Anda di halaman 1dari 27

Kasus 1 Chair : Indra Bakti P Scriber : Dwi Siwi Ratriani P. & Yuristya Kusuma U. Masyarakat di RW 14 Kel.

Y terdiri dari 525 jiwa penduduk yang terdiri dari 250 orang laki laki dan 275 orang perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut 58 % (303 orang) termasuk pada usia produktif (15 49 tahun), bayi dan balita 15 %, usia 6 14 tahun 12 %, dan usia lansia 15 %. Total Fertility Rate (TFR) 1,7 %, Crude Death Rate (CDR) 1,3 % pada pertengahan tahun berjalan. Sebagian besar penduduk (90 %) memiliki rumah semi permanen, dan 9 % rumah tidak permanen. 57 % menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih dan juga untuk mandi, cuci, dan kakus. Berdasarkan hasil pendataan, 20 % menderita ISPA, 15 % diare, 10 % hipertensi, dan 2 % mengalami kelumpuhan akibat rematik. Sebanyak 60 % penderita hipertensi memiliki riwayat keluarga yang menderita hipertensi. Masyarakat sudah sepakat untuk mengadakan kegiatan jumat bersih setiap minggunya untuk menjaga kebarsihan. Untuk mengatasi masalah hipertensi pada lansia dilaksanakan kegiatan pemeriksaan tekanan darah secara rutun setiap bulan oleh tenaga kesehatan. Untuk masyarakat yang telah mengalami kelumpuhan akibat rematik, petugas kesehatan melatih ekstrimitas secara teratur di rumah. STEP 1 1. CDR? (Sarah) 2. TFR? (Rizkitia) 3. ISPA? (Ikeu) 4. MCK? (Winsen) 5. Rumah semi permanen (Yuristya) 6. Reumatik (Dian) Jawaban: 1. Angka kematian kasar (Lumongga) Angka kematian kasar adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu (lazimnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu dalam persen atau permil. (sumber : Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Binaripa Aksara.) Angka kematian kasar adalah jumlah total kematian pada tahun tertentu dari semua penyebab per 1000 dalam suatu populasi pada periode waktu tertentu. (sumber : F.Mc Kenzie,James. 2007. Kesehatan Masyarakat Edisi 4. Jakarta: EGC) 2. Jumlah total usia produktif (Dian), Total angka kelahiran bayi (Dewi) Rata-rata anak yang akan dimiliki oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya dengan ketentuan perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. (http://demografi.bps.go.id/versi2/index.php? option=com_content&view=article&id=924%3ATFR&catid=41%3Amodul&Itemid=100088&lan g=en hari Rabu, 2 Juni 2010 jam 19.15) 3. ISPA adalah infeksi saliran pernafasan atas (Rizkitia) ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut-ketahuidan-waspadailah.html hari Senin, 7 juni 2010 jam 19.05 4. Mandi, cuci, dan kakus (kasus) MCK ini berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius +/- 50 m.

http://www.rekompakjrf.org/download/Pedoman%20Desain%20MCK%2826-4-10%29.pdf hari Senin tanggal 7 juni 2010, jam 19.42 5. Rumah yang memiliki dinding yang terbuat dari tembok dan bilik bambu atau papan (Sarah dan Rizkitia) Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/ bata tanpa plester/ kayu (kualitas rendah), lantainya dari ubin/ semen/ kayu berkualitas rendah, dan atapnya seng/ genteng/ sirap/ asbes. http://andi.stk31.com/data-jumlah-rumah-menurut-kualitasnya.html#ixzz0q6NaBLgg hari Senin, 7 juni 2010 jam 19.10 6. Radang sendi dan biasanya terjadi pada usia lansia (Rizkitia) Rematik adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan kaku). Umumnya Rematik tidak berbahaya, namun mengganggu karena rasa nyerinya. http://medicastore.com/seminar/6/_Seminar;_Mengenal_Penyakit_Rematik_&_Asam_Urat.html hari Senin, 7 juni 2010 jam 19.05 STEP 2 1. Apa hubungan CDR dan TFR dengan kasus ini? (Dewi) 2. Kasus apa ini? (Sarah) 3. Apa saja indikator air yang bisa dijadikan sumber air bersih? (Indra) 4. Nilai normal TFR dan CDR? (Indra) 5. Rumus menghitung TFR dan CDR ? (semua anggota kelompok) 6. Adakah hubungan determinan ini dengan penyakit penyakit yang diderita di lingkungan RW 14? (Indra) 7. Dilihat dari lingkungan pada kasus tersebut, apakah termasuk dalam lingkungan yang sehat? (Rizkitia) 8. Apa perbedaan rumah permanen, semi permanen, dan tidak permanen? (Rizkitia) 9. Adakah pencegahan yang lain untuk membantu yang sehat? (Dewi) 10. Pendidikan kesehatan apa saja yang dilakukan selain dikasus? (Lumongga) 11. Faktor faktor yang mempengaruhi CDR dan TFR? (Winsen dan Sarah) 12. Apakah TFR dan CDR dikasus seimbang atau tidak? (Winsen) STEP 3 3. Indikator air bersih : Air tidak berbau Jernih, tidak berwarna Tidak berasa Tidak mengandung zat kimia (Rizkitia) Tidak mengandung bakteri ataupun kuman (steril). (Ikeu dan Winsen)
PARAMETER Fisika Temperatur oC Warna mg Pt-Co/1 Bau Rasa Kekeruhan mg S1O2/1 Residu terlarut mg/1 Daya hantar listrik micromholan Temperatur air alam 5 Tidak berbau Tidak berasa 5 500 400 Temperatur air alam 50 Tidak berbau Tidak berasa 25 1500 1250 SATUAN MAKSIMUM YANG DIANJURKAN

KRITERIA KUALITAS AIR YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI AIR MINUM MAKSIMUM YANG DIBOLEHKAN KETERANGAN

Kimia pH Kalsium (Ca) mg/1 Magnesium (Mg) mg/1 Kesadahan mg/1 Barium (Ba) mg/1 Besi (Fe) mg/1 Mangan (Mn) mg/1 Tembaga (Cu) mg/1 Seng (Zn) mg/1 Krom heksavalen (Cr(VI)) mg/1 Kadmium (Cd) mg/1 Raksa Total (Hg) mg/1 Timbal (pb) mg/1 Arsen (As) mg/1 Salenium (Se) mg/1 Sianida (CN) mg/1 Sulfida (S) mg/1 Florida (F) mg/1 Klorida (C1) mg/1 Sulfat (SO4) mg/1 Fosfor ( P ) mg/1 Amoniak (NH3-N) mg/1 Nitrat ( NO3-N) mg/1 Nitrit ( NO2-N) mg/1 Nilai Permanganat mg KMn04/1 Senyawa Aktif biru metilen mg/1 Fenol mg/1 Miyak dan Lemak mg/1 Karbon Kloroform Ekstrak mg/l PBC mg/1 Bakteriologi Coliform total MPN/100 ml Coliform total MPN/100 ml Coli total MPN/100 ml Kuman patogenik/parasitik Nihil Radicaktifitas Nihil 5 Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil 6,5 - 8,5 75 30 350 Nihil 0,1 0,05 Nihil 1 Nihil Nihil 0,0005 0,05 Nihil Nihil Nihil Nihil 200 200 0,3 Nihil 5 Nihil Nihil Nihil 0,001 Nihil 0,04 Nihil 6,5 - 8,5 200 150 0,05 1 0,5 1 15 0,05 0,01 0,001 0,1 0,05 0,01 0,05 Nihil 1,5 600 400 2 Nihil 10 Nihil 10 0,5 0,002 Nihil 0,5 Nihil minimum 0,5 minimum 10 nilai antara (range)

Aktivitas beta total pCi/1 Strontium - 90 pCi/1 Radium - 226 pCi/1 Pestisida mg/1

_ Nihil

100 2 1 Nihil

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Laporan/kualitas.html hari Senin, 7 juni jam 19.05


7. Pada kasus lingkungan ini tidak sehat karena penduduk menggunakan air sungai sebagai sumber

air bersih dan juga untuk mandi cuci kakus, solusinya setiap kepala keluarga harus mempunyai MCK sendiri atau sediakan MCK umum. (Dian) 8. Rumah permanen : rumah yang temboknya terbuat dari bata dan memiliki pondasi. Rumah semi permanen : rumah yang temboknya terbuat dari bilik bambu atau papan dan memiliki pondasi. Rumah tidak permanen : rumah yang temboknya terbuat dari bilik bambu atau papan dan tidak memiliki pondasi. (Novi dan Dewi) Rumah Permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok/ kayu (kualitas tinggi), lantainya terbuat dari ubin/ keramik/ kayu berkualitas tinggi dan atapnya terbuat dari seng/ genteng/ sirap/ asbes. Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/bata tanpa plester/ kayu (kualitas rendah), lantainya dari ubin/ semen/ kayu berkualitas rendah, dan atapnya seng/ genteng/ sirap/ asbes. Rumah tidak permanen adalah rumah yang dindingnya sangat sederhana (bambu/ papan/ daun), lantainya dari tanah, dan atapnya dari daun-daunan atau atap campuran genteng/ seng bekas dan sejenisnya. http://andi.stk31.com/data-jumlah-rumah-menurut-kualitasnya.html#ixzz0q6NaBLgg hari Senin, 7 juni 2010 jam 19.10 9. Pencegahan (Dian, Siti, Siwi) Promosi kesehatan bertujuan untuk mencapai kesehatan masyarakat yang optimal. Contohnya penyuluhan dengan memberi ilmu untuk kesehatan masyarakat berharap bisa mengubah pola hidup sehat. Deteksi dini adalah mendeteksikan awal adanya penyakit. Rehabilitasi 10. Penyuluhan tentang pentingnya kebersihan lingkungan, pentingnya air bersih dan MCK, dan informasi penyakit. (Lumongga) STEP 4

STEP 5 1. Apa hubungan CDR dan TFR dengan kasus ini?(Dewi) 2. Kasus apa ini? (Sarah) 3. Nilai normal TFR dan CDR? (Indra)

4. Rumus menghitung TFR dan CDR (semua anggota kelompok) 5. Faktor yang mempengaruhi CDR dan TFR? (Winsen dan Sarah) 6. Apakah nilai TFR dan CDR pada kasus seimbang atau tidak? (Winsen) 7. Adakah hubungan determinan ini dengan penyakit yang diderita di lingkungan RW 14? 8. Konsep demografi? 9. Macam-macam determinant of health? 10. Macam-macam pencegahan? STEP 6 (self Study) STEP 7 Jawaban dari LO : 1. Apa hubungan CDR dan TFR dengan kasus ini? Nilai CDR dan TFR pada kasus ini untuk melihat jumlah kematian dan kelahiran di RW 14 kelurahan Y 2. Kasus ini tentang demografi di RW 14 kelurahan Y 3. Nilai normal TFR dan CDR adalah dalam suatu daerah memiliki angka TFR dan CDR yang ditentukan oleh pemerintah apabila nilai TFR dan CDR daerah tersebut melebihi angka yang ditentukan maka disebut tidak normal. 4. Rumus menghitung TFR dan CDR. TFR : Total Fertility Rate Angka total anak yang dilahirkan oleh wanita pada masa subur (15-49). Rumus : ASFR (Tiara) CDR : Crude Death Rate a. Jumlah angka kematian per 1000 penduduk dalam satu tahun dan tidak dipengaruhi oleh umur penduduknya. (Ikeu) b. Jumlah angka yang membandingkan jumlah kematian dalam suatu daerah pertengahan dalam 1000 penduduk. (Rizkitia) c. Biasanya jumlah penduduk dihitung per tahun diambil rata-rata beberapa tahun. Misal, jumlah penduduk tahun 2009 dan 2010 diambil rata-ratanya.(Dian) Rumus : Sumber : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:cjhxXNZ8l0sJ: www.bkkbn.go.id/Webs/DetailData.php%3FLinkID%3D263+dasar dasar+demografi&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id hari Kamis, 3 juni 2010 jam 17.45 5. Faktor yang mempengaruhi CDR dan TFR adalah a. Faktor penghambat TFR : (Dian) - Adanya homoseksual - Banyaknya wanita karir - Menunda kehamilan b. Faktor pendukung CDR : (Sarah) - Fasilitas tidak memadai - Gizi buruk - Tidak mengetahui kesehatan Faktor pendukung CDR : 1) Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 2) Fasilitas kesehatan yang belum memadai 3) Keadaan gizi penduduk yang rendah 4) Terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir 5) Wabah penyakit 6) Terjadinya peperangan 7) Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri 8) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan. Faktor penghambat CDR : 1. Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan 2. Fasilitas kesehatan yang memadai

