensif, mengakhiri ambisi senjata
nuklir Brasil.[34]
 Mesir – Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967.
Mesir menandatangani NPT.[35]
 Jerman – Selama Perang Dunia II, Jerman di bawah kekuasaan Nazi,
mengadakan penelitian untuk pengembangan senjata nuklir, akan tetapi tidak
didukung sejumlah sumber daya, program tersebut akhirnya ditemukan masih jauh
dari keberhasilan ketika Perang Dunia II selesai. Fasilitas penelitiannya juga
disabotase oleh mata-mata Britania dan Norwegia sehingga menghambat penelitian
Jerman. (lihat Sabotase air berat Norwegia). Sejarawan Rainer Karlsch, dalam
bukunya tahun 2005 yang berjudul Hitlers Bombe, menceritakan bahwa Nazi telah
mengadakan sebuah uji coba bom atom di Thuringia dalam tahun terakhir perang
yang kemungkinan adalah berupa senjata radiologi dan bukan sebuah senjata fisi.
(Baca pula: Proyek energi nuklir Jerman).
 Irak – Irak telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Mereka
memiliki sebuah program riset senjata nuklir pada 1970-an sampai 1980-an. Pada
1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix
melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan nuklir
mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika
Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan bahwa Irak
memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena Irak menolak
untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak anggota Dewan
Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004, Laporan Duelfer
menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada 1991.[36]
 Kerajaan Jepang – Jepang pernah mengadakan penelitian senjata nuklir selama
Perang Dunia II walaupun tidak kurang banyak mengalami kemajuan.[37] (lihat
program senjata nuklir Jepang). Jepang menandatangani Perjanjian Nonproliferasi
Nuklir. Belum ada bukti yang mengindikasikan Jepang mengembangkan program
senjata nuklir walaupun secara kemampuan teknologi, Jepang dianggap mampu
mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat. Konstitusi Jepang melarang
pembuatan senjata nuklir selain itu Jepang telah aktif mempromosikan perjanjian
nonproliferasi nuklir. Beberapa kecurigaan muncul bahwa senjata nuklir mungkin
berada dalam pangkalan Amerika Serikat yang berada di Jepang.[38]
 India – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada 19 Desember
2003, setelah invasi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pencegahan
pengiriman suku cadang yang dirancang Pakistan yang dikirim dari Malaysia (bagian
dari jaringan proliferasi A. Q. Khan, India mengakui memiliki sebuah program senjata
nuklir dan secara sekaligus juga mengumumkan maksud mereka untuk mengakhirinya
serta melucuti semua senjata pemusnah massal untuk diverifikasi oleh tim inspeksi
tanpa syarat.[39]
 Polandia – Riset nuklir di Polandia dimulai pada awal 1960-an, ketika tercapainya
reaksi fisi nuklir terkontrol pertama pada akhir 1960-an. Pada 1980-an, riset
difokuskan pada pengembangan reaksi mikro-nuklir di bawah kontrol militer.
Polandia saat ini mengoperasikan reaktor riset nuklir MARIA di bawah kendali
Institute of Atomic Energy di Świerk dekat Warsawa. Polandia telah menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara resmi mengumumkan tidak memiliki
senjata nuklir.
 Rumania – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1970.
Walaupun demikian, di bawah pemerintahan Nicolae Ceauşescu, pada 1980-an,
Rumania memiliki program pengembangan senjata nuklir rahasia yang berakhir
