Anemia 3
Anemia 3
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Semua sel hidup memerlukan material untuk bertahan hidup dan
melakukan fungsi kerja yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.
Perubahan massa sel darah merah menimbulkan dua keadaan yang berbeda,
jika jumlah sel darah merah kurang, maka timbul anemia.
Anemia adalah tanda dari suatu proses perjalanan penyakit yang dapat
diidentifikasikan karena anemia bukan penyakit yang spesifik. Telah diketahui
secara umum anemia yang berat dapat membuat shock, biasanya gejalanya
tidak diperhatikan oleh penderita.
Beberapa ahli epidemiologi mengkalkulasikan sedikitnya satu setengah
populasi di dunia yang menderita anemia. Data tersebut memberi gambaran
bahwa masalah anemia perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik
karena kalau tidak akan menimbulkan komplikasi. Dalam hal ini perawat
penting memberi penyuluhan tentang istirahat, pola makanan yang baik serta
pengobatan yang teratur untuk membantu dalam proses penyembuhan dan
peningkatan penyakit.
2. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan mengaplikasikan semua teori yang telah
penulis peroleh melalui praktek asuhan keperawatan di lapangan.
1. Agar mahasiswa memahami anatomi, fisiologi dan patofisiologi yang
berhubungan dengan penyakit anemia.
2. Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
anemia.
3. Agar mahasiswa mampu memberikan penyuluhan terhadap pasien di
rumah sakit mengenai penanganan penyakit anemia.
3. METODE PENULISAN
Dalam menyusun makalah ini penulis mengumpulkan data dengan
informasi dengan cara :
1
1. Studi pustaka, dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur
yang berhubungan dengan anemia.
2. Pengamatan kasus yang dilakukan secara langsung di rumah sakit.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar dan daftar isi,
dilanjutkan Bab I. Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan
penulisan, metode dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan teoritis terdiri
dari konsep dasar medik dan konsep asuhan keperawatan. Bab III diuraikan
mengenai pengamatan kasus. Hasil pengamatan kasus dibahas pada Bab IV
yang berisi tentang Pembahasan kasus. Bab V tentang kesimpulan, dan pada
bagian akhir makalah ini dilampirkan daftar pustaka.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit, jumlah
haemoglobin dan hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan, berkurangnya
produksi eritrosit atau peningkatan penghancuran sel darah merah. (Sharon
Mantik Lewis, 2000, hal. 736).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah
merah dan kadar Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah
eritrosit lebih rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14 g/dl
dan hematokrit kurang dari 41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan
hematokrit kurang dari 37% pada wanita. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000,
hal. 547).
Klasifikasi anemia :
1) Anemia mikrositik hipokrom
Adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun di bawah tingkat
normal (dewasa pria : 13,5-18 g/dl; wanita : 12-16 g/dl). Besi diperlukan
untuk sintesa hemoglobin).
2) Anemia makrositik
a. Anemia defisiensi Vit. B 12 (pernisiosa)
Kekurangan vitamin B 12 akibat gangguan absorpsi vitamin yang
merupakan penyakit herediter autoimun.
b. Anemia defisiensi asam folat
Penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorbsi terjadi
di saluran cerna.
c. Anemia karena perdarahan.
d. Anemia hemolitik
Terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari) baik
sementara maupun terus-menerus).
3
e. Anemia aplastik.
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel
darah.
2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh berupa cairan yang terdapat di
pembuluh darah yang jumlahnya pada orang sehat dewasa 1/3 dari berat badan
atau kira-kira 4-5 liter. Hal ini tergantung dari umur, pekerjaan, keadaan
jantung dan pembuluh darah. Darah terdiri dari komponen cair (plasma) : 91-
92% dan padat 7-9%.
Komponen padat darah terdiri dari :
2.1. Eritrosit (sel darah merah)
Berbentuk bulat pipih, tidak mempunyai inti sel, jumlahnya kira-kira 5
juta/mm 3 darah. Dibentuk dalam sumsum tulang dan dirangsang oleh
hormon eritropoetin yang berasal dari ginjal. Usia eritrosit dalam
peredarannya adalah 120 hari. Di dalam sel eritrosit dapat didapat
hemoglobin yaitu suatu senyawa kimiawi yang terdiri dari molekul Hem
yang mempunyai ion Fe (besi) yang terkait dengan rantai globin (suatu
senyawa protein). Hemoglobin berperan mengangkut oksigen dan CO 2.
Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16 gr% dan wanita 12-14%.
2.2. Leukosit (sel darah putih)
Berwarna bening, dapat berubah-ubah serta mempunyai inti sel. Jumlah
sel darah putih normalnya adalah 4.800-10.800 /mm 3. Fungsi utamanya
adalah sebagai pertahanan tubuh.
2.3. Trombosit (sel pembeku darah)
Berupa benda-benda kecil yang mati dimana bentuk dan ukurannya
bermacam-macam. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan
limfa yang diameternya 1-4 m dan umur peredarannya sekitar 10 hari.
Jumlah trombosit normal 150.000-450.000 /ul.
4
1.3 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan ke seluruh
jaringan/alat tubuh.
1.4 Mengangkut dan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat anti racun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Gambar Anatomi
5
3. Etiologi
3.1. Penurunan produksi eritrosit, yaitu terdiri dari:
3.1.1. Peningkatan sintesis hemoglobin seperti defisiensi zat besi dan
thalasemia.
3.1.2. Rusaknya sintesis DNA karena penurunan vitamin B 12 (cobalamin)
dan defisiensi asam folat.
3.1.3. Pencetus terhadap penurunan jumlah eritrosit seperti anemia
aplastik, anemia dari leukemia, dan penyakit kronik.
3.2. Perdarahan
3.2.1. Akut, bisa disebabkan karena trauma dan rupturnya pembuluh
darah.
3.2.2. Kronik, seperti gastritis, menstruasi dan hemoroid.
3.3. Peningkatan penghancuran eritrosit
3.3.1. Intrinsik : hemoglobin yang tidak normal, defisiensi enzim (G 6PD)
3.3.2. Ekstrinsik : trauma fisik, antibodi, infeksi dan toksik (malaria).
4. Patofisiologi
Anemia adalah sebagian akibat produksi sel darah merah tidak
mencukupi dan sebagian lagi akibat sel darah merah yang prematur,
kehilangan darah, kurang nutrisi dan herediter. Semuanya ini mengakibatkan
gangguan atau kerusakan pada sumsum tulang. Sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi seperti pada berbagai kelainan hemolitik.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O 2 yang
dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih),
seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemia
dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat
atau syok. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh
kecepatan aliran darah yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada
penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif
sebab otot jantung kekurangan oksigen dengan beban kerja jantung yang
meningkat. Dispnea, nafas pendek dan cepat, lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O 2. Sakit kepala,
pusing, kelemahan dan tinitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan
6
berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat
dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan
keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare dan stomatitis. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal
dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri
yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang
mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah
merah itu terganggu, adalah :
1. Hemoglobinopati : hemoglobin abnormal yang diturunkan misalnya
anemia sel sabit.
2. Gangguan sintesis globin, misalnya thalasemia.
3. Gangguan membran sel darah merah, misalnya sterositosis herediter.
4. Defisiensi enzim, misalnya defisiensi G 6PD (glucose 6-fosfat
dehidogenase).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Darah lengkap
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Retikulosit
7
- Bilirubin
- Eritrosit
- Trombosit
- Leukosit.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan urine
7. Komplikasi
Komplikasi umum anemia meliputi gagal jantung, parestesia dan kejang. Pada
setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih besar
kemungkinannya mengalami angina atau gejala gagal jantung kongestif
daripada seseorang yang tidak mempunyai penyakit jantung. Komplikasi dapat
terjadi sehubungan dengan jenis anemia tertentu.
8
1.2. Pola nutrisi metabolik
Penurunan BB.
Kurang nafsu makan.
Mual muntah.
Adanya gangguan dalam mulut, tidak selera makan.
Kelainan rasa pengecapan.
9
Metrokhagia.
Perdarahan pada sebelum dan sesudah partus.
2. Diagnosa Keperawatan
2.1. Hypoxemia b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
2.2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia.
2.3. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed
rest, imobilisasi.
2.4. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan dan kelelahan karena
penurunan oksigen dalam darah.
2.5. Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake
dan perubahan dalam digestif efek samping obat.
2.6. Risiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat
seperti penurunan Hb, leucopeni.
3. Perencanaan
3.1. Hypoxemia b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
Hasil yang diharapkan :
Oksigen dalam sel darah merah terpenuhi.
10
Monitor Hb.
R/ Menentukan kapasitas anemia.
Ajarkan teknik relaksasi dan napas efektif.
R/ Mengurangi dispnea.
3.2. Kekurangan nutrisi b.d anoreksia tidak nafsu makan.
Hasil yang diharapkan :
Pasien mampu menghabiskan makanan 1 porsi.
11
Kaji kebersihan kulit.
R/ Mencegah infeksi.
Berikan posisi selang seling tiap 2 jam.
R/ Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah penekanan.
Ajarkan latihan ROM
R/ Merangsang sirkulasi.
3.4. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan, kelelahan karena
penurunan oksigen di dalam darah.
Hasil yang diharapkan :
Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi.
12
Monitor dan laporkan intake output per oral.
R/ Dapat menunjukkan dehidrasi, kehilangan cairan berlebihan atau
tambahan dalam mengidentifikasi defisiensi.
Konsultasi dengan ahli diet untuk pemberian diet seimbang tinggi
serat.
R/ Makanan tinggi serat mempertahankan enzim pencernaan dan
penyerapan cairan.
3.6. Resiko tinggi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti Hb,
leukopeni.
Hasil yang diharapkan :
Infeksi tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
Kembangkan cara mencuci tangan yang benar dalam memberikan
perawatan kepada pasien.
R/ Mencegah infeksi silang.
Pertahankan tehnik aseptik sesuai dengan prosedur atau pengobatan
luka.
R/ Mengurangi resiko infeksi bakterial.
Berikan perawatan kulit, mulut dan perianal secara teliti dan cermat.
R/ Mengurangi resiko kerusakan integritas kulit atau jaringan dan
infeksi.
Monitor temperatur atau suhu, catat bila ada kedinginan, takikardia.
R/ Akibat dari infeksi yang membutuhkan tindakan.
4. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang pada pasien yang anemia adalah :
4.1. Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengkonsumsi makanan
bergizi seperti mengandung asam folat dan vitamin B 12 contoh : sayur-
sayuran berwarna hijau; bayam, tempe, hati, ginjal, atau suplemen
tambahan dan lain sebagainya.
4.2. Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas.
4.3. Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan kesehatan
terdekat.
13
C. PATOFLOWDIAGRAM
Konsentrasi Hb terganggu
Transportasi
O2 dan CO2
terganggu
Transportasi
Makanan menurun
Hypoxia jaringan
Gelisah dan
Gangguan saluran sakit kepala
cerna Diaporesis
DP I.
Anoreksia Tachicardia Hypoxemia
Nausea DP II. Nutrisi Sesak napas
Stomatitis DP IV.
Diare Aktivitas
Konstipasi Shock
DP III.
Risti Inte-
Anoxia Jaringan gritas kulit
DP V. Eliminasi
Asidosis Metabolik
14
BAB III
PENGAMATAN KASUS
15
untuk informasi pasien. Evaluasi yang didapat dari pelaksanaan yang dilakukan
ialah pengetahuan pasien bertambah, dan kebutuhan nutrisi masih belum teratas
sebelumnya.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang ditemukan pada pasien yaitu :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual.
b. Resiko hipoxemia b.d kekurangan oksigen dalam sel darah merah.
Sedangkan diagnosa yang tidak terjadi yaitu :
a. Ketidakmampuan merawat diri b.d kelemahan dan kelelahan karena
penurunan oksigen dalam darha.
Tidak terjadi karena pasien sudah dapat memenuhi kebutuhannya dan bila
lelah pasien istirahat di tempat tidur.
16
b. Perubahan pola eliminasi : konstipasi atau diare b.d perubahan intake dan
perubahan dalam digestif efek samping obat.
Tidak terjadi karena pasien sudah mendapat therapi New Diatab 3x2 tab,
Imodium 1x1 tablet. Sehingga pada saat pengkajian perubahan eliminasi :
diare sudah tidak terjadi.
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d hypoxemia jaringan, bed rest,
imobilisasi.
Tidak terjadi karena pasien sudah mobilisasi mandiri.
d. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan sekunder yang tidak adekuat seperti
penurunan Hb, leukopeni.
Tidak ditemukan karena pemeriksaan laboratorium menunjukkan
penurunan Hb dan Ht sementara leukosit dan trombosit dalam nilai normal.
Sedangkan ada diagnosa yang diangkat penulis tapi tidak ada dalam
literatur yaitu ketidakefektifan regimen terapeutik b.d informasi tentang
pengobatan, tanda gejala, penyebab penyakit.
3. Perencanaan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. V dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan. Intervensi dapat dilakukan dan tidak
menemukan hambatan yang berarti karena tersedianya fasilitas dan kerja sama
yang baik antara perawat dengan pasien. Dalam pelaksanaan diutamakan
penyuluhan kembali tentang penyakitnya dan penyebabnya agar tidak terulang
lagi.
4. Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan, evaluasi semua belum dapat tercapai
karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan dan pelaksanaannya dibutuhkan
ketaatan terhadap diit untuk mengurangi terjadinya penyakit yang sama dan
tidak terjadi komplikasinya.
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth’s (2000). Text book of Medical Surgical Nursing. (Ninth
edition). USA. Lippincott Williams and Wilkins.
Lewis, S.M. et.al (2000). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management
of Clinical Problems. (Fifth edition). USA. Mosby inc.
19