Meningkatnya keadaan gizi penduduk Memperbanyak tenaga medis seperti dokter, dan bidan Kemajuan di bidang kedokteran. Lingkungan hidup sehat. Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain. Tingkat kesehatan masyarakat tinggi Faktor pendukung TFR : 1. Kawin usia muda 2. Pandangan banyak anak banyak rezeki 3. Anak menjadi harapan bagi orang tua sebagai pencari nafkah 4. Anak merupakan penentu status sosial 5. Anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki. Faktor penghambat TFR : 1. Pelaksanan Program Keluarga Berencana (KB) 2. Penundaan usia perkawinan dengan alasan menyelesaikan pendidikan 3. Semakin banyak wanita karir Sumber : http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2008/10/ukuran2-dlm-epidemiologipengukuran-frekuensi-masalah-kesehatan.pdf hari Rabu, 2 juni 2010 jam 19.15 6. Apakah nilai TFR dan CDR pada kasus seimbang atau tidak? Suatu daerah memiliki angka TFR dan CDR yang ditentukan oleh pemerintah apabila nilai TFR dan CDR daerah tersebut melebihi angka yang ditentukan maka disebut tidak normal. 7. Adakah hubungan determinan ini dengan penyakit yang diderita di lingkungan RW 14? Ada, karena RW 14 memilki lingkungan yang sangat jelek sehingga menjadi faktor pendukung dan pemberat suatu penyakit. 8. Konsep demografi DEMOGRAFI I. Data Komposisi Penduduk A. Jenis Kelamin Pria lebih cepat mati daripada wanita secara biologis masuk akal : karena 105 laki-laki lahir untuk setiap 100 wanita, akan memastikan bahwa ada sekitar jumlah yang sama dari pria dan wanita di usia reproduksi. Tetapi meskipun perempuan menunjukkan harapan hidup lebih lama di hampir setiap masyarakat manusia dalam dekade terakhir abad ke-20, ukuran keuntungan sangat bervariasi. Sebagai contoh, di AS harapan hidup laki-laki 73,4 tahun untuk pria dan 80,1 tahun untuk wanita, perbedaan dari 6,7 tahun, sedangkan di Prancis itu 7,8 tahun dan di Inggris, 5,3 tahun. Perbedaan itu jauh lebih besar di beberapa negara, dengan perbedaan di Rusia mencapai lebih dari 12 tahun, tetapi di tempat lain, seperti India (0,6 tahun) atau Bangladesh (0,1 tahun), itu jauh lebih sedikit. B. Usia Keragaman dalam umur panjang saja di seluruh dunia menunjukkan bahwa perbedaan angka kematian antara jenis kelamin tidak murni biologi dan bahwa ada intervensi faktor sosial. Rentang situasi saat ini benar-benar mencerminkan berbagai tahap evolusi tiga bagian sejarah. Kebanyakan wanita mungkin memiliki keunggulan biologis yang memungkinkan mereka untuk hidup lebih lama, tapi di masa lalu - dan di beberapa tempat, masih hari ini - status dan kondisi hidup perempuan dihapus manfaat ini. Hari ini, mengingat kemajuan umum dalam kondisi kehidupan perempuan, perempuan tidak hanya kembali keuntungan biologis mereka, tapi sudah lebih jauh itu, baik karena mereka cenderung lebih sedikit terlibat dalam perilaku yang buruk bagi kesehatan daripada pria dan karena mereka keuntungan yang lebih baik dari saat ini kemajuan dalam perawatan kesehatan dan kondisi kehidupan. C. Diagram Komposisi Penduduk a. Diagram komposisi penduduk berdasarkan usia ( pada kasus)

3. 4. 5. 6. 7. 8.

b.

Diagram komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ( pada kasus)

c.

Diagram komposisi penduduk berdasarkan tempat tinggal (pada kasus)

d.

Diagram komposisi penduduk berdasarkan sumber air (pada kasus)

e.

Diagram komposisi penduduk berdasarkan penyakit (pada kasus)

II.

Data Statistik Vital 1. Natality a. Definisi natality/ angka kelahiran : Jumlah kelahiran hidup oleh seorang atau sekelompok perempuan (nyata telah lahir) Hasil reproduksi yang nyata dari seorang atau sekelompok perempuan. Menyangkut banyaknya bayi dilahirkan hidup. - Lahir hidup : kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lama dalam kandungan pada saat dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kehidupan : bernafas, jantung berdenyut, menangis. - Lahir mati : kelahiran yang berumur paling sedikit 28 minggu dalam kandungan tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. - Abortus : kematian janin dalam kandungan dengan umur kandungan kurang dari 28 minggu (disengaja dan tidak disengaja). - Masa reproduksi : perempuan berumur 15-49 tahun atau usia subur. b. Klasifikasi Menurut umur : Tahunan : Pengukuran jumlah kelahiran pada suatu tahun tertentu dikaitkan dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko melahirkan pada tahun tersebut. Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate = CBR) Banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahun) per 1000 penduduk pada periode yang sama. CBR : Crude Birth Rate Angka kelahiran per 100 penduduk per tahun. (Novi) Rumus : Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

B = jumlah kelahiran selama suatu periode (1 tahun) P = jumlah penduduk pertengahan periode (tahun) k = konstanta = 1000 Contoh : Tahun 2000 ada 122.670 kelahiran dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2000 = 4.264.490 orang.

Angka kelahiran umum (General Fertility Rate = GFR) Banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahunan) per 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun pertengahan tahun periode/tahun yang sama.

B = jml kelahiran selama suatu periode (1 tahun) Pf 15-49 = jml perempuan 15-49 tahun pertengahan tahun k = konstanta = 1000 Contoh : Tahun 2000 ada 122.670 kelahiran dan jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun 2000 = 1.006.860 jiwa

*Ukuran ini masih bersifat umum karena tidak mempertimbangkan kelompok umur perempuan padahal tedapat variasi kemampuan melahirkan pada kelompok umur perempuan usia 15-49 tahun Angka Kelahiran menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR) Banyaknya kelahiran hidup pada perempuan kelompok umur tertentu pada suatu periode (tahun) per 1000 penduduk perempuan kelompok umur yang sama pada pertengahan tahun yang sama. ASFR : Age Specific Fertility Rate Angka yang menunjukan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada usia tertentu. Rumus : (Tiara dan Siti) Sumber : Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Binaripa Aksara. Rumus :

B = jumlah kelahiran pada perempuan kelompok umur tertentu pada suatu tahun P = jumlah perempuan kelompok umur tertentu pada pertengahan tahun Contoh : Umur perempuan Jumlah perempuan Jumlah kelahiran ASFR 1 2 3 4 = 3/2x1000 15-19 219.670 10.360 47 20-24 183.850 30.040 163 25-29 155.880 35.200 226 30-34 138.440 29.680 214 35-39 126.600 12.500 99 40-44 115.460 4.200 36 45-49 66.960 690 10 Sumber : http://www.scribd.com/doc/26835666/Populasi-Manusia-Dan-Lingkungan hari Selasa, 1 juni 2010 jam 18.54 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate = TFR) TFR : Total Fertility Rate Angka total anak yang dilahirkan oleh wanita pada masa subur (15-49). Rumus : ASFR (Tiara) Rata-rata anak yang akan dimiliki oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya dengan ketentuan perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. Rumus :

Contoh : TFR = 5 x (47+163+226+214+99+36+10) = 5 x 795 = 3.975 per 1000 perempuan 15-49 tahun = 3,975 per perempuan usia 15-49 tahun

