Anda di halaman 1dari 6

1. Latar Belakang.

 Ayam kampung atau ayam buras sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan banyak

dibudidayakan di pedesaan. Karena perawatannya tergolong mudah, daya tahan hidupnya

cukup tinggi, adaptasi dengan lingkungan dan makanan mudah serta banyak digemari

masyarakat karena baik daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai

dibandingkan ayam ras ( Krista dan Bagus, 2010 ). Secara umum, ayam kampung masih

banyak dipelihara secara ekstensif-tradisional atau umbaran walaupun sudah ada beberapa

peternak yang membudidayakannya secara intensif, namun jumlahnya masih sedikit.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah populasi ayam kampung yang jumlahnya lebih sedikit bila

dibandingkan ayam ras baik secara nasional maupun yang ada di daerah Kabupaten Jayapura

Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2010 populasi ayam kampung atau ayam

buras nasional baru mencapai 268.957.000 ekor , sementara populasi ayam ras sudah

mencapai 1.249.952.000 ekor . Untuk di kabupaten  Jayapura, dinas peternakan provinsi

Papua pada tahun 2010 mencatat populasi ayam kampung baru mencapai 1.318.299 ekor ,

sementara ayam ras sudah mencapai 15.771.780 ekor.

Rendahnya tingkat produksi ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat

pertumbuhannya yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan ayam ras, terbatasnya

manajemen pemeliharaan dan tingginya variasi genetik pada ayam kampung itu sendiri

sehingga masih banyak peternak yang kurang membudidayakannya terutama untuk penghasil

daging dan telur. Padahal, bila ayam kampung ini dibudidayakan secara intensif dengan

pemberian pakan yang baik dan teratur, pertumbuhan ayam jauh lebih cepat dibandingkan

dengan pola pemeliharaan ala kadarnya atau umbaran ( Krista dan Bagus, 2010).
`Oleh karena itu, dengan pemeliharaan yang intensif, pemberian pakan dan vaksin secara

teratur serta menjaga kebersihan kandang maupun lingkungan sekitarnya, pertumbuhan ayam

kampung pedaging akan lebih cepat.

(www. dinas peternakan provinsi Papua pada tahun 2010)

2.   Visi Usaha

Untuk Mengembangkan Ternak ayam kampung pedaging di Lingkungan RW. 002 Kelurahan

Lempeh Kecamatan Sumbawa.

3. Misi

Adapun misi tujuan dari Peternakan ini adalah :

1.      Menberikan kemudahan bagiyang membutuhan Daging

2.      Menciptakan lapangan pekerjaan.

3.      Membangun semangat usaha.

4.      Menbangun kemandirian mahasiswa dalam menghadapi tantangan global.

4. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari usaha ini adalah untuk mengembangkan potensi peternakan ayam kampung

pedaging sehingga mampu membuka peluang kerja baru yang pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup.

5.   Manfaat Kegiatan

Manfaat dari usaha peternakan ini adalah :

         Mengembangkan potensi peternakan ayam kampung pedaging

         Menambah pengalaman dan meningkatkan kerja sama dalam manajemen usaha

         Membuka peluang kerja baru

         Meningkatkan pendapatan atau penghasilan


         Membantu dalam memenuhi kebutuhan daging

6. Jenis Usaha

Jenis usaha yang dimaksud adalah peternakan ayam kampung pedaging,

7. Lokasi Pemeliharaan

Usaha peternakan ayam kampung pedaging ini berlokasi di Desa Nolokla distrik Sentani

Timur Kabupaten Jayapura –Papua.

8. Kelebihan usaha
Usaha ternak ayam merupakan salah satu usaha yang menghasilkan daging dan telur dengan
keuntungan yang cukup besar. Maka usaha ini banyak diminati para pencari usaha. Selain itu
menjalankan usaha ini juga memiliki waktu yang relative cukup santai, jadi usaha ini tidak
mengganggu kegiatan sehari – hari.

