2.1.1 INDUSTRI KREATIF Pengertian industri kreatif adalah industri yang mengandalkan kerterampilan, talenta, dan kreativitas yang berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan. (Simatupang;2007). Definisi industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan keterampilan, kreativitas dan bakat individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini akan berfokus untuk memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu. (Departemen Perdagangan RI ; 2009), Arti industri kreatif adalah industri yang berasal dari kreativitas, keterampilan dan bakat suatu individu yang secara potensial mampu menciptakan kekayaan dan lapangan pekerjaan melalui eksploitasi serta pembangkitan daya cipta dan kekayaan intelektual individu. (UK DCMS Task Force: 1998). Pengertian industri kreatif adalah industri yang mempunyai ciri – ciri keunggulan pada sisi kreativitas dalam menghasilkan berbagai desain kreatif yang melekat pada produk barang atau jasa yang dihasilkan. (Howskin : 2001). Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan, desain, fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Menurut UNESCO, industri kreatif adalah kegiatan produksi maupun pelayanan yang melingkupi elemen substansial dari segi artistic atau usaha untuk menciptakan dan mencakup aktifitas arsitektural dan periklanan. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia, kelompok industri kreatif di Indonesia meliputi periklanan, arsitektur, pasar seni atau barang antic, kerajinan, desain, fashion, video film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan. Sedangkan konsep ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-1
dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Kemunculan ekonomi kreatif didasarkan pada simbol kompleks konsumerisme yang dikonstruksi melalui elaborasi konsumsi kebutuhan sosial yang tinggi, dan bukan didasarkan semata pada murni konsumerisme yang terjadi dari adanya konsumsi kebutuhan praktis dan efisien (Levickaite, 2011). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dewasa ini perkembangan ekonomi telah sampai level dimana kegiatan ekonomi harus mampu untuk menemukan inovasi dan kreativitas yang selalu baru. Kesuksesan dalam bidang ekonomi dewasa ini, menurut Ginevičius, Krivka (2009: 192) hanya bisa didapatkan jika pelaku bisnis mampu beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah secara konstan sebagaimana perkembangan ekonomi yang selalu terikat dengan proses teknologi, ketidakpastian masa depan, dan lain sebagainya. Mari kita simpulkan definisi Ekonomi Kreatif dari berbagai sumber. Ekonomi Kreatif adalah: 1. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. 2. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. 3. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.
2.1.2 PENATAAN KAWASAN INDUSTRI KREATIF
Untuk mengembangkan kota kreatif, Simatupang menyatakan bahwa ada 2 prasyarat utama yang harus terpenuhi, yakni terciptanya ekologi kota kreatif dan adanya kebijakan kota kreatif. Ekologi kota kreatif terdiri dari mengembangkan sistem pendukung kreatif, mengembangkan program-program kreatif, menata ulang ruang
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-2
fisik kota, dan mendorong terjadinya sistem inovasi kota yang didukung oleh pendidikan dan pelatihan kreatif. Sedangkan untuk kebijakan kota kreatif terdiri dari mengembangkan modal kreatif, mendorong kemampuan menghadirkan modal finansial, menggerakkan kepemimpinan kreatif dan kolaborasi antar sektor industri kreatif, dan memperkuat citra Kecamatan Kasihan sebagai daerah kreatif yang bermartabat. Tabel 2.1. Inovasi Pengembangan Kota Kreatif
Sistem Pendukung Pengalaman Kreatif
1. Fasilitas 1. Peristiwa Prasarana pendanaan 2. Festival Program 2. Ruang kreatif 3. Kontes 3. Akses pasar 4. Ekspo Arte Polis Innopolis 1. Gedung artistic 1. Industry kratif Tempat 2. Tata kota 2. Pendidikan Aset 3. Lingkungan hidup 3. Pemerintahan 4. Komunitas
Dalam pengembangan kota kreatif melalui metode ekologi kreatif diperlukan