Keterangan : - Bilangan = jumlah mutlak (absolut) penduduk atau kejadian lainnya (kelahiran, kematian, migrasi) suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. - Angka (rate) = banyaknya peristiwa vital suatu penduduk dalam jangka waktu tertentu. Ada 2 (dua) macam: 1. Angka kasar (crude rate) pembagi jumlah penduduk lengkap 2. Angka spesifik (specific rate) pembagi kelompok penduduk tertentu - Konstanta = bilangan tetap, misalnya 100, 1000 atau 100.000 yang berfungsi sebagai pengali untuk memperjelas hasil pengukuran. Konstanta biasanya dinyatakan dengan K Ukuran kohor = sekelompok orang yang mempunyai pengalaman waktu yang sama (biasanya 1 tahun) dari suatu peristiwa tertentu. Contoh : kohor kelahiran : sekelompok orang yang dilahirkan dalam tahun atau periode yang sama. Sumber : http://www.statistics-purwakarta.com/data/Bid%20Kependudukan.swf hari Selasa , 1 Juni 2010 jam 20.55 2. Mortalitas Mortilitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan Mortalitas (kematian), dipengaruhi oleh faktor : Struktur umur Jenis kelamin Jenis pekerjaan Status sosek Keadaan lingkungan Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_%28biologi%29 hari Kamis 3 Juni 2010, jam 19.27 Ukuran-ukuran yang sering digunakan CDR, ASDR, IMR, NMR, PNMR,SBR, PMR, MMR. Sumber : Lecture Demografi Pak Ahmad Yamin tanggal 31 Mei 2010 1. Crude Death Rate (CDR) Angka kematian kasar adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu (lazimnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertngahan waktu dalam persen atau permil (sumber : Pengantar Epidemologi edisi revisi) Angka kematian kasar adalah jumlah total kematian pada tahun tertentu dari semua penyebab per 1000 dalam suatu populasi pada periode waktu tertentu (sumber: Buku Kesehatan Masyarakat Edisi 4 tahun 2007) Angka kematian kasar ( Crude Death Rate ) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. CDR : Crude Death Rate Jumlah angka kematian per 1000 penduduk dalam satu tahun dan tidak dipengaruhi. (Ikeu) Jumlah angka yang membandingkan jumlah kematian dalam suatu daerah pertengahan dalam 1000 penduduk. (Rizkitia) Biasanya jumlah penduduk dihitung pertahun diambil rata-rata beberapa tahun missal, jumlah penduduk tahun 2009 dan 2010 diambil rata-ratanya.(Dian) Rumus :

Sumber : Timmerck C. Thomas. 2005. An introduction to Epidemiology. Jakarta: EGC. 2. ASDR (Age Spesific Death Rate) Angka kematian umur spesifik adalah adalah jumlah total kematian untuk penduduk usia tertentu atau kelompok usia di wilayah geografis tertentu (negara, negara, daerah, dll) dibagi

dengan populasi pada usia yang sama atau kelompok umur di wilayah geografis yang sama (untuk jangka waktu tertentu, biasanya kalender tahun) dan dikalikan dengan 100.000 ASDR : Age Specific Death Rate Rumus :

http://www.naphsis.org/NAPHSIS/files/ccLibraryFiles/Filename/000000000962/Mortality_Ag eSpec%20Final_Lois.pdf, hari Selasa, 8 Juni 2010, jam 10.11 3. IMR (Infant Mortality Rate) Angka kematian bayi, Bayi (umur < 1 th) IMR : Infant Mortality Rate ( Novi) Rumus : 4. NMR (neonatal Mortality rate)

PNMR (Post Neonatal Mortality Rate) Post neonatal (> 28 hari), penyebab kematian pengaruh lingkungan, NMR + PNMR = IMR
5.

6. SBR (Still Birth Rate) Lahir mati : keluarnya janin tanpa tanda kehidupan Kehamilan > 20 minggu

7.

PMR ( Perinatal Mortality Rate)

8. MMR (maternal mortality Rate) Angka kematian ibu, kematian ibu saat hamil, bersalin, nifas MMR : Marternal Mortality Rate (Novi) Rumus :

k = 100.000 Sumber : www.askep-askeb.cc.cz/2010/02/konsep-perilaku-kesehatan.html, hari Jumat, 28 Mei 2010, jam 16.52 3. Morbiditas 1. Definisi morbiditas. Morbiditas/ kesakitan merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit.

Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan yaitu : jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, Ukuran utama morbiditas adalah : angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan Angka Insidensi dan Angka Prevalensi. 2. INSIDENSI Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang : 1. Data tentang jumlah penderita baru. 2. Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru ( Population at Risk ). Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : Incidence Rate Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Rumus yang dipergunakan : Jumlah Penderita Baru Rumus = K = Konstanta ( 100%, 1000 ) Manfaat Incidence Rate adalah : 1. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi 2. Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi 3. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Attack Rate Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama. Manfaat Attack Rate adalah : 1. Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. 2. Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut. Rumus yang digunakan : Attack Rate =

Secondary Attack Rate Adalah : jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/ penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil (misalnya dalam Satu Keluarga ). Rumus yang digunakan : SAR = Sumber : Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1. Jakarta. Salemba Medika. 3. PREVALENSI Adalah : gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang kebal atau penduduk dengan resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi sebenarnya

BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu : Period Prevalence Rate Yaitu : jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa. Rumus yang digunakan : Prevalence Rate : Mengukur jumlah penduduk pada suatu daerah yang terkena penyakit pada waktu tertentu. (Winsen) Rumus : Periode Prevalen Rate = Point Prevalence Rate Adalah : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Rumus :

4. HUBUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN PREVALENSI :

Angka prevalensi dipengaruhi oleh insiden dan lamanya sakit. Lamanya sakit ialah periode mulai di diagnosis penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu sembuh, mati, atau kronis. Hubungan antara prevalensi, insiden, dan lamanya sakit dapat dinyatakan dalam rumus berikut. Rumus P = I x D P = Prevalensi I = Insidensi D = Lamanya Sakit Dipenuhi 2 syarat, yaitu : 1. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : Tidak menunjukkan perubahan yang mencolok. 2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok. III. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Proyeksi pertumbuhan penduduk. a. Metode Geometri (Siti dan Yuristya) Rumus : Pn = Po (1 + r)n Ket : Po = jumlah penduduk awal r = angka pertumbuhan penduduk ( kelahiran - kematian) n= periode dalam tahun b. Metode aritmatik (Yuristya dan Ikeu) Rumus : Pn = Po (1 + rn) Pt = + T Ket : Pt : penduduk pada proyeksi T : penduduk pada tahun dasar : rata rata pertambahan penduduk T : selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar Sumber : Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1. Jakarta. Salemba Medika. 1. Model Ektrapolasi Trend Model ekstrapolasi trend secara sederhana menggunakan trend penduduk masa yang lalu untuk memperkirakan jumlah penduduk masa yang akan datang. Metode ini adalah metode yang mudah