9. Kekurangan usaha
Dalam merawat ayam diperlukan teknik dan pengetahuan yang tepat tentang peternakan.
Karena beternak ayam tidaklah mudah, karena takaran makan, minum, luas kandang serta
lingkungan kandang juga harus disesuaikan agar ayam dapat tumbuh dengan baik. Karena
banyaknya penyakit seperti flu burung, dan penyakit ayam lainnya dapat mengancam usaha.

10. Deskripsi Usaha

Usaha ini bergerak di bidang peternakan ayam kampung sebagai penghasil daging. Usaha ini

dikelola oleh tiga orang sebagai pemilik usaha dan untuk jangka pendek dibantu oleh satu

orang karyawan. Sementara untuk jangka panjangnya diharapkan mampu menyerap lebih

banyak lagi tenaga kerja seiring dengan perkembangan usaha yang dijalankan. Peternakan

ayam kampung pedaging ini dimulai dari pemeliharaan DOC ( day old chick) sampai waktu

panen sekitar 2,5 bulan dengan perawatan yang intensif. Untuk tempat atau kandang beserta

perlengkapan yang lainnya seperti tempat pakan dan minum sudah tersedia. Jadi, pemilik

modal atau usaha hanya perlu menyediakan biaya sewa kandang dan perlengkapan tersebut,

sementara untuk DOC dibeli dari peternak lain yang menyediakan bibit DOC.
11.   Strategi Pemasaran

Untuk pemasarannya, pada tahap awal hasil ternak akan dipasarkan langsung ke pasar-pasar

tradisional baik yang ada di sekitar peternakan maupun pasar lain yang ada di Sentani dengan

terlebih dahulu melakukan survei pasar untuk mengetahui berapa kebutuhan ayam kampung

pedaging ini dipasaran. Selain itu, hasil ternak juga dapat dipasarkan langsung kepada

konsumen seperti masyarakat sekitar dan warung-warung yang menyediakan menu ayam

kampung. Untuk tahap-tahap selanjutnya akan lebih mudah karena diharapkan usaha

peternakan ini sudah mempunyai pelanggan tetap atau pengepul yang menampung hasil

ternak.

12. Analisis Usaha

a.      Biaya Tetap

  Sewa kandang 1 tahun untuk 4 periode= Rp1.000.000,00

  Pemanas                                                    =Rp200.000,00

  Peralatan makan dan minum               =Rp500.000,00

                                                Jumlah Rp1.700.000,00

b.       Biaya Variabel

  Pembelian DOC 500 ekor @Rp6000= Rp3.000.000,00

  Pakan DOC sampai umur 30 hari (complete feed ) 21 gram/ekor/hari*

500 ekor x 30 hari x Rp6.000/Kg =Rp1.800.000,00

  Pakan pembesaran ( umur 30 hari sampai panen )= Rp 2.500.000,00

  Vaksin dan vitamin= Rp 150.000,00

  Pembelian sekam 30 karung @Rp2000/karung= Rp60.000,00


  Biaya transportasi =Rp100.000,00

                                    Jumlah Rp7.610.000,00

Total biaya tatap dan biaya variabel:

biayatetap + biaya variable=Rp1.700.000,00+Rp7.610.000,00

= Rp9.310.000,00

Keterangan : *) pakan rata-rata per hari

c.       Pendapatan

Asumsi bobot rata-rata ayam per ekor 0.8 – 1 Kg dan tingkat kematian ayam pada saat

pemeliharaan hingga panen 5%

  475 ekor x Rp25.000/Kg =Rp11.875.000,00

  Penjualan kotoran ayam 20 karung x Rp3500= Rp70.000,00

Total pendapatan Rp11.945.000,00

d.      . Keuntungan

Total keuntungan

   Total pendapatan – Total biaya = Rp11.945.000,00 – Rp9.310.000,00

= Rp2.635.000,00/2,5 bulan

13. Penutup

            Demikian proposal ini kami ajukan, semoga dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang usaha peternakan ayam kampung pedaging ini. Kami ucapkan terima kasih atas

bantuan dan dukungannya baik moral maupun materiil dengan harapan semoga usaha ini

dapat berjalan dengan baik dan lancar serta berkelanjutan untuk kedepannya.
14.  Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai