TOR - Nikmat Keamanan Dan Membentengi Umat Dari Radikalisme
TOR - Nikmat Keamanan Dan Membentengi Umat Dari Radikalisme
I. PENDAHULUAN
Harus kita akui bersama bahwa hingga saat ini belum disepakati definisi serta batasan yang lugas dan
konkrit mengenai terminologi radikalisme, intoleransi dan terorisme. Hal ini kemudian berdampak
pada terjadinya pembelahan di masyarakat yang diakibatkan oleh perilaku provokatif, pelabelan
stigma, hasutan-hasutan, hingga tindakan-tindakan anarkis yang dilakukan sekelompok masyarakat
tertentu dikarenakan gagal paham dalam menafsirkan isu intoleransi dan radikalisme. Sementara di
sisi lain, kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi dan mencegah bahaya yang ditimbulkan masih
sebatas konsep akademis yang belum terumuskan kedalam langkah-langkah strategis yang konkrit.
Intoleransi dan radikalisme yang dalam skala kecil berupa ujaran-ujaran kebencian, jika tidak segera
dihentikan, akan terus bergulir seperti bola salju yang berakumulasi merusak stabilitas kerukunan di
masyarakat. Kondisi ini juga dibooster dengan kemajuan teknologi informasi saat ini yang
memungkinkan setiap orang untuk berpendapat dan mengekspresikan opininya dalam bentuk tulisan,
gambar, atau video baik di lini massa, media online, media sosial maupun blog-blog pribadi, sehingga
menimbulkan gelombang tsunami informasi yang beragam dari persfektif yang bervariasi sesuai
dengan keinginan dari pembuat isu. Hal ini tentunya menambah keruh persoalan yang masih samar-
samar kita pahami. Alih-alih mencerahkan dan memberikan solusi, sebaliknya malah menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru sebagai turunan dari kegagalan dalam menafsirkan intoleransi dan
radikalisme.
Di satu sisi, akumulasi intoleransi dan radikalisme akan melahirkan paham terorisme menurut
mainstream, dan dalam kasus yang ekstrim akan bisa memicu aksi teroris, yang meresahkan
masyarakat dan menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Sementara di sisi yang
lain, kegagalan dalam memahami terminologi intoleransi dan radikalisme, juga berpotensi menjadi
terorisme dalam persfektif yang lain terhadap masyarakat dan kelompok yang tidak sejalan dan
sepemahaman dengan kelompoknya. Undang-Undang no 5 tahun 2018 cukup jelas menyatakan
bahwa tindakan terorisme dikategorikan sebagai tindak pidana, yaitu perbuatan yang menggunakan
kekerasan/ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek vitas yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional
dengan motif ideologi, politik atau gangguan keamanan.
Berbagai langkah dilakukan pemerintah dari hulu hingga hilir untuk mencegah dan menanggulangi
radikalisme dan intoleransi secara komprehensif. Penguatan criminal justice response terhadap isu
kontra terorisme dengan pengesahan dan penerapan sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang
5/2018, Peraturan Pemerintah 77/2019, Peraturan Pemerintah 35/2020, dan Peraturan Presiden 7
tentang Rencana Aksi Nasional 2021 tentang pencegahan dan pemberantasan Ekstremisme berbasis
kekerasan menuju Terorisme. Salah satu upaya yang terus dilakukan pemerintah adalah kebijakan
deradikalisasi, yaitu suatu upaya tanpa kekerasan untuk mencegah pemikiran radikal dengan
meningkatkan berbagai aspek, misalnya pemahaman agama, keadilan, dan ekonomi yang melibatkan
masyarakat.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyelenggara :
1. Yayasan Uswah Hasanah (YUSNA)
2. Koramil 04 Ciledug
3. Polsek Ciledug
4. Kecamatan Sudimara Selatan
Pembicara / Pemateri:
1. Al Ust Dr. Ali Musri Semjan Putra, MA ( Key note speech )
2. Al Ust Abdurrahim Ayyub
3. Pejabat Eselon I – BNPT
Sambutan :
1. Ketua /Pembina Yayasan
2. Koramil Ciledug / Polsek Ciledug
3. Camat Sudimara Selatan
Moderator :
1. Al Ustadz Faishal, Lc
2. Armayadi, SH
Peserta :
1. Aparatur / Pejabat Pemda
2. MUI - Ciledug
3. Pejabat Setempat RW / RT
4. Pengurus – Pengurus DKM
5. Pimpinan Majelis Ta’lim dan Panitia Kajian / Pegiat Dakwah ( Anggota Formastangraya)
6. Santri dan Jama’ah