digunakan dalam rangka proyeksi penduduk. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menghitung tingkat dan ratio pada masa yang akan datang berdasarkan tingkat dan ratio pada masa yang lalu. Model ekstrapolasi trend yang banyak digunakan adalah model linear, geometrik dan parabolik. Asumsi dasar dari model linear, geometrik dan parabolik adalah pertumbuhan atau penurunan akan berlanjut tanpa batas. a. Model Linear (Aritmethic) Model linear menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan : Pt = + T Dimana : Pt = penduduk pada tahun proyeksi t = intercept = penduduk pada tahun dasar = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan bertambah/ berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/ tetap () pada masa yang akan datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Ini berarti bahwa, jika P t+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam tahun yang berurutan, Pt+1 Pt yang adalah perbedaan pertama yang selalu tetap (konstan). b. Model Geometric. Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/ berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Misalnya, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah penduduk dalam tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau berkurang pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar Pt+1/Pt ) dari waktu ke waktu. Model geometric memiliki persamaan umum: Pt = + T Persamaan diatas dapat ditransformasi kedalam bentuk linear melalui aplikasi logaritma, menjadi sebagai berikut: LogPt =Log + T.log c. Model Parabolik. Model parabolik seperti model geometrik berasumsi bahwa penduduk suatu daerah tidak tumbuh dalam bentuk linear. Namun demikian, tidak seperti model geometrik (yang berasumsi tingkat pertumbuhan konstan dari waktu ke waktu), pada model parabolik tingkat pertumbuhan penduduk dimungkinkan untuk meningkat atau menurun. Model ini menggunakan persamaan derajat kedua yang ditunjukkan sebagai berikut : Pt = + 1T + 2T2 Model parabolik memiliki dua koefisien yaitu 1 dan 2. 1 adalah koefisien linear (T) yang menunjukkan pertumbuhan konstan, dan 2 adalah koefisien non-linear yang (T2) yang menyebabkan perubahan tingkat pertumbuhan. Tanda positif atau negatif pada 1 dan 2 bervariasi tergantung pada apakah tingkat pertumbuhan tersebut akan meningkat atau menurun. Berdasarkan variasi pada tanda 1 dan 2, model akan menghasilkan empat skenario sebagai berikut : Tabel. Skenario dalam Model Parabolik 1 2 Efek terhadap pertumbuhan penduduk Pertambahan yang semakin meningkat + + Penduduk bertambah Kurva cekung ke atas (Concave upward) Pertambahan yang semakin berkurang + - Penduduk berkurang Kurva cekung ke bawah (Concave downward) Pertambahan yang semakin berkurang - + Penduduk bertambah Kurva cekung ke atas (Concave upward) - - Pertambahan yang semakin meningkat Penduduk berkurang

Kurva cekung ke bawah (Concave downward) 2. Model Komponen Kohor Model-model ekstrapolasi trend yang didiskusikan di atas mengacu pada perkiraan penduduk secara agregat, sementara model komponen kohor mengacu pada perubahan-perubahan komponen penduduk (yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi) secara terpisah. Penduduk secara keseluruhan dibagi kedalam beberapa kohor/ kelompok umur. Interval (k) dari kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-1, 1-2, 2-3 dst), lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14 dst), atau 10 tahunan (0-9, 10-19, 20-29. Selanjutnya, kohor dibagi lagi berdasarkan gender dan etnis. Pengelompokan penduduk berdasarkan komponen-komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk, kelompok umur, gender dan etnis akan membantu untuk membangun pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika penduduk suatu daerah. Karena ukuran kohor semakin kecil, maka akan semakin terperinci informasi yang dapat digunakan dalam analisis. Persamaan dalam model komponen kohor adalah: Dimana: Pt = penduduk tahun t pada kohor di interval k t = tahun n = umur awal dari kohor k = jumlah tahun dalam kohor (interval kohor umur) DTH = total kematian IR = total kelahiran NMIG = total migrasi bersih ) dikurangi dengan jumlah kematian

Karena penduduk kohor n pada tahun sebelumnya ( dalam kohor tersebut ( (

) adalah jumlah penduduk yang bertahan hidup ke kohor n pada tahun t

), maka persamaan dapat ditulis ulang sebagai berikut:

Berikut diberikan perhitungan-perhitungan untuk ketiga komponen dalam metode ini : a. Mortalitas-Tingkat Survival Mortalitas dihitung dalam model sebagai jumlah penduduk dalam kohor tertentu n-k pada tahun tk, yang bertahan hidup ke kohor berikutnya (n) pada tahun t.

Dimana: penduduk dari kohor n-k pada tahun t-k = tingkat bertahan hidup (survival) n-kSRVk b. Kelahiran- Tingkat Fertilitas Fertilitas adalah jumlah bayi yang dilahirkan wanita usia subur (biasanya antara 15-44 tahun). Tingkat fertilitas diberikan melalui persamaan berikut :

Dimana:

tingkat fertilitas wanita dalam kohor n dari interval k jumlah kelahiran oleh wanita pada kohor n

jumlah wanita dalam kohor n c. Migrasi bersih (Net Migration). Migrasi bersih adalah perbedaan antara jumlah penduduk yang masuk dengan jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah, dengan persamaan :
3. Model Ratio

Menurut Smith, Tayman dan Swanson (2001), model ratio-sebagaimana model ekstrapolasi trend juga didasarkan pada trend masa lalu. Model ratio menggunakan konsep bahwa penduduk (atau perubahan penduduk) pada suatu wilayah yang lebih kecil (wilayah studi) merupakan proporsi dari penduduk (perubahan penduduk) dari wilayah yang lebih luas, atau wilayah basis (base area). Model ini sederhana dan mudah dalam perhitungannya serta membutuhkan data yang relatif lebih sedikit. a. Model Constant Share Model ini berasumsi bahwa share penduduk dari daerah studi merupakan suatu proporsi yang konstan dari daerah basis dan proyeksi dilakukan berdasarkan proporsi konstan tersebut. Model disajikan dalam bentuk persamaan berikut : Dimana: P = jumlah penduduk pada daerah studi Pj = penduduk pada daerah basis atau daerah yang lebih luas yang didalamnya terdapat daerah studi l = tahun akhir dari observasi t = tahun proyeksi b. Model Shift Share Model shift share mencoba mengoreksi kelemahan dari model constant share dengan memasukkan indeks pergeseran (shift term) untuk menghitung perubahan share penduduk dari waktu ke waktu. Persamaan dalam metode ini adalah sebagai berikut :

b = tahun awal observasi s = shift term z = jumlah tahun dalam proyeksi (t-1) y = jumlah tahun dalam periode observasi (1-b) Satu kelemahan utama dari metode ini adalah jika terjadi pertumbuhan atau pengurangan yang tinggi pada tahun dasar, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya penduduk dalam jumlah yang sangat besar pada tahun proyeksi. c. Metode share of growth Metode ini menggunakan share dari pertumbuhan penduduk bukannya share dari jumlah penduduk seperti yang digunakan dua model ratio sebelumnya. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa share pertumbuhan penduduk daerah studi pada periode observasi akan berlaku sama dalam periode proyeksi. Model ini disajikan dalam bentuk persamaan berikut : Metode ini akan lebih tepat diterapkan jika trend pertumbuhan penduduk pada daerah studi sama dengan trend pertumbuhan pada daerah basis. Misalnya jika pertumbuhan penduduknya sama-sama meningkat atau sama-sama menurun. Sumber : http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/06/10/model-model-proyeksi-penduduk/ hari Minggu, 30 Mei 2010, jam 16.13
1. Determinant of Health

Dimana:

a. Usia (Dina) Lansia lebih besar terkena penyakit degeneratif sedangkan pada bayi rentan terkena mikroorganisme. b. Jenis kelamin (Lumongga) Angka kematian pria lebih besar dari pada wanita karena pria memiliki pola hidup yang tudak sehat, tapi angka kesakitan wanita > pria. c. Pekerjaan ( Sarah) Kuli/ pekerja kasar lebih besar memiliki pekerjaan yang beresiko tinggi terkena kecelakaan, orang yang bekerja di pabrik memiliki resiko lebih besar terpapar bahan kimia.

d. Pendidikan (Dian) Bagi warga yang memiliki pendidikannya rendah, biasanya memiliki kepedulian terhadap kesehatan yang sangat rendah sehingga rentan terkena penyakit. e. Pelayanan kesehatan (Siti) Pelayanan kesehatan pada suatu daerah terjangkau atau tidaknya oleh masyarakat. f. Populasi (Indra) Populasi suatu daerah jangan terlalu padat karena dapat mempercepat penyebaran penyakit. Ekspansif : didominasi anak muda Kontruktif : muda dan tua seimbang Stasioner : usia muda sedikit,kelahiran dan kematian rendah. Kontruktif : usia muda banyak sedangkan usia tua sedikit Stasioner : usia muda sampai usia tertentu seimbang sedangkan usia tua sedikit.(Yuristya) g. Lingkungan terdiri dari : (Dewi, Indra, Rizkitia) Permukiman (rumah sehat): 1. Rumah sehat, terdiri dari bahan bangunan yang memadai, lantai yang terbuat dari ubin, dinding terbuat dari batu bata (bila di pedesaan terbuat dari bilik bambu), ventilasi minimal 10-20 % dari luas rumah, pencahayaan jangan ke dinding tetapi ke lantai, luas rumah ideal 2,5 3 m2 per orang. 2. Fasilitas rumah tersedia, MCK, pembuangan sampah, ruang keluarga, dan kamar tidur. 3. Air bersih : A. Secara fisik : tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, suhu air tidak melebihi suhu udara. B. Bakteri : tidak berbakteri. C. Bahan kimia : tidak mengandung bahan kimia, pH 6,5 sampai 9,2 jika kurang akan terjadi korosif pada pipa dan banyaknya bakteri dalam air. D. Sumber air : sumur, sungai, danau, mata air dan hujan. E. Pengolahan air alami : diendapkan, disaring (kerikil dan pasir) Pengolahan air secara kimia : memakai tawas (agar kotoran mengendap) F. Pembuangan : pembuangan cemplung, membuat galian, septic tank, terhidar dari lalat dan tertutup. G. Sampah terdiri dari : - Sampah basah : sisa rumah tangga - Sampah kering : plastik dan sisa kemasan. h. Perilaku (Novi, Dian) Ada beberapa teori mengenai perilaku pada kesehatan komunitas, yaitu : a. Blum. kognitif (pengetahuan, peningkatan kesehatan), afektif (sikap seseorang tentang penyakit), psikomotor (tindakan) b. Lawrence Green. dipengaruhi predisposisi (pendukung) Mengembangkan teori : sosial, epidemiologi, perilaku, kebijakan, pendidikan c. Snehandu. nilai seseorang, dukungan sosial, ada tidaknya layanan kesehatan, otonomi seseorang untuk keputusan perawatan, situasi yang memungkinkan untuk mengambil keputusan d. WHO. perilaku timbul karena pemikiran dan perasaan. Faktornya : pengetahuan, kepercayaan, sikap orang terdekat, sumber daya (pekerjaan, ekonomi, lingkungan), budaya

1. Genetik Dalam dunia kedokteran dikenal berbagai macam penyakit yang dapat diturunkan seperti misalnya penyakit alergis, kelainan jiwa dan beberapa jenis penyakit kelainan darah (thalasemia, hipertensi, hemofilia). Sumber : Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: Binaripa Aksara. 2. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat (Levey dan Loomba, 1973). Penerapan paradigma Blum di bidang pelayanan kesehatan masyarakat (intervensi public health) dilakukan dengan mengembangkan program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan human life quality and satisfaction, lingkungan hidup yang lebih sehat dan dinamis (keseimbangan human ecology) sehingga akan menghasilkan keturunan manusia yang lebih sehat. Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Levey dan Loomba). JENIS PELAYANAN KESEHATAN Pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Pelayanan kedokteran/ medis Pelayanan medis adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasaran utamanya adalah perorangan dan keluarga. Tenaga pelaksana : terutama para dokter Perhatian utama : penyembuhan penyakit Sasaran : perseorangan/keluarga Kurang memperhatikan efisiensi Menjalankan fungsi perorangan & terikat dengan Undang-Undang Bertanggung jawab hanya pada penderita Menghadapi berbagai persoalan kepemimpinan Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika kedokteran b. Pelayanan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya memelihara, meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit serta sasaran utamanya adalah kelompok dan masyarakat. Tenaga pelaksana : terutama ahli kesehatan masyarakat Perhatian utama : pada pencegahan penyakit Sasaran : masyarakat keseluruhan Berupaya mencari cara yang efisiensi Menjalankan fungsi dengan mengorganisir masyarakat dan mendapat dukungan UndangUndang Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat Menghadapi berbagai persoalan kepemimpinan Dapat menarik perhatian masyarakat, misalnya dengan penyuluhan kesehatan. SYARAT POKOK PELAYANAN KESEHATAN Struktur membentuk bangunan yang utuh dalam arti jelas keterkaitan antar pelbagai pelayanan kesehatan Fungsi menampung semua jenis pelayanan kesehatan yang terselenggara dengan sebaik-baiknya Tersedia (available) Menyeluruh (comprehensive) Terpadu (integrated) Berkesinambungan (continue) Dapat diterima (acceptable) Wajar (apropriate) Mudah dicapai (accesible) Mudah dijangkau (affordable) Efektif (effective) Efisien (efficient) Merata (equity) Mandiri (sustainable) Bermutu (quality) STRATIFIKASI PELAYANAN KESEHATAN

Stratifikasi adalah pengelompokkan sarana kesehatan menurut kesamaan kemampuan dan fungsi yang dimiliki : Primer : teknologi dan pelayanan kesehatan dasar Skunder : teknologi dan pelayanan kesehatan spesialis Tertier : teknologi dan pelayanan kesehatan subspesialis Sumber : F.Mc Kenzie, James. 2007. Kesehatan Masyarakat Edisi 4.Jakarta: EGC. 3. Perilaku Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). 2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior). adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini. a. Perilaku hidup sehat. adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain : 1) Menu seimbang 2) Olahraga teratur 3) Tidak merokok 4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba 5) Istirahat yang cukup 6) Mengendalian stres 7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan b. Perilaku Sakit Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Perilaku ini mencakup : 1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan 2) Mengenal/ mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak. 3) Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan). Domain Perilaku Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni : 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin. 2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi, politik. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 dominan yakni :