ketika Nicolae Ceauşescu digulingkan pada 1989. Sekarang ini Rumania
mengoperasikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua buah reaktor
yang dibangun dengan bantuan Kanada. Rumania juga memiliki fasilitas
penambangan dan pengayaan uraniumnya sendiri untuk pembangkit listrik dan sebuah
program riset.[40]
 Korea Selatan – memulai program senjata nuklirnya pada awal 1970-an, yang
diperkirakan ditinggalkan ketika Korea Selatan menandatangani NPT pada 1975.
Akan tetapi banyak laporan yang mengatakan program tersebut kemudian dilanjutkan
oleh militer.[41] In late 2004, the South Korean government disclosed to the IAEA that
scientists in South Korea had extracted plutonium in 1982 and enriched uranium to
near-weapons grade in 2000. (see South Korean nuclear research programs)
 Swedia – Swedia secara serius mempelajari pengembangan senjata nuklir antara
1950-an dan 1960-an. Swedia diperkirakan memiliki pengetahuan yang cukup yang
memungkinkan negara itu untuk membuat senjata nuklir. Sebuah fasilitas penelitian
senjata dibangun di Studsvik. Saab pernah membuat rencana untuk sebuah pesawat
pengebom nuklir berkecepatan supersonik yang berkode A36. Swedia kemudian
memutuskan untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya dan menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
 Swiss – Swiss pernah memiliki sebuah program nuklir rahasia antara 1946 dan
1969. Swiss kemudian memiliki proposal teknis mendetail, senjata-senjata tertentu
dan perkiraan biaya untuk persenjataan nuklir Swiss pada 1963. Program ini
kemudian ditinggalkan dikarenakan masalah finansial dan ditandatanganinya NPT
pada 27 November 1969.
 Taiwan – memiliki sebuah program penelitian senjata nuklir rahasia dari tahun
1964 sampai 1988 ketika mendapat tekanan dari Amerika Serikat.[42] Taiwan
menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1968.
 Yugoslavia
o Yugoslavia memiliki ambisi nuklir sejak awal 1950-an ketika ilmuwan
Yugoslavia memulai proses pengayaan uranium dan plutonium. Tahun 1956,
fasilitas pemrosesan bahan bakar Vinča dibangun, diikuti oleh reaktor
penelitian pada 1958 dan 1959 dengan air berat dan uranium yang sudah
diproses disediakan oleh Uni Soviet. Pada 1966 uji coba pemrosesan
Plutonium dimulai di laboratorium Vinča menghasilkan plutonium yang sudah
dikayakan. Selama periode 1950-an dan 1960-an, Yugoslavia dan Norwegia
mengadakan kerjasama dalam pemrosesan ulang plutonium. Tahun 1960 Tito
menghentikan program nuklir untuk alasan yang tidak diketahui tetapi
kemudian memulainya kembali setelah uji coba nuklir India yang pertama
pada 1974. Program nuklir masih berlangsung setelah kematian Tito pada
1980 yang terbagi atas program nuklir untuk senjata dan untuk energi.
Program senjata nuklir kemudian dihentikan pada Juli 1987. Program nuklir
untuk energi kemudian menghasilkan dibangunnya pembangkit listri tenaga
nuklir Krško tahun 1983, yang sekarang dimiliki oleh Slovenia dan Kroasia.
o Serbia dan Montenegro kemudian mewarisi laboratorium Vinča dan 50
kilogram uranium yang sudah dikayakan yang disimpan di fasilitas tersebut.
Selama pengeboman NATO atas Yugoslavia tahun 1999, Vinča tidak pernah
menjadi sasaran karena NATO mengetahui tentang uranium yang tersimpan
disitu. Setelah pengeboman NATO berakhir, pemerintah Amerika Serikat dan
Nuclear Threat Initiative memindahkan uranium tersebut ke Rusia - tempat
dimana Yugoslavia pertama kali memperolehnya.

Negara-negara berkemampuan nuklir lainnya


Secara teori, negara industri manapun sekarang ini memiliki kemampuan teknis untuk
mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa tahun jika memang negara tersebut
bermaksud demikian. Negara yang telah memiliki teknologi nuklir serta industri persenjataan
yang cukup, malah dapat melakukannya dalam satu atau dua tahun atau bahkan dalam
hitungan bulan jika mereka bermaksud demikian. Negara-negara industri besar seperti
Jepang, Jerman, Italia, Australia dan Kanada contohnya, dapat membangun persenjataan
untuk menyaingi negara-negara yang telah memiliki senjata nuklir dalam beberapa tahun.
Daftar di bawah ini adalah negara-negara yang telah memiliki kemampuan untuk
mengembangkan persenjataan nuklir. Daftar berikut hanya berisi negara-negara yang telah
memiliki kemampuan nuklir bukan negara-negara yang secara politik bermaksud
mengembangkannya. Semua negara dalam daftar di bawah ini telah menandatangani
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

 Kanada - Kanada memiliki pengetahuan untuk pengembangan teknologi nuklir,


cadangan uranium dalam jumlah besar dan memasarkan reaktor untuk keperluan sipil.
Kanada memiliki plutonium dalam jumlah besar yang dihasilkan reaktor-reaktor
pembangkit tenaga listrik. Kanada dapat mengembangkan senjata nuklir dalam waktu
singkat. Walaupun tidak memiliki program senjata nuklir sekarang ini, Kanada secara
teknologi telah mampu memiliki program tersebut sejak 1945.[43] Kanada merupakan
kontributor penting dari keahlian dan bahan baku program nuklir Amerika pada masa
lalu dan juga turut serta dalam Proyek Manhattan. Pada 1959, NATO mengusulkan
RCAF (Angkatan Udara Kanada) untuk membangun sebuah kekuatan nuklir di Eropa,
pada 1962, enam skuadron CF-104 Kanada ditempatkan di Eropa untuk membangun
RCAF Nuclear Strike Force yang dipersenjatai dengan bom nuklir B28 (aslinya
adalah Mk 28) di bawah program nuklir NATO; kesatuan tersebut kemudian
dibubarkan pada 1972 ketika Kanada memutuskan untuk tidak menggunakan cara-
cara serangan nuklir. Kanada kemudian menerima pengontrolan bersama atas hulu
ledak nuklir Amerika W-40 dalam teritorial Kanada pada 1963 untuk digunakan pada
rudal BOMARC Kanada. Angkatan Udara Kanada juga menyimpan sejumlah roket
nuklir udara ke udara AIR-2 Genie sebagai senjata utama dari pesawat tempur CF-101
Voodoo setelah 1965. Perdana Menteri Pierre Trudeau mendeklarasikan Kanada
menjadi negara bebas senjata nuklir pada 1971, dan hulu ledak Amerika terakhir
ditarik pada 1984. Kanada memberikan reaktor riset pertama India, CIRUS, pada
1956. Reaktor ini digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan dalam
uji coba nuklir pertama India. Kadana juga memproduksi reaktor CANDU dan
menjual teknologinya ke beberapa negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, India,
Rumania, Argentina dan Pakistan. Akan tetapi tidak ada bukti yang dapat dipercaya
yang menunjukkan bahwa reaktor-reaktor CANDU digunakan untuk menghasilkan
bahan nuklir yang digunakan India dan Pakistan. Kanada kemudian memutuskan
perdagangan nuklir dengan kedua negara tersebut setelah mereka melakukan uji coba
senjata nuklirnya yang pertama.
 Jerman - memiliki industri nuklir yang mampu memproduksi reaktor, fasilitas
pengayaaan uranium, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas pemrosesan
ulang bahan bakar nuklir serta mengoperasikan 19 reaktor untuk sepertiga kebutuhan
listrik negara itu. Jerman sejak 1945 belum melakukan upaya serius untuk
mengembangkan sistem pengiriman senjata strategisnya, tetapi sejumlah senjata
nuklir telah ditempatkan di Jerman Barat dan Jerman Timur selama Perang Dingin
dimulai pada 1955. Dibawah skema penggunaan bersama nuklir, tentara Jerman Barat
memiliki wewenang untuk menggunakan senjata nuklir AS ketika menghadapi
serangan besar-besaran dari Pakta Warsawa. Beberapa lusin senjata tersebut masih
tetap berada di beberapa fasilitas militer di Jerman bagian barat. Jerman sejak 1998
telah mengadopsi kebijakan untuk menghapus semua persenjataan nuklir, walaupun
kebijakan tersebut berjalan lambat.[44] Pada 26 Januari 2006, bekas menteri
pertahanan, Rupert Scholz, mengatakan bahwa Jerman mungkin membutuhkan
persenjataan nuklirnya sendiri untuk menghadapi ancaman teroris.[45]

Anda mungkin juga menyukai