empat prinsip pokok yang harus diterapkan, antara lain prasarana, tempat, program, dan aset. Aspek prasarana yaitu yang mempengaruhi sistem pendukung industri kreatif supaya dapat lebih berkembang, seperti tersedianya fasilitas yang memadai, pendanaan yang cukup, ruang kreatif, dan kemudahan akses ke pasar. Sedangkan untuk aspek tempat (ArtePolis) yaitu sarana tempat yang dapat mendukung terciptanya kesan kreatif, seperti contohnya gedung yang artistik, ornamen kota artistik, ruang kratif untuk publik, galeri dan gedung pertunjukan, tata kota yang menyiratkan kesan kreatif, koridor kreatif, dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk aspek program yaitu suatu aspek yang berpengaruh terhadap pengalaman kreatif yang dapat menarik pengunjung atau pembeli untuk datang dan membeli sesuatu dari industri kreatif dalam suatu kota tersebut. Dalam aspek ini meliputi peristiwa, festival, kontes, dan expo. Aspek program ini sangat penting untuk ditonjolkan mengingat aspek ini dapat membawa suatu kota itu memiliki citra yang kreatif atau tidak. Sedangkan untuk aspek keempat yaitu aset (InnoPolis), yaitu suatu aspek yang lebih menekankan pada seni dan sains yang mengubah gagasan, metode, atau objek yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru dengan nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-3
ditawarkan/diperoleh orang lain. Kota inovasi (InnoPolis) ini mendorong pendekatan yang holistik dan berkelanjutan terhadap inovasi secara teknologi, sosial, dan budaya. Dalam aspek ini terdiri dari industri kreatif, pendidikan, pemerintah, dan komunitas. Tujuan dari dibentuknya kota inovasi (InnoPolis) diantaranya adalah: 1. Bertindak sebagai katalis dalam mendorong kolaborasi antar otoritas dan organisasi supaya menjadi sinergi inovasi lintas daerah dan perusahaan. 2. Mendorong inisiatif riset dan pengembangan teknologi berbasis budaya lokal. 3. Mengembangkan ruang dialog tentang daya saing, inovasi, dan nilai-nilai sosial diantara pemegang kepentingan termasuk pemerintah, industri, pendidikan, dan masyarakat kreatif. 4. Mendorong partisipasi perusahaan dalam kegiatan inovasi yang dapat melestarikan identitas budaya, kebhinekaan, dan lingkungan hidup. 5. Mendorong partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan nirlaba dalam pengambilan keputusan tentang kebijakan inovasi yang menyangkut bidang atau daerah mereka. Untuk menunjang terwujudnya kegiatan InnoPolis tersebut, maka dibentuklah kebijakan inovasi dan inovasi sosial. Kebijakan inovasi ini dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran inovasi, pelatihan dan pendidikan inovasi, dan proyek/jejaring inovasi. Sedangkan untuk inovasi sosial dilakukan dengan mengembangkan metode inovasi untuk manajemen budaya, kepariwisataan budaya yang berkelanjutan, dan inovasi, kebudayaan, dan teknologi komputer dan informasi. Dari penjelasan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan tentang pengembangan kota kreatif melalui pendekatan ekologi kota kreatif, bahwa dalam pendekatan ini ada empat tahap yang perlu dilakukan, yaitu mengembangkan sistem pendukung kreatif, mengembangkan program-program kreatif, menata ulang ruang suatu kota (ArtePolis), dan mendorong terjadinya sistem inovasi kota yang didukung oleh pendidikan dan pelatihan kreatif (InnoPolis). Metode atau cara kedua yang perlu dikembangkan yaitu dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung iklim ekonomi kreatif. Kebijakan adalah rencana pelaksanaan yang dikembangkan dengan tujuan untuk memandu keputusan dan mencapai hasil yang rasional. Kebijakan dapat diartikan juga sebagai sebuah mekanisme untuk membuat keputusan secara politik, manajemen, finansial (seperti
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-4
penentuan prioritas pengeluaran), dan administrasi yang dubuat untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam menciptakan kebijakan kreatif, terdapat empat hal yang harus ditingkatkan, antara lain modal kreatif, modal finansial, kepemimpinan, dan pencitraan. Dalam mengembangkan modal kreatif, diperlukan pekerja-pekerja yang kreatif, pewirausaha kreatif, dan komunitas kreatif. Urgensi untuk dibentuknya komunitas kreatif ini adalah sebagai habitat untuk membangun identitas kreatif tertentu dan membidani lahirnya pekerja kreatif serta pewirausaha kreatif. Aktivitas-aktivitas yang dapat mendorong lahirnya pewirausaha kreatif ini diantaranya adalah dengan melakukan pendidikan dan pelatihan, dialog dan diskusi, perekrutan anggota baru, keanggotaan, kepemimpinan, festival/kontes/pemberian penghargaan, dan penyediaan ruang untuk berkreasi. Pengembangan modal finansial dimaksudkan untuk dapat mendorong kemampuan untuk menghadirkan modal finansial. Untuk dapat menghadirkan modal tersebut diperlukan sumber daya publik dan pribadi termasuk modal ventura, dan intensif. Melalui kebijakan modal finansial ini, diharapkan para pewirausaha kreatif akan mendapat kemudahan untuk mendapatkan sumber permodalan, kemudahan dalam perpajakan, dan semakin banyak mendapat dukungan terhadap incubator ventura kreatif. Sedangkan dalam mengembangkan karakter kepemimpinan dimaksudkan agar pengusaha dapat menggerakkan jiwa kepemimpinan kreatif dan kolaborasi antar sektor industri kreatif. Agar hal ini dapat terwujud, maka diperlukan kepeloporan, kejuangan, kolaborasi, dan pengakuan. Untuk dapat menjaring bibit-bibit pemimpin kreatif diperlukan jiwa yang mau dan berani serta turut membangun kemampuan komunitas untuk mengembangkan keterampilan kreatif yang dimilikinya, membangun kolaborasi, dan menciptakan/memanfaatkan pengetahuan secara inovatif dan efektif. Dan untuk hal yang terakhir, untuk memperkuat citra Kawasan Kasongan sebagai daerah kreatif yang bermartabat maka setiap pengusaha harus mampu menciptakan pencitraan daerah yang baik terhadap daerah tersebut. Agar hal ini dapat terwujud, maka diperlukan logo, semboyan, strategi pemasaran yang terstruktur, kualitas pelayanan yang dapat bersaing, kualitas hidup yang layak, informasi ekonomi kreatif, dan indeks kreativitas. Selain diperlukan strategi-strategi pengembangan untuk menunjang iklim kota kreatif, diperlukan juga peran pemerintah yang diyakini akan membawa pengaruh
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-5
yang cukup besar. Peran yang tepat bagi pemerintah adalah sebagai suatu katalis dan penantang dengan maksud untuk memperkuat atau bahkan mendorong perusahaan untuk meningkatkan aspirasi mereka dan bergerak menuju tingkat kerja kompetitif yang lebih tinggi. Terdapat beberapa prinsip dasar yang sederhana bahwa pemerintah seharusnya mencakup untuk memainkan peran yang mendukung dan tepat bagi daya saing nasional yang mendorong perubahan, mempromosikan persaingan domestik, dan merangsang inovasi.
2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN
2.2.1 PERMEN PU No. 6 TAHUN 2007 Tentang PEDOMAN PENYUSUNAN RTBL
Gambar 2.1. Kedudukan RTBL
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-6
Gambar 2.2. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-7
1. Materi pokok Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi: a. Program Bangunan dan Lingkungan. b. Rencana umum dan Panduan Rancangan. c. Rencana Investasi. d. Ketentuan Pengendalian Rencana. e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. 2. Penyusunan Dokumen RTBL dilaksanakan pada suatu kawasan/lingkungan bagian wilayah kabupaten/kota, kawasan perkotaan dan/atau perdesaan meliputi: a. Kawasan baru berkembang cepat. b. Kawasan terbangun. c. Kawasan dilestarikan. d. Kawasan rawan bencana. e. Kawasan gabungan atau campuran dari keempat jenis kawasan diatas. 3. Penyusunan dokumen RTBL didasarkan pola penataan bangunan dan lingkungan yang ditetapkan pada kawasan perencanaan, meliputi: a. Perbaikan kawasan, seperti penataan lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kampung), perbaikan desa pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan, serta pelestarian kawasan. b. Pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi dan rekontruksi kawasan pasca bencana. c. Pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman (Kawasan siap bangun/Lingkungan siap bangun – berdiri sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbatasan dan pembangunan kawasan pengendalian ketat (high-control zone). d. Pelestaria/perlindungan kawasan, seperti pengendalian kawasan pelestarian, revitalisai kawasan, serta pengendalian kawasan rawan bencana. 4. Komponen Rancangan meliputi: a. Struktur Peruntukan Lahan. b. Intensitas Pemanfaatan Lahan.
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-8
c. Tata Bangunan. d. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung. e. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hinau. f. Tata Kualitas Lingkungan. g. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan. 5. Produk akhir dari RTBL dapat berupa: a. Rencana aksi / kegiatan komunitas (community – action plan/ CAP). b. Rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development plan/ NDP). c. Panduan rancang kota ( urban-design guidelines/UDGL). 6. Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/ kawasan dengan luas deliniasi kawasan perencanaan 5 - 60 Ha: a. Kota Metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha. b. Kota besar/sedang dengan luasan 15 – 60 Ha. c. Kota kecil/desa dengan luasan 30 – 60 Ha.
2.2.2 REVIEW RTRW KABUPATEN BANTUL TERHADAP KAWASAN KECAMATAN
KASIHAN Arahan kebijakan RTRW Kabupaten Bantul terhadap Kawasan Kasihan meliputi: 1. Dalam hierarki sistem perkotaan Kabupaten Bantul Kawasan Kasihan termasuk dalam hierarki I. 2. Dalam pengembangan sistem perkotaan arahan pengembangan Kawasan Kasihan sebagai kota kecil. 3. Dalam sistem pelayanan kabupaten Kawasan Kasihan merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). 4. Peruntukan tujuan pariwisata pariwisata buatan berupa desa kerajinan yang meliputi Kasongan – Jipangan – Gendeng – Lemahdadi (Kajigelem) di Kecamatan Kasihan. 5. Rencana kawasan permukiman perkotaan. 6. Kawasan Strategis Sosio-Kultural Kabupaten yaitu Kawasan Strategis Desa Wisata dan Kerajinan Gabusa – Manding – Tembi (GMT) dan Kasongan – Jipangan – Gendeng – Lemahdadi (Kajigelem).
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-9
2.2.3 REVIEW PERDA KAB. BANTUL NO. 9 TAHUN 2018 TENTANG RDTR DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KASIHAN TAHUN 2018 – 2038 1. Rencana Sub BWP Prioritas Tabel 2.2. Tema Penanganan Sub BWP dalam BWP Kasihan Sub No. Tema Penanganan Keterangan BWP Pengembangan zona aneka Sentra Kerajinan industri, industri kerajinan dan Kasongan, Industri 1 I pengendalian konversi lahan Gula Madukismo pertanian potensial. Pengembangan dan pengendalian Mirota Godean, Mang perdagangan dan jasa, serta Engking, Soto Sawah 2 II peningkatan prasarana lingkungan perumahan. Pengembangan dan pengendalian Pertokoan di Jalan perumahan, perdagangan dan Wates, Universitas 3 III jasa, serta pengembangan zona PGRI, SMK Seni pendidikan tinggi. Bugisan Pengembangan zona pendidikan UMY, Stikes Yani, tinggi dan pengembangan dan Perdagangan dan Jasa 4 IV pengendalian zona perdagangan di Jalan Lingkar Barat dan jasa.
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-10
Gambar 2.3. Peta Rencana Sub BWP Prioritas
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-11
2. Rencana Pola Ruang: Secara pola ruang rencana penggunaan lahan BWP Kasihan sebagai berikut: a. Rencana Kawasan Lindung Rencana kawasan lindung terbagi atas Zona perlindungan setempat terbagi atas: sempadan sungai, sempadan jalan, sempadan jaringan irigasi, sempadan SUTT, Sempadan rel kereta api, sempadan pipa pertamina. RTH terbagi atas: RTH bangunan/perumahan, RTH hal perkantoran, Pendidikan, pertokoan dan tempat usaha, RTH taman atap bangunan, RTH lingkungan tingkat RT, Kelurahan, kecamatan dan kota Zona Lindung cagar budaya merupakan peruntukan ruang bagian dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan perlindungan nilai budaya dan sejarah. b. Rencana Kawasan Budidaya Rencana Kawasan Budidaya terbagi atas: Zona perumahan. Zona perdagangan dan jasa. Zona perkantoran. Zona sarana pelayanan umum. Zona industri. Zona peruntukan khusus. Zona peruntukan lainnya.
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-12
Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang RDTR dan PZ Bagian Wil. Perkotaan Kasihan
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-13
3. Rencana Jaringan Prasarana a. Rencana pengembangan jaringan pergerakan berupa: Jaringan jalan arteri. Jaringan jalan kolektor. Jaringan jalan lokal. Jaringan jalan lingkungan. Rencana jaringan transportasi umum. Kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP). Jalur pejalan kaki dan sepeda. b. Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan meliputi: Rencana jaringan distribusi. Rencana penyediaan kebutuhan energi/listrik. c. Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi d. Rencana pengembangan jaringan air bersih e. Rencana pengembangan jaringan drainase f. Rencana pengembangan jaringan air limbah g. Rencana pengembangan prasarana persampahan h. Rencana pengembangan prasarana lainnya
Laporan Antara: Penyusunan RTBL Kawasan Industri Kreatif Kasihan II-14