1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotor Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: 1. Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang : a. Proses Adopsi perilaku Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : Awareness Interest Evaluation Trial Adoption b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu (know) 2. Memahami (comprehension) 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi 2. Sikap Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Proses terbentuknya sikap dan reaksi : a. Komponen pokok sikap Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok : 1. kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek 2. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) b. Berbagai tingkatan sikap Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan : 1. Menerima (receiving) 2. Merespon (responding) 3. Menghargai (valuing) 4. Bertanggung jawab (responsible) c. Praktek atau tindakan (practice) Mempunyai beberapa tingkatan : 1. persepsi (perception) 2. respon terpimpin (guide response) 3. mekanisme (mecanism) 4. adopsi (adoption) Determinan dan Perubahan Perilaku Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Asumsi Determinan Perilaku Manusia Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antar lain : 1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Teori Snehandu B. Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu merupakan fungsi dari : a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya (behavior intention) b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support) c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of information) d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy) e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion). 3. Teori WHO Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok : Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek. a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b. Kepercayaan Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c. Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. d. Orang penting sebagai referensi Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. e. Sumber daya (resources) Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Sumber : www.askep-askeb.cc.cz/2010/02/konsep-perilaku-kesehatan.html, Jumat, 28 Mei 2010, jam 16.52). 4. Lingkungan Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar

merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Perumahan 1. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah. - Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Maksudnya, membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. - Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang rumah misalnya dari bambu, kayu atap rumbia, dan sebagainya, merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu dipertimbangkan. - Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai oleh masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan kesehatan dikurangi, dan dipertahankan segi-segi yang sudah positif. - Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah. Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem, namun di kota sudah menjadi masalah yang besar. 2. Syarat-syarat rumah yang sehat : - Bahan bangunan 1. Lantai : syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu saat musim kemarau dan tidak basah pada saat musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit. 2. Dinding : tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih lagi bila ventilasi tidak cukup. Didinding rumah di daerah tropis khususnya di daerah pedesaan, lebih baik dinding atau papan, karena lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah. 3. Atap genteng : atap genteng yang umum dipakai di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat. - Ventilasi 1. Ventilasi alamiah : dimana aliran udara dalam ruang tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan sebagainya. 2. Ventilasi buatan : dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. - Cahaya Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. 1. Cahaya alami : menggunakan sumber cahaya yang alami seperti sinar matahari. 2. Cahaya buatan : menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya. - Luas bangunan rumah Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang. - Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat : 1. Penyedian air bersih yang cukup Syarat-syarat air minum yang sehat: a. Syarat fisik : bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya. b. Syarat bakteriologis : harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. c. Syarat kimia : harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Pembuangan tinja Pengelolaan pembuangan kotoran manusia : Harus diperoleh dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Syarat jamban sehat :

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut. b. Tidak mengotori air pemukaan dan tanah di sekitarnya. c. Tidak menimbulkan bau. d. Mudah digunakan dan dipelihara. e. Tidak terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan kecoa. f. Sederhana desainnya. g. Murah. h. Dapat diterima oleh pemakainya. Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain : a. Jamban cemplung, kakus (pit latrine) Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di Jawa. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, sebab apabila terlalu dalam akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latine berkisar antara 1,5 3 meter saja. Rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu, dan atap daun kelapa atau pun daun padi. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter. b. Jamban cemplung berventilasi (VIP latrine) Jamban cempung berventilasi hampir sama dengan jamban cemplung namun bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Di daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu. c. Jamban empang (fishpond latrine) Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Dalam sistem jamban empang ini disebut daur ulang (recyling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya. d. Jamban pupuk (the compost privy) Pada prisipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, dan daun-daunan. e. Septic tank Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, di mana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Pembuangan air limbah (air bekas) Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat umum lainnya. Pada umumnya mengandung zat-zat yang berbahaya bagi manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Pembuangan sampah Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah disini meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. 5. Populasi Dalam biologi, populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu. Anggota-anggota populasi secara alamiah saling berinteraksi satu sama lain dan berreproduksi diantara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam ekologi dan genetika. Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih luas. Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu komunitas. Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli genetika, di sisi lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi pertukaran alel-alel yang dimiliki oleh individu-individu anggotanya. Dinamika frekuensi alel dalam suatu populasi menjadi perhatian utama dalam kajian genetika populasi. KEPADATAN POPULASI Kepadatan populasi di suatu daerah dipengaruhi oleh 2 hal yaitu : a. Imigrasi, yaitu individu yang lahir atau yang datang dari tempat lain b. Emigrasi, yaitu individu yang mati atau yang pindah ke tempat lahir

Kecepatan pertumbuhan populasi penduduk dunia dipengaruhi oleh 2 hal yaitu :


a. Natalitas (angka kelahiran) yaitu angka yang menunjukkan jumlah individu baru yang lahir per

1000 penduduk per tahun. Natalitas adalah faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan populasi. b. Mortalitas (angka kematian) yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian per 1000 penduduk per tahun. Mortalitas merupakan faktor utama yang mengontrol ukuran suatu populasi. Dampak-dampak yang timbul karena peningkatan kepadatan populasi di suatu daerah adalah : 1. Meningkatnya kebutuhan pangan. Thomas Robert Malthus menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dunia seperti deret ukur sedangkan pertumbuhan ekonomi seperti deret hitung, artinya pertumbuhan penduduk sangat cepat sedangkan pertumbuhan produksi pangan sangat lambat. Untuk mencegah bencana kelaparan maka dilakukan : a. Menurunkan angka pertambahan penduduk melalui : memasyarakatkan program KB untuk membatasi jumlah kelahiran menunda masa perkawinan untuk menurunkan jumlah kelahiran memasyarakatkan NKKBS b. Mengimbangi pertambahan penduduk dengan cara : meningkatkan produksi pangan, melalui ekstensifikasi (perluasan lahan) dan intensifikasi (panca usaha tani) penggunaan bibit unggul o pengolahan lahan dengan baik o pemupukan o pemberantasan hama o pengairan diversifikasi (penganekaragaman sumber bahan makanan) pencarian sumber makanan baru 2. Menurunnya ketersediaan lahan, diatasi dengan cara : a. pembangunan perumahan, pabrik, perkantoran dan sarana pendidikan memanfaatkan lahan tandas atau di bangun ke arah vertikal b. daerah yang masih cukup lahan dilakukan ekstensifikasi dan di daerah yang sempit lahan dikembangkan intensifikasi pertanian. 3. Meningkatnya kebutuhan air bersih. Ada 3 sumber air yang banyak dikonsumsi yaitu : a. air hujan b. air permukaan (sungai, danau, rawa, sawah dan kolam) c. air tanah (sumur) Cara pengolahan air permukaan untuk minum, memasak, mencuci dan sebagainya adalah : a. pengendapan b. penyaringan c. proses desinfeksi (pembebasan dari kuman) 4. Kekurangan nutrisi yang mengakibatkan menurunnya kesehatan Makanan yang sehat adalah makanan yang bergizi dan seimbang yaitu makanan yang mengandung enam zat makanan yang diperlukan tubuh (karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air) Ketika kepadatan populasi masih rendah alam masih mampu menyediakan kebutuhan makanan yang cukup bergizi tapi ketika kepadatan populasi meningkat terus alam tidak mampu lagi menyediakan van makanan tersebut. Menurunnya gizi masyarakat akan mengakibatkan menurunnya kesehatan. Gangguan kesehatan yang diakibatkan karena kekurangan gizi disebut defisiensi. Sumber : http://www.scribd.com/doc/26835666/Populasi-Manusia-Dan-Lingkungan hari Selasa, 1 juni 2010 jam 18.54 6. Jenis kelamin dan Usia

Komposisi penduduk dalam arti "demografi" adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Kedua variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa mendatang. Misalnya dalam suatu negara terdapat penduduk umur tua (45 tahun lebih) lebih banyak, maka dapat diharapkan negara tersebut mempunyai angka kelahiran yang rendah dan angka kematian yang tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang rendah. Demikian pula ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan wanita, bisa mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhannya. Ketidakseimbangan itu akan mempengaruhi pula keadaan sosial, ekonomi dan keluarga. Komposisi umur penduduk biasanya digambarkan dalam piramida penduduk yang dapat mencerminkan apakah negara tersebut mempunyai ciri penduduk tua atau muda. Ciri komposisi dan distribusi umur ini dapat pula dipakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan, yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur diatas 65 tahun) dengan banyaknya orang yang termasuk produktif secara ekonomi (15-64 tahun). Sumber : http://www.scribd.com/doc/26835666/Populasi-Manusia-Dan-Lingkungan hari Selasa, 1 juni 2010 jam 18.54 7. Pola hidup Pola hidup yang buruk akan mempercepat dalam timbulnya suatu penyakit, dengan pola hidup yang tidak baik maka akan berpengaruh ke dalam faktor pendukung timbulnya suatu penyaikt. Pola tersebut seperti kurang tidur, menghisap rokok, minum minuman keras, bekerja berat. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_%28biologi%29 hari Kamis 3 Juni 2010, jam 19.27 8. Pekerjaan Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yakni : a. Adanya faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas racun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya. b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan dalam timbulnya hipertensi, dan ulkus lambung). c. Ada tidaknya gerak badan di dalam pekerjaan. Di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit jantung kororner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai dimana kurang adanya gerka badan. d. Karena berkerumun dalam suatu tempat yang relatif sempit sehingga menimbulkan percepatan proses penularan penyakit antara para pekerja. e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang. Sumber : http://www.scribd.com/doc/26835666/Populasi-Manusia-Dan-Lingkungan hari Selasa, 1 juni 2010 jam 18.54 2. PENCEGAHAN Pencegahan (Siwi, Rizkitya, Yuristya) Primer dengan melakukan health promotion, menghambat awitan penyakit selama prapatogenesis Sekunder dengan deteksi dini, prompt treatment, disability limitation dan mencegah patogenesis lebih parah Tersier ditujukan untuk rehabilitasi patogenesis yang mungkin akan terjadi, mencegah halhal yang mungkin dapat memperparah keadaan. Tujuan dari pencegahan adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Konsep pencegahan meluas, mencakup langkah-langkah untuk mengganggu atau menghambat penyakit atau kelainan. Ada tiga tahapan pencegahan yaitu : Pencegahan primer : promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection). Pencegahan sekunder : diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation) Pencegahan tersier : rehabilitasi.

Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah : a. Promosi kesehatan/ health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan. b. Perlindungan khusus (specific protection) : upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain. Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama pada pencegahan primer. Perubahan gaya hidup, penyuluhan kesehatan masyarakat, skrining kesehatan, pendidikan kesehatan di sekolah, kegiatan kesehatan, perawatan prenatal yang baik, pilihan perilaku hidup yang baik, gizi yang cukup, kondisi keamanan, dan perawatan kesehatan di rumah, sekolah atau tempat kerja, semuanya termasuk dalam aktivitas pencegahan primer. Langkah-langkah dan kegiatan pokok dalam dalam kesehatan masyarakat seperti : sanitasi, pengendalian infeksi, imunisasi, perlindungan makanan, susu dan sumber air, pengamanan lingkungan, perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja merupakan pencegahan primer. Hygiene perorangan dan langkah-langkah kesehatan masyarakat memiliki dampak yang besar terhadap epidemik penyakit menular. Imunisasi, pengendalian infeksi, penyimpanan makanan dalam lemari pendingin, pengumpulan sampah, pengelolaan limbah padat dan cair, perlakuan dan perlindungan persediaan air, dan sanitasi umum telah menurunkan ancaman penyakit infeksius di masyarakat. Dengan demikian penyebab kematian utama di negara-negara industri bukan lagi penyakit menular. 2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit. 1. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah : (1) Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular ; (2) Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. 2. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi di atasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skringing kesehatan dan deteksi untuk menemukan patogenik setiap individu di dalam populasi. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan menuju arah suatu ketidakmampuan. Salah satu area promosi kesehatan yang menarik bagi masyarakat dan efektif untuk pencegahan adalah program skrining kesehatan, yang sering ditemukan pada acara kesehatan. Tujuannya adalah untuk deteksi dini, perujukan, pengobatan segera baik untuk menyembuhkan maupun menghentikan penyakit di tahap perkembangan sedini mungkin. Pada akhirnya deteksi dini dapat memperlambat perkembangan penyakit, mencegah komplikasi, membatasi ketidakmampuan, dan menghentikan atau mengurangi daya tular penyakit infeksius. Pencegahan sekunder dapat mempertahankan perilaku sehat dan mnegubah gaya hidup yang tidak sehat melalui pendidikan kesehatan dan program perubahan perilaku seperti berhenti merokok, penurunan berat badan, penurunan stres, konseling kesehatan. 3. Pencegahan tersier Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial. Proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit : yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/ tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit : yang akhirnya sembuh atau mati. Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Pada tahapan ini sasarannya adalah membantu mereka yang menderita penyakit dan
1.

mengalami cedera atau ketidakmampuan untuk menghindari penggunaan sia-sia layanan kesehatan dan agar tidak menjadi tergantung pada praktisi kesehatan dan institusi perawatan kesehatan. Rehabilitasi adalah setiap upaya yang dilakukan untuk memulihkan seseorang yang sakit sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif, mengikuti gaya hidup yang memuaskan, dan untuk memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkatan penyakit, dan ketidakmampuanya. Rehabilitasi merupakan salah satu komponen dalam pencegahan tersier. Pendidikan pasien setelah perawatan sekaligus konseling kesehatan dan beberapa aspek promosi kesehatan juga dapat menjadi komponen yang penting dari pencegahan tersier. Sumber : Timmerck C. Thomas, an introduction to epidemiologi. Jakarta: EGC.2005 http://ec.europa.eu/health/ph_determinants/healthdeterminants_en.htm

Anda mungkin juga